1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
hidung
: rinorea (+/+)
faring
: hiperemis
tonsil
Thorak: simetris, retraksi tidak ada, jantung: BJ I dan II normal, bising jantung (-),
paru: vesikuler normal, ronki tidak ada.
Abdomen: bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Extremitas: akral hangat, kaku sendi tidak ada
Status neurologikus:
Nn. Craniales: tidak ada kelainan
Fungsi motorik:
Ekstremitas Superior
Kanan
Kiri
Gerakan
Luas
Luas
Kekuatan
5
5
Tonus
Eutoni
Eutoni
Klonus
Refleks Fisiologis
Normal
Normal
Refleks Patologi
Fungsi sensorik: tidak ada kelainan
Ekstremitas Inferior
Kanan
Kiri
Luas
Luas
5
5
Eutoni
Eutoni
Normal
Normal
-
Identifikasi Masalah
1. Boby, anak laki-laki, 4 tahun, dibawa ibunya ke IGD RSUD BARI
dengan keluhan kejang yang terjadi 30 menit yang lalu, lama kejang 20
menit, bentuk kejang klojotan, tangan dan kaki, mata mendelik ke atas,
saat kejang berlangsung Boby tidak sadar tetapi sebelum dan sesudah
kejang Boby sadar. Saat sedang dilakukan pemeriksaan fisik oleh
dokter IGD, Boby kejang kembali, lama kejang
menit,
bentuk
Tanda Vital: nadi 124x/menit (isi dan tegangan cukup), frek napas
30x/menit, suhu 40C
6. Keadaan spesifik.
Kepala: mata: pupil isokor, reflek cahaya (+), hidung: rinorea (+/+),
faring: hiperemis, tonsil: T1/T1, detritus (+)
Leher: tidak ada kaku kuduk
Thorak: simetris, retraksi tidak ada, jantung: BJ I dan II normal, bising
jantung (-), paru: vesikuler normal, ronki tidak ada
Abdomen: bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Extremitas: akral hangat, kaku sendi tidak ada
Status neurologikus:
Nn. Craniales: tidak ada kelainan
Fungsi motorik:
Ekstremitas Superior
Ekstremitas Inferior
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Gerakan
Luas
Luas
Luas
Luas
Kekuatan
Tonus
Eutoni
Eutoni
Eutoni
Eutoni
Klonus
Refleks
Normal
Normal
Normal
Normal
Fisiologis
Refleks Patologi
II.
III.
menit,
bentuk
dan
korteks
limbik.
Sistem
limbik
berfungsi
terdiri
dari
proensephalon,
mesensephalon
dan
protoplasma
tersebut.
Satu
sel
neuron
impuls-impuls
penghantaran
ini
adalah
saraf
sepanjang
kecepatan
axon.
Sifat
penghantaran
yang
suatu
spesialisasi
fungsional
untuk
mempercepat
dan postur
Penerimaan dan integrasi semua masukan sinaps dari korda
berperan
dalam
proses
depolarisasi
maupun
repolarisasi selama berlangsungnya potensial aksi adalah kanalkanal sodium dan potasium yang terpicu-tegangan. Gambar 4
mengilustrasikan kanal terpicu tegangan tersebut.
Sebuah
kanal
(misalnya
sodium)
terpicu-tegangan
depolarisasi,
repolarisasi,
dan
kembali
istrahat
terpicu-tegangan
serta
membukanya
kanal
Suatu
rangsangan
akan
menyebabkan
membrane
menjadi
potensial
membrannya
di
sebut
potensial
natrium.
Natrium-Kalium
(The
Sodium-Potasium
fungsi
otak.Sedangkan
demam
peningkatan
normal
pengertian kejang
menurut
merupakan
ahli,
banyak
pengertian
kejang
dan
berlebihan
dari
adalah
jaringan
masalah
yang
sistem
saraf
pusat
meningkat
Hall, 2011: 63). Suhu terendah dicapai pada pagi hari pukul 04.00
06.00
dipengaruhi
oleh
faktor
individu
dan
Jenis termometer
Rentang; rerata
Demam
o
suhu normal (oC) C)
Aksila
Sublingual
Rektal
36,6 37,9; 37 38
Telinga
Suhu rektal normal 0,27o 0,38oC (0,5o 0,7oF) lebih tinggi dari
suhu oral. Suhu aksila kurang lebih 0,55oC (1oF) lebih rendah dari
suhu oral.5 Untuk kepentingan klinis praktis, pasien dianggap
demam bila suhu rektal mencapai 38oC, suhu oral 37,6oC, suhu
aksila 37,4oC, atau suhu membran tympani mencapai 37,6oC.
Hiperpireksia merupakan istilah pada demam yang digunakan bila
suhu tubuh melampaui 41,1oC (106oF).
Sumber: (El-Radhi AS, Carroll J, Klein N, Abbas A., 2009) dan
(Fisher RG, Boyce TG., 2005).
5
6
Tonik-klonik
Tipe ini merupakan bentuk kejang yang paling banyak
terjadi. Fase awal dari terjadinya kejang biasanya berupa
kehilangan kesadaran disusul dengan gejala motorik secara
bilateral, dapat berupa ekstensi tonik beberapa menit disusul
gerakan klonik yang sinkron dari otototot yang berkontraksi,
menyebabkan pasien tiba-tiba terjatuh dan terbaring kaku sekitar
10-30 detik. Beberapa pasien mengalami pertanda atau aura
sebelum kejang. Kebanyakan mengalami kehilangan kesadaran
tanpa tanda apapun. Dapat juga terjadi sianosis, keluar air liur,
inkontinensi urin dan atau menggigit lidah. Segera sesudah kejang
Tonik
Peningkatan mendadak tonus otot(menjadi kaku, kontraksi)
wajah dan tubuh bagian atas; fleksi lengan dan ekstensi tungkai
Mata dan kepala mungkin berputar ke satu sisi dapat
Atonik
Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya
postur tubuh (drop attacks)
Klasifikasi
PARSIAL
Parsial Sederhana
Karakteristik
Kesadaran utuh walaupun mungkin berubah; fokus di
satu bagian tetapi dapat menyebar ke bagian lain.
Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal,
unilateral),
sensorik
(merasakan,
membaui,
Parsial Kompleks
(mengecap-ngecapkan
bibir,
mungkin
b GENERALISATA
Tonik-Klonik
Absence
Mioklonik
Atonik
Klonik
Tonik
dan
besar
bersifat
epileptogenik,
sedangkan
lesi
mengalami pengaktfan
Neuron-neuron hipersensitif
dengan
ambang
untuk
asetilkolin
atau
defisiensi
asam
gama-
aminobutirat (GABA)
Ketidakseimbangan ion ang mengubah keseimbangan
asam-basa atau elektrolit, yang menganggu homeostasis
kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi
neuron.
Gangguan
keseimbanga
ini
menyebabkan
setelah
kejang
sebagian
disebabkan
oleh
dijumpai
diantara
kejang.
Focus
kejang
dan
menyingkirkan
asetilkolin
(buku
patofisiologi)
l. Apa makna sebelum dan sesudah kejang Boby tetap sadar?
saluran
pernafasan
atas.Infeksi
yang
terjadi
dapat
patogen.
Kebanyakan lapisan mukus di saluran pernapasan atas,
hidung
ke
faring
pirogen
endogen
merangsang
sel-sel
endothel
mengakibatkan
gangguan
perubahan
keseimbangan
di
membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
ion K+ dan Na+ sehingga menimbulkan lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel atau membrane sel lainnya dengan
bantuan
5. Pemeriksaan fisik.
Keadaan Umum: Kesadaran kompos mentis
Tanda Vital: nadi 124x/menit (isi dan tegangan cukup), frek napas
30x/menit, suhu 40C
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
SKENARIO A BLOK IX (APALA APALA 2015)
UMUR
Istirahat (tidur)
Aktif/ demam
Baru lahir
100 180
80 60
Sampai 220
1 minggu 3
100 220
80 200
Sampai 220
bulan
3 bulan 2
80 150
70 120
Sampai 200
tahun
2 tahun 10
70 140
60 90
Sampai 200
tahun
>10 tahun
70 110
50 90
Sampai 200
2
UMUR
RENTANG
RATA-RATA WAKTU
Neonatus
30-60
TIDUR
35
1 bulan 1 tahun
30-60
30
1 tahun 2 tahun
25-50
25
3 tahun 4 tahun
20-30
22
5 tahun 9 tahun
15-30
18
15-30
15
SUHU
Suhu:39,50c
Normal
: febris
: 360 C - 37,50 C
hypopirexia/hypopermia
: < 360 C
Demam
: 37,50 C 380 C
Febris
: 380 C 400 C
Hypertermia
: > 400 C
pirogen
endogen
merangsang
sel-sel
endothel
Gerakan
Ekstremitas Inferior
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Luas
Luas
Luas
Luas
Kekuatan
Tonus
Eutoni
Eutoni
Eutoni
Eutoni
Klonus
Refleks
Normal
Normal
Normal
Normal
Fisiologis
Refleks Patologi
Leher
Interpretasi
Normal
Normal
Abnormal
Terjadinya infeksi pada saluran nafas
atas
Faring: hiperemis
Abnormal
Terjadinya infeksi mikroorganisme
Tonsil: T1/T1, detritus Abnormal
Infeksi mikroorganisme pada epitel
(+)
tonsil => detritus
Tidak ada kaku kuduk
Normal
Mata : pupil isokor
Refleks cahaya (+)
Hidung: rinorea (+/+)
Thorax
Paru
Vesikuler normal
Ronki tidak ada
Normal
Normal
Abdomen
Normal
Normal
Extremitas
Normal
Normal
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Refleks
Ekstremitas Superior
Kanan
Kiri
Luas
Luas
5
5
Eutoni
Eutoni
normal
Normal
Ekstremitas Inferior
Kanan
Kiri
Luas
Luas
5
5
Eutoni
Eutoni
Normal
Normal
Fisiologis
Refleks
Patologis
Fungsi Sensori : tidak ada kelainan
(Price dan Wilson, 2005)
b. Bagaimna mekanisme abnormalnya?
Faring Hiperemis : Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran
nafas atas invasi mukosa faring Faring Hiperemis
Akral Hangat : Agen infeksi masuk monosit / makrofag sel-sel
endotel dan sel-sel lain sebagai pertahanan utama sitokin
piogenik (IL1, TNF, IL6, IFN) hipotalamus anterior
peningkatan prostaglandin 2 titik thermoregulasi kacau
peningkatan produksi panas
Dendritus : Invasi mikroorganisme pada epitel jaringan tonsil
menimulkan radang berupa keluarnya leukopolymorfonuklear.
Kumpulan sel-sel leukosit, mikroorganisme yang mati, dan epitel
jaringan yang membentuk dendritus pada tonsil (Price dan Wilson,
2005)
7. Bagaimana cara mendiagnosis?
a. Anamnesis
Keluhan utama
: Kejang 30 menit yang lalu
Lama Kejang
: 20 menit
Frekuensi
: 3 kali mengalami kejang (Tiga jam
setelah demam yaitu satu hari sebelum di bawa ke Rumah
Sakit, 30 menit sebelum di rumah sakit, dan saat dilakukan
pemeriksaan fisik 40 menit setelah kejang kedua).
Sifat Kejang
: Umum
Bentuk Kejang
: Tonik-Klonik
Mening
Ensefali
Epilepsi
itis
+
Berulan
tis
+
berulang
+
Tidak
+
Berulang
dalam 24 jam
Durasi kejang
berulang
<
15
(> 2x)
>
15
Demam
Kesadaran
menit
+
Kompos
menit
+
Kompos
Riwayat Keluarga
Kaku kuduk
mentis
+
-
mentis
+
-
+
-
kejang
g
> 1 jam
peneliti
lain
menganjurkan
standar
pemeriksaan
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal dapat dipertimbangkan pada pasien dengan kejang
American
Academy
of
Pediatric
merekomendasikan
Neuroimaging
Foto
X-ray
kepala
dan
pencitraan
seperti
computed
Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
pada
pasien
kejang
demam.
Oleh
karenanya
tidak
: 5 mg untuk BB < 10 kg
10 mg untuk BB > 10 kg
atau 0,5 0,75 mg/kgBB/kali
Diazepam intravena
MASIH KEJANG :
Fenitoin intravena: 20 mg/kgBB perlahan-lahan
SETELAH KEJANG BERHENTI :
PENGOBATAN RUMAT (pada kasus)
PENGOBATAN INTERMITEN
PENGOBATAN RUMAT
Diberikan secara terus menerus dalam waktu tertentu (1 tahun)
Asam valproate
Fenobarbital
dengan
diazepam
oral/rektal,
dosis
0,3
Pneumonia aspirasi
Asfiksia
Retardasi mental
Dan juga dapat terjadi Terjadi kejang yang berulang,
tetapi jarang ditemukan kecacatan, kelainan neurologis, dan
kematian).
IV.
Kesimpulan
Boby anak laki-laki 4 tahun mengalami kejang demam kompleks yang
disebabkan oleh rinofaringitis.
V.
Kerangka Konsep