Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH I (HIPERTENSI)

OLEH :
NI KETUT CHANDRA FEBRIYANTI
NIM.P07120215070
2B / D-IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2016

LAPOTAN PENDAHULUAN HIPERTENSI


A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi di definisikan sebagai tekana sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001)
Menurut Price (2005) tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi
medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi.
Menurut WHO (dalam Tom, 1995) penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg.
Dari pengertia diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg.
B. TANDA DAN GEJALA
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menumbulkan gejala meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati bisa timbul gejala
berikut :
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan


bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

C. POHON MASALAH
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress,
kurang olahraga, genetik, alkohol, konsumsi garam, obesitas

Tekanan
Sistemik Darah

HIPERTENSI

Beban Kerja
Jantung

Kerusakan
Vaskuler
Pembuluh Darah

Kontraksi
Ventrikel Kiri

Hipertropi

Penyumbatan
Pembuluh Darah
Gangguan Sirkulasi

Cemas

Informasi
yang Minim
Misinterpretasi
Informasi
Kurang
Pengetahuan

Penurunan
Tekanan Onkotik

Gelisah

Sering
Bertanya

Perubahan
Struktur

PK : Gagal
Jantung

Kelainan
Kontraktilitas
Miokardium
Kiri
Peningkatan
Sirkulasi Paru

Perubahan
Situasi

Krisis
Situasional
Metode
Koping Tidak
Efektif
Koping
Individu
Tidak Efektif

Penurunan
SesakParu
Ekspansi
Pola Nafas Tidak
Efektif
Otak
Resistensi
Pembuluh
Darah
OedemOtak
Otak
Meningkat
TIK
Meningkat

Nyeri
Kepala

Ginjal
Suplai O2
Otak
Menurun
Menurunnya
Metabolisme
Diotak
Aktivitas
Neuronal
Menurun
Penurunan
Kesadaran
Resiko
Cedera

Vasokontriksi
Pembuluh
Darah Ginjal
Blood Flow
Darah
Menurun
Respon Renin
Angiotensi I
& II
Merangsang
Aldosteron
Retensi Na
Edema
Kelebihan
Volume
Cairan

Pembuluh
Darah

Retina
Spasme
Arterial

Sistemik
Vasokontriksi
Afterload
Meningkat

Koroner
Iskemia
Miokard
Rangsangan
Ujung Saraf

Impuls
Serabut C
Lamina II
& III Cornu
Dorsalis
Tract
Spinothalamus
Anterior
Lateralis
Cortex
Cerebri

Diplopia
Gangguan
Persepsi
Sensori
Pengelihaan

Cardiac
Output
Menurun
Penurunan
Curah
Jantung

Penurunan
Suplai O2 ke
Jaringan Perifer
Menurunnya
energi
Fatique

Persepsi
Nyeri
Nyeri Dada
Nyeri

Intoleransi Aktivitas

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik menurut FKUI (2003;64) dan Dosen Falkutas
Kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL).
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain,
seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, THS dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnosti meliputi BUN / kreatinin (fungsi ginjal), glucose (DM),
kalium serum (meningkat menunjukan aldosteron yang meningkat), kalsium
serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit
(indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi),
urin analisa protein, gula (menunjukan disfungsi ginjal), asam urat (faktor
penyebab hipertensi).
4. Pemeriksaan radiologi : foto dada dan CT scan.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena
olahraga isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga
juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah obesutas dan mengurangi
asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam
lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)


Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurangkurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi
diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk
mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh.
b. Mengurangi asupan garam kedalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan.
Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal,
tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
c. Ciptakan keadaan rileks.
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol
sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang
beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi
dokter.
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat

kencing)

sehingga

volume

cairan

ditubuh

berkurang

yang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi ringan. Contoh obatnya adalah


Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obatnya adalah Metildopa,
Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh
obatnya adalah Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes
militus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi
dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa

berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala


bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Cara kerja obat
golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang
mungkin timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Antagonis Kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul
adalah sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obatobatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek
samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor reiko
terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktifitas dan Istirahat
Gejala
: kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda
: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala
: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
Tanda

penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.


: kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakkan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin
berhubungan dengan regimen obat). Nadi : denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat
sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis ; denyut popliteal,

tibialis posterior, pedialis tidak teraba atau lemah. Frekuensi / irama :


takikardia berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ;
S3 (CHF dini) ; S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri).
Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu
dingin

(vasokonstriksi

perifer)

pengisian

kapiler

mungkin

melambat/tertunda (vasokonstriksi).
3. Integritas Ego
Gejala
: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda
: letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala
: gangguan ginjal saat ini atau yang alu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal dimasa lalu).
5. Makanan dan Cairan
Gejala
: makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) ;
kandungan tinggi kalori. Mual, muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun)
Tanda
: berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum
atau tertentu) ; kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
diabetik).
6. Neurosensori
Gejala
: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipial (terjadi
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur), episode epitaksis.
Tanda
: status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek,
proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman tangan dan atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan renital
optik : dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan
sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri dan Ketidaknyamanan
Gejala
: angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang
timbul pada tungkai atau klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas

bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen/massa (feokromositoma).
8. Pernafasan
Gejala
: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea,
dispnea nokturnal paroksimal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda
: distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tambahan (krekles/mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala
: gangguan koordinasi/cara berjalan, episode parestesia unilateral
transien,hipotensi posturnal.
10. Pembelajaran dan Penyuluhan
Gejala
: faktor-faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor Resiko Etnik
: seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan obat/alkohol.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
2. Gangguan perfusi serebral berhungan dengan penurunan suplai oksigen otak.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
oedem paru.
4. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral dan
iskemia miokard.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan
intravaskular.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
7. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penekanan saraf
optikus.
8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional.
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan
dengan misinterpretasi informasi.
10. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran/penglihatan ganda
(diplopia).
11. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan.
12. PK : gagal jantung.
H. RENCANA KEPERAWATAN
N

DIOGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

O
1.

Resiko
terhadap

tinggi Setelah

diberikan 1. Pantau TD, ukur 1. Perbandingan

penurunan asuhan keperawatan

dari

pada kedua tangan

tekanan memberikan

jantung 3x24 jam diharapkan

untuk

evaluasi

gambaran yang lebih

berhubungan dengan curah jantung pasien

awal.

Gunakan

peningkatan

mulai normal dengan

ukuran

afterload,

kriteria hasil :
1. Tidak
adanya

yang

curah

vasokontriksi
pembuluh darah.

manset
tepat

teknik

dan
yang

lengkap

tentang

ketertiban/bidang
masalah vaskular.
2. Denyutan
karotis,

sianosis.
akurat.
2. CRT <2 detik.
2. Catat keberadaan,
3. Akral hangat.
4. RR normal (16kualitas denyutan

jugularis, radialis dan

20x/menit).
sentral dan perifer.
5. Tidak ada bunyi 3. Auskultasi tonus

pada tungkai mungkin

jantung

jantung dan bunyi

tambahan.
napas.
6. GCS
normal 4. Amati warna kulit,
(E,V,M = 15).
7. Haluaran
urine
dalam

kelembapan, suhu,
dan

massa

batas

pengisian kapiler.
normal (400ml / 5. Pertahankan
24jam)

warna

kuning jernih.

seperti

istirahat ditempat
tidur/kursi, jadwal
periode

istirahat

tanpa

gangguan,

bantu

pasien

melakukan

terpalpasi. Denyutan
menurun,
mencerminkan
dari

efek

vasokontriksi

(peningkatan

SVR)

dan kongesti vena.


3. S4 umum terdengar
pada

pasien
berat

karena

adanya

hipertrofi

atrium,

adanya krakel, mengi


dapat
mengindikasikan
kongesti

paru

sekunder

terhadap

terjadinya atau gagal

aktivitas
perawatan

diri

sesuai kebutuhan.
6. Berikan
lingkungan
tenang,

mungkin

hipertensi

pembatasan
aktivitas

femuralis

yang

nyaman,

kurangi aktivitas /

jantung kronik.
4. Adanya pucat, dingin,
kulit
massa
kapiler

lembab

dan

pengisian
lambat

mungkinberkaitan
dengan vasokontriksi

keributan

atau

lingkungan, batasi

dekompensasi/penuru

jumlah
pengunjung

dan

lamanya tinggal.
7. Kolaborasi :
Berikan
obatobatan

sesuai

indikasi

seperti

mencerminkan

nan curah jantung.


