BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang berada di kawasan asia tenggara.
Layaknya sebuah Negara berkembang, Indonesia tak akan pernah lepas dengan programprogram pembangunan baik dalam skala lokal maupun skala nasional. Pada hakikatnya tujuan
pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang mempunyai tingkat kesejahteraan sosial
yang tinggi. Namun dalam perjalanannya, berbagai kendala masih sering dijumpai.
Menurut data BPS indonesia, jika dilihat dari administratif kabupaten/kota, data terkini
pemerintah menyebutkan terdapat 122 kabupaten/kota yang memiliki daerah tertinggal. Padahal
lanjut Marwan, dari hasil pertemuannya dengan berbagai kepala daerah dan aparatur desa,
jumlah
kabupaten/kota
yang
memiliki
desa
tertinggal
mencapai
200
300
kabupaten/kota. Sebanyak 32.000 desa dari 74.093 jumlah desa di Indonesia atau 52,79 persen.
(SJ)
Salah satu kendala yang mendominasi adalah rendahnya tingkat aksesbilitas ke daerah
pembangunan. Hal inilah yang menjadi penyebab utama kesenjangan pembangunan.
Kesenjangan pembangunan, baik antar golongan masyarakat maupun antar daerah yang relatif
masih tinggi berusaha terus diturunkan. Berbagai program percepatan yang diharapkan menjadi
katalis terhadap peningkatan kegiatan pembangunan nyatanya masih dirasa kurang dampaknya.
Salah satu contohnya adalah tarik-menarik kewenangan dan masalah birokrasi yang terlalu
rumit (Koran Jakarta:16 oktober 2013). Oleh karena itu pemerintah membuat Kementrian
1.1 Kegunaan
Adapun kegunaan dari makalah ini yaitu dapat menjadi sumber bahan bacaan yang dapat
memberikan pengetahuan mengenai daerah tertinggal bagi siapapun.
BAB II PEMBAHASAN
2. 1. Pengertian Daerah Tertinggal
Secara umum yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang
masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala
nasional. Pengertian daerah tertinggal sebenarnya multi-interpretatif dan amat luas. Meski
demikian, ciri umumnya antara lain: tingkat kemiskinan tinggi, kegiatan ekonomi amat terbatas
dan terfokus pada sumberdaya alam, minimnya sarana dan prasarana, serta kualitas SDM yang
rendah.
Daerah tertinggal secara fisik terkadang lokasinya amat terisolasi. Beberapa pengertian
wilayah tertinggal telah disusun oleh masing-masing instansi sektoral dengan pendekatan dan
penekanan pada sektor terkait (misal: transmigrasi, perhubungan, pulau-pulau kecil dan pesisir,
Kimpraswil, dan lain sebagainya). Wilayah tertinggal secara definitif dapat meliputi dan
melewati batas administratif daerah sesuai dengan keterkaitan fungsional berdasarkan dimensi
ketertinggalan yang menjadi faktor penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat di
wilayah tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri pembangunan daerah tertinggal Nomor 001/KEP/MPDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, yang dimaksud dengan
Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang
berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Konsep daerah tertinggal pada
dasarnya berbeda dengan konsep daerah miskin. Oleh karenanya, program pembangunan daerah
tertinggal berbeda dengan program penanggulangan kemiskinan
2.2. Faktor Penyebab Daerah Tertinggal
Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena beberapa faktor penyebab,
yaitu:
1. Geografis
Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di
pedalaman, perbukitan/ pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena
faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun
media komunikasi.
2. Sumberdaya Alam
Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam, daerah yang memiliki
sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi
atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang
berlebihan.
3. Sumberdaya Manusia
Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan,
dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang belum berkembang.
4. Prasarana dan Sarana
Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan,
pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal tersebut
mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
5. Daerah Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana
Daerah tertinggal secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu seringnya suatu daerah
mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan dan banjir, dan dapat
menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.
6. Kebijakan Pembangunan
Suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa kebijakan yang tidak tepat
seperti kurang memihak pada pembangunan daerah tertinggal, kesalahan pendekatan dan
prioritas pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam
perencanaan dan pembangunan.
2.3. Kriteria Penetapan Daerah Tertinggal
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional ini adalah wilayah
administrasi Kabupaten. Hal ini sesuai dengan kewenangan otonomi daerah yang secara penuh
diberikan
kepada
pemerintah
Kabupaten.
Beberapa daerah yang tertinggal mempunyai Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang sangat rendah, hal ini menyebabkan mereka merasa sangat berat untuk dapat
menyelenggarakan pendidikan dengan layak. Karena anggarana Pendapatan Asli Daerah (PAD)
mereka sangat rendah, beberapa daerah yang selama ini kita kenal dengan daerah tertinggal
merasa keberatan untuk langsung menerima beban kewenangan kebijakan desentralisasi
pendidikan ini. Pembiayaan pembangunan yang mereka lakukan selama ini banyak ditunjang
oleh pusat atau propinsi. Pendapatan asli daerah mereka tergolong masih sangat rendah (Chan,
Sam, 2006)
Masalah lain, yaitu masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang atau
takut terhadap upaya pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan uji coba mekanisme
sering dianggap para pengajar sebagai sebuah malapetaka atau setidaknya menjadi beban yang
cukup berat untuk mereka. Serta LSM yang bergerak di bidang pendidikan masih kurang.
juga dngan P2DTK. Program (Sarpung) Sarjana Pulang Kampung juga diterapkan Pemkab
Tapin, Kalimantan Selatan untuk mrnyebarkan tenaga pendidik di daerah mereka. Program
beasiswa dan penggalangan dana untuk anak-anak yang mempunyai masalah ekonomi juga
semakin digalakkan karena pada dasarnya masalah ekonomi kerap menjadi masalah utama yang
membelenggu masyarakat di daerah tertinggal. Masalah ini sepatutnya tidak hanya menjadi tugas
pemerintah dalam menyelesaikannya, namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat dalam
pelaksanaannya.
Pembukaan UUD 1945 yang berisi tujuan pendidikan nasional adalah membentuk warga
Negara yang cerdas, mandiri dan dilandasi oleh ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal
ini sepatutnya menjadi landasan utama dalam merealisasikan pendidikan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat agar terlatih kecerdasannya.
Strategi pembangunan daerah tertinggal disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
masing-masing daerah. Strategi dimaksud meliputi:
1.
Pengembangan ekonomi lokal, strategi ini diarahkan untuk mengembangkan ekonomi daerah
tertinggal dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi sumberdaya local (sumberdaya
manusia, sumberdaya kelembagaan, serta sumberdaya fisik) yang dimiliki masing-masing
daerah, oleh pemerintah dan masyarakat, melalui pemerintah daerah maupun kelompok-
2.
3.
untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Perluasan Kesempatan, strategi ini diarahkan untuk membuka keterisolasian daerah tertinggal
5.
Peningkatan Mitigasi, Rehabilitasi dan Peningkatan, strategi ini diarahkan untuk mengurangi
resiko dan memulihkan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh konflik dan bencana alam serta
berbagai aspek dalam wilayah perbatasan.
tenaga ahli serta pendidikan atau pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan. Cara lain yaitu
dengan subsidi dana penyelenggaraan kependidikan formal maupun informal berbasis
masyarakat yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah berupa biaya operasi. Selain
itu, sumber daya lain yang dapat membantu dalam menyukseskan pendidikan berbasis
masyarakat yaitu berupa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Semua hal tersebut dapat
tersedia dengan adanya kerja sama yang terbuka antara pemerintah, pemerintah daerah, Tokohtokoh masyarakat serata LSM terkait yang diharapkan dapat membantu proses pendidikan ini.
3.1. Kesimpulan
Kriteria sebuah daerah tertinggal adalah berdasarkan kondisi sosial, budaya, ekonomi dan
wilayah (fungsi inter dan intra spasial baik pada aspek lingkungan, aspek manusianya, maupun
prasarana pendukungnya) kurang berkembang dibandingkan daerah lain.
Pandangan masyarakat desa di daerah tertinggal cenderung lebih berorientasi pada hal
materiil, yaitu lebih menyukai jika anak-anaknya bekerja membantu orang tua daripada harus
belajar di sekolah. Mungkin hal inilah yang menyebabkan masyarakat desa di daerah tertinggal.
Masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang atau takut terhadap upaya
pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan uji coba mekanisme sering dianggap para
pengajar sebagai sebuah malapetaka atau setidaknya menjadi beban yang cukup berat untuk
mereka. Sudah cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi
masalah ketertinggalan daerah selama ini. Salah satunya yaitu pemerintah mengeluarkan Permen
PDT No. 07/ PER/ W-PDT /III/2007 tentang perubahan strategi pembangunan daerah tertinggal.
Ini merupakan implementasi teknis dari Undang-undang nomor 25 tahun 2005 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional.
Kementrian PDT juga membuat sasaran pembangunan daerah tertinggal yang terbagi dalam
sasaran jangka menengah (RPJMN) dan sasaran jangka panjang (RPJPN).
3.2. Saran
Daerah tertinggal masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan juga masyarakat
luas. Alangkah baiknya jika dalam pembangunan daerah tertinggal ini pemerintah juga mengajak
masyarakat ikut serta. Mengingat pendidikan merupakan salah satu pilar penentu bangsa dimasa
depan. Sebagai masyarakat, kita harus mengubah pandangan masyarakat daerah tertinggal
tentang pendidikan, hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan pilar penting dalam
kehidupan bernegara.
Pendidikan juga teramat penting bagi setiap individu. Karena akan beruhubungan
selanjutnya kepada masa depan individu tersebut dan selanjutnya juga akan berpengaruh pada
bangsa dalam waktu mendatang. Penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan akan sangat
dibutuhkan. Perbaikan sarana-prasaran harus tetap ditingkatkan.
Pengawasan dana pendidikan harus berjalan transparan. Mengingat telah banyak usaha
yang telah dilakukan pemerintah, dan tingkat kepedulian yang tinggi dari pemerintah daerah,
maka bukan hal yang tidak mungkin bahwa kita sebagai masyarakat dan abdi Negara untuk
melanjutkan program-program tersebut dan menjadikan Indonesia sebagai Negara yang maju dan
terdepan dalam pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Utomo tjipto, Ruijter Kees. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Sam Tuti T, Chan Sam M. 2006. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Sastradipoera Koemaruddin. 1989. Kegunaan Konsep Gini dan Konsep Kesenjangan Pendidikan.
Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan