Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGGUNAAN DAN MANFAAT OBAT
ACARA 5
SKILL LAB II (HANDLING & RESTRAIN)
Disusun oleh :
Nama
: Nurul Sukmawati
NIM
: 15/386189?SV/09575
Kelompok : B 2
Asisten
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
I.
II.
Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui cara handling dan restrain pada hewan coba dengan baik dan benar
2. Menguasai teknik handling dan restrain padahewan coba dengan baik dan benar
III.
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Handling dan Restrain
Handling yaitu teknik atau keterampilan khusus untuk menangani hewan.
Sebagai contoh ketika sapi akan dikeluarkan dari kandang memerlukan perlakuan
khusus. Keberadaan tanduk pada sapi dan juga sifat sapi yang suka menendang
perlu diperhatikan saat melakukan handling. Oleh karena itu perlu diperhatikan
tingkah laku tiap-tiap hewan saat akan melakukan handling, baik untuk hewan kecil
maupun hewan besar (Ilmi, et al, 2012).
Restrain (pengendalian) hewan meliputi arti luas yang mencakup pengurungan
hewan dalam suatu area terbatas hingga mengurangi atau menghilangkan
gerakannya. Restrain dapat dilakukan secara fisik (physical restrain) dengan
fasilitas dan ketrampilan khusus sesuai jenis satwa, maupun secara kimia (chemical
restrain) dengan pemberian obat-obatan (Kusumawati, 2011).
B. Pengertian dan Syarat Hewan Coba
Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan dalam sebuah
penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar yang
diperlukan dalam penelitian tersebut.
dapat dengan cepat regenerasinya. Pemilihan hewan ini dimulai dari tingkat
regenerasinya yang lebih tinggi karena berpeluang banyak bahwa hewan tersebut
mudah dikembangbiakkan. Pertimbangan lain tentang biaya yang diperlukan untuk
mendapatkan hewan coba serta tingkat ketergantungan yang ditimbulkan terhadap
penggunaan hewan coba tersebut
Mencit termasuk hewan yang sangat sensitif terhadap suara (Wolfensohn dan
Maggie, 2003).
b) Tikus
Tikus memiliki sifat diantaranya :
Hidup bersama dalam satu kelompok (koloni);
Termasuk hewan nokturnal;
Makan, minum, dan kawin dilakukan pada malam hari;
Coprophagy;
Tikus makan 5-10 gr pakan per 100 gr berat badannya setiap hari;
Tikus minum sebanyak 10 ml air per 100 gr berat badanya setiap hari;
Sangat sensitif terhadap perubahan temperatur lingkungannya;
Suhu normal untuk tikus diantara 19o-23oC (Wolfensohn dan Maggie, 2003).
c) Kelinci
Sebagai makhluk hidup, kelinci mempunyai sifat dan karakter yang unik,
satu tanda
komunikasi;
Pendengaran kelinci sangat sensitif sehingga kelinci mudah cemas saat suara
gaduh;
Kelinci menyukai tempat yang tenang;
Lokasi yang sejuk merangsang kelinci untuk lebih aktif dan nafsu makannya
meningkat, sementara lokasi yang panas merangsang kelinci untuk minum
daripada makan;
Pada lokasi yang agak panas, kelinci kemungkinan akan mengalami
peningkatan pernapasan sehingga pernapasan akan lebih cepat dan pada kndisi
suhu 31oC menyebabkan kelinci mengalami sakit paru-paru (Putra, 2007).
D. Cara Restrain Hewan Coba
a) Mencit
Untuk merestrain mencit, pertama pegang bagian ekornya. Angkat dan secara
cepat tempatkan mencit pada ram kawat atau
permukaan yang kasar, tarik ekornya dengan lembut.
Cara ini menjaga mencit cukup mudah untuk
Gambar 1. Restrain Mencit
Sumber :
http://iyanvalidasi.blogspot.co.id
dipegang bagian kulit longgar pada tengkuknya. Kemudian ambil mencit pada
bagian tersebut dan segera dibalikkan posisinya untuk mencegah mencit
melakukan perlawanan. Kemudian lilitkan ekor pada jari kelingking. Memegang
mencit
pernapasan mencit
dan dapat
di
Sumber : http://fk.uii.ac.id/
daerah
memberontak
dada
dapat
karena
menyebabkan
pernapasannya
tikus
terganggu.
Dalam keadaan seperti ini, hewan dapat pingsan karena kekurangan oksigen
(Sonsthagen, 1991).
Saat merestrain tikus waspadalah dengan giginya. Gigi dari jenis hewan
rodensia dapat melubangi sarung tangan yang terlalu tipis, karena itu minimal
lindungi dan kemungkinan lbihpada psiologis dan fisik. Rodensia kecil dan
mamalia umumnya direstrain dengan memegang ekornya (mencit, tikus) atau
bagian tengkuk (hamster, sugar glider, gerbils) (McCurnin dan Joanna, 2002)
c) Kelinci
Untuk restrain kelinci tidak dilakukan dengan mengangkat kelinci pada
bagian telinganya. Cara mengambil dan membawa kelinci dengan memegang
telinganya dapat menyebabkan penyakit yang serius
pada
hewan
tersebut.
Cara
terbaiknya
uttuk
Kelinci sangat jarang untuk menggigit, tetapi kelinci memiliki kuku yang tajam
yang dapat melukai kita. Kelinci dewasa dan kelinci muda keduanya dibawa
dengan cara menyelipkan kepalanya ke dalam siku kita, tubuh kelinci direstrain
menggunakan lengan tangan dan tangan yang lain memegang pada lipatan
tengkuknya. Cara ini dapat memberikan rasa nyaman pada kelinci dan biasanya
kelinci dapat tertahan dengan baik (Sonsthagen, 1991).
Restrain kelinci untuk pemeriksaan dapat dilakukan dengan kita pegang kulit
longgar di atas bahu dengan tangan kanan dan diangkat. Jangan mengangkat
kelinci dengan memegang kedua telinganya, sebab akan membuat kelinci
kesakitan. Setelah diangkat dengan tangan kanan, lalu dengan tangan kiri
menahan bagian pantat kemudian kelinci diputar, hingga terlentang dan kakinya
ke atas. Kemudian letakkan pantat kelinci tadi pada lekuk siku lengan kanan,
dan tangan kiri yang bebas dipergunakan untuk meraba dan memeriksa kelinci
tersebut (Nugroho, 1982).
IV.
No.
1.
Hasil Praktikum
1. Restrain Mencit
Gambar
Keterangan
Mencit di ambil dari kandangnya dengan
memegang di 1/3 pangkal ekor, lalu mencit
diletakkan di ram kawat
2.
3.
4.
2. Restrain Tikus
No.
1.
Gambar
Keterangan
Tikus diambil dari kandang dengan memegang
bagian ekornya menggunakan tangan kanan,
usahakan saat mengangkat dilakukan secara
cepat dengan mengutamakan keseimbangan tikus
agar tikus tidak berbalik dan mengigit
2.
3.
3. Restrain Kelinci
No.
Gambar
1.
Keterangan
Pertama, kelinci dikeluarkan dari kandang lalu di
handling terlebih dahulu agar membuat nyaman
kelinci
2.
3.
II.
1.
Pembahasan
Restrain mencit
Saat pratikum restrain mencit dilakukan dengan pertama-tama membuka kandang
mencit lalu ambil mencit menggunakan tangan kanan pada 1/3 pangkal ekornya
kemudian mencit diletakkan di atas ram kawat dengan ekor agak ditarik dan jari tengah
dapat menahan pangkal ekor. Tujuan diletakkan di atas ram kawat agar mencit
mencengkeram ram kawat kemudian mempermudah proses handling. Selanjutnya
mencit diambil menggunakan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri dengan
cara mencubit telinga hingga tengkuknya. Jari-jari yang lain dapat merestrain tubuhnya.
Ekor mencit dijepit dengan menggunakan jari kelingking tangan kiri. Selanjutnya
mencit diangkat dan bagian abdomen mencit mengarah ke kita. Tahap berikutnya
mencit siap untuk dilakukan pemeriksaan berupa injeksi, pengambilan sampel darah
dan lain-lain.
Menurut literatur, restrain mencit dapat dilakukan dengan pegang bagian ekornya.
Angkat dan secara cepat tempatkan mencit pada ram kawat atau permukaan yang kasar,
tarik ekornya dengan lembut. Cara ini menjaga mencit cukup mudah untuk dipegang
bagian kulit longgar pada tengkuknya. Kemudian ambil mencit pada bagian tersebut
dan segera dibalikkan posisinya untuk mencegah mencit melakukan perlawanan.
Kemudian lilitkan ekor pada jari kelingking. Memegang mencit terlalu erat dapat
menganggu pernapasan mencit dan dapat menghambatnya. Bagaimanapun, ketika
memegang mencit jangan terlalu erat karena mencit dapat merasa sakit lalu bisa
menggigit. Cara memegang mencit ini dapat dilakukan untuk pemberian injeksi
maupun examinasi. Jika kita memegang mencit pada daerah ekornya untuk waku yang
lama maka harus tetap menjaga keseimbangannya agar mencit tidak merasa kesakitan
dan menghindari gigitannya (Sonsthagen, 1991).
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan dengan studi literatur didapatkan
kesimpulan bahwa dalam restrain mencit yang telah dilakukan secara umumnya sama
dan sesuai dengan konteks welfare. Saat merestrain mencit tidak diperlukan sarung
tangan khusus, namun dalam hal ini bukan berarti bahwa mencit tidak memiliki hasrat
mengigit. Mencit termasuk rodensia sehingga mencit dapat mengigit handler meski
kemungkinannya lebih kecil dari gigitan tikus. Dalam restrain mencit lebih
dititikberatkan pada restrain kepala dan leher mencit. Namun dalam pelaksanaan
teknisnya perlu diperhatikan kenyamanan mencit agar mencit tidak merasa tertekan
serta menghindari gigitan mencit.
2.
Restrain tikus
Saat praktikum restrain tikus memerlukan alat tambahan yaitu sarung tangan tebal.
Sarung tangan tebal dipakai pada tangan kiri kemudian tangan kanan digunakan untuk
mengambil tikus dari kandang. Tikus diambil ekornya lalu diletakkan pada ram kawat.
Cara ini tujuannya sama seperti pada mencit yakni untuk memudahkan dilakukan
restrain. Perbedaannya adalah pada cara restrain atau teknik membatasi gerak tikus.
Setelah tikus diletakkan di ram kawat dengan ekor agak ditaruk lalu tikus diambil
menggunakan tangan kiri. Cara pengambilannya posisikan jari tengah dan jari telunjuk
berada di samping kanan dan kiri leher tikus. Kemudian ibu jari ditempatkan pada axilla
extremitas depan sementara jari-jari yang lain untuk memegang tubuh tikus. Ekor tikus
dapat direstrain dengan menggunakan tangan kanan. Selanjutnya tikus siap dilakukan
pemeriksaan.
Menurut literatur dinyatakan bahwa cara restrain tikus dengan memegang pada
bagian ekornya lalu tempatkan satu tangan mengelilingi dada, lilitkan ibu jari dan jari
telunjuk mengelilingi leher dan di bawah dagu. Ibu jadi dan jari telunjuk untuk
mengunci saat memegang tikus. Genggaman yang kuat dari jari tangan terutama di
daerah dada dapat menyebabkan tikus memberontak karena pernapasannya terganggu.
Dalam keadaan seperti ini, hewan dapat pingsan karena kekurangan oksigen
(Sonsthagen, 1991).
Berdasarkan hasil praktikum dan studi literatur terlihat terjadi perbedaan dalam
restrain tikus. Perbedaan ini hanya mengacu pada teknik restrainnya namun tujuan dan
hasil akhir restrain tetap sama yaitu membatasi gerak tikus. Penggunaan sarung tangan
tebal dimaksudkan untuk melindungi dan menghindari gigitan tikus. Tikus memiliki
gigi yang lebih tajam dari mencit sehinnga perlu diwaspadai. Saat praktikum
berlangsung dalam kelompok kami salah seorang praktikan tergigit tikus akibat tidak
adanya kewaspadaan untuk melindungi dan menghindari gigitan tikus. Oleh karena itu
saat melakukan restrain tikus diperlukan kesiapan diri dan alat pendukung lainnya
untuk melindungi dari kemungkinan bahaya yang akan ditimbulkan.
3.
Restrain kelinci
Saat praktikum berlangsung restrain kelinci dilakukan menggunakan dua cara.
Cara pertama kelinci terlebih dahulu dikeluarkan dari kandang lalu dihandling.
Kemudian kulit longgar di daerah tengkuknya diambil lalu kelinci diangkat
selanjutnya salah satu tangan menyangga bagian pantat kelinci. Tempatkan jari-jari
tangan pada sela-sela kaki kelinci dan usahakan saat memegang kaki belakang kelinci
tidak terlalu kuat namun cukup mengunci pergerakannya. Kaki belakang kelinci
sangat kuat untuk menendang sehingga perlu dilakukan restrain yang tepat untuk
menghindari kemungkinan kelinci akan menendang. Untuk cara kedua memerlukan
tahapan yang sama seperti cara pertama, bedanya saat kelinci dalam gendongan
kemudian selipkan kepala kelinci pada bagian lekuk siku kita lalu lengan tangan
digunakan untuk memegangi tubuhnya sementara tangan yang lain dapat dilakukan
untuk memegangi tengkuknya ataupun bagian tubuhnya.
Menurut literatur restrain untuk kelinci dewasa dan kelinci muda keduanya
dibawa dengan cara menyelipkan kepalanya ke dalam siku kita, tubuh kelinci
direstrain menggunakan lengan tangan dan tangan yang lain memegang pada lipatan
tengkuknya. Cara ini dapat memberikan rasa nyaman pada kelinci dan biasanya
kelinci dapat tertahan dengan baik (Sonsthagen, 1991). Restrain kelinci untuk
pemeriksaan dapat dilakukan dengan kita pegang kulit longgar di atas bahu dengan
tangan kanan dan diangkat. Jangan mengangkat kelinci dengan memegang kedua
telinganya, sebab akan membuat kelinci kesakitan. Setelah diangkat dengan tangan
kanan, lalu dengan tangan kiri menahan bagian pantat kemudian kelinci diputar,
hingga terlentang dan kakinya ke atas. Kemudian letakkan pantat kelinci tadi pada
lekuk siku lengan kanan, dan tangan kiri yang bebas dipergunakan untuk meraba dan
memeriksa kelinci tersebut (Nugroho, 1982).
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan dengan studi literatur diperoleh
kesimpulan bahwa dalam restrain kelinci tidak diperbolehkan untuk memegang bagian
telingnya. Hal ini dikarenakan pada telinga kelinci terdapat ppembuluh darah dan
biasanya dilakukan pengambilan sampel darah pada vena auricula. Beberapa cara dan
teknik restrain yang telah dijabarkan dirasa usdah cukup efektif dala restrain kelinci.
Berbagai macam cara restrain kelinci juga disesuaikan dengan ukuran kelinci
tersebut. Restrain kelinci dapat dilakukan pula dengan bantuan alat seperti towel. Cara
kerjanya yakni dengan membalutkan towel pada seluruh tubuh kelinci kecuali bagian
telinga dan kepala. Alat lain yang dapat digunakan yaitu rabbit bag dan rabbit
restrainer.
Secara umum yang perlu diperhatikan saat restrain kelinci yakni pada kaki
belakangnya. Kelinci merupakan hewan yang paling cepat untuk melarikan diri karena
memilikikaki belakang yang lebih panjang dari kaki depan. Selain itu bagian kaki
belakang kelinci diperlukan restrain yang tepat untuk menghindari kemungkinan
kelinci melakukan tendangan.
III.
Daftar Pustaka
Ilmi, F. F., Batan, I. W., Soma, I. G. 2012. Karakteristik Simpul Tali Telusuk Sapi Bali
dan Tali Keluh Sapi. Indonesia Medicus Veterinus, Vo.1(3): 305-319.
Kusumawati, D., Sardjana, I. K. W. 2011. Bahan Ajar Satwa Liar. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
McCurnin, D. M., Bassert, J. M. 1985. Clinical Textbook for Veterinary Technicians
Fifth Edition. China : Saunders
Murtini, J.T., Triwibwo, R., Indrati, N., Ariyani, F. 2010. Uji Toksisitas Sub Kronik
Spirulina platensis secara In-vivo. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan
dan Perikanan, Vol. 5 No. 2 : 123-134
Nugroho. 1982. Beternak Kelinci secara Modern. Semarang : Ela Offset.
Putra, G. M., Budiana,N. S. 2007. Kelinci Hias Seri AgriHobi. Depok : Penebar
Swadaya.
Ridwan, E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan.
Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) J Indon
Med Assoc, Vol. 63 No.3 : 112-116.
Sonsthagen, T. F. 1991. Restraint of Domestic Animals. California : American
Veterinary Publications Inc.
Wolfenshon, S., Lloyd, M. 2003. Handbook of Laboratory Animal Management and
Welfare Third Edition. USA : Blackwell Publishing.