Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM LAB K3

PENGUKURAN IKLIM KERJA

Disusun oleh :
Nama

: Diandra Arisnawati

NIM

: J410130073

Semester/shift : 6/A

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
I.

PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Lingkungan kerja adalah tempat di mana pegawai melakukan
aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan

rasa aman dan memungkinkan pegawai untuk dapat bekerja optimal.


Lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap sikap kerja dan
menentukan

prestasi

kerja

pegawai.

Lingkungan

kerja

yang

menyenangkan membuat sikap pegawai positif dan memberi dorongan


untuk bekerja lebih tekun dan lebih baik. Sebaliknya, jika situasi
lingkungan tidak menyengangkan mereka cenderung meninggalkan
lingkungan tersebut (Idrus, 2006).
Ghiselli dan Brown (dalam Idrus, 2006) menyatakan bahwa
lingkungan kerja berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil
kerja karyawan. Kuantitas dan kualitas hasil kerja yang optimal akan
diperoleh

apabila

ada

kenyamanan

dalam

lingkungan

kerja.

Kenyamanan dalam bekerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja atau


kondisi kerja dan faktor yang berkaitan dengan kerja tersebut. Kondisi
kerja berkaita dengan faktor seperti cahaya, suhu asap, keamanan,
kecelakaan,

bising,

debu,

bau

dan

hal

semacam

itu

yang

mempengaruhi kinerja suatu pekerjaan atau kesejahteraan umum


pekerja.
Kenyamanan dari suatu tempat kerja di pengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah iklim kerja. Iklim kerja adalah hasil
perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan
panas radiasi akibat dari tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga
kerja sebagai akibat dari pekerjaannya (PER.13/MEN/X/2011). Jika
pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama maka pekerja yang
terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu
menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya
gangguan kesehatan sehingga berpengaruh terhadap produktifitas dan
efisiensi kerja.
Tekanan panas merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan agar produktivitas, penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja dapat dikendalikan secara maksimal mungkin. Tekanan panas
merupakan faktor bahaya yang berpengaruh terhadap tenaga kerja,
karena tekanan panas akan memberikan beban tambahan disamping

beban kerja dari tenaga kerja itu sendiri dan jika tidak dikendalikan
dengan baik sehingga melebihi nilai batas yang di perkenankan maka
dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan dapat menurunkan
produktivitas tenaga kerja (Annuriyana, 2010). Maka dari itu,
diperlukan pengukuran terhadap suhu efektif di tempat kerja apakah
hasilnya sudah memenuhi standar atau tidak agar bisa ditentukan
pengendalian yang tepat.
b. Tujuan
1. Mahasiswa mengenal metode dan peralatan pengukuran iklim
kerja.
2. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan pengukuran iklim kerja.
3. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengukuran.
II.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Iklim Kerja
Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara,
kecepatan gerakan, dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat factor
ini dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang disebut
tekanan panas (Soeripto, 2008). Menurut Permenakertrans No. PER
13/MEN/X/2011 iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu,
kelembapan, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran

panas

dari

tubuh

tenaga

kerja

sebagai

akibat

pekerjaannnya.
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelmababna
udara, kecepatan gerakan udara, dan suhu radiasi pada suatu tempat
kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang
ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat
menurunnya efisiensi dan produktifitas kerja. Suhu udara yang
dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah berkisar 24 0C260C dan
selisih suhu didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 5 0C. batas
kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dtk (Soeripto,
2008).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu
tubuh adalah suhu panas atau dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan

dipengaruhi oleh adanya angin, kelembaban, tekanan udara ruangan


dan suhu udara luar ruangan. Apabila tubuh tidak dapat beberadaptasi
dengan suhu ekstrim, maka akn timbul gangguan kesehatan .
a. Temperature suhu kering, t (C)
Temperature yang dibaca oleh sensor suhu kering dan terbuka,
namun hasil pembacaan tidak terlalu tepat karena adnya pengaruh
radiasi panas, kecuali sensornya mendapat ventilasi baik.
b. Temperature suhu basah, t (C)
Temperature yang dibaca oleh sensor yang telah dibalut dengan
kain / kapas basah untuk menghilangakan pegaruh radiasi, yang
harus diperhatikan adalah aliran udara yang melewati sensor
minimal 5 m/s
c. Kelembaban relative, Q (%)
Kelembaban relative adalah perbandingan antara tekanan parsial
uap air yang ada di dalam udara dan tekanan jenuh uap air pada
temperature yang sama.
2. Macam-macam Iklim Kerja
Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industry telah
menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau
cuaca tertentu yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja
dingin.
a. Iklim kerja panas
Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan
kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu
udara, suhu radiasi dan sinar matahari. (Budiono, 2008)
Salah satu kondisi yang disebabkan oleh iklim kerja yang
terlalu tinggi adalah apa yang dinamakan dengan

Hear Stress

(tekanan panas). Tekanan panas adalah keseluruhan beban panas


yang diterima tubuh yang merupakan kombinasi dari kerja fisik,
faktor lingkungan (suhu udara, tekanan uap air, pergerakan udara,
perubahan panas radiasi) dan faktor lain. Tekanan panas akan
berdampak pada terjadinya :
1) Dehidrasi

Dehidrasi adalah penguapan yang berlebihan yang akan


mengurangi volume darah dan pada tingkat awal aliran darah
akan menurun dan otak akan kekurangan oksigen.
2) Heat rash
Gejala ini bias berupa lecet terus menerus dan panas disertai
gatal yang menyengat.
3) Heat Fatique
Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas.
Gerakan tubuh menjadi lambat, kurang waspada terhadap
tugas.
4) Heat cramps
Kekejangan otot yang diikuti penurunan sodium klorida dalam
darah sampai tingkat kritis. Dapat terjadi sendiri atau bersama
dengan kelelahan panas, kekejangan timbul secara mendadak.
5) Heat exhaustion
Dikarenakan kekurangan cairan tubuh
6) Heat Sincope
Keadaan kolaps atau kehilangan kesadaran selama pemajanan
panas dan tanpa

kenaikan suhu tubuhatau penghentian

keringat.
7) Heat stroke
Kerusakan serius yang bekaitan dengan kesalahan pada pusat
pengatur suhu tubuh. Pada kondisi ini mekanisme pengatur
suhu tidak berfungsi lagidisertai hambatan proses penguapan
secara tiba-tiba (Muflichatun, 2006).
Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimitasi dengan
iklim tropis yang suhunya sekitar 29-300 C dengan kelembaban
sekitar 85 95 %. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses
penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama
berada di tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja
tanpa pengaruh tekanan panas.
b. Iklim kerja dingin
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan
keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh
suhu

ruangan

sangat

rendah

terhadap

kesehatan

dapat

mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan


chilblains, trench foot dan frostbite.
Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja
suhu dingin dilakukan melalui seleksi pekerja yang fit dan
penggunaan pakaian pelindung yang baik. Disamping itu,
pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik.
(Budiono, 2008)
3. Pengendalian Lingkungan Kerja Panas
Pengendalian pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap
tenaga

kerja

dapat

dilakukan

dengan

koreksi

tempat

kerja,

sumbersumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan.


Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai efektifitas dari system
pengendalian yang telah dilakukan di masing-masing tempat kerja.
Secara ringkas teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas
di perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Mengurangi faktor beban kerja.
b. Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.
c. Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan
panas.
d. Penggunaan tameng anti panas dan alat pelindung yang dapat
memantulkan panas.
e. Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk
pemulihan.
f. Lama Kerja
Untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan akibat
terpapar suhu udara yang tinggi, lamanya kerja dan istirahat harus
disesuaikan dengan tingkat tekanan panas yang dihadapi oleh pekerja
(Muflichatun, 2006).
III.

ALAT DAN BAHAN


1. QUESTemp 32 Thermal Environment Monitor
2. Sling Hygrometer
3. Table kelembaban relative
4. Kassa
5. Aquades
6. Lembar Kerja

IV.

CARA KERJA

1. Pengukuran Suhu
a. Membuka penutup baterai pada bagian belakang alat kemudian
memasang baterai pada tempatnya.
b. Menekan tombol on pada sakelar di samping baterai.
c. Memasang kassa pada thermometer basah dan dibasahi dengan
menggunakan aquades secukupnya.
d. Thermometer di diamkan selama 5 menit di tempat yang akan di
ukur suhunya (outdoor).
e. Setelah 5 menit, lihat hasil pengukuran suhu basah, suhu kering
dan suhu bola pada monitor yang ada pada thermometer.
f. Catat hasilnya pada lembar kerja.
2. Pengukuran Kelembaban Relatif
a. Memberikan kassa pada ujung

thermometer

basah

sling

hygrometer.
b. Membasahi thermometer basah yang telah di beri kassa dengan
aquades secukupnya.
c. Putar sling hygrometer selama 2 menit untuk diketahui suhunya.
d. Seletah 2 menit, membaca suhu basah dan suhu kering pada sling
hygrometer.
e. Catat hasilnya kemudian di hitung selisih antara suhu basah dengan
suhu kering, lalu cocokkan dengan tabel untuk mengetahui
kelembaban relatifnya.
V.

HASIL PENGUKURAN
Hasil Pengukuran
Lokasi

SB

SK

SG

KR

Outdoor (Depan

26,2 C

32,0 C

32,2 C

62%

ruang BAA)
Indoor (Ruang

27,7 C

32,1 C

53%

Workshop)
ISBB outdoor = 0,7 x suhu basah alami + 0,1 x suhu kering + 0,2 suhu
Bola
= (0,7 x 26,2) + (0,1 x 32) + (0,2 x 32,2)
=18,34 + 3,2 + 6,44
= 27,98

ISBB indoor = 0,7 x suhu basah alami + 0,3 suhu Bola


= (0,7 x 27,7) + (0,3 x 32,1)
=19,39 + 9,63
=29,02

VI.

PEMBAHASAN
Pada praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 11 mei 2016 adalah
melakukan pengukuran iklim kerja. Dimana iklim kerja adalah suatu
kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara,
dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Iklim kerja yang tidak nyaman
dapat menurunkan efisiensi dan produktifitas kerja.
Pada pengukuran kali ini, kelompok mendapatkan pembagian tempat
pengukuran outdoor yaitu di depan ruang BAA. Hasil pengukuran yang di
dapatkan antara lain suhu basah 26,2 C, suhu kering 32,0 C , suhu bola
32,2 C dan kelembaban relatifnya sebesar 62%. Sehingga diperoleh hasil
ISBB outdoor sebesar 27,98 C. Dari hasil yang diperoleh tersebut
berdasarkan Peraturan Menteri Tanaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :
Per.13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas fisika dan kimia di tempat
kerja dengan beban kerja ringan, nilai ambang batas yang diperbolehkan
yaitu sebesar 30C sehingga hasil pengukuran iklim kerja di depan ruang
BAA tersebut memenuhi karena tidak melebihi NAB yang telah
ditentukan.
Hasil pengukuran indoor yang diperoleh dari kelompok lain yaitu
suhu basah 27,7 C, suhu bola 32,1 C dan kelembaban relatifnya sebesar
53% sehingga diperoleh hasil ISBB indoor sebesar 29,02C. Dari hasil
yang

diperoleh

tersebut

berdasarkan

Per.13/MEN/X/2011,

hasil

pengukuran masih dalam suhu yang normal karena tidak memenuhi NAB
yang ditentukan.
Dari hasil pengukuran indoor maupun outdoor, diketahui bahwa
iklim kerja di ruang workshop dan di depan ruang BAA masih dalam suhu
yang normal sehingga tidak akan menimbulkan gangguan dalam bekerja.

VII.

KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban
udara, kecepatan gerakan udara, dan suhu radiasi pada suatu tempat
kerja. Iklim kerja yang tidak nyaman dapat menurunkan efisiensi dan
produktifitas kerja. Hasil pengukuran yang dilakukan di depan BAA
diperoleh hasil ISBB 27,98 C dan di ruang workshop sebesar 29,02 C,
berdasarkan Per.13/MEN/X/2011, hasil pengukuran masih dalam suhu
yang normal karena tidak memenuhi NAB yang ditentukan sehingga
tidak akan menimbulkan gangguan dalam bekerja.
b. Saran
1. Bagi pengukur konsentrasi, ketelitian dalam menggunakan alat
reaction timer karena alat ini sangat sensitif, sehingga rentan terjadi
error dalam pengukuran.
2. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan

secara

berkala

terhadap

kelelahan pekerja supaya pekerja dapat nyaman dalam bekerja dan


dapat meningkatkan produktivitas.

DAFTAR PUSTAKA
Annuriyana, Eka. 2010. Hubungan Tekanan Panas Dengan Produktivitas Tenaga
Kerja Bagian Pencetakan Genteng di Desa Jelobo Wonosari Klaten. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Budiono. 2008. Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Depnakertrans RI. 2011. PER.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja. Depnakertrans RI. Jakarta
Indonesia.
Idrus, Muhammad. 2006. Implikasi Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
dan Kualitas Kehidupan Kerja Karyawan. Jurnal Psikologi Universitas
Diponegoro. Vol.3 (1) hal: 94-106.
Muflichatun. 2006. Hubungan antara Tekanan Panas, Denyut Nadi dan
Produktivitas Kerja pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji
Donorejo Batang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Soeripto , M . 2008. Hygiene Industri. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai