Anda di halaman 1dari 60

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan
kumulatif,

proses

yang

merupakan

berangsur-angsur mengakibatkan

proses

menurunya daya

tahan

perubahan

tubuh

dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.


Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,
penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai
sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai
beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara
negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat

Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
4. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
Tipe Lansia

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe


usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
1. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
4. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan beribadat,
ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri


terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang
pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.


Mempersiapkan diri untuk pensiun.
Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
Mempersiapkan kehidupan baru.
Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

Anatomi dan fisiologi sistem persyarafan


Sistem persyarafan mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh, pengaturan
saraf tersebut memungkinkan terjalinnya komunikasi antara berbagai sistem tubuh
sehingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sitem
inilah terdapat segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi, dan
gerakan (syaifuddin, 2011).
Sistem persyarafan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.
a.

Sistem Saraf Pusat (SPP)


Otak

Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh
manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak
sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah. Bila
aliran darah berhenti selama 10 detik, maka kesadaran mungkin akan hilang, dan
penghentian dalam beberapa menit dapat menimbulkan kerusakan yang tidak
ireversibel. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti berkaitan dengan fungsinya yang

kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensori dan sistem efektor
perifer tubuh, di samping berfungsi sebagai pengatur informasi yang masuk. Otak
manusia mengandung 98% jaringan saraf tubuh, berat otak sekitar 1,4 kg dan
mempunyai isi sekitar 1200 cc.
b.

Medula spinalis

Bagian medula spinalis terditi atas pons dan medula oblongata :


a)

Pons merupakan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum serta

menghubungkan mesensefalon di sebelah atas dengan medula oblongata.


b)

Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung,

vasokonstriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan muntah.

2.
a.

Sistem Saraf Tepi (SST)


Saraf otonom

Sistem saraf otonom (SSO) merupakan sistem persyarafan campuran, serabut-serabut


eferennya membawa masukan dari organ-organ viseral berkaitan dengan pengaturan
denyut jantung, diameter pembuluh darah, pernafasan, pencernaan makanan, rasa
lapar, mual, dan pembuangan. Saraf eferen motorik mempersarafi otot polos, otot
jantung, dan kelenjar-kelenjar viseral. Sistem saraf otonom terdiri atas dua bagian
yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sebagian besar jaringan dan organ-organ
dibawah kontrol otonom yang mencakup kedua sistem ini. Sebagai mediator pada
stimulus simpatis adalah norepinefrin dan mediator impuls parasimpatis adalah
asetikolin.

a). Fungsi saraf otonom simpatis


fungsi saraf otonom simpatis adalah sistem siap siaga untuk membantu dalam proses
kedaduratan. Dibawah keadaan stres baik yang disebabkan oleh fisik maupun
emosional dapat menyebabakan peningkatan yang cepat pada impuls simpatis.
Sebagai akibatnya, bronkiolus berdilatasi untuk memudahkan pertukaran gas,
kontraksi jantung yang kuat dan cepat, dilatasi arteri menuju jantung dan otot-otot
volunter yang membawa lebih banyak darah ke jantung.
b). Fungsi saraf parasimpatis
fungsi saraf parasimpatis adalah sebagai pengotrol dominan untuk kebanyakan efektor
viseral dalam waktu lama. Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari
serabut-serabut

parasimpatis

(kolenergik)

menonjol.

Serabut-sarabut

sistem

parasimpatis terletak di dua area, satu pada batang otak, dan yang lainnya pada
segmen spinal di bawah L2. Oleh karena lokasi serabut-serabut tersebut, saraf
parasimpatis

menghubungkan

area

kraniosakral,

sedangkan

saraf

simpatis

menghubungkan area terakolumbal dari sistem saraf otonom.

Definisi
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -hari.
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan
daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Arif
muttaqin, 2008).

Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif
tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia
adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah,
orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan social (Aru
w. Sudoyo, 2009).

Etiologi
Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab
penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena
penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau
dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa
bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya
respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak (Aru w. Sudoyo
(2009).
Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf
yang abnormal), yang bisa terlihat pada otopsi. Penyebab ke-2 tersering dari demensia
adalah serangan stroke. Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan
yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan (Arif muttaqin, 2008).
Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak
yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia
yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar

penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya
menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak ( Silvia, 2006).

Klasifikasi
Menurut : Silvia (2006), demensia berhubungan dengan beberapa jenis penyakit
sebagai berikut:
1.

Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Medik: Hal ini meliputi

hipotiroidisme, penyakit Cushing, defisiensi nutrisi, kompleks demensia AIDS, dan


sebagainya.
2.

Penyakit yang berhubungan dengan Sindrom Neurologi: Kelompok ini meliputi

korea Huntington, penyakit Schilder, dan proses demielinasi lainnya; penyakit


Creutzfeldt-Jakob; tumor otak; trauma otak; infeksi otak dan meningeal; dan
sejenisnya.
3.

Penyakit dengan demensia sebagai satu-satunya tanda atau tanda yang

mencolok: Penyakit Alzheimer dan penyakit Pick adalah termasuk dalam kategori ini.
4.

Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia kortikal dan demensia

subkortikal. Dari etiologi dan perjalanan penyakit dibedakan antara demensia yang
reversibel dan irreversible.
Menurut : Arif muttaqin (2008), kerusakan struktur otak demensia dibagi menjadi 2
yaitu :
1.

Tipe Alzheimer

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya. Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga
penurunan proses berpikir.
2.

Demensia vascular
Demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak.

Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,.
Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah
otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler.

Patofisiologi
Pada awalnya penyakit ini merusak sel saraf-saraf pada bagian otak yang mengatur
memori, khususnya pada hipotelamus dan struktur yang berhubungan dengannya. Saat
sel-sel saraf hipotelamus berhenti berfungsi sebagaimana mestinya, terjadi kegagalan
daya ingat jangka pendek, dilanjutkan dengan kegagalan kemampuan orang untuk
melakukan perbuatan udah dan tugas-tugas biasa. Penyakit ini juga mengenai korteks
serebri, khususnya daerah yang bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemikiran.
Hilangya kemampuan berbahasa, menurukan kemampuan seseorang untuk membuat
keputusan, dan timbul perubahan kepribadian. Emosi yang meledak-ledak dan

gangguan perilaku, seperti berjalan tampa tujuan dan agitasi mulai timbul, dan lambat
laun semakin sering seiring jalannya penyakit ( Sylvia, 2005)
Akhirnya banyak daerah yang terlibat, bagian atrofi dan pada pasien ini biasanya tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain, dan sangat bergantung pada orang lain untuk
melakukan tugas pribadi yang paling mendasar, seperti makan, minum, BAK BAB.
Secara makroskopik, perubahan otak penyakit ini melibatkan kerusakan berat neuron
korteks dan hipotelamus, serta penimbunan amoloid dalam pembuluh darah
intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan marfologis dan biokimia pada
neuron-neuron. Perubahan marfologis terdiri dari dua ciri khas lesi yang pada akhirnya
berkembang menjadi degenerasi soma, akson dan dendrit neuron ( Wiwik, 2005).
Satu tanda lesi adalah kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intraselular yang berisi
serat kusut, melintir, yang sebagian besar terdiri dari protein. Dalam sistem saraf pusat
, protein ini sebagian besar telah dipelajari sebagai penghambat pembentuk struktural
yang berkait dalam menstabikan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari
sitoskleton sel neuronal (Muttaqin, 2008).

Manifestasi klinis
Menurut ( Silvia, 2006 )Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai
berikut:
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain,
rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

F.

PENATALAKSANAAN

Menurut : ( Silvia, 2006) penatalaksanaan di bagi menjadi 3 yaitu


1.

Farmakoterapi
a) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti Donepezil ,Rivastigmine , Galantamine , Memantine
b) Dementia
vaskuler
membutuhkan
obat
-obatan

anti

platelet

seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogreluntuk melancarkan aliran darah ke


otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.

c) Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi


perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
d) Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi
seperti Sertraline danCitalopram.
e) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang
efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif
diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.
2. Dukungan atau Peran Keluarga
a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita
tetap memiliki orientasi.
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa
membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang
berjalan-jalan.
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin,
bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan
memperburuk keadaan.
e. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.
3. Terapi Simtomatik

Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :


a)

Diet

b)

Latihan fisik yang sesuai

c)

Terapi rekreasional dan aktifitas

d)

Penanganan terhadap masalah-masalah

Komplikasi
Menurut silvia, (2006), komplikasi yang akan muncul adalah sebagai berikut :
1. Penyakit akut atau kronis, seperti gagal jantung kongestif, pneumonia,
penyakit ginjal dan hati,kanker dan stroke.
2. Faktor hormonal dan nutrisi, diabetes, ketidakseimbangan adrenal, atau tiroid,
malnutrisi dan dehidrasi.
3. Kerusakan sensorik yang berkaitan dengan kehilangan penglihatan dan
pendengaran serta deprivasi tidur.
4. Pengobatan, meliputi meminum berbagai obat, resep ( terutama kombinasi obat
yang bersifat antikolinergik).
5. Obat-obat yang mengganggu sistem kolinergik dan neurotransmitter asetikolin
dapat mempengaruhi memori, kemampuan belajar.

Pemeriksaan diagnostik
Menurut Arif muttaqin, (2008) :
1.

Pemeriksaan laboratorium rutin

Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia


ditegakkan

untuk

membantu

pencarian

etiologi

demensia

khususnya

pada

demensia reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia


Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin
sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain:
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi
hati, hormone tiroid, kadar asam folat.

2.

Imaging

Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah
menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih
dipertanyakan.
3.

Pemeriksaan EEG

Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada sebagian


besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi gambaran
perlambatan difus dan kompleks periodik.
4.

Pemeriksaan cairan otak

Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang
dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia
presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal
pada CT scan.
5.

Pemeriksaan genetika

Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang


memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. setiap allel mengkode bentuk
APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang
demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian
genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.
6.

Pemeriksaan neuropsikologis

Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas seharihari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan
demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup
atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving.
Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan
untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. Sebaiknya syarat pemeriksaan
neuropsikologis memenuhi syarat sebagai berikut:
a.

Mampu menyaring secara cepat suatu populasi

b.

Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah diindentifikaskan

demensia.
7.

Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah

test yang paling banyak dipakai, tetapi sensitif untuk mendeteksi gangguan memori
ringan.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (MMSE)

No

Tes

Nilai

1.

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal),

2.

hari apa?
Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota,

ORIENTASI

rumah sakit, lantai kamar)


REGISTRASI
3.

Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau

koin), setiap benda 1 detik, pasien disuruh


mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1
untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi
sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar
dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KAKULASI
4.

Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban

yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau


disuruh mengeja tebalik kata WAHYU (nilai
di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan:
minsalnya uyahw 2 nilai
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5.

Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda


diatas
BAHASA

6.

Pasien di suruh menyebut nama benda yang di

7.

tunjukkan (pensil, buku)


Pasien di suruh mengulang kata-kata namun,

8.

tanpa, bila
Pasien di suruh melakukan perintah ambil

kertas itu dengan tangan anda, lipatlah menjadi


9.

dua dan letaklah dilantai


Pasien
di
suruh
melakukan

perintah

pejamkanlah mata anda


10. Pasien disuruh menulis dengan spontan

11. Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah

ini

TOTAL

Skor

30

Nilai 24 30 = Normal
Nilai 17 23 = Sedang
Nilai 0 15 = Berat

EVIDEN BASED
Pada tahun 2008, Yuda Turana, Adre Mayza, dan Jofizal Jannis telah melakukan
penelitian tentang demensia, mereka dari Pusat Penelitian Kesehatan Atma Jaya, Tim
Pokja P3IK DepKes RI. Demensia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
gangguan daya pikir dan daya ingat yang bersifat progresif disertai dengan gangguan

bahasa, perubahan kepribadian dan perilaku. Pengobatan yang dianjurkan untuk


penderita demensia ini terdiri dari terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.
Salah satu bentuk terapi non farmakologis yang dianjurkan yaitu latihan kognitif
berupa senam otak. Telah dilakukan penelitian tentang "Pengaruh Latihan Kognitif
Terhadap Perubahan Skor Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan Demensia Ringan di
PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar". Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melihat pengaruh latihan kognitif terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lanjut
usia yang menderita demensia ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar.
Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk melihat fungsi kognitif sebelum
dan sesudah diberi latihan kognitif pada kelompok eksperimen, melihat fungsi kognitif
pada kelompok kontrol yang tidak diberi latihan kognitif dan melihat pengaruh latihan
kognitif berupa senam otak pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dan menggunakan penelitian Quasieksperimen (pretest-posttest) dengan sampel penelitian sebanyak 12 orang. 6 orang
sebagai kelompok eksperimen dan 6 orang sebagai kelompok kontrol. Pengukuran
fungsi kognitif dilakukan dengan menggunakan MMSE (Mini Mental State
Examination). Analisa statistik yang digunakan yaitu Wilcoxon, t-test dan MannWhiteney test. Test Wilcoxon untuk melihat apakah latihan kognitif berpengaruh
terhadap peningkatan fungsi kognitif pada kelompok eksperimen (pS0,05). Pada
kelompok kontrol tidak ada peningkatan fungsi kognitif tetapi terjadi penurunan
fungsi kognitif secara bermakna (p<0,05). Test Mann Whiteney digunakan untuk
melihat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia

dengan demensia ringan. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh latihan kognitif
berupa senam otak terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia
ringan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar.

Pencengahan dan perawatan demensia


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya

adalah

menjaga

ketajaman

daya

ingat

dan

senantiasa

mengoptimalkan fungsi otak, seperti :


Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol
dan zat adiktif yang berlebihan.
Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobby.
Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.( Silvia, 2006).

Konsep asuhan keperawatan teoritis

Menurut Maryam, (2012):


1.

Pengkajian

a)

Identitas

Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b) Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat (menurut
klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
c)

Pemeriksaan fisik

Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun,


takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau
makan.
d) Psikososial
1) Genogram.
2) Konsep diri.
a.

Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena

proses patologik penyakit.


b.

Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.

c.

Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran

dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas
perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber
yang cukup.

d. Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang
ada.
e.

Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga

dirinya rendah karena kegagalannya.


3). Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian,
yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi. Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang
yang penting dalam kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu
dalam kekosongan internal. Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat
menyebabkan kegagalan individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan
orang lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya
terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa
ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
4). Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat. Tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
5). Status mental
a.

Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.

b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.

c.

Aktivitas

motorik,

Perubahan

motorik

dapat

dinmanifestasikan

adanya

peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.


d. Alam perasaan : Klien nampak ketakutan dan putus asa.
e.

Afek dan emosi.

Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu
karena jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas.
Keadaan ini menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi
dirinya, karena afek yang telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak
emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien
mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah
berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen
f.

Interaksi selama wawancara

Sikap klien terhadap pemeriksa kurang kooperatif, kontak mata kurang.


g.

Persepsi

Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek.
Perubahan persepsi dapat terjadi pada panca indera yaitu penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan
berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah
halusinasi.

6). Proses berpikin

Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung


berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan
penilaian yang umum diterima.
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang
dikaitkan dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik).
Klien tidak menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan
proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitif, hilangnya asosiasi,
pemikiran magis, delusi (waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan
pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang sempit misalnya
ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
7). Tingkat kesadaran
Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang
8). Memori
a.

Gangguan daya ingat jangka panjang: Tidak dapat mengingat kejadian yang

terjadi lebih dari satu bulan.


b. Gangguan daya ingat jangka pendek: Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi
dalam minggu terakhir.
c.

Gangguan daya ingat sekarang: Tidak dapat mingingat kejadian yang baru saja

terjadi.
9). Tingkat konsentrasi
Klien tidak mampu berkonsentrasi
10). Kemampuan penilaian

Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan.


11). Kebutuhan klien sehari-hari
a.

Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah .

Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin
terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b.

Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit,

karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi
penurunan berat badan.
c.

Eliminasi

Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari
biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat
terganggu pola makan.
d. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir,
mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping
mekanisme. Ketidak mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor
penyebab primer terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping mekanisme yang
digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi kontak mata,
memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.

2. DIANGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Arif Muttaqi, ( 2008 ) :


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
tidak adekuat
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunya kemampuan merawat
diri
3. Resiko cidera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan.

ASUHAN KEPERAWATAN TEOROTIS

DIAGNOSA

TUJUAN/ KRITERIA

O
1

KEPERAWATAN
Devisit perawatan diri

HASIL
Tujuan :

yang berhubungan dengan

Dalam waktu 3x 24 jam

perubahan proses pikir

terdapat perilaku

PERENCANAAN
INTERVENSI

RASIONAL

1. Mandiri:
1.Kaji kemampuan dan tingkat
1. Membantu dalam
penurunan dalam
mengantisipasi dan
melakukan ADL.

peningkatan dalam
pemenuhan perawatan diri

merencanakan penemuan
kebutuhan individual.
2.Hindari apa yang tidak dapat 2. Klien dalam keadaan cemas

Kriteria hasil:
dilakukan klien dan bantu

dan hal ini dilakukan

bila perlu.

untuk. mencengah frustasi

Klien dapat menunjukkan


perubahan gaya hidup untuk
dan harga diri.
3. Modifikasi lingkungan

kebutuhan merawat diri dan


mengidentifikasi personal/
keluarga yang dapat
membantu

diperlukan untuk
3.Ajarkan dan dukung klien
selama aktivitas.

mengompensasi
ketidakmampuan fungsi.

4. Ketidak mampuan
berkomunikasi dengan
4.Rencanakan tindakan untuk

perawat dapat

defisit motorik seperti

menimbukan masalah

tempatkan makanan dan

pengosongan kandung

peralatan di diket klien

kemih karena masalah

agar mampu sendiri

neurogenik
5. Meningkatkan latihan dan

mengambilnya
menolong mencengah
5.Identifikasi kebiasaan BAB,
konstipasi.
anjurkan minum, dan
meningkatkan aktifitas
Pertolongan utama
Kalaborasi:
Pemberian supositoria
dan pelumas
feses/pencahar.

terhadap fungsi usus


atau defekasi.
Untuk
mengembangkan

Konsul ke dokter

terapi dan
melengkapi

terapi okupas

kebutuhan khusus.
2

Perubahan nutrisi, kurang

Tujuan:

dari kebutuhan tubuh yang

Dalam waktu 3x 24 jam

berhubungan dengan

kebutuhan nutrisi klien

asupan tidak adekuat

terpenuhi

Mandiri:
1. Evaluasi kemampuan makan 1.
klien.

Klien mengalami
kesulitan dalm
mempertahankan berat
badan mereka, mulut

Kriteria hasil:

mereka kering akibat


obat-obatan dan

Mengerti tentang

mengalami kesulitan

pentingnya nutrisi bagi

mengunyah dan

tubuh, memperlihatkan
2.

menelan.
Tanda kehilangan berat

kenaikan berat badan sesuai 2. Observasi/ timbang berat


badan (7-10 %) dan
dengan hasil pemeriksaan

badan jika memungkinkan.


kekurangan intake

laboratorium.

nutrisi menunjang
terjadinya masalah
katabolisme, kandungan
3.

glikogen dalam otot.


Pemanas elektrik

3. Monitor pemakain alat bantu.


digunakan untuk
menjaga makanan tetap
hangat dan klien
diizinkan untuk istirahat
selama waktu yang di
tetapkan untuk makan,
alat-alat khusus yag
4. Kaji fungsi sistem

4.

membantu makan.
Fungsi sistem

gastrointestinal yang

gastrointestinal sangat

meliputi suara bising usus,

penting untuk

catat terjadi perubahan di

memsukkan makanan.

dalam lambung seperti


mual, dan muntah,
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan

Perubahan nutrisi kurang

Dalam waktu 3x 24 jam

dari kebutuhan tubuh

kebutuhan nutrisi klien

berhubungan dengan

terpenuhi, Mengerti tentang

asupan yang tidak adekuat

pentingnya nutrisi bagi

Memberi informasi

laboratorium yang

yang tepat tentang

diindikasikan, seperti:

keadaan nutrisi yang

serum, kreatine,

dibutuhkan klien

glukosa
Kolaborasi :
1. Kaji pengetahuan keluarga/
klien mengenai kebutuhan

1. Identifikasi kebutuhan
membantu perencanaan

makanan.
pendidikan.
2. Usahakan/ beri bantuan dalam2. Klien tidak mampu

tubuh.
memilih menu.

menentukan pilihan
kebutuhan nutrisi.

3. Beri Privasi saat kebiasaan


makan menjadi masalah.

3. Ketidakmampuan menerima
dan hambatan sosial dari
kebiasaan makan
berkembang seiring
berkembangnya penyakit.
4. Makan makanan kecil
meningkatkan masukan

4. Beri makanan kecil sesuai


kebutuhan.

yang sesuai.
5. makanan yang panas
mengakibatkan mulut

5.

Hindari makanan yang

terlalu panas.

terbakar atau menolak


untuk makan.

Meningkatkan status
Kolaborasi :

nutrisi

konsultasikan dengan
ahli gizi.

(Arif muttaqin, 2008)

BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS PEMICU DEMENSIA

Tn. B usia 79 tahun, tinggal di panti werdha budi luhur sejak 2 tahun yang lalu,
keluarga minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluarga sibuk dengan urusan masingmasing. Tn. B dulunya bekerja di pabrik alumunium, Kondisi fisik Tn. B saat ini
mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu melakukan
devisit keperawatan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan orang. Tn.
B sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan
toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah. Sebelumnya klien pernah
dibawa berobat ke PKM dan di diagnosa oleh dokter bahwa Tn. B menderita demensia
yang merupakan bagian normal dari preses penuaan.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 37 0C, RR: 24 x/menit, N :
75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik,
kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan
tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien
menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan
makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang
mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi
klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air

mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan
dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan
tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati dan kekuatan otot klien 4 ( dapat
gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan) dan pemeriksaan lab. Didapatkan
hasil Hb : 9 gr/dl, leukosit : 12000 mm 3, trombosit 340.000/mm3, dan
pemeriksaan MMSE : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang
normal 0-15 bera
I.

Pengkajian

Nama Panti

: Wredha budi luhur

Ruang/ Kamar

: Melati

Tanggal Masuk

: 18 januari 2013

Tanggal Pengkajian

: 19 januari 2013

A. Identitas Klien
Nama Lansia

: Tn. B

Umur

: 79 tahun

Jenis kelamin

: Laki- laki

Status merital

: Menikah

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Sunda

Bahasa yang digunakan

: Daerah

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat asal

B.

: Ciamis

Alasan masuk PSTW

Keluarga klien minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluaga sibuk dengan urusan
masing-masing.
Keluhan utama saat pengkajian
Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi.

C.

Riwayat Kesehatan

1.

Riwayat kesehatan saat ini

Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi,
dan Tn. B juga sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi,
berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 37 0C, RR: 24 x/menit, N :
75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik,
kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan
tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien
menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan
makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang
mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi
klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air
mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan

dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan
tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati

2.

Riwayat kesehatan masa lalu

Keluarnga klien mengatakan dulunya klien pernah bekerja di pabrik alumunium. Klien
tidak pernah di rawat di RS, tidak pernah dioperasi, tidak pernah alergi obat, makan,
dan klien juga tidak mempenyai kebiasaan merokok, alkohol dan juga obat- obatan.

3.

Riwayat kesehatan keluarga

Susunan anggota keluarga


Keluarga klien mengatakan bahwa anggota keluarga klen tidak pernah menderita
penyakit yang sama separti klien dan juga tidak pernah menderita penyakit penyakit
lainnya.

D.

Kebiasaan sehari-hari

1.

Nutrisi cairan / makanan

Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien 3x sehari, jumlah makan klien klien
yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung
protein, mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga
kesehatan klien serta meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum klien 1000 cc /
hari dengan air mineral.

2.

Eliminasi

Frekuensi BAB 1 x 24 jam, warna feses kuning, bau khas. Frekuensi BAK 2 x 24 jam,
volume urine 400cc, warna kuning, bau urine khas.
3.

Aktivitas latihan

Klien makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang air besar, buang air kecil, di bantu
orang/ perawat.
4.

Tidur istirahat

Klien tampak ada tidur siang kurang lebih 30 menit, tidur malam klien kurang lebih 5
jam.

E.

Data psikologi

Klien ikhlas menerima keadaanya, walaupun suasana hatinya sedih, klien tampak
sering tersinggung dan mudah marah. Konsep diiri klien tampak menurun karena
faktor usia dan merupakan proses penuaan. Orientasi klien kurang baik karena
konsentrasi yang menurun sehingga klien mengalami penurunan daya ingat dengan
nilai 11 (berat) menyebabkan klien sulit melakukan aktifitas dan devisit keperawatan
diri. Memori klien pendek karena klien sering kali lupa jalan pulang bila sedang
berpergian, sulit untuk mandi, berpakaian, dan toileting.
Bahas klien kurang jelas dan bahasa yang digunakan klien kurang dipahami
oleh orang lain. klien mnegalami gangguan memori jangka pendek dikernakan
klien Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir, bahkan
klien sering lupa jalan saat perpergian, sulit bandi, berpakaian, dan toileting.

F.

Data sosial

Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, hubungan klien dengan
penghuni lain kurang baik, hubungan dengan petugas kurang baik dan adat istiadat
yang dianut klien yaitu sunda. Dikarenakan klien mengalami gangguan memori dan
orentasi sehingga klien kurang berintraksi sosial dengan baik.

G.

Data spritual

klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering berdoa.

H.

Pemeriksaan fisik

1.

Keadaan sakit

klien tampak sakit berat karena klien mengalami gangguan memori dan orientasi.
Selain itu klien tidak mampu melakukan devisit keperawan diri secara mandiri
melainkan membutuhkan bantuan orang.
2.

Tanda- tanda vital

Kesadaran klien komposmentis, klien masih dalam kesadaran penuh. Tekanan darah
140/80 mmhg, nadi 75 x / menit, suhu 37 oC menggunakan axila, RR : 24x/menit, pola
pernapasan klien tampak teratur.
3.

Kepala

Bentuk kepala simetris, warna rambut memutih/ beruban, keadaan rambut rontok, kulit
kepala kotor dan bau.

4.

Mata/ penglihatan

Ketajaman penglihatan klien kabur, sclera putih dan jernih, ukuran isocor, warna
gelap, reaksi terhadap cahaya miosis. Refleks pupil sama besar, dan bereaksi terhadap
cahaya, konjungtiva anemis, lapang pandang kurang jelas, penglihatan klien terasa
kabur apabila tidak menggunakan kacamata.
5.

Hidung/penciuman

Bentuk simetris, struktur bagian dalam merah muda, fungsi penciuman klien kurang
baik.
6.

Telinga/ pendengaran

Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang, tidak terdapat lesi, kulit telinga
berkurang elastisitasnya. fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada nyeri, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
7.

Mulut/pengecap

Bibir berwarna pucat, simetris, kelembaban baik, mukosa mulut merah muda baik,
gigi kurang bersih, ada caries, gigi tidak lengkap, kaadaan gusi kurang baik, tidak ada
peradangan. Fungsi mengunyah kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu baik, fungsi
bicara kurang jelas, bau mulut, refleks menelan juga kurang baik.
8.

Leher

Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tryroid dan
sub mandibulalis baik, kaku kuduk dan sulit menelan tidak ada.

9.

Dada/pernapasan

I : bentuk dada simetris, kwalitas nafas cepat, klien tidak ada batuk dan
tidak

menggunakan alat bantu pernapasan

P : tidak terdapat tonjolan, tactile fremitus seimbang kiri dan kanan


P : perkusi dada resonan
A : suara napas vesiculer
10. Kardiovaskuler
I

: bentuk jantung simetris.

: Denyut nadi perifer teraba melemah, ictus kordis teraba.

: Perkusi terdapat bunyi pekak

: Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan), biasanya S1

terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan S2 tinggi.
Jarak antara bunyi lub dan dub sekitar 1 detik / kurang.
11. Abdomen
I

: Tidak terdapat lesi, dan perut pasien tidak membuncit.

A : Bising usus normal ( 10 x /menit )


P

: Tidak teraba masa.

: Perkusi terdengar : Tympani

12. Muskulo skeletal


Kekuatan otot klien 4 dan terdapat kaku sendi, gaya berjalan klien lambat.
4

Ket : dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.


13. Keadaan neurologi
Penciuman pada klien terganggu N.1 (olfaktorius), penglihatan klien terganggu N.
II (optikus), refleks menelan klien terganggu N. V (trigeminus), dan pengecap klien
terganggu N. XII (hipoglosus) sedangkan untuk pendengaran klien masih normal N.
VII (koklearis).
14. Integumen/kulit
Warna kulit telinga luar sawo matang, tekstur keriput, suhu kulit normal/ alamiah,
keadaan kuku klien tampak kotor.
15. Catatan khusus
Klien tidak mengerti tentang kondisinya, hubungan klien dengan keluarga kurang
baik, orang yang paling dekat dengan klien hanya perawat.

I.

Informasi penunjang

Nama pasien

: Tn.B

Diagnosa medik

: Demensia

Tgl. Pengkajian

: 20 januari 2013

1.

laboratorium

a)

Hb : 9 gr/ dl (P : 13-18 gr dan W : 12-16 gr)

b)

Leukosit : 11000 mm3 (4000 - 11000 / 5000 10000 mm3)

c)

Trombosit : 340.000/ mm3 (150.000 450.000/mm3)

2.

Pemeriksaan Status Mental Mini Exam (MMSE)

Nomor Identifikasi

Nama Responden

: Tn. B

Pendidikan

: Wiraswasta

Umur

: 79 Tahun

No

Tes

Nilai

Hasil

Normal

pemeriksaan

ORIENTASI
1.

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari

2.

apa?
Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah

sakit, lantai kamar)


REGISTRASI
3.

Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau


koin), setiap benda 1 detik, pasien disuruh

mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk


setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai
pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat
jumlah pengulangan
ATENSI DAN KAKULASI
4.

Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang

benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh


mengeja tebalik kata WAHYU (nilai di berikan
huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya
uyahw 2 nilai
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5.

Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda


diatas
BAHASA

6.

Pasien di suruh menyebut nama benda yang di

7.

tunjukkan (pensil, buku)


Pasien di suruh mengulang kata-kata namun,

8.

tanpa, bila
Pasien di suruh melakukan perintah ambil kertas

9.

letaklah dilantai
Pasien di suruh melakukan perintah pejamkanlah

10.

mata anda
Pasien disuruh menulis dengan spontan

itu dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan

11.

Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini

TOTAL

30

11

Tanggal

: 18 januari 2013

Ket : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.

3.

Obat obatan

a.

Donezepil : 5 mg 3x/hari

b.

Anti depresi : citalopram 3x 10-20 mg

c.

Galantamine : 3x 3-5 mg

d. Diet makanan lunak yang kalori penuh serta gizi yang baik
4.

Terapi simtomatik

a.

Latihan kemampun kognitif, dan mengasah pola fikir

b.

Terapi rekreasional dan aktifitas

A.

ANALISA DATA

Nama pasien

: Tn. B

Umur

: 79 tahun

N
O
1.

DATA
DS:
Petugas panti mengatakan klien sering

PENYEBAB

MASALAH

perubahan fisiologis

Perubahan proses

(degenerasi neuron

pikir

tersinggung dan mudah marah


Perawat mengatakan klien sering lupa

ireversibel)

jalan pulang bila berpergian

DO:
Klien tampak mengalami gangguan
memori dan orientasi
Klien tampak bingung
Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat)

2.

DS:
Petugas panti mengatakan klien sulit
mandi, berpakaian dan toileting

Menurunya

defisit perawatan

kemampuan

diri

merawat diri

DO:

Kuku klien tampak kotor


Badan klien Bau
Penampilan kurang menarik
Kulit kepala kotor dan bau
Mulut klien bau dan Tampak adanya
caries

3.

DS :
Petugas panti mengatakan nafsu
makan klien menurun

Asupan tidak

Perubahan nutrisi,

adekuat

kurang dari
kebutuhan tubuh

DO :
Gigi klien tidak lengkap
Klien tampak hanya menghabiskan

4.

setengah porsi makannya


Hb : 9 gr/dl
DS :
Petugas panti mengatakan kekuatan
otot klien menurun sehingga klien
berjalan dengan lambat
DO :
klien tampak sering mengalami kaku
sendi
klien tampak menggunkan tongkat
klien tampak berjalan dengan hatihati
kekuatan otot klien 4

kesulitan
keseimbangan dalam
beraktifitas

Risiko cidera

B. INTERVENSI

NO
1.

Nama pasien

: Tn. B

Umur

: 79 tahun

Diagnosa Keperawatan

Tujuan & KH

Perubahan proses pikir

Tujuan :

b.d perubahan fisiologis

Setelah diberikan

(degenerasi neuron

tindakan 3 x 24 jam

ireversibel) d.d

keperawatan diharapkan

Intervensi
Mandiri
1.

Kembangkan
mendukung

2.
DS:

Rasional

lingkungan
&

yg 1.

hubungan

klien-

perawat yg terapeutik.
Pertahankan
lingkungan

yg

klien mampu mengenali

Mengurangi

kecemasan

dan

emosional.

2.

Kebisingan

merupakan

berlebihan

yg

sensori

menyenangkan dan tenang.


Perawat

perubahan dalam berpikir


3.

mengatakan

dengan

klien sering lupa

KH:

jalan pulang bila

Mampu

berpergian

memperlihatkan

4.
5.

Tatap wajah ketika berbicara dengan


klien.
Panggil klien dengan namanya.

3.

gangguan neuron.
Menimbulkan perhatian, terutama

4.

pada klien dg gangguan perceptual.


Nama adalah bentuk identitas diri &

Gunakan suara yang agak rendah dan


menimbulkan pengenalan terhadap
berbicara dengan perlahan pada klien.

kemampuan kognitif
DO:

meningkatkan

5.
untuk menjalani

realita & klien.


Meningkatkan pemahaman. Ucapan

Klien tmapak

konsekuensi kejadian

tinggi & keras menimbulkan stress

mengalami gangguan

yang menegangkan

memori dan orientasi

terhadap emosi & pikiran

dan instruksi sederhana(tahap demi

tentang dirinya

tahap).

Klien tampak

6.

Gunakan kata-kata pendek, kalimat,

yg

mencetuskan

dlm

mengembangkan strategi 7.

Ciptakan

aktivitas

terganggu

untuk mengatasi

bermanfaat,

dan

menghilangkan

sederhana,
kemampuan

Pemeriksaan

otak

Mampu
sehingga

&

respon marah.
6.Seiring perkembangan penyakit, pusat
komunikasi

bingung

konfrontasi

tidak

klien

dlm

respons

bersifat
penerimaan pesan & percakapan

MMSE: 3 (berat)

anggapan diri yang

kompetitif sesuai kemampuan klien.


secara keseluruhan.
7.memotivasi klien dlm

negative.
8.

cara

yang

kegunaannya

&

Evaluasi pola tidur.


menguatkan

kesenangan diri serta merangsang


realita.
Kolaborasi
8.
1.

Kurang tidur dpt mengganggu

Berikan obat sesuai indikasi


proses piker & kemampuan koping
klien.
Kolaborasi

1.

Untuk mengurangi rasa defresi


pada klien.

2.

Defisit perawatan diri


b.d menurunnya

Tujuan :

Mandiri :

Setelah dilakukan

1.
1.

1. Identifikasi

kesulitan

Memahami

penyebab

yg

dalam
mempengaruhi intervensi. Masalah

kemampuan merawat

tindakan keperawatan 3 x

berpakaian/ perawatan diri, seperti:


dpt

diri d.d

24 jam diharapkan klien

keterbatasan

gerak

fisik,

diminimalkan

apatis/
menyesuaikan

DS:

dapat merawat dirinya


Perawat

sesuai dengan

atau

konsultasi dari ahli lain.


Seiring perkembangan

mengatakan klien sulit

kemampuannya dengan

& berikan bantuan sesuai kebutuhan

kebutuhan

mandi, berpakaian dan

KH :

dg

mungkin dilupakan.

Mampu melakukan

DO:

aktivitas perawatan diri

memerlukan

depresi.
2. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri 2.

toileting

dengan

perawatan

rambut

/kuku/kulit,

penyakit,

kebersihan

dasar

bersihkan kaca mata, & gosok gigi.


3. Perhatikan
adanya
tanda-tanda
3.

Kehilangan sensori dan penurunan

nonverbal yg fisiologis.
Kuku klien tampak
kotor

sesuai

dg

kemampuan.

tingkat

fungsi bahasa menyebabkan klien


mengungkapkan

kebutuhan

Badan klien Bau

perawatan diri dg cara nonverbal,

Penampilan kurang

seperti

terengah-engah,

ingin

menarik

Kulit kepala kotor

4. Beri banyak waktu untuk melakukan


4.

dan bau

berkemih

dengan

dirinya.
Pekerjaan

yg

memegang

tadinya

mudah

tugas.
sekarang menjadi terhambat karena

Mulut klien bau


penurunan motorik & perubahan
dan Tampak adanya
5.

Perubahan nutrisi kurang Tujuan:

dan indah.
Mandiri

3.

caries

Bantu mengenakan pakaian yang rapi 5.

hidup.

dari kebutuhan tubuh b.d Dalam waktu 3x 24 jam 1.

Kaji

asupan tidak adekuat d.d

2.

mengenai kebutuhan makanan.


perencanaan pendidikan.
Usahakan/ beri bantuan dalam memilih 2.Klien tidak mampu menentukan pilihan

3.

menu.
kebutuhan nutrisi.
Beri Privasi saat kebiasaan makan 3.Ketidakmampuan
menerima

kebutuhan nutrisi klien

pengetahuan

kognitif.
Meningkatkan kepercayaan untuk

keluarga/

klien 1.Identifikasi

kebutuhan

membantu

terpenuhi
DS :

Perawat

Kriteria hasil:

mengatakan nafsu

makan klien menurun

pentingnya nutrisi bagi

DO :

tubuh.

menjadi masalah.

Mengerti tentang

dan

hambatan

sosial

dari

kebiasaan

makan

berkembang

seiring

berkembangnya penyakit.
4.Makan makanan kecil meningkatkan
4.

Beri makanan kecil sesuai kebutuhan.


masukan yang sesuai.

Gigi klien tidak

5.

Hindari makanan yang terlalu panas.

5.makanan yang panas mengakibatkan

lengkap

mulut terbakar atau menolak untuk

makan.

Fungsi mengunyah
kurang baik

Klien hanya

Kolaborasi :

menghabiskan setengah

1.

1.

Meningkatkan status nutrisi

konsultasikan dengan ahli gizi

porsi

4.

Hb : 9 gr/dl
Resiko cidera

Tujuan :

b.dkesulitan

Setelah dilakukan

keseimbangan d.d

tindakan keperawatan 3x

Ds :

Mandiri
1. Kaji derajat gangguan kemampuan, 1.

Mengidentifikasi

risiko

tingkah laku impulsive dan penurunan

lingkungan

mempertinggi

persepsi

keluarga

kesadaran perawat akan bahaya.

terjadinya

Klien dengan tingkah laku impulsi

visual.

24 jam diharapkan
mengidentifikasi

Perawat mengatakan

Bantu
risiko

Risiko cedera tidak


bahaya yang mungkin timbul.

kekuatan otot klien

dan

di

berisiko

trauma

karena

kurang

terjadi dengan
mampu mengendalikan perilaku.

menurun sehingga klien

KH :
Penurunan persepsi visual berisiko

berjalan dengan lamba.

Meningkatkan tingkat

Do :

aktivitas.

2.

terjatuh.
Klien dengan gangguan kognitif,

2. Hilangkan sumber bahaya lingkungan.


gangguan persepsi adalah awal

klien tampak sering

Dapat beradaptasi
terjadi

mengalami kaku sendi

trauma

bertanggung

klien tampak
menggunkan tongkat

klien tampak

tidak

jawab

terhadap

mengurangi risiko
trauma/ cedera.

3.
3. Alihkan

perhatian

saat

perilaku

berjalan dengan hati-

teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar

hati

tempat tidur.
4. Kaji

efek

samping

obat,

kebutuhan keamanan dasar.


Mempertahankan keamanan dengan
menghindari
meningkatkan

4.
kekuatan otot klien 3

akibat

dengan lingkungan untuk

(tanda

risiko

yang

terjadinya

trauma.
Klien yang tidak dapat melaporkan

tanda
tanda/gejala

keracunan

konfrontasi

obat

dapat

ekstrapiramidal,
menimbulkan kadar toksisitas pada

hipotensi

ortostatik,

gangguan
lansia. Ukuran dosis/ penggantian

penglihatan, gangguan gastrointestinal).


obat diperlukan untuk mengurangi
gangguan.

C. IMPLEMENTASI & EVALUASI


Nama pasien

: Tn. B

Umur

: 79 tahun

Diagnosa

Tanggal/

Keperawatan
jam
DX I
19 / 01 /
2013

Catatan Keperawatan

Tanggal/ jam

Perkembangan
(Evaluasi)

1.

Mengembangkan

lingkungan

yg 19 / 01 / 2013

S:

mendukung & hubungan klien perawat yg

terapeutik.

panggil dengan namanya

Hasil : klien masih mudah tersinggung

2.

Mempertahankan

lingkungan

Klien mengatakan senang jika di

yg

Klien mengatakan memahami


pembicaraan menggunakan kata-kata

menyenangkan dan tenang.

pendek

Hasil : klien tampak nyaman

O:

3.

Menatap

wajah

ketika

berbicara

Klien tmapak mengalami gangguan

dengan klien.

memori dan orientasi

Hasil : klien tidak mau menatap wajah

Klien tampak bingung

perawat jika berbicara

Pemeriksaan MMSE: 11 (berat)

Ket

4.

Memanggil klien dengan namanya.

Hasil : klien tampak senang jika di panggil


dengan namanya
5.

Menggunakan suara yang agak rendah

dan berbicara dengan perlahan pada klien.


Hasil

klien

tampak

mudah

dalam

berkomunikasi
6.

Menggunakan

kata-kata

pendek,

kalimat, dan instruksi sederhana(tahap demi


tahap).
Hasil : klien tampak mengerti
7.

Menciptakan

aktivitas

sederhana,

bermanfaat, dan tidak bersifat kompetitif


sesuai kemampuan klien.
Hasil: klien tampak belum mau beraktivitas
secara sedehana

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi 1, 3, 6, 7, 8, 9 dilanjutkan

8.

Mengevaluasi pola tidur.

Hasil : klien tampak tidur dengan baik


9.
Hasil

Kolaborasi dengan obat sesuai indikasi


:

donezepil,

citalopram,

dan

galantamine.
DX II

19 / 01 /

1.

Mengidentifikasi

2013

berpakaian/

perawatan

kesulitan
diri,

dalam 19 / 01 / 2013
seperti:

S : Klien mengatakan tidak mampu


malakukan perawatan diri secara mandiri

keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi,


Hasil : klien tidak mampu

O:

melakukan secara mandiri

Kuku klien tampak kotor

kebutuhan

Badan klien Bau

kebersihan diri & berikan bantuan sesuai

Penampilan kurang menarik

kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit,

Kulit kepala kotor dan bau

bersihkan kaca mata, & gosok gigi.

Mulut klien bau dan Tampak adanya

Hasil : klien belum mampu melakukan

caries

2.

Mengidentifikasi

secara mandiri

A : masalah teratasi sebagian

3.

P : intervensi 1, 2 , 4, 5, di lanjutkan

Memperhatikan adanya tanda-tanda

nonverbal yg fisiologis.
Hasil : klien masih mampu menggunkan
bahasa yang verbal
4.

Memberi

banyak

waktu

untuk

melakukan tugas.
Hasil : klien membutuhkan waktu yang
cukup untuku melakukan tugas
5.

Membantu mengenakan pakaian yang

rapi dan indah.


Hasil : klien tidak mau mengenakan pakaian
yang rapi
DX III

19 / 01 /

1.

Mengkaji pengetahuan keluarga/ klien 19 / 01 / 2013

2013

mengenai kebutuhan makanan.

S:
-

Klien mengatakan belum bisa

Hasil : klien belum mengetahui makanan

mamilih makanan yang di sukainya

dapat meningkatkan status nutrisinya

O:

2.

Mengusahakan/ beri bantuan dalam

klen tampak hanya menghabiskan

memilih menu.

setegah porsi makanan

Hasil : klien belum bisa memilih makanan

yang disukai

A : masalah belum teratasi

3.

P : intervensi 1, 2, 3, 4 ,5, di lanjutk

Memberi Privasi saat kebiasaan makan

menjadi masalah.
Hasil : klien belum merasa nyaman
4.

Memberi

makanan

kecil

sesuai

kebutuhan.
Hasil : klien tampak belum mau untuk
menerima makanan kecil
Kolaborasi :
1.

konsultasikan dengan ahli gizi.

Hasil : pemenuhan nutrisi klien belum

hb : 9 gr/dl

maksimal, dengan diet makanan lunak yang


rendah kalori serta gizi yang baik

1.

Mengkaji

derajat

gangguan

kemampuan, tingkah laku impulsive dan


penurunan persepsi visual.
Hasil

mengalami

klien
gangguan

tampak
memori

dan

orientasi
DX IV

19/ 01/ 2013

19/01/

1.

Menghilangkan

sumber

bahaya

2013

lingkungan.

tongkat untuk berjalan

Hasil : klien tampak mengunakan tongkat

O:

3.

klien tampak mengalami kaku sendi

klien tampak menggunkan tongkat

Mengalihkan perhatian saat perilaku

S : klien mengatakan ia menggunakan

teragitasi/

berbahaya,

memenjat

pagar

tempat tidur.

untuk berjalan

Hasil : menghindari terjadinya cedera

klien tampak berjalan dengan hati-

4.

Mengkaji efek samping obat, tanda

hati

keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi

ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan

A : Masalah belum teratasi

gastrointestinal).

P : intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6 di lanjutkan

Hasil : untuk tindakan intervensi selanjutnya

kekuatan otot klien 4

AFTAR PUSTAKA

Arif, Muttaqin . 2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan .
Jakarta : Salemba Medika
Aru, Sudoyo W. 2009 . Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Internal Publisting
Badan Penelitian Statistic, 1992. Pdf askep demensia. Alamat web : pdf askep penelitian
demensia. Diambil tanggal 7 januari 2013.
Handayani, wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Neurologi. Jakarta : Selemba medika
Mary, Town Send C. 1998 . Diagnosa pada Keperawatan Psikiatrik . Jakarta : EGC
Maryam, R. Siti . 2012 . Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya . Jakarta : Salemba
Medika
Nugroho, Wahjudi . 2000 . Keperawatan Gerontik . E& . 2 . Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. 2005 . Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit . E& . Jakarta :
EGC
Syaifuddin . 2011 . Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan . E& . 2 .
Jakarta : Salemba Medika
Widagdo, Wahyu dkk. 2008. Askep Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai