TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan
kumulatif,
proses
yang
merupakan
berangsur-angsur mengakibatkan
proses
menurunya daya
tahan
perubahan
tubuh
dalam
Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
4. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
Tipe Lansia
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh
manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak
sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah. Bila
aliran darah berhenti selama 10 detik, maka kesadaran mungkin akan hilang, dan
penghentian dalam beberapa menit dapat menimbulkan kerusakan yang tidak
ireversibel. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti berkaitan dengan fungsinya yang
kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensori dan sistem efektor
perifer tubuh, di samping berfungsi sebagai pengatur informasi yang masuk. Otak
manusia mengandung 98% jaringan saraf tubuh, berat otak sekitar 1,4 kg dan
mempunyai isi sekitar 1200 cc.
b.
Medula spinalis
vasokonstriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan muntah.
2.
a.
parasimpatis
(kolenergik)
menonjol.
Serabut-sarabut
sistem
parasimpatis terletak di dua area, satu pada batang otak, dan yang lainnya pada
segmen spinal di bawah L2. Oleh karena lokasi serabut-serabut tersebut, saraf
parasimpatis
menghubungkan
area
kraniosakral,
sedangkan
saraf
simpatis
Definisi
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -hari.
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan
daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Arif
muttaqin, 2008).
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif
tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia
adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah,
orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan social (Aru
w. Sudoyo, 2009).
Etiologi
Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab
penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena
penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau
dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa
bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya
respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak (Aru w. Sudoyo
(2009).
Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf
yang abnormal), yang bisa terlihat pada otopsi. Penyebab ke-2 tersering dari demensia
adalah serangan stroke. Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan
yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan (Arif muttaqin, 2008).
Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak
yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia
yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar
penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya
menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak ( Silvia, 2006).
Klasifikasi
Menurut : Silvia (2006), demensia berhubungan dengan beberapa jenis penyakit
sebagai berikut:
1.
mencolok: Penyakit Alzheimer dan penyakit Pick adalah termasuk dalam kategori ini.
4.
Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia kortikal dan demensia
subkortikal. Dari etiologi dan perjalanan penyakit dibedakan antara demensia yang
reversibel dan irreversible.
Menurut : Arif muttaqin (2008), kerusakan struktur otak demensia dibagi menjadi 2
yaitu :
1.
Tipe Alzheimer
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya. Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga
penurunan proses berpikir.
2.
Demensia vascular
Demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak.
Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,.
Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah
otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler.
Patofisiologi
Pada awalnya penyakit ini merusak sel saraf-saraf pada bagian otak yang mengatur
memori, khususnya pada hipotelamus dan struktur yang berhubungan dengannya. Saat
sel-sel saraf hipotelamus berhenti berfungsi sebagaimana mestinya, terjadi kegagalan
daya ingat jangka pendek, dilanjutkan dengan kegagalan kemampuan orang untuk
melakukan perbuatan udah dan tugas-tugas biasa. Penyakit ini juga mengenai korteks
serebri, khususnya daerah yang bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemikiran.
Hilangya kemampuan berbahasa, menurukan kemampuan seseorang untuk membuat
keputusan, dan timbul perubahan kepribadian. Emosi yang meledak-ledak dan
gangguan perilaku, seperti berjalan tampa tujuan dan agitasi mulai timbul, dan lambat
laun semakin sering seiring jalannya penyakit ( Sylvia, 2005)
Akhirnya banyak daerah yang terlibat, bagian atrofi dan pada pasien ini biasanya tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain, dan sangat bergantung pada orang lain untuk
melakukan tugas pribadi yang paling mendasar, seperti makan, minum, BAK BAB.
Secara makroskopik, perubahan otak penyakit ini melibatkan kerusakan berat neuron
korteks dan hipotelamus, serta penimbunan amoloid dalam pembuluh darah
intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan marfologis dan biokimia pada
neuron-neuron. Perubahan marfologis terdiri dari dua ciri khas lesi yang pada akhirnya
berkembang menjadi degenerasi soma, akson dan dendrit neuron ( Wiwik, 2005).
Satu tanda lesi adalah kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intraselular yang berisi
serat kusut, melintir, yang sebagian besar terdiri dari protein. Dalam sistem saraf pusat
, protein ini sebagian besar telah dipelajari sebagai penghambat pembentuk struktural
yang berkait dalam menstabikan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari
sitoskleton sel neuronal (Muttaqin, 2008).
Manifestasi klinis
Menurut ( Silvia, 2006 )Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai
berikut:
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain,
rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
F.
PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
a) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti Donepezil ,Rivastigmine , Galantamine , Memantine
b) Dementia
vaskuler
membutuhkan
obat
-obatan
anti
platelet
Diet
b)
c)
d)
Komplikasi
Menurut silvia, (2006), komplikasi yang akan muncul adalah sebagai berikut :
1. Penyakit akut atau kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia,
penyakit ginjal dan hati,kanker dan stroke.
2. Faktor hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid,
malnutrisi dan dehidrasi.
3. Kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan
pendengaran serta deprivasi tidur.
4. Pengobatan, meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama kombinasi obat
yang bersifat antikolinergik).
5. Obat-obat yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter asetikolin
dapat mempengaruhi memori, kemampuan belajar.
Pemeriksaan diagnostik
Menurut Arif muttaqin, (2008) :
1.
untuk
membantu
pencarian
etiologi
demensia
khususnya
pada
2.
Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih
dipertanyakan.
3.
Pemeriksaan EEG
Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang
dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia
presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal
pada CT scan.
5.
Pemeriksaan genetika
Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas seharihari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan
demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup
atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving.
Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan
untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat pemeriksaan
neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
a.
b.
demensia.
7.
Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah
test yang paling banyak dipakai, tetapi sensitif untuk mendeteksi gangguan memori
ringan.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (MMSE)
No
Tes
Nilai
1.
2.
hari apa?
Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota,
ORIENTASI
6.
7.
8.
tanpa, bila
Pasien di suruh melakukan perintah ambil
perintah
ini
TOTAL
Skor
30
Nilai 24 30 = Normal
Nilai 17 23 = Sedang
Nilai 0 15 = Berat
EVIDEN BASED
Pada tahun 2008, Yuda Turana, Adre Mayza, dan Jofizal Jannis telah melakukan
penelitian tentang demensia, mereka dari Pusat Penelitian Kesehatan Atma Jaya, Tim
Pokja P3IK DepKes RI. Demensia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
gangguan daya pikir dan daya ingat yang bersifat progresif disertai dengan gangguan
dengan demensia ringan. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh latihan kognitif
berupa senam otak terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia
ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar.
adalah
menjaga
ketajaman
daya
ingat
dan
senantiasa
Pengkajian
a)
Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b) Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat (menurut
klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
c)
Pemeriksaan fisik
c.
Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran
dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas
perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber
yang cukup.
d. Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang
ada.
e.
Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga
Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
c.
Aktivitas
motorik,
Perubahan
motorik
dapat
dinmanifestasikan
adanya
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu
karena jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas.
Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi
dirinya, karena afek yang telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak
emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien
mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah
berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
f.
Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek.
Perubahan persepsi dapat terjadi pada panca indera yaitu penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan
berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah
halusinasi.
Gangguan daya ingat jangka panjang: Tidak dapat mengingat kejadian yang
Gangguan daya ingat sekarang: Tidak dapat mingingat kejadian yang baru saja
terjadi.
9). Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi
10). Kemampuan penilaian
Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah .
Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin
terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b.
Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit,
karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi
penurunan berat badan.
c.
Eliminasi
Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari
biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat
terganggu pola makan.
d. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir,
mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping
mekanisme. Ketidak mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor
penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping mekanisme yang
digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi kontak mata,
memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.
2. DIANGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
TUJUAN/ KRITERIA
O
1
KEPERAWATAN
Devisit perawatan diri
HASIL
Tujuan :
terdapat perilaku
PERENCANAAN
INTERVENSI
RASIONAL
1. Mandiri:
1.Kaji kemampuan dan tingkat
1. Membantu dalam
penurunan dalam
mengantisipasi dan
melakukan ADL.
peningkatan dalam
pemenuhan perawatan diri
merencanakan penemuan
kebutuhan individual.
2.Hindari apa yang tidak dapat 2. Klien dalam keadaan cemas
Kriteria hasil:
dilakukan klien dan bantu
bila perlu.
diperlukan untuk
3.Ajarkan dan dukung klien
selama aktivitas.
mengompensasi
ketidakmampuan fungsi.
4. Ketidak mampuan
berkomunikasi dengan
4.Rencanakan tindakan untuk
perawat dapat
menimbukan masalah
pengosongan kandung
neurogenik
5. Meningkatkan latihan dan
mengambilnya
menolong mencengah
5.Identifikasi kebiasaan BAB,
konstipasi.
anjurkan minum, dan
meningkatkan aktifitas
Pertolongan utama
Kalaborasi:
Pemberian supositoria
dan pelumas
feses/pencahar.
Konsul ke dokter
terapi dan
melengkapi
terapi okupas
kebutuhan khusus.
2
Tujuan:
berhubungan dengan
terpenuhi
Mandiri:
1. Evaluasi kemampuan makan 1.
klien.
Klien mengalami
kesulitan dalm
mempertahankan berat
badan mereka, mulut
Kriteria hasil:
Mengerti tentang
mengalami kesulitan
mengunyah dan
tubuh, memperlihatkan
2.
menelan.
Tanda kehilangan berat
laboratorium.
nutrisi menunjang
terjadinya masalah
katabolisme, kandungan
3.
4.
membantu makan.
Fungsi sistem
gastrointestinal yang
gastrointestinal sangat
penting untuk
memsukkan makanan.
berhubungan dengan
Memberi informasi
laboratorium yang
diindikasikan, seperti:
serum, kreatine,
dibutuhkan klien
glukosa
Kolaborasi :
1. Kaji pengetahuan keluarga/
klien mengenai kebutuhan
1. Identifikasi kebutuhan
membantu perencanaan
makanan.
pendidikan.
2. Usahakan/ beri bantuan dalam2. Klien tidak mampu
tubuh.
memilih menu.
menentukan pilihan
kebutuhan nutrisi.
3. Ketidakmampuan menerima
dan hambatan sosial dari
kebiasaan makan
berkembang seiring
berkembangnya penyakit.
4. Makan makanan kecil
meningkatkan masukan
yang sesuai.
5. makanan yang panas
mengakibatkan mulut
5.
terlalu panas.
Meningkatkan status
Kolaborasi :
nutrisi
konsultasikan dengan
ahli gizi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn. B usia 79 tahun, tinggal di panti werdha budi luhur sejak 2 tahun yang lalu,
keluarga minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluarga sibuk dengan urusan masingmasing. Tn. B dulunya bekerja di pabrik alumunium, Kondisi fisik Tn. B saat ini
mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu melakukan
devisit keperawatan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan orang. Tn.
B sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan
toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah. Sebelumnya klien pernah
dibawa berobat ke PKM dan di diagnosa oleh dokter bahwa Tn. B menderita demensia
yang merupakan bagian normal dari preses penuaan.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 37 0C, RR: 24 x/menit, N :
75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik,
kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan
tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien
menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan
makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang
mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi
klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air
mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan
dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan
tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati dan kekuatan otot klien 4 ( dapat
gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan) dan pemeriksaan lab. Didapatkan
hasil Hb : 9 gr/dl, leukosit : 12000 mm 3, trombosit 340.000/mm3, dan
pemeriksaan MMSE : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang
normal 0-15 bera
I.
Pengkajian
Nama Panti
Ruang/ Kamar
: Melati
Tanggal Masuk
: 18 januari 2013
Tanggal Pengkajian
: 19 januari 2013
A. Identitas Klien
Nama Lansia
: Tn. B
Umur
: 79 tahun
Jenis kelamin
: Laki- laki
Status merital
: Menikah
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Sunda
: Daerah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat asal
B.
: Ciamis
Keluarga klien minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluaga sibuk dengan urusan
masing-masing.
Keluhan utama saat pengkajian
Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi.
C.
Riwayat Kesehatan
1.
Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi,
dan Tn. B juga sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi,
berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 37 0C, RR: 24 x/menit, N :
75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik,
kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan
tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien
menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan
makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang
mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi
klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air
mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan
dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan
tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati
2.
Keluarnga klien mengatakan dulunya klien pernah bekerja di pabrik alumunium. Klien
tidak pernah di rawat di RS, tidak pernah dioperasi, tidak pernah alergi obat, makan,
dan klien juga tidak mempenyai kebiasaan merokok, alkohol dan juga obat- obatan.
3.
D.
Kebiasaan sehari-hari
1.
Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien 3x sehari, jumlah makan klien klien
yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung
protein, mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga
kesehatan klien serta meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum klien 1000 cc /
hari dengan air mineral.
2.
Eliminasi
Frekuensi BAB 1 x 24 jam, warna feses kuning, bau khas. Frekuensi BAK 2 x 24 jam,
volume urine 400cc, warna kuning, bau urine khas.
3.
Aktivitas latihan
Klien makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang air besar, buang air kecil, di bantu
orang/ perawat.
4.
Tidur istirahat
Klien tampak ada tidur siang kurang lebih 30 menit, tidur malam klien kurang lebih 5
jam.
E.
Data psikologi
Klien ikhlas menerima keadaanya, walaupun suasana hatinya sedih, klien tampak
sering tersinggung dan mudah marah. Konsep diiri klien tampak menurun karena
faktor usia dan merupakan proses penuaan. Orientasi klien kurang baik karena
konsentrasi yang menurun sehingga klien mengalami penurunan daya ingat dengan
nilai 11 (berat) menyebabkan klien sulit melakukan aktifitas dan devisit keperawatan
diri. Memori klien pendek karena klien sering kali lupa jalan pulang bila sedang
berpergian, sulit untuk mandi, berpakaian, dan toileting.
Bahas klien kurang jelas dan bahasa yang digunakan klien kurang dipahami
oleh orang lain. klien mnegalami gangguan memori jangka pendek dikernakan
klien Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir, bahkan
klien sering lupa jalan saat perpergian, sulit bandi, berpakaian, dan toileting.
F.
Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, hubungan klien dengan
penghuni lain kurang baik, hubungan dengan petugas kurang baik dan adat istiadat
yang dianut klien yaitu sunda. Dikarenakan klien mengalami gangguan memori dan
orentasi sehingga klien kurang berintraksi sosial dengan baik.
G.
Data spritual
klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering berdoa.
H.
Pemeriksaan fisik
1.
Keadaan sakit
klien tampak sakit berat karena klien mengalami gangguan memori dan orientasi.
Selain itu klien tidak mampu melakukan devisit keperawan diri secara mandiri
melainkan membutuhkan bantuan orang.
2.
Kesadaran klien komposmentis, klien masih dalam kesadaran penuh. Tekanan darah
140/80 mmhg, nadi 75 x / menit, suhu 37 oC menggunakan axila, RR : 24x/menit, pola
pernapasan klien tampak teratur.
3.
Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut memutih/ beruban, keadaan rambut rontok, kulit
kepala kotor dan bau.
4.
Mata/ penglihatan
Ketajaman penglihatan klien kabur, sclera putih dan jernih, ukuran isocor, warna
gelap, reaksi terhadap cahaya miosis. Refleks pupil sama besar, dan bereaksi terhadap
cahaya, konjungtiva anemis, lapang pandang kurang jelas, penglihatan klien terasa
kabur apabila tidak menggunakan kacamata.
5.
Hidung/penciuman
Bentuk simetris, struktur bagian dalam merah muda, fungsi penciuman klien kurang
baik.
6.
Telinga/ pendengaran
Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang, tidak terdapat lesi, kulit telinga
berkurang elastisitasnya. fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada nyeri, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
7.
Mulut/pengecap
Bibir berwarna pucat, simetris, kelembaban baik, mukosa mulut merah muda baik,
gigi kurang bersih, ada caries, gigi tidak lengkap, kaadaan gusi kurang baik, tidak ada
peradangan. Fungsi mengunyah kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu baik, fungsi
bicara kurang jelas, bau mulut, refleks menelan juga kurang baik.
8.
Leher
Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tryroid dan
sub mandibulalis baik, kaku kuduk dan sulit menelan tidak ada.
9.
Dada/pernapasan
I : bentuk dada simetris, kwalitas nafas cepat, klien tidak ada batuk dan
tidak
: Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan), biasanya S1
terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan S2 tinggi.
Jarak antara bunyi lub dan dub sekitar 1 detik / kurang.
11. Abdomen
I
I.
Informasi penunjang
Nama pasien
: Tn.B
Diagnosa medik
: Demensia
Tgl. Pengkajian
: 20 januari 2013
1.
laboratorium
a)
b)
c)
2.
Nomor Identifikasi
Nama Responden
: Tn. B
Pendidikan
: Wiraswasta
Umur
: 79 Tahun
No
Tes
Nilai
Hasil
Normal
pemeriksaan
ORIENTASI
1.
2.
apa?
Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah
6.
7.
8.
tanpa, bila
Pasien di suruh melakukan perintah ambil kertas
9.
letaklah dilantai
Pasien di suruh melakukan perintah pejamkanlah
10.
mata anda
Pasien disuruh menulis dengan spontan
11.
TOTAL
30
11
Tanggal
: 18 januari 2013
Ket : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.
3.
Obat obatan
a.
Donezepil : 5 mg 3x/hari
b.
c.
Galantamine : 3x 3-5 mg
d. Diet makanan lunak yang kalori penuh serta gizi yang baik
4.
Terapi simtomatik
a.
b.
A.
ANALISA DATA
Nama pasien
: Tn. B
Umur
: 79 tahun
N
O
1.
DATA
DS:
Petugas panti mengatakan klien sering
PENYEBAB
MASALAH
perubahan fisiologis
Perubahan proses
(degenerasi neuron
pikir
ireversibel)
DO:
Klien tampak mengalami gangguan
memori dan orientasi
Klien tampak bingung
Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat)
2.
DS:
Petugas panti mengatakan klien sulit
mandi, berpakaian dan toileting
Menurunya
defisit perawatan
kemampuan
diri
merawat diri
DO:
3.
DS :
Petugas panti mengatakan nafsu
makan klien menurun
Asupan tidak
Perubahan nutrisi,
adekuat
kurang dari
kebutuhan tubuh
DO :
Gigi klien tidak lengkap
Klien tampak hanya menghabiskan
4.
kesulitan
keseimbangan dalam
beraktifitas
Risiko cidera
B. INTERVENSI
NO
1.
Nama pasien
: Tn. B
Umur
: 79 tahun
Diagnosa Keperawatan
Tujuan & KH
Tujuan :
Setelah diberikan
(degenerasi neuron
tindakan 3 x 24 jam
ireversibel) d.d
keperawatan diharapkan
Intervensi
Mandiri
1.
Kembangkan
mendukung
2.
DS:
Rasional
lingkungan
&
yg 1.
hubungan
klien-
perawat yg terapeutik.
Pertahankan
lingkungan
yg
Mengurangi
kecemasan
dan
emosional.
2.
Kebisingan
merupakan
berlebihan
yg
sensori
mengatakan
dengan
KH:
Mampu
berpergian
memperlihatkan
4.
5.
3.
gangguan neuron.
Menimbulkan perhatian, terutama
4.
kemampuan kognitif
DO:
meningkatkan
5.
untuk menjalani
Klien tmapak
konsekuensi kejadian
mengalami gangguan
yang menegangkan
tentang dirinya
tahap).
Klien tampak
6.
yg
mencetuskan
dlm
mengembangkan strategi 7.
Ciptakan
aktivitas
terganggu
untuk mengatasi
bermanfaat,
dan
menghilangkan
sederhana,
kemampuan
Pemeriksaan
otak
Mampu
sehingga
&
respon marah.
6.Seiring perkembangan penyakit, pusat
komunikasi
bingung
konfrontasi
tidak
klien
dlm
respons
bersifat
penerimaan pesan & percakapan
MMSE: 3 (berat)
negative.
8.
cara
yang
kegunaannya
&
1.
2.
Tujuan :
Mandiri :
Setelah dilakukan
1.
1.
1. Identifikasi
kesulitan
Memahami
penyebab
yg
dalam
mempengaruhi intervensi. Masalah
kemampuan merawat
tindakan keperawatan 3 x
diri d.d
keterbatasan
gerak
fisik,
diminimalkan
apatis/
menyesuaikan
DS:
sesuai dengan
atau
kemampuannya dengan
kebutuhan
KH :
dg
mungkin dilupakan.
Mampu melakukan
DO:
memerlukan
depresi.
2. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri 2.
toileting
dengan
perawatan
rambut
/kuku/kulit,
penyakit,
kebersihan
dasar
nonverbal yg fisiologis.
Kuku klien tampak
kotor
sesuai
dg
kemampuan.
tingkat
kebutuhan
Penampilan kurang
seperti
terengah-engah,
ingin
menarik
dan bau
berkemih
dengan
dirinya.
Pekerjaan
yg
memegang
tadinya
mudah
tugas.
sekarang menjadi terhambat karena
dan indah.
Mandiri
3.
caries
hidup.
Kaji
2.
3.
menu.
kebutuhan nutrisi.
Beri Privasi saat kebiasaan makan 3.Ketidakmampuan
menerima
pengetahuan
kognitif.
Meningkatkan kepercayaan untuk
keluarga/
klien 1.Identifikasi
kebutuhan
membantu
terpenuhi
DS :
Perawat
Kriteria hasil:
mengatakan nafsu
DO :
tubuh.
menjadi masalah.
Mengerti tentang
dan
hambatan
sosial
dari
kebiasaan
makan
berkembang
seiring
berkembangnya penyakit.
4.Makan makanan kecil meningkatkan
4.
5.
lengkap
makan.
Fungsi mengunyah
kurang baik
Klien hanya
Kolaborasi :
menghabiskan setengah
1.
1.
porsi
4.
Hb : 9 gr/dl
Resiko cidera
Tujuan :
b.dkesulitan
Setelah dilakukan
keseimbangan d.d
tindakan keperawatan 3x
Ds :
Mandiri
1. Kaji derajat gangguan kemampuan, 1.
Mengidentifikasi
risiko
lingkungan
mempertinggi
persepsi
keluarga
terjadinya
visual.
24 jam diharapkan
mengidentifikasi
Perawat mengatakan
Bantu
risiko
dan
di
berisiko
trauma
karena
kurang
terjadi dengan
mampu mengendalikan perilaku.
KH :
Penurunan persepsi visual berisiko
Meningkatkan tingkat
Do :
aktivitas.
2.
terjatuh.
Klien dengan gangguan kognitif,
Dapat beradaptasi
terjadi
trauma
bertanggung
klien tampak
menggunkan tongkat
klien tampak
tidak
jawab
terhadap
mengurangi risiko
trauma/ cedera.
3.
3. Alihkan
perhatian
saat
perilaku
hati
tempat tidur.
4. Kaji
efek
samping
obat,
4.
kekuatan otot klien 3
akibat
(tanda
risiko
yang
terjadinya
trauma.
Klien yang tidak dapat melaporkan
tanda
tanda/gejala
keracunan
konfrontasi
obat
dapat
ekstrapiramidal,
menimbulkan kadar toksisitas pada
hipotensi
ortostatik,
gangguan
lansia. Ukuran dosis/ penggantian
: Tn. B
Umur
: 79 tahun
Diagnosa
Tanggal/
Keperawatan
jam
DX I
19 / 01 /
2013
Catatan Keperawatan
Tanggal/ jam
Perkembangan
(Evaluasi)
1.
Mengembangkan
lingkungan
yg 19 / 01 / 2013
S:
terapeutik.
2.
Mempertahankan
lingkungan
yg
pendek
O:
3.
Menatap
wajah
ketika
berbicara
dengan klien.
Ket
4.
klien
tampak
mudah
dalam
berkomunikasi
6.
Menggunakan
kata-kata
pendek,
Menciptakan
aktivitas
sederhana,
8.
donezepil,
citalopram,
dan
galantamine.
DX II
19 / 01 /
1.
Mengidentifikasi
2013
berpakaian/
perawatan
kesulitan
diri,
dalam 19 / 01 / 2013
seperti:
O:
kebutuhan
caries
2.
Mengidentifikasi
secara mandiri
3.
P : intervensi 1, 2 , 4, 5, di lanjutkan
nonverbal yg fisiologis.
Hasil : klien masih mampu menggunkan
bahasa yang verbal
4.
Memberi
banyak
waktu
untuk
melakukan tugas.
Hasil : klien membutuhkan waktu yang
cukup untuku melakukan tugas
5.
19 / 01 /
1.
2013
S:
-
O:
2.
memilih menu.
yang disukai
3.
menjadi masalah.
Hasil : klien belum merasa nyaman
4.
Memberi
makanan
kecil
sesuai
kebutuhan.
Hasil : klien tampak belum mau untuk
menerima makanan kecil
Kolaborasi :
1.
hb : 9 gr/dl
1.
Mengkaji
derajat
gangguan
mengalami
klien
gangguan
tampak
memori
dan
orientasi
DX IV
19/01/
1.
Menghilangkan
sumber
bahaya
2013
lingkungan.
O:
3.
teragitasi/
berbahaya,
memenjat
pagar
tempat tidur.
untuk berjalan
4.
hati
gastrointestinal).
P : intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6 di lanjutkan
AFTAR PUSTAKA
Arif, Muttaqin . 2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan .
Jakarta : Salemba Medika
Aru, Sudoyo W. 2009 . Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Internal Publisting
Badan Penelitian Statistic, 1992. Pdf askep demensia. Alamat web : pdf askep penelitian
demensia. Diambil tanggal 7 januari 2013.
Handayani, wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Neurologi. Jakarta : Selemba medika
Mary, Town Send C. 1998 . Diagnosa pada Keperawatan Psikiatrik . Jakarta : EGC
Maryam, R. Siti . 2012 . Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya . Jakarta : Salemba
Medika
Nugroho, Wahjudi . 2000 . Keperawatan Gerontik . E& . 2 . Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. 2005 . Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit . E& . Jakarta :
EGC
Syaifuddin . 2011 . Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan . E& . 2 .
Jakarta : Salemba Medika
Widagdo, Wahyu dkk. 2008. Askep Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Trans Info Media