5. Menurunkan
stress
dan ketegangan yang
mempengaruhi
tekanan

darah

dan

perjalanan

penyakit

hipertensi.
diuretik dan tiazid. 6. Membantu

untuk

menurunkan rangsang
simpatis,
meningkatkan
relaksasi.
7. Tiazid

mungkin

digunakan

sendiri

atau dicampur dengan


obat

lain

untuk

menurunkan TD pada
pasien dengan fungsi
ginjal

yang

relatif

normal. Diuretik ini


memperkuat
agen

agen-

antihipertensi

lain

dengan

membatasi

retensi

cairan.

Vasodilator

menurunkan aktivitas
kontriksi arteri dan
vena pada ujung saraf
2.

simpatik.
diberikan 1. Pantau TD, catat 1. Normalnya

Gangguan perfusi

Setelah

serebral berhungan

asuhan keperawatan

adanya

hipertensi

dengan penurunan

diharapkan

sistolik

secara

suplai oksigen otak.

jaringan

perfusi
serebral

terus-menerus dan

autoregulasi
mempertahankan
aliran darah otak yang

pasien

kembali

tekanan nadi yang

konstan pada saat ada

efektif

dengan

semakin berat.
2. Pantau frekuensi

fluktuasi TD sistemik.

kriteria hasil :
1. GCS normal (15).
2. Nilai TIK dalam
batas normal (015 mmHg).
3. TTV normal (RR
16-20).

jantung,

catat

adanya bradikardi,
takikardia
bentuk

atau
disritmia

lainnya.
3. Pantau pernafasan
meliputi pola dan
iramanya.
4. Catat

status

neurologis dengan
teratur

dan

bandingkan dengan
keadaan
normalnya.
5. Berikan obat anti
hipertensi.

Kehilangan
autoregulasi

dapat

mengikuti kerusakan
vaskularisasi serebral
lokal/menyebar.
2. Perubahan pada ritme
(paling

sering

bradikardi)

dan

disritmia dapat timbul


yang

mencerminkan

adanya
depresi/trauma

pada

batang

otak

pada

pasien

yang

tidak

memiliki

kelainan

jantung sebelumnya.
3. Nafas yang tidak
teratur

dapat

menunjukkan

lokasi

adanya

gangguan

serebral

dan

memerlukan
intervensi yang lebih
lanjut.
4. Pengkajian
kecenderungan
adanya

perubahan

tingkat

kesadaran

adalah sangat berguna


dalam

menentukan

lokasi
penyebaran/luasnya
dan

perkembangan

dari

kerusakan

serebral.
5. Efektif
3.

Setelah

diberikan 1. Kaji

efektif berhubungan

asuhan keperawatan

kedalaman

dengan penurunan

diharaokan pola nafas

pernafasan

ekspansi paru akibat

pasien

kembali

oedem paru.

efektif

dengan

cuping

hidung

dan retraksi dada.


3. Bunyi
nafas
normal
(vesikuler) tidak
ada bunyi nafas
tambahan seperti
krakels, ronchi.
4. Ekspansi
dada
simetris.
5. Secara

Nyeri akut/kronis
berhubungan dengan
peningkatan tekanan
vaskular serebral dan
iskemia miokard.

bervariasi tergantung

ekspansi

dada.

derajat gagal nafas.

Catat

upaya

Ekspansi dada yang

pernafasan

terbatas berhubungan

termasuk

dengan

otot bantu.
2. Auskultasi
nafas

dan

otot-

verbal

atelektasis/nyeri dada

pleuritik.
bunyi 2. Penurunan
catat

sekunder

adventisius seperti

perdarahan,

krekels,

jalan

mengi,

bunyi

nafas akibat obstruksi

adanya bunyi nafas

terhadap
kolaps

nafas

serta

gesekan pleura.
kegagalan jalan nafas.
3. Berikan
posisi 3. Memperbaiki
jalan
semi fowler bila
tidak ada kontra

tidak ada keluhan


sesak.

kecepatan pernafasan
dan

penggunaan

pernafasan

4.

menurunkan tekanan.
frekuensi 1. Kedalaman
dan

Pola napas tidak

kriteria hasil :
1. RR 16-20x/menit.
2. Tidak
ada

dalam

indikasi.
4. Kolaborasi
pemberian

dan

saturasi

pernafasan.
4. Memaksimalkan
pernafasan
menurunkan

dan
kerja

oksigen.
otot pernafasan.
Setelah
diberikan 1. Kaji derajat nyeri. 1. Mengetahui derajat
2. Pertahankan tirah
asuhan keperawatan
nyeri yang dirasakan
baring selama fase
diharapkan
nyeri
pasien
dan
akut.
pasien terkontrol /
mempermudah
3. Berikan tindakan
berkurang
dengan
intervensi.
nonfarmakologi
2. Meminimalkan
kriteria hasil :
untuk
1. Mengungkapkan
stimulasi/
menghilangkan
metode
yang
meningkatkan
sakit kepala atau
memberikan
relaksasi.
nyeri dada misal, 3. Tindakan
yang
pengurangan .

2. Mengikuti

kompres

regimen

pada

farmakologi yang

punggung

diresepkan.
3. Skala nyeri 0-1.
4. Wajah
tidak
meringis / wajah
tampak rileks.
5. Menyatakan nyeri
berkurang.

dahi,

leher,

dingin

menurunkan tekanan

pijat

vaskular serebral dan

dan

yang memperlambat/

teknik

simpatis efektif dalam

imajinasi,

menghilangkan sakit

distraksi)

kepala

danaktivitas waktu
senggang.
4. Minimalkan

meningkatkan

vasokontriksi yang

menyebabkan

dapat

kepla

meningkatkan sakit

peningkatan tekanan

misalnya,
saat
batuk

panjang,
membungkuk.
5. Kaji tanda-tanda
vital.
6. Kolaborasi :
Analgesik,

dengan edema,

diharapkan

peningkatan cairan

enunjukkan

intravaskular.

keseimbangan
volume

pasien

Peningkatan

tanda-

tanda

vital

mengindikasikan
belum

dapat

sistem saraf simpatis.


denyut 1. Takikardi

pengeluaran

secara akurat.
3. Awasi berat jenis
cairan

pasien.

menurunkan rangsang

jantung, TD, CVP.


2. Catat pemasukan
dan

umum

mengontrol nyeri dan

lorazepam,

asuhan keperawatan

adanya

terkontrol.
6. Menurunkan/

misalnya
diazepam.
diberikan 1. Awasi

pada

sakit

vaskular serebral.
5. Mengetahui keadaan

nyeri

antiansietas

cairan berhubungan

komplikasinya.
4. Aktivitas
yang
vasokontriksi

BAB,

Setelah

dan

aktivitas

mengejan

Kelebihan volume

respon

relaksasi (panduan

kepala

5.

memblok

urine.
dengan kriteria hasil : 4. Timbang tiap hari
1. Masukan
dan
dengan alat dan

hipertensi

dan
terjadi

karena :
a. Kegagalan ginjal
untuk
mengeluarkan
urine.
b. Pembatasan cairan
berlebih

selama

haluaran

pakaian

yang

seimbang.
sama.
2. BB stabil.
5. Kaji kulit, wajah
3. Tanda vital dalam
area
tergntung
rentang normal
untuk edema.
(N:70-80x/menit, 6. Berikan
obat
R:16-20x/menit,

sesuai

S:36-37,2C,

(diuretik).

indikasi

T:120/80 mmHg)
4. Oedema
tidak

mengobati
hipovolemia/
hipotensi

atau

perubahan

fase

oliguri

gagal

ginjal.
c. Perubahan

pada

renin-angiotensi.
2. Perlu
untuk
menentukan

ada.

ginjal,

fungsi

kebutuhan

penggantian cairan.
3. Mengukur
kemampuan

ginjal

untuk
mengonsentrasikan
urine.
4. Penimbangan

berat

badan harian adalah


pengawasan
cairan
Peningkatan

status
terbaru.
berat

badan lebih dari 0,5


kg perhari didiga ada
retensi urine.
5. Edema

terjadi

terutama

pada

jaringan

yang

tergantung pada tubuh


contohnya
kaki,
lumbosakral.
6. Membantu
6.

Intoleransi aktivitas

Setelah

berhubungan dengan

asuhan

tangan,
area
dalam

pengeluaran cairan.
diberikan 1. Kaji respon pasien 1. Menyebutkan
keperawatn

terhadap aktivitas,

parameter membantu

kelemahan umum dan

diharapkan

ketidakseimbangan

dapat

antara suplai dan


kebutuhan oksigen.

pasien

berpatisipasi

perhatikan

dalam

mengkaji
fisiologi

frekuensi

nadi

respon

dalam aktivitas yang

lebih

dari

terhadap

diinginkan/

20x/menit

diperlukan

dengan

kriteria hasil :
1. Melaporkan
peningkatan
dalam

toleransi

aktivitas

yang

dapat diukur.
2. Menunjukan
penurunan dalam
tanda-tanda
intoleransi
fisiologi.

stress

diatas

aktivitas dan bila ada

frekuensi istirahat,

merupakan indikator

peningkatan

dari berlebihan kerja

tekanan darah yang

yang

nyata

dengan

selama/sesudah
aktivitas,

dipsnea

atau nyeri dada,


keletihan
kelemahan

dan
yang

tingkat

aktivitas.
2. Teknik
penghemat
energi

mengurangi

penggunaan
juga

energi,

membantu

keseimbangan antara

berlebihan,
diaforesis,

berkaitan

pusing

suplai dan kebutuhan

oksigen.
atau pingsan.
3. Mengidentifikasi
2. Instruksikan pasien
sejauh
mana
tentang
teknik
kemampuan
pasien
penghematan
dalam
melakukan
energi, misalnya
aktivitas
dan
menggunakan
perawatan diri.
kursi saat mandi,
4. Kemajuan aktivitas
duduk
saat
terhadap mencegah
menyisir rambut
peningkatan
kerja
atau
menggosok
jantung
tiba-tiba.
gigi,
melakukan
Memberikan bantuan
aktivitas
dengan
hanya
sebatas
perlahan.
kebutuhan hanya akan
3. Kaji sejauh mana
mendorong
aktivitas
yang
kemandirian
dalam
dapat ditoleransi.
4. Berikan dorongan
melakukan aktivitas.
untuk

melakukan

aktivitas/perawatan
diri bertahap jika

7.

dapat ditoleransi.
berikan 1. Kaji kemampuan 1. Untuk

Gangguan persepsi

Setelah

di

sensori penglihatan

tindakan keperawatan

berhubungan dengan

di

penekanan saraf

penglihatan

optikus.

semakin

harapkan
pasien
membaik

dengan kriteria hasil :


1. Memnyatakan

melihat pasien
2. Berikan kompres
hangat pada mata
3. Bantu kebutuhan
pasien

dalam

rentang

pasien

mengalami

penglihatan

penurunan

semakain

penglihatan
membaik
4. Kolaborasi dalam
2. Visus
normal
pemeriksaan mata
(6/6)
3. Refraksi
mata
dan
penggunaan
baik
4. Tidak

penglihatan

dan

melihat

menyusun

rencana tindakan
2. Meningkatkan
vaskularisasi

pada

area mata
3. Menghindari

resiko

cedera dan kesalahan


intepreasi yg dapat
mengancam

jiwa

disorientasi waktu ,

disorientasi
waktu,

kemampuan

pasien
bantu 4. Menghindari

alat
ada

mengidentifikasi

orang dan tempat

tempat

dan orang lain


8.

Koping individu tidak

Setelah

di

efektif berhubungan

asuhan keperawatan

strategi

dengan krisis

diharapkan

dengan

mengubah pola hidup

situasional.

mampu

mengobserfasi

seseorang, mengatasi

mempergunakan

prilaku

hipertensi kronik dan

mekanisme kopinng

kemampuan

mengintegrasikan

yg

menyatakan

terapi

efektif

berikan 1. Kaji
pasien

dengan

kriteria hasil
1. Menyatakan

perasaan

kemampuan
atau

kekuatan pribadi
2. Mengidentifikasi
potensial
stres

koping

misal,

dan

perhatian,

kesadaran
koping

keefektifan 1. Mekanisme

situasi
dan

keinginan

dalam

partisipasi

dalam

rencanan
pengobatan \
2. Bantu pasien untuk

adaptif

perlu

untuk

yang

haruskan

di

kedalam

kehidupan sehari-hari
2. Manifestasikan
mekanisme

koping

maladaptif

mungkin

merupakan indikator
marah yg di tekan dan

mengidentifikasi

di

ketahui

stresor spesifik dan

menjadi

telah
penentu

mengambil
langkah

kemungkinan
untuk

menghindari atau
mengubahnya
3. Medemontrasikan

strategi

untuk

mengatasinya
3. Libatkan
psien

utama TD diastolik
3. Keterlibatan
memberikan

pasien

perasaan kontrol diri

dalam perencanaan

yang berkelanjutan ,

penggunaan

perawatan dan beri

memperbaiki

keterampilan atau

dorongan

keterampilan

metode

partisipasi

kopoing, dan dapat

maksimum dalam

meningkatkan

rencana

sama dalam regimen

koping

efektif

pengobatan
terapiutik
4. Dorong
pasien 4. Fokus

kerja

perhatian

untuk

pasien

mengevalusi

realitas situasi yang

prioritas
tujuan

atau
hidup.

Tanyakan apakah
yang anda lakukan
merupakan
yang

apa
anda

inginkan ?
5. Bantu
pasien
untuk

terhadap

ada relatif terhadap


pandangan

pasien

tentang apa yang di


inginkam
5. Meningkatkan

dan

memotivasi

klien

untuk merencanakan
dan mencapai tujuan
hidup dengan riil

mengidentifikasi
dan

mulai

merencanakan
perubahan

hidup

yang perlu. Bantu


untuk
menyesuaikan dari
pada membatalkan
tujuan diri atau
9.

di

keluarga
berikan 1. Kaji persiapan dan 1. Pemahaman

Kurang pengetahuan

Setelah

mengenai kondisi dan

asuhan keperawatan

hambatan

dalam

bahwa

tekanan darah tinggi

rencana pengobatan

diharapkan

berhubungan dengan

mengatakan

misinterpretasi

pemahaman

informasi.

pasien
tentang

proses penyakit dan


regimen pengobatan
dengan kriteria hasil :
1. Menyatakan

belajar,

termasuk

orang terdekat
2. Tetapkan
dan
nyatakan batas TD
normal.

Jelaskan

dapat

terjadi

tanpa

gejala adalah untuk


memungkinkan
pasien menganjurkan
pengobatan meskipun

tentang hipertensi

ketika merasa sehat


pada 2. Karena pengobatan

efeknya

dapat memahami

jantung , pembuluh

untuk

hipertensi

tentang

darah, ginjal dan

adalah

sepanjang

penjelasan

yang

di berikan
2. Mengidentifikasi
efek

samping

obat

dan

otak
3. Hindari

kehidipan,

dengan penyampaiaan

mengatakan

TD

normal

dan

gunakan istilah

kemungkinan

terkontrol dengan

komplikasi yang

baik

perlu

menggambarkan

di

perhatikan
3. Pertahankan TD
dalam parameter
normal

maka

saat

ide terkontrol akan


membantu
untuk

pasien
memahami

kebutuhan

untuk

melajutkan
pengobatan

atau

TD pasien dalam

meditasi
yang 3. Faktor-faktor

batas

diinginkan
4. Bantu
pasien
dalam

resiko

ini telah menunjukan


hubungan

dalam

menunjang hipertensi

mengidentifikasi
faktor-faktor resiko

dan

penyakit

kardiovaskular

serta

kardiovaskuler

ginjal
yang dapat diubah 4. Dengan

mengubah

misal obesitas, diet

pola

tinggi lemak jenuh

biasa/memberikan

dan

kolesterol,

rasa

pola

hidup

monoton,
merokok,

perilaku
aman

alkohol, pola hidup


penuh stress
5. Atasi
masalah

akan

sangat menyusahkan.
Dukungan,

minum

yang

dan

petunjuk

empati

dapat

meningkatkan
keberhasilan

pasien

dalam menyelesaikan

dengan

pasien

untuk
mengidentifikasi
cara

dimana

perubahan

gaya

hidup yang tepat


dapat dibuat untuk
mengurangi faktorfaktor

penyebab

hipertensi
6. Bahas pentingnya
menghentikan
dalam

membuat rencana
untuk

pelepasan
ketokolamin,
mengakibatkan
peningkatan frekuensi
jantung,

TD

berhenti

mengurangi
oksigenasi
dan

jaringan

meningkatkan
kerja

miokardium
6. Gaya

hidup

merupakan

faktor

yang dapat dirubah


untuk

merokok

dan

vasokontriksi,

beban

merokok dan bantu


pasien

tugas
5. Nikotin meningkatkan

mencegah

hipertensi.

Rokok

dapat

meningkatkan

resiko

dan

memperburuk
keadaan

serta

menimbulkan
kerusakan
10.

Risiko cedera

Setelah

berhubungan dengan

asuhan keperawatan

penurunan

di harapkan pasien

kesadaran/penglihata

tidak

n ganda (diplopia).

cidera dengan kriteria

vaskularisasi
dari 1. Meminimalkan resiko

diberikan 1. Jauhkan

mengalamin

hasil:
1. Pasien

tidak

mengalami cidera

pada

benda-benda tajam
cedera
2. Berikan
2. Meminimalkan
penerangan
cukup
3. Usahakan
tidak

licin

yang

terjadinya benturan
3. Meminimalkan klien

lantai

jatuh
4. Menghindari

dan

klien

terjatuh pada saat


basah
4. Pasang side rail
istirahat
5. Anjurkan
pada 5. Untuk meningkatkan
keluarga

pasien

menjaga keamanan

11.

Ansietas berhubungan Setelah

untuk

selalu

menemani

pasien

dalam beraktivitas
diberikan 1. Observasi tingkah 1. Ansietas ringan dapat

dengan perubahan

asuhan keperawatan

laku

kondisi kesehatan.

diharapkan

menunjukkan

pasien

tidak cemas dengan


kriteria hasil :
1. Melaporkan
sampai hilang
2. Mampu
mengidentifikasi
cara hidup yang
untuk

membagikan
perasaannya

tingkat ansietas
2. Tinggal bersama

sikap yang tenang.


atau

menjawab

rangsang

insomnia.

dan

Ansietas

berat

yang

keadaan panik dapat


menimbulkan
perasaan

terancam,

ketidakmampuan

kekhawatirannya
dan

dengan

berkembang ke dalam

mempertahankan
Mengakui

ditunjukkan
peka

pasien,

cemas berkurang

sehat

yang

untuk berbicara dan

mengizinkan

perilaku

bergerak
pasien 2. Menegaskan

yang umum
3. Jelaskan prosedur,
lingkungan

pasien

atau

atau

suara

yang

mungkin didengar

orang

terdekat
walaupun

sekeliling

pada
bahwa
perasaan

pasien diluar kontrol


lingkungannya

tetap

aman
oleh pasien
3. Memberikan
4. Bicara
singkat
informasi yang akurat
dengan
bahasa
yang
dapat
sederhana
menurunkan
5. Simulasi dari luar :
kesalahan interpretasi
tempatkan
pada
yang dapat berperan
ruangan
yang
pada reaksi ansietas
tenang,
kurangi
4. Rentang
perhatian
lampu yang terlalu
mungkin
menjadi
terang,
kurangi
pendek, konsentrasi
jumlah orang yang
berkurang
yang
berhubungan
membatasi
dengan pasien
kemampuan
untuk

menerima informasi
5. Menciptakan
lingkungan
12.

PK : gagal jantung.

Setelah

di

berikan 1. Pantau

terapiutik
adanya 1. Pemantauan,

tindakan keperawatan

tanda-tanda gagal

di harapkan pasien

jantung
2. Kolaborasi dengan

tidak

mengalami

gagal jantung dengan


kriteria hasil:
1. Nadi :

dokter

yang

bagian

dalam (jantung)
70-80

x/menit
2. Nyeri tidak ada
3. Sianosis tidak ada

penanganan

sedini

mungkin

dan

mencegah kerusakan
lebih lanjut
2. Pemberian
sedini

terapi
mungkin

dengan pertimbangan
terapi yang tepat akan
mampu
menyelamatkan jiwa
pasien

I. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai intervensi
J. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu). (Poer, 2012)
K. REFERENSI
Bulechrck, Goria M,. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Ed 6.
United Kingdom : Elsevier.
Moorhead, Sue,. Dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed 5. United
Kingdom : Elsevier.
NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20152017. Jakarta : ECG
Price, S, A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume
1. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne, C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta :


EGC
Tom, S. 1995. Tekanan Darah Tinggi : Mengapa Terjadi, Bagaimana Mengatasinya ?.
Jakarta : Arcan
Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi Evaluasi.
(Online).

Available

at

https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-

dokumentasi-evaluasi-keperawatan. Diunduh pada 1 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai