BEDAH I (HIPERTENSI)
OLEH :
NI KETUT CHANDRA FEBRIYANTI
NIM.P07120215070
2B / D-IV KEPERAWATAN
C. POHON MASALAH
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress,
kurang olahraga, genetik, alkohol, konsumsi garam, obesitas
Tekanan
Sistemik Darah
HIPERTENSI
Beban Kerja
Jantung
Kerusakan
Vaskuler
Pembuluh Darah
Kontraksi
Ventrikel Kiri
Hipertropi
Penyumbatan
Pembuluh Darah
Gangguan Sirkulasi
Cemas
Informasi
yang Minim
Misinterpretasi
Informasi
Kurang
Pengetahuan
Penurunan
Tekanan Onkotik
Gelisah
Sering
Bertanya
Perubahan
Struktur
PK : Gagal
Jantung
Kelainan
Kontraktilitas
Miokardium
Kiri
Peningkatan
Sirkulasi Paru
Perubahan
Situasi
Krisis
Situasional
Metode
Koping Tidak
Efektif
Koping
Individu
Tidak Efektif
Penurunan
SesakParu
Ekspansi
Pola Nafas Tidak
Efektif
Otak
Resistensi
Pembuluh
Darah
OedemOtak
Otak
Meningkat
TIK
Meningkat
Nyeri
Kepala
Ginjal
Suplai O2
Otak
Menurun
Menurunnya
Metabolisme
Diotak
Aktivitas
Neuronal
Menurun
Penurunan
Kesadaran
Resiko
Cedera
Vasokontriksi
Pembuluh
Darah Ginjal
Blood Flow
Darah
Menurun
Respon Renin
Angiotensi I
& II
Merangsang
Aldosteron
Retensi Na
Edema
Kelebihan
Volume
Cairan
Pembuluh
Darah
Retina
Spasme
Arterial
Sistemik
Vasokontriksi
Afterload
Meningkat
Koroner
Iskemia
Miokard
Rangsangan
Ujung Saraf
Impuls
Serabut C
Lamina II
& III Cornu
Dorsalis
Tract
Spinothalamus
Anterior
Lateralis
Cortex
Cerebri
Diplopia
Gangguan
Persepsi
Sensori
Pengelihaan
Cardiac
Output
Menurun
Penurunan
Curah
Jantung
Penurunan
Suplai O2 ke
Jaringan Perifer
Menurunnya
energi
Fatique
Persepsi
Nyeri
Nyeri Dada
Nyeri
Intoleransi Aktivitas
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik menurut FKUI (2003;64) dan Dosen Falkutas
Kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL).
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain,
seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, THS dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnosti meliputi BUN / kreatinin (fungsi ginjal), glucose (DM),
kalium serum (meningkat menunjukan aldosteron yang meningkat), kalsium
serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit
(indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi),
urin analisa protein, gula (menunjukan disfungsi ginjal), asam urat (faktor
penyebab hipertensi).
4. Pemeriksaan radiologi : foto dada dan CT scan.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena
olahraga isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga
juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah obesutas dan mengurangi
asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam
lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
kencing)
sehingga
volume
cairan
ditubuh
berkurang
yang
(vasokonstriksi
perifer)
pengisian
kapiler
mungkin
melambat/tertunda (vasokonstriksi).
3. Integritas Ego
Gejala
: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda
: letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala
: gangguan ginjal saat ini atau yang alu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal dimasa lalu).
5. Makanan dan Cairan
Gejala
: makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) ;
kandungan tinggi kalori. Mual, muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun)
Tanda
: berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum
atau tertentu) ; kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
diabetik).
6. Neurosensori
Gejala
: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipial (terjadi
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur), episode epitaksis.
Tanda
: status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek,
proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman tangan dan atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan renital
optik : dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan
sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri dan Ketidaknyamanan
Gejala
: angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang
timbul pada tungkai atau klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas
bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen/massa (feokromositoma).
8. Pernafasan
Gejala
: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea,
dispnea nokturnal paroksimal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda
: distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tambahan (krekles/mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala
: gangguan koordinasi/cara berjalan, episode parestesia unilateral
transien,hipotensi posturnal.
10. Pembelajaran dan Penyuluhan
Gejala
: faktor-faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor Resiko Etnik
: seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan obat/alkohol.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
2. Gangguan perfusi serebral berhungan dengan penurunan suplai oksigen otak.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
oedem paru.
4. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral dan
iskemia miokard.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan
intravaskular.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
7. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penekanan saraf
optikus.
8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional.
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan
dengan misinterpretasi informasi.
10. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran/penglihatan ganda
(diplopia).
11. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan.
12. PK : gagal jantung.
H. RENCANA KEPERAWATAN
N
DIOGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
O
1.
Resiko
terhadap
tinggi Setelah
dari
tekanan memberikan
untuk
evaluasi
awal.
Gunakan
peningkatan
ukuran
afterload,
kriteria hasil :
1. Tidak
adanya
yang
curah
vasokontriksi
pembuluh darah.
manset
tepat
teknik
dan
yang
lengkap
tentang
ketertiban/bidang
masalah vaskular.
2. Denyutan
karotis,
sianosis.
akurat.
2. CRT <2 detik.
2. Catat keberadaan,
3. Akral hangat.
4. RR normal (16kualitas denyutan
20x/menit).
sentral dan perifer.
5. Tidak ada bunyi 3. Auskultasi tonus
jantung
tambahan.
napas.
6. GCS
normal 4. Amati warna kulit,
(E,V,M = 15).
7. Haluaran
urine
dalam
kelembapan, suhu,
dan
massa
batas
pengisian kapiler.
normal (400ml / 5. Pertahankan
24jam)
warna
kuning jernih.
seperti
istirahat ditempat
tidur/kursi, jadwal
periode
istirahat
tanpa
gangguan,
bantu
pasien
melakukan
terpalpasi. Denyutan
menurun,
mencerminkan
dari
efek
vasokontriksi
(peningkatan
SVR)
pasien
berat
karena
adanya
hipertrofi
atrium,
paru
sekunder
terhadap
aktivitas
perawatan
diri
sesuai kebutuhan.
6. Berikan
lingkungan
tenang,
mungkin
hipertensi
pembatasan
aktivitas
femuralis
yang
nyaman,
kurangi aktivitas /
jantung kronik.
4. Adanya pucat, dingin,
kulit
massa
kapiler
lembab
dan
pengisian
lambat
mungkinberkaitan
dengan vasokontriksi
keributan
atau
lingkungan, batasi
dekompensasi/penuru
jumlah
pengunjung
dan
lamanya tinggal.
7. Kolaborasi :
Berikan
obatobatan
sesuai
indikasi
seperti
mencerminkan
darah
dan
perjalanan
penyakit
hipertensi.
diuretik dan tiazid. 6. Membantu
untuk
menurunkan rangsang
simpatis,
meningkatkan
relaksasi.
7. Tiazid
mungkin
digunakan
sendiri
lain
untuk
menurunkan TD pada
pasien dengan fungsi
ginjal
yang
relatif
agen-
antihipertensi
lain
dengan
membatasi
retensi
cairan.
Vasodilator
menurunkan aktivitas
kontriksi arteri dan
vena pada ujung saraf
2.
simpatik.
diberikan 1. Pantau TD, catat 1. Normalnya
Gangguan perfusi
Setelah
serebral berhungan
asuhan keperawatan
adanya
hipertensi
dengan penurunan
diharapkan
sistolik
secara
jaringan
perfusi
serebral
terus-menerus dan
autoregulasi
mempertahankan
aliran darah otak yang
pasien
kembali
efektif
dengan
semakin berat.
2. Pantau frekuensi
fluktuasi TD sistemik.
kriteria hasil :
1. GCS normal (15).
2. Nilai TIK dalam
batas normal (015 mmHg).
3. TTV normal (RR
16-20).
jantung,
catat
adanya bradikardi,
takikardia
bentuk
atau
disritmia
lainnya.
3. Pantau pernafasan
meliputi pola dan
iramanya.
4. Catat
status
neurologis dengan
teratur
dan
bandingkan dengan
keadaan
normalnya.
5. Berikan obat anti
hipertensi.
Kehilangan
autoregulasi
dapat
mengikuti kerusakan
vaskularisasi serebral
lokal/menyebar.
2. Perubahan pada ritme
(paling
sering
bradikardi)
dan
mencerminkan
adanya
depresi/trauma
pada
batang
otak
pada
pasien
yang
tidak
memiliki
kelainan
jantung sebelumnya.
3. Nafas yang tidak
teratur
dapat
menunjukkan
lokasi
adanya
gangguan
serebral
dan
memerlukan
intervensi yang lebih
lanjut.
4. Pengkajian
kecenderungan
adanya
perubahan
tingkat
kesadaran
menentukan
lokasi
penyebaran/luasnya
dan
perkembangan
dari
kerusakan
serebral.
5. Efektif
3.
Setelah
diberikan 1. Kaji
efektif berhubungan
asuhan keperawatan
kedalaman
dengan penurunan
pernafasan
pasien
kembali
oedem paru.
efektif
dengan
cuping
hidung
Nyeri akut/kronis
berhubungan dengan
peningkatan tekanan
vaskular serebral dan
iskemia miokard.
bervariasi tergantung
ekspansi
dada.
Catat
upaya
pernafasan
terbatas berhubungan
termasuk
dengan
otot bantu.
2. Auskultasi
nafas
dan
otot-
verbal
atelektasis/nyeri dada
pleuritik.
bunyi 2. Penurunan
catat
sekunder
adventisius seperti
perdarahan,
krekels,
jalan
mengi,
bunyi
terhadap
kolaps
nafas
serta
gesekan pleura.
kegagalan jalan nafas.
3. Berikan
posisi 3. Memperbaiki
jalan
semi fowler bila
tidak ada kontra
kecepatan pernafasan
dan
penggunaan
pernafasan
4.
menurunkan tekanan.
frekuensi 1. Kedalaman
dan
kriteria hasil :
1. RR 16-20x/menit.
2. Tidak
ada
dalam
indikasi.
4. Kolaborasi
pemberian
dan
saturasi
pernafasan.
4. Memaksimalkan
pernafasan
menurunkan
dan
kerja
oksigen.
otot pernafasan.
Setelah
diberikan 1. Kaji derajat nyeri. 1. Mengetahui derajat
2. Pertahankan tirah
asuhan keperawatan
nyeri yang dirasakan
baring selama fase
diharapkan
nyeri
pasien
dan
akut.
pasien terkontrol /
mempermudah
3. Berikan tindakan
berkurang
dengan
intervensi.
nonfarmakologi
2. Meminimalkan
kriteria hasil :
untuk
1. Mengungkapkan
stimulasi/
menghilangkan
metode
yang
meningkatkan
sakit kepala atau
memberikan
relaksasi.
nyeri dada misal, 3. Tindakan
yang
pengurangan .
2. Mengikuti
kompres
regimen
pada
farmakologi yang
punggung
diresepkan.
3. Skala nyeri 0-1.
4. Wajah
tidak
meringis / wajah
tampak rileks.
5. Menyatakan nyeri
berkurang.
dahi,
leher,
dingin
menurunkan tekanan
pijat
dan
yang memperlambat/
teknik
imajinasi,
menghilangkan sakit
distraksi)
kepala
danaktivitas waktu
senggang.
4. Minimalkan
meningkatkan
vasokontriksi yang
menyebabkan
dapat
kepla
meningkatkan sakit
peningkatan tekanan
misalnya,
saat
batuk
panjang,
membungkuk.
5. Kaji tanda-tanda
vital.
6. Kolaborasi :
Analgesik,
dengan edema,
diharapkan
peningkatan cairan
enunjukkan
intravaskular.
keseimbangan
volume
pasien
Peningkatan
tanda-
tanda
vital
mengindikasikan
belum
dapat
pengeluaran
secara akurat.
3. Awasi berat jenis
cairan
pasien.
menurunkan rangsang
umum
lorazepam,
asuhan keperawatan
adanya
terkontrol.
6. Menurunkan/
misalnya
diazepam.
diberikan 1. Awasi
pada
sakit
vaskular serebral.
5. Mengetahui keadaan
nyeri
antiansietas
cairan berhubungan
komplikasinya.
4. Aktivitas
yang
vasokontriksi
BAB,
Setelah
dan
aktivitas
mengejan
Kelebihan volume
respon
relaksasi (panduan
kepala
5.
memblok
urine.
dengan kriteria hasil : 4. Timbang tiap hari
1. Masukan
dan
dengan alat dan
hipertensi
dan
terjadi
karena :
a. Kegagalan ginjal
untuk
mengeluarkan
urine.
b. Pembatasan cairan
berlebih
selama
haluaran
pakaian
yang
seimbang.
sama.
2. BB stabil.
5. Kaji kulit, wajah
3. Tanda vital dalam
area
tergntung
rentang normal
untuk edema.
(N:70-80x/menit, 6. Berikan
obat
R:16-20x/menit,
sesuai
S:36-37,2C,
(diuretik).
indikasi
T:120/80 mmHg)
4. Oedema
tidak
mengobati
hipovolemia/
hipotensi
atau
perubahan
fase
oliguri
gagal
ginjal.
c. Perubahan
pada
renin-angiotensi.
2. Perlu
untuk
menentukan
ada.
ginjal,
fungsi
kebutuhan
penggantian cairan.
3. Mengukur
kemampuan
ginjal
untuk
mengonsentrasikan
urine.
4. Penimbangan
berat
status
terbaru.
berat
terjadi
terutama
pada
jaringan
yang
Intoleransi aktivitas
Setelah
berhubungan dengan
asuhan
tangan,
area
dalam
pengeluaran cairan.
diberikan 1. Kaji respon pasien 1. Menyebutkan
keperawatn
terhadap aktivitas,
parameter membantu
diharapkan
ketidakseimbangan
dapat
pasien
berpatisipasi
perhatikan
dalam
mengkaji
fisiologi
frekuensi
nadi
respon
lebih
dari
terhadap
diinginkan/
20x/menit
diperlukan
dengan
kriteria hasil :
1. Melaporkan
peningkatan
dalam
toleransi
aktivitas
yang
dapat diukur.
2. Menunjukan
penurunan dalam
tanda-tanda
intoleransi
fisiologi.
stress
diatas
frekuensi istirahat,
merupakan indikator
peningkatan
yang
nyata
dengan
selama/sesudah
aktivitas,
dipsnea
dan
yang
tingkat
aktivitas.
2. Teknik
penghemat
energi
mengurangi
penggunaan
juga
energi,
membantu
keseimbangan antara
berlebihan,
diaforesis,
berkaitan
pusing
oksigen.
atau pingsan.
3. Mengidentifikasi
2. Instruksikan pasien
sejauh
mana
tentang
teknik
kemampuan
pasien
penghematan
dalam
melakukan
energi, misalnya
aktivitas
dan
menggunakan
perawatan diri.
kursi saat mandi,
4. Kemajuan aktivitas
duduk
saat
terhadap mencegah
menyisir rambut
peningkatan
kerja
atau
menggosok
jantung
tiba-tiba.
gigi,
melakukan
Memberikan bantuan
aktivitas
dengan
hanya
sebatas
perlahan.
kebutuhan hanya akan
3. Kaji sejauh mana
mendorong
aktivitas
yang
kemandirian
dalam
dapat ditoleransi.
4. Berikan dorongan
melakukan aktivitas.
untuk
melakukan
aktivitas/perawatan
diri bertahap jika
7.
dapat ditoleransi.
berikan 1. Kaji kemampuan 1. Untuk
Gangguan persepsi
Setelah
di
sensori penglihatan
tindakan keperawatan
berhubungan dengan
di
penekanan saraf
penglihatan
optikus.
semakin
harapkan
pasien
membaik
melihat pasien
2. Berikan kompres
hangat pada mata
3. Bantu kebutuhan
pasien
dalam
rentang
pasien
mengalami
penglihatan
penurunan
semakain
penglihatan
membaik
4. Kolaborasi dalam
2. Visus
normal
pemeriksaan mata
(6/6)
3. Refraksi
mata
dan
penggunaan
baik
4. Tidak
penglihatan
dan
melihat
menyusun
rencana tindakan
2. Meningkatkan
vaskularisasi
pada
area mata
3. Menghindari
resiko
jiwa
disorientasi waktu ,
disorientasi
waktu,
kemampuan
pasien
bantu 4. Menghindari
alat
ada
mengidentifikasi
tempat
Setelah
di
efektif berhubungan
asuhan keperawatan
strategi
dengan krisis
diharapkan
dengan
situasional.
mampu
mengobserfasi
seseorang, mengatasi
mempergunakan
prilaku
mekanisme kopinng
kemampuan
mengintegrasikan
yg
menyatakan
terapi
efektif
berikan 1. Kaji
pasien
dengan
kriteria hasil
1. Menyatakan
perasaan
kemampuan
atau
kekuatan pribadi
2. Mengidentifikasi
potensial
stres
koping
misal,
dan
perhatian,
kesadaran
koping
keefektifan 1. Mekanisme
situasi
dan
keinginan
dalam
partisipasi
dalam
rencanan
pengobatan \
2. Bantu pasien untuk
adaptif
perlu
untuk
yang
haruskan
di
kedalam
kehidupan sehari-hari
2. Manifestasikan
mekanisme
koping
maladaptif
mungkin
merupakan indikator
marah yg di tekan dan
mengidentifikasi
di
ketahui
menjadi
telah
penentu
mengambil
langkah
kemungkinan
untuk
menghindari atau
mengubahnya
3. Medemontrasikan
strategi
untuk
mengatasinya
3. Libatkan
psien
utama TD diastolik
3. Keterlibatan
memberikan
pasien
dalam perencanaan
yang berkelanjutan ,
penggunaan
memperbaiki
keterampilan atau
dorongan
keterampilan
metode
partisipasi
maksimum dalam
meningkatkan
rencana
koping
efektif
pengobatan
terapiutik
4. Dorong
pasien 4. Fokus
kerja
perhatian
untuk
pasien
mengevalusi
prioritas
tujuan
atau
hidup.
Tanyakan apakah
yang anda lakukan
merupakan
yang
apa
anda
inginkan ?
5. Bantu
pasien
untuk
terhadap
pasien
dan
memotivasi
klien
untuk merencanakan
dan mencapai tujuan
hidup dengan riil
mengidentifikasi
dan
mulai
merencanakan
perubahan
hidup
di
keluarga
berikan 1. Kaji persiapan dan 1. Pemahaman
Kurang pengetahuan
Setelah
asuhan keperawatan
hambatan
dalam
bahwa
rencana pengobatan
diharapkan
berhubungan dengan
mengatakan
misinterpretasi
pemahaman
informasi.
pasien
tentang
belajar,
termasuk
orang terdekat
2. Tetapkan
dan
nyatakan batas TD
normal.
Jelaskan
dapat
terjadi
tanpa
tentang hipertensi
efeknya
dapat memahami
jantung , pembuluh
untuk
hipertensi
tentang
adalah
sepanjang
penjelasan
yang
di berikan
2. Mengidentifikasi
efek
samping
obat
dan
otak
3. Hindari
kehidipan,
dengan penyampaiaan
mengatakan
TD
normal
dan
gunakan istilah
kemungkinan
terkontrol dengan
komplikasi yang
baik
perlu
menggambarkan
di
perhatikan
3. Pertahankan TD
dalam parameter
normal
maka
saat
pasien
memahami
kebutuhan
untuk
melajutkan
pengobatan
atau
TD pasien dalam
meditasi
yang 3. Faktor-faktor
batas
diinginkan
4. Bantu
pasien
dalam
resiko
dalam
menunjang hipertensi
mengidentifikasi
faktor-faktor resiko
dan
penyakit
kardiovaskular
serta
kardiovaskuler
ginjal
yang dapat diubah 4. Dengan
mengubah
pola
biasa/memberikan
dan
kolesterol,
rasa
pola
hidup
monoton,
merokok,
perilaku
aman
akan
sangat menyusahkan.
Dukungan,
minum
yang
dan
petunjuk
empati
dapat
meningkatkan
keberhasilan
pasien
dalam menyelesaikan
dengan
pasien
untuk
mengidentifikasi
cara
dimana
perubahan
gaya
penyebab
hipertensi
6. Bahas pentingnya
menghentikan
dalam
membuat rencana
untuk
pelepasan
ketokolamin,
mengakibatkan
peningkatan frekuensi
jantung,
TD
berhenti
mengurangi
oksigenasi
dan
jaringan
meningkatkan
kerja
miokardium
6. Gaya
hidup
merupakan
faktor
merokok
dan
vasokontriksi,
beban
tugas
5. Nikotin meningkatkan
mencegah
hipertensi.
Rokok
dapat
meningkatkan
resiko
dan
memperburuk
keadaan
serta
menimbulkan
kerusakan
10.
Risiko cedera
Setelah
berhubungan dengan
asuhan keperawatan
penurunan
di harapkan pasien
kesadaran/penglihata
tidak
n ganda (diplopia).
vaskularisasi
dari 1. Meminimalkan resiko
diberikan 1. Jauhkan
mengalamin
hasil:
1. Pasien
tidak
mengalami cidera
pada
benda-benda tajam
cedera
2. Berikan
2. Meminimalkan
penerangan
cukup
3. Usahakan
tidak
licin
yang
terjadinya benturan
3. Meminimalkan klien
lantai
jatuh
4. Menghindari
dan
klien
pasien
menjaga keamanan
11.
untuk
selalu
menemani
pasien
dalam beraktivitas
diberikan 1. Observasi tingkah 1. Ansietas ringan dapat
dengan perubahan
asuhan keperawatan
laku
kondisi kesehatan.
diharapkan
menunjukkan
pasien
membagikan
perasaannya
tingkat ansietas
2. Tinggal bersama
menjawab
rangsang
insomnia.
dan
Ansietas
berat
yang
terancam,
ketidakmampuan
kekhawatirannya
dan
dengan
berkembang ke dalam
mempertahankan
Mengakui
ditunjukkan
peka
pasien,
cemas berkurang
sehat
yang
mengizinkan
perilaku
bergerak
pasien 2. Menegaskan
yang umum
3. Jelaskan prosedur,
lingkungan
pasien
atau
atau
suara
yang
mungkin didengar
orang
terdekat
walaupun
sekeliling
pada
bahwa
perasaan
tetap
aman
oleh pasien
3. Memberikan
4. Bicara
singkat
informasi yang akurat
dengan
bahasa
yang
dapat
sederhana
menurunkan
5. Simulasi dari luar :
kesalahan interpretasi
tempatkan
pada
yang dapat berperan
ruangan
yang
pada reaksi ansietas
tenang,
kurangi
4. Rentang
perhatian
lampu yang terlalu
mungkin
menjadi
terang,
kurangi
pendek, konsentrasi
jumlah orang yang
berkurang
yang
berhubungan
membatasi
dengan pasien
kemampuan
untuk
menerima informasi
5. Menciptakan
lingkungan
12.
PK : gagal jantung.
Setelah
di
berikan 1. Pantau
terapiutik
adanya 1. Pemantauan,
tindakan keperawatan
tanda-tanda gagal
di harapkan pasien
jantung
2. Kolaborasi dengan
tidak
mengalami
dokter
yang
bagian
dalam (jantung)
70-80
x/menit
2. Nyeri tidak ada
3. Sianosis tidak ada
penanganan
sedini
mungkin
dan
mencegah kerusakan
lebih lanjut
2. Pemberian
sedini
terapi
mungkin
dengan pertimbangan
terapi yang tepat akan
mampu
menyelamatkan jiwa
pasien
I. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai intervensi
J. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu). (Poer, 2012)
K. REFERENSI
Bulechrck, Goria M,. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Ed 6.
United Kingdom : Elsevier.
Moorhead, Sue,. Dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed 5. United
Kingdom : Elsevier.
NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20152017. Jakarta : ECG
Price, S, A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume
1. Jakarta : EGC
Available
at
https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-