Oleh :
Nama
NIM
: (P07120214030)
Prodi
: DIV KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Depkes RI, 1988).Perawatan kesehatan keluarga (Family Health
Nursing) adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan kepada keluarga sebagai unit atau satu-kesatuan yang
dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai
sarananya.
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan
bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan
darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan budaya.
Menurut Bailon dan Maglaya 1978 (dalam Effendy 1998)
mendefinisikan keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam
satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau
adopsi. Mereka saling berinte-raksi satu dengan yang lainnya,
mempunyai
peran
masingmasing
dan
mencipta-kan
serta
saling terikat secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam
satu daerah yang berdekatan.
Menurut BKKBN (1992)mendefinisikan keluarga adalah unit
terkcil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan
anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya. Keluarga
adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek. Menurut UU No. 10 tahun
1992 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu
dan anaknya.
2. Tipe Keluarga
a. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga,
yaitu :
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang
hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari
perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
c) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa
anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
d) Bujang dewasa yang tinggal sendiri.
e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai
pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah
kawin atau bekerja.
f) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau
lebih atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan
dalam daerah geografis.
2) Keluarga Non Tradisional
a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi
tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
c) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
d) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari
lebih satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara
bersama menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai
pengalaman yang sama.
b. Menurut Allender dan Spradley (2001)
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat.
b) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi.
c) Keluarga dyad, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri tanpa anak.
d) Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang
disebabkan karena perceraian atau kematian.
e) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri
dariseorang dewasa saja.
f) Keluarga usia lanjut, yaitu rumah tangga yang terdiri dari
suami istri yang berusia lanjut.
2) Keluarga Non Tradisional
a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak hidup bersama dalam satu rumah.
c) Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga.
menonjolkan
asumsi
(perkiraan
tanpa
exspressions,
yaitu
ucapan
yang
a) Mendengar
b) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
c) Memvalidasi
4) Penerima yang tidak berfungsi
a) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar.
b) Diskualifikasi, contoh : iya dech..tapi.
c) Offensive (menyerang bersifat negatif).
d) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi).
e) Kurang memvalidasi.
5) Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
a) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih,
gem-bira.
b) Komunikasi terbuka dan jujur.
c) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga.
d) Konflik keluarga dan penyelesaiannya.
6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
a) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu).
b) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya
diskusi.
c) Kurang empati.
sosialisasi
bercermin
dalam melakukan
pembinaan
ke-tidakmampuan
keluarga
dalam
menghadapi
masalah
keluarga
memodifikasi
lingkungan
seperti
: Keluarga pemula
anggota
keluarga,
mensosialisasikan
anak,
mandiri,
memfokuskan
kembali
hubungan
perkawinan,
hasil
pernikahan
anak-anaknya,
melanjutkan
untuk
keluarga
pertengahan
dimulai
ketika
anak
terakhir
adalah
mempertahankan
pengaturan
hidup
yang
data
dalam
pengkajian
dilakukan
dengan
b)
c)
Genogram
d)
Tipe keluarga
e)
Suku bangsa
f)Agama
g)
Karakteristik rumah
b)
c)
d)
e)
4) Struktur Keluarga
a)
b)
c)
d)
5) Fungsi Keluarga
a)
Fungsi afektif
b)
Fungsi sosialisasi
c)
b)
c)
d)
7) Pemeriksaan Fisik
a)
b)
c)
Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genetalia.
d)
8) Harapan keluarga
a)
b)
Bobot
Skor
Sifat masalah
Kemungkinan masalah
untuk dipecahkan
Menonjolnya masalah
Aktual
=3
Risiko
=2
Potensial
=1
Mudah
=2
Sebagian
=1
Tidak dapat = 0
Tinggi
=3
Cukup
=2
Rendah
=1
Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah =
0
1) S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
2) O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif.
3) A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
4) P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
(Suprajitno,2004).
terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang muncul di luar sfingter anal
disebut hemoroid external. (KMB)
Hemoroid atau wasir merupakan vena varikosa pada kanalis ani dan
dibagi menjadi 2 jenis yaitu, hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid
interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media,
sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises varises
vena
hemoroidalis inferior.
Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah
luar otot sfingter ani, dan hemoroid eksterna timbul di sebelah dalam
sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis.
b
Epidemiologi
Kurang lebih 70 persen manusia dewasa mempunyai wasir ( hemorhoid ),
baik wasir dalam, wasir luar maupun keduanya. Namun tidak semua
penderita wasir ini memerlukan pengobatan. Hanya sebagian kecil saja
yang memerlukan pertolongan medis, yakni mereka yang mengeluhkan
pendarahan, adanya tonjolan dangatal-gatal. Penyebab wasir sebenarnya
sederhana, yakni saat susah buang air dipaksakan mengeluarkan kotoran.
Penyebab susah buang air ini adalah kurang minum, kurang makan serat,
kurang olah raga atau banyak duduk dan mengangkat yang berat-berat.
Penyebab
1) Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia
sekitarnya.
2) Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh,
juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
3) Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis
4) Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus
mengangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
5) Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan
intra abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi
menahun dan sering mengejan pada waktu defekasi.
6) Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus
oleh karena ada sekresi hormone relaksin.
7) Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita sirosis hepatis.
d
Patofisiologi
Distensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus,
karena vena-vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu
menahan beban, namun bila distensi terjadi terus menerus akan timbul
gangguan.
Salah satu faktor predisposisi yang dapat menimbulkan distensi vena
adalah peningkatan tekanan intra abdominal. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan tekanan vena porta dan tekanan vena sistemik, yang kemudian
akan ditransmisi ke daerah anorektal. Elevasi tekanan yang berulang-ulang
akan mendorong vena terpisah dari otot disekitarnya sehingga vena
mengalami prolaps. Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya elevasi
yang berulang antara lain adalah obstipasi / konstipasi, kehamilan dan
hipertensi portal. Hemorrhoid dapat menjadi prolaps, berkembang menjadi
trombus atau terjadi perdarahan.
Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan
rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan
umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar
berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam.
Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh
trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.
Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan
nekrosis.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis.(patofis). Penyakit hati kronik yang disertai
hipertensi
portal
sering
mengakibatkan
hemoroid
karena
vena
Klasifikasi
Hemoroid dibagi menjadi 2 tipe :
1) Hemoroid eksterna
Merupakan wasir yang timbul pada daerah yang dinamakan anal
verge, yaitu daerah ujung dari anal kanal (anus). Wasir jenis ini dapat
terlihat dari luar tanpa menggunakan alat apa-apa. Biasanya akan
menimbulkan keluhan nyeri. Dapat terjadi pembengkakan dan iritasi.
Jika terjadi iritasi, gejala yang ditimbulkan adalah berupa gatal. Wasir
jenis ini rentan terhadap trombosis (penggumpalan darah). Jika
pembuluh darah vena pecah yang mengalami kelainan pecah, maka
penggumpalan darah akan terjadi sehingga akan menimbulkan keluhan
nyeri yang lebih hebat.
Hemoroid Eksterna diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a
Kronik : satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
hemorrhoid merupakan
suatu
keadaan
terjepitnya prolapsed
Berdara
Menonjo
Reposis
t
I
II
III
IV
h
(+)
(+)
(+)
(+)
l
(-)
(+)
(+)
tetap
i
(-)
Spontan
Manual
Tidak
dapat
Gejala Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid
eksterna dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema
yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah
dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut
dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri
sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna
akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna
merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa
garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang
terlihat menetes. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan
akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap
awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul
reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut,
hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar
masuk kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut
menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak bisa
didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada
pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps
menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang
dikenal sebagai pruritus ani dan ini disebabkan oleh kelembaban yang
terus menerus dan rangsangan mukus. Gejala hemoroid eksternal
adalah nyeri jika terjadi trombosis akut dari vena hemoroidalis
eksterna yang bisa terjadi pada keadaan tertentu, seperti saat
melakukan aktivitas fisik, mengedan saat konstipasi, diare, dan
perubahan diet. (Smeltzer, 2002: 1139-1140)
g
Pemeriksaan fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk
dan menempel pada tempat tidur.
1) Inspeksi
1. Pada insfeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
2. Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
3. Bagaiman warnaya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.
4. Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal ).
2) Palapasi
Dapat dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin
dengan melakuakn rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam
anus. Apakah ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada
perdarahan.
Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Anuskopi
Pemeriksaan dengan anuskopi diperlukan untuk melihat hemorroid
interna yang tidak menonjol keluar. Anuskop dimasukkan dan diputar
untuk mengamati ke empatkuadran. Hemorroid interna terlihat sebagai
susunan vaskuler yang menonjol ke dalam lumen.Apabila penderita
diminta mengedan sedikit maka ukuran hemorroid akanmembesar
dan penonjolan/ prolaps akan lebih nyata.
2) Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukandisebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di
tingkat lebih tinggi.
3) Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalam nya tidak terlalu tinggi dan
biasanya tidak nyeri. hemoroid dapat diraba apabila sangat besar.
apabila hemoroid sering polaps, selaput lendir akan menebal. trpmbosis
dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum
4) Pemeriksaan Feses
Feses juga harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
5) Untuk pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan :
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Urin
(Syaiffudin, 2006)
i
Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui inspeksi, pemeriksaan digital, dan
pemeriksaan
protoskopi
atau
anaskopi.
Petugas
kesehatan
perlu
Penatalakanaan Medis
untuk
menghilangkan
pleksus
hemoroidalis
tapi
untuk
bekerja
dengan
cara
membesarkan
volume
tinja
dan
Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan
misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang
mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct,
Anusol HC, Scheriproct.
c)
d)
3) Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan
penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu
invasif. Dilakukan jika pengobatan farmakologis dan non-farmakologis
tidak berhasil. Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan
eksisi. Fiksasi dilakukan pada derajat I dan II. Dan selebihnya adalah
eksisi (Felix, 2006).
Fiksasi terdiri dari:
a) Skleroterapi. Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode
ini menggunakan zat sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah
itu, sklerosan merangsang pembentukan jaringan parut sehingga
Metode
ini
kurang
direkomendasikan
karena
prinsipnya,
pembedahan
ini
sama
dengan
pembedahan
Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal
sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang
dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak
bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis,
sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb
sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.
Batasan karakteristik
1) Pola makan dan minum
Kebiasaan
Keadaan saat ini
2) Riwayat kehamilan
Kehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan
hemorrhoid berkembang cepat
3) Riwayat penyakit hati
Pada hypertensi portal, potensi berkembangnya hemorrhoid lebih
besar.
4) Gejala / keluhan yang berhubungan
-
b) Obyektif
Batasan karakteristik
1) Pemeriksaaan daerah anus
Warna kulit
Warna konjungtiva
Pemeriksaan Hb
2. Diagnosa Keperawatan
PRE OPERASI
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas
pada area rectal yang ditandai dengan klien melaporkan nyeri dan
wajah tampak meringis menahan nyeri.
b. Ansietas berhungan dengan prosedur pembedahan yang akan
dilakukan
yang
ditandai
dengan
klien
mengatakan
takut
dan
keterbatasan
kognitif
ditandai
dengan
infeksi
berhubungan
dengan
invasi
kuman
yang
POST OPERASI
a. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan
hemoroidektomi ditandai dengan klien megeluh nyeri pada luka
post op, klien tampak meringis, klien tampak memposisikan diri
untuk menghindari nyeri.
b. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (post
hemoroidektomi) dan peningkatan pemajanan lingkungan terhadap
pathogen.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis pasca pembedahan di tandai
dengan pasien tampak gelisah, pasien selalu bertanya-tanya tentang
kesembuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan medikal
bedah, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification
Fourth Edition, USA : Mosby Elsevier
3. Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition,
USA : Mosby Elsevier
4. T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC