PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan paling penting yang harus dipenuhi setiap makhluk
hidup. 80 % dari tubuh manusia terdiri dari air, jadi tidak heran jika manusia tidak
mampu hidup tanpa menggunakan air, tetapi permasalahan utama yang ada
sekarang adalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang lebih banyak
memiliki lautan daripada air, pada kenyataannya masyarakat masih banyak yang
mengeluh tentang tidak adanya air bersih.
Kalimantan Barat merupakan provinsi yang memiliki banyak sungai sebagai
sumber air baku, salah satunya adalah sungai Kapuas yang melewati Kabupaten
Sanggau. Penduduk yang tinggal disekitar sempadan sungai menggunakan air
langsung dari air baku sungai Kapuas tersebut tanpa diolah terlebih dahulu. Oleh
karena itu, perlu adanya perancangan untuk Sistem Penyediaan Air Minum agar
masyarakat yang tinggal disekitar sempadan sungai maupun yang tinggal jauh dari
sumber air baku dapat merasakan air bersih yang telah diolah dan dapat digunakan
untuk kebutuhan sehari hari seperti mandi,cuci,kakus (MCK).
Kenyataannya sampai saat ini penyediaan air bersih untuk masyarakat di
kabupaten Sanggau masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang cukup
kompleks. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai saat ini yakni masih
rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat serta sulitnya
pendistribusian air bagi masyarakat yang tinggal jauh dari sempadan sungai.
Perencanaan sistem pendistribusian air ini juga harus mendapatkan
dukungan dari Pemerintah daerah dan Pemerintah pusat. Sistem Penyediaan Air
Minum yang akan dibuat di pusatkan untuk masyarakat yang tinggal di Kabupaten
Sanggau baik yang berada di kota Sanggau maupun yang berada di desanya.
Sumber air baku terdekat yang dapat dimanfaatkan adalah air sungai kapuas.
Pemanfaatan ini meninjau dari letaknya yang tidak jauh dari Kabupaten sanggau
serta sungai Kapuas merupakan satu-satunya sungai terbesar yang ada di
Kabupaten sanggau.
fasilitas umum
TK
SD
SMP
SMA
pendidikan
SMK
Rumah
Sakit
Puskesmas
Kesehatan
Poliklinik
Mesjid
Surau
Gereja
Pekong
Tempat
Ibadah
Pura
Sumber :Data Primer, 2015
2014
57
474
113
25
10
2019
57
474
113
25
10
Tahun
2024
57
474
113
25
10
3
18
22
253
188
512
3
6
3
18
22
253
188
512
3
6
3
18
22
253
188
512
3
6
2029
58
475
114
26
11
2034
58
475
114
26
11
4
19
23
254
189
513
4
7
4
19
23
254
189
513
4
7
BAB II
GAMBARAN UMUM
Gambar 2.1 Peta Topografi Kabupaten Sanggau
Sebelah Selatan
: Kabupaten Ketapang
Sebelah Timur
Sebelah Barat
: Kabupaten Landak
Ibukota
No.
Kecamatan
Kecamatan
Luas Daerah
(Km2)
(1)
(2)
(3)
(4)
Toba
Teraju
1.127,20
Meliau
Meliau
1.495,70
Kapuas
Sanggau
1.382,00
Mukok
Kedukul
501,00
Jangkang
Balai Sebut
1.589,20
Bonti
Bonti
1.121,80
Parindu
Pusat Damai
593,90
Tayan Hilir
Tayan
1.050,50
Balai
Batang Tarang
395,60
10
Tayan Hulu
Sosok
719,20
11
Kembayan
Kembayan
610,80
12
Beduwai
Beduwai
435,00
13
Noyan
Noyan
487,90
14
Sekayam
Balai Karangan
841,01
15
Entikong
Entikong
506,89
Jumlah
12.857,70
Desa /
No.
Kecamatan
Dusun
Lingkungan
Kelurahan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Toba
26
Meliau
19
81
Kapuas
20
63
15
Mukok
44
Jangkang
11
60
Bonti
47
Parindu
14
59
Tayan Hilir
15
84
Balai
12
64
10
Tayan Hulu
11
44
11
Kembayan
11
58
12
Beduwai
21
13
Noyan
29
14
Sekayam
10
52
15
Entikong
28
163
760
15
Jumlah
10
(BPS 2010) dengan laju Pertumbuhan sebesar 1,63 Persen per tahun.Jumlah
penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Kapuas dengan jumlah penduduk
sebanyak 78.702 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat di
Kecamatan Noyan dengan jumlah penduduk sebanyak 9.872 jiwa.
2.7 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kabupaten Sanggau rata-rata 32 jiwa per km2,
denganjumlah kepadatan penduduk terbesar adalah Kecamatan Kapuas yakni 57
jiwa per kilometer persegi dan paling jarang penduduknya adalah kecamatan Toba
sebesar 11 jiwa per kilometer persegi.
Masalah pokok dalam bidang kependudukan antara lain adalah jumlah
penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran
penduduk yang belum merata, komposisi penduduk yang tidak seimbang serta
arus urbanisasi dari desa ke kota.
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN
11
Unit air baku, merupakan sumber air untuk penyediaan air minum.
Contohnya yaitu air tanah, air permukaan, dan air hujan.
2.
Unit produksi, dapat berupa sumur bor, mata air, dan instalasi pengolahan.
3.
Unit distribusi, merupakan unit yang mendistribusikan air dari unit produksi
ke unit pelayanan di pelanggan. Unit ini terdiri dari tangki penyimpanan,
pompa, jaringan pipa, dan perlengkapannya.
12
c. Kebutuhan Air Minum adalah jumlah air bersih atau air minum yang diperlukan
sebagai prasyarat bagi individu atau masyarakat untuk hidup secara layak.
d. Air Tanah Dangkal adalah air tanah bebas yang terdapat di dalam tanah dengan
kedalaman mata air kurang atau sama dengan 20 meter.
e. Air Tanah Dalam adalah air tanah yang terdapat di dalam tanah dengan
kedalaman mata air lebih besar dari 20 meter atau air tanah yang tedapat di
dalam akifer tertekan dimana akifer ini dalam kedalaman lebih dari 20 m.
f. Air Permukaan adalah air bakuyang berasal dari sungai, saluran irigasi, waduk,
kolam atau danau.
g. Mata Air adalah air tanah yang muncul di permukaan tanah secara alami.
3.2 Sumber Air Baku dan Karakteristiknya
Perencanaan sistem penyediaan air bersih di suatu daerah diperlukan adanya
perencaanaan bangunan penagkap air atau intake dan reservoir yang dihubungkan
dengan pipa transmisi. Sumber air baku yang dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan penyediaan air bersih di Kabupaten Sanggau yaitu berasal dari Sungai
Kapuas. Sungai Kapuas mempunyai lebar 250 m dengan kedalaman rata-rata 20
m. Pemilihan Sungai Kapuas menjadi sumber air baku untuk Kabupaten Sanggau
dikarenakan Sungai Kapuas merupakan satu-satunya sumber air baku yang dapat
dimanfaatkan serta dari segi kontinuitas, air Sungai Kapuas ini bersifat kontinu
atau terus menerus karena Sungai Kapuas merupakan air permukaan.
Berdasarkan hasil pemantauan air Sungai Kapuas, diperoleh bahwa air Sungai
Kapuas telah mengalami pencemaran ringan.
13
3.3 Proyeksi
14
bermacam-macam
metode
yang
dapat
digunakan
untuk
15
1. Model Aritmatik
Model linear Aritmatik menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi
yang paling sederhana dari seluruh model trend. Model ini menggunakan
persamaan derajat pertama (first degree equation). Berdasarkan hal tersebut,
penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari waktu, dengan persamaan:
Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)
P0: Jumlah penduduk tahun ke 0 (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara P0 dan Pt (tahun)
Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi bahwa
penduduk akan bertambah/berkurang sebesar jumlah absolute yang sama/tetap ()
pada masa yang akan datang sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada masa
lalu. Ini berarti bahwa, jika Pt+1 dan Pt adalah jumlah populasi dalam tahun yang
berurutan, Pt+1 Pt yang adalah perbedaan pertama yang selalu tetap (konstan).
Klosterman (1990), mengacu pada Pittengar (1976), mengemukakan bahwa model
ini hanya digunakan jika data yang tersedia relatif terbatas, sehingga tidak
memungkinkan untuk menggunakan model lain. Selanjutnya, Isserman (1977)
mengemukakan bahwa model ini hanya dapat diaplikasikan untuk wilayah kecil
dengan pertumbuhan yang lambat, dan tidak tepat untuk proyeksi pada wilayahwilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
2. Model Geometrik
Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan bertambah/berkurang pada
suatu tingkat pertumbuhan (persentase) yang tetap. Misalnya, jika Pt+1 dan Pt
adalah jumlah penduduk dalam tahun yang berurutan, maka penduduk akan
bertambah atau berkurang pada tingkat pertumbuhan yang tetap (yaitu sebesar
Pt+1/Pt ) dari waktu ke waktu. Menurut Klosterman (1990), proyeksi dengan
tingkat pertumbuhan yang tetap ini umumnya dapat diterapkan pada wilayah,
16
Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)
P0: Jumlah penduduk tahun ke 0 (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara P0 dan Pt (tahun)
3. Model Eksponensial
Metode eksponensial memiliki asumsi bahwa persentase pertumbuhan
penduduk sama setiap hari. Hasil proyeksi penduduk dengan menggunakan
metode eksponensial akan berbentuk garis lengkung yang lebih terjal daripada
garis lengkung pada metode geometrik.
Metode eksponensial dalam proyeksi penduduk dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)
P0: Jumlah penduduk tahun ke 0 (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara P0 dan Pt (tahun)
Kelebihan dari metode eksponensial, antara lain rumus yang digunakan
sederhana, data yang diperlukan mudah dipenuhi, mudah dilakukan, dan model
yang digunakan sudah mendekati dinamika yang tidak linear. Sedangkan
17
18
Fluktuasi pemakaian ini dapat dibedakan menjadi dua (2) jenis yaitu
fluktuasi pemakaian pada waktu hari maksimum dan pada saat jam puncak.
Fluktuasi pemakaian air bersih di tiap daerah dapat berbeda-beda dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya adalah:
- Kebiasaan konsumen dalam penggunaan air.
- Tingkat sosial ekonomi di daerah pelayanan.
Untuk menghitung kebutuhan air bersih, diperlukan pula angka faktor
pengali tertentu yaitu faktor maksimum harian (fm) dan faktor jam puncak (fp)
sehingga akan diperoleh kebutuhan air maksimum dan kebutuhan air puncak.
3.4.5 Faktor Hari Maksimum (Fm)
Kebutuhan air maksimum harian dihitung dari kebutuhan rata-rata dikalikan
dengan faktor maksimum harian. Faktor ini merupakan perbandingan antara
pemakaian pada hari terbesar dengan pemakaian air rata-rata selama satu tahun.
Besarnya kebutuhan air pada hari maksimum dapat dipengaruhi oleh:
1. Tingkat ekonomi dan kondisi sosial budaya.
2. Iklim.
3.4.6 Faktor Jam Puncak (fp)
Jam puncak merupakan jam dimana terjadi pemakaian air terbanyak dalam
24 jam. Faktor jam puncak (fp) mempunyai nilai yang berbanding terbalik dengan
jumlah penduduk. Semakin tinggi jumlah penduduk maka besarnya faktor jam
puncak akan semakin kecil.
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kebutuhan jam puncak adalah
perkembangan dari kota yang bersangkutan. Perkembangan yang terjadi dapat
menentukan karakteristik kota. Namun secara garis besar, untuk kota besar nilai fp
akan sebesar 1,3, kota sedang sekitar 1,5, dan untuk kota kecil adalah 2.
20
yang
paling
menguntungkan
karena
pengoperasian
21
Keuntungan :
Kerugian :
b. Intermitten System
Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplai dan didistribusikan
kepada konsumen hanya selamabeberapa jam dalam satu hari. Biasanya berkisar
antara 2 hingga 4 jam untuk sore hari. Sistem ini biasanyaditerapkan bila kuantitas
dan tekanan air yang cukup tidak tersedia.
Keuntungan :
Kerugian :
Bila terjadi kebakaran pada saat tidak beroperasi maka air untuk pemadam
berkelanjutan (Continous System) merupakan sistem distribusi air yang baik dan
ideal.
22
Keuntungan :
1. Jaringan distribusi relatif lebih searah
2. Pemasangan pipa lebih mudah
3. Penggunaan pipa lebih sedikit karena pipa distribusi hanya dipasang pada
daerah yangpaling padat penduduknya
Kerugian :
1. Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan di ujung pipa
tidak dapat dihindari sehingga setidaknya perlu dilakukan pembersihan
2. Bila terjadi kerusakan dan kebakaran pada salah satu bagian sistem maka
suplay air akan terganggu
3. Kemungkinan tekanan air yang diperlukan tidak cukup jika ada sambungan
baru
4. Keseimbangan sistem pengaliran kurang terjamin, terutama jika terjadi tekanan
kritis pada bagian pipa yang terjauh
b.Sistem Melingkar atau Loop
Pada sistem ini, jaringan pipa induk distribusi saling berhubungan satu
dengan yang lain membentuklingkaran-lingkaran, sehingga pada pipa induk tidak
ada titik mati (dead end) dan air akan mengalir ke suatutitik yang dapat melalui
beberapa arah. Sistem ini biasa diterapkan pada :
Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan
Daerah yang perkembangan kotanya cenderung ke segala arah
Keadaan topografi yang relatif datar
23
Keuntungan :
Kerugian :
24
BAB IV
ANALISA KEBUTUHAN AIR
4.1 Proyeksi Penduduk
Jumlah penduduk merupakan faktor terpenting dalam menentukan
lingkup dari suatu perkembangan pembangunan yang salah satunya adalah
pengelolaan penyediaan kebutuhan air bersih. Kebutuhan air yang
25
Jumlah Penduduk
2010
395172
2011
407468
2012
415955
2013
422658
26
2014
431175
Sumber : Data BPS
Berdasarkan
data
jumlah
penduduk
diatas
kemudian
dilakukan
Jumlah Penduduk
2010
2011
2012
2013
2014
Pertumbuhan Penduduk
Jiwa
12296
8487
6703
8517
29615,25
3,11%
2,08%
1,61%
2,02%
7,31%
395172
407468
415955
422658
431175
P 2014P 2010
20142010
Ka =9000 Jiwa/tahun.
7,31
5
r = 1,462%
1. Metode Aritmatika
27
2. Metode Geometri
Perhitungan proyeksi metode geometri dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus :
(4.2.)
28
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk tahun pertama
r
Dimana :
Y = Nilai perkiraan jumlah penduduk (jiwa)
a.b = Konstanta
x
29
a = - b . (4.4)
b=
n xy x . y
n x 2( x ) 2 .... (4.5)
Tahun ke( x)
2010
Jumlah Penduduk
(y)
395172
2011
407468
2012
415955
2013
422658
2014
431175
Jumlah
15
2072428
X.Y
3951
72
8149
36
1247
865
1690
632
2155
875
6304
480
1
4
9
16
25
55
y . x2 x. x y
n x 2( x ) 2
b=
n xy x . y
n x 2( x ) 2 = 8720
= 388327
Y = a + bX
P 2010 = 388327 + (8720(2011-2010)) = 388328 jiwa
30
Standar deviasi adalah ukuran dari seberapa luas simpangan nilai dari nilai
rata-rata (mean). Untuk menentukan metode proyeksi yang paling mendekati
kebenaran terlebih dahulu perlu dihitung standar deviasi dari hasil perhitungan
ketiga metode diatas.
( yi y mean ) 2
S=
n1
( yi y mean ) 2
S=
untuk n = 2 (4.7)
Dimana :
S
= standar deviasi
Yi
Ymean
= rata-rata Y
= jumlah data
Metode perhitungan proyeksi yang paling tepat adalah metode yang
n ( x 2 ) ( x 2 ] 0,5
[ n ( y 2 )y 2 ] 0,5
=
(4.8.)
n . ( xy )( x ) (y)
Dimana:
K = koefisien korelasi
X = nomor data
Y = data penduduk per tahun
n = jumlah data
31
Jika dilihat dari standar deviasi dan korelasi maka metode proyeksi yang
dipilih yaitu metode aritmatika. Hal ini dikarenakan pada metode aritmatika harga
standar deviasi adalah yang paling kecil dan nilai dari korelasi mendekati 1.
Berikut ini adalah data hasil proyeksi penduduk menggunakan metode aritmatika
dalam waktu 20 tahun kedepan :
Tabel 4.5 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
32
Tahun
jumlah
ke
penduduk
2014
431175
2015
440172
2016
449172
2017
458172
2018
467172
2019
476172
2020
485172
2021
494172
2022
593172
2023
602172
2024
611172
2025
620172
2026
629172
2027
638172
2028
647172
2029
656172
2030
665172
2031
674172
2032
683172
2033
692172
2034
701172
Sumber : Hasil Analisis, 2016
4.2 Proyeksi Jumlah Fasilitas
Proyeksi jumlah fasilitas merupakan perkiraan jumlah fasilitas dimasa
yang akan datang. Perhitungan proyeksi jumlah fasilitas dilakukan untuk
memprediksikan kebutuhan air bersih yang akan digunakan oleh fasilitas di suatu
wilayah dalam kurun waktu perencanaan. Sehingga dalam melakukan perhitungan
harus memperhatikan perkembangan jumlah fasilitas dimasa yang akan datang
dan kecendrungannya.
33
Tahun
2024
57
474
113
25
10
fasilitas umum
2014
2019
TK
57
57
SD
474
474
SMP
113
113
SMA
25
25
Pendidikan
SMK
10
10
Rumah
Sakit
3
3
3
Puskesmas
18
18
18
Kesehatan
Poliklinik
22
22
22
Mesjid
253
253
253
Surau
188
188
188
Gereja
512
512
512
Pekong
3
3
3
Tempat
Ibadah
Pura
6
6
6
Sumber : Hasil Analisis, 2016
2029
57
474
113
25
10
2034
57
474
113
25
10
4
19
23
254
189
513
4
7
4
19
23
254
189
513
4
7
Jumlah
Penduduk
Tingkat
Pelayanan
Jumlah
Terlayani
Konsumsi
Air Rata-
Jumlah
Pemakaian
Jumlah
Kebutuhan
34
(Jiwa)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
431175
440172
449172
458172
467172
476172
485172
494172
(%)
80
80
80
80
80
80
80
80
(Jiwa)
344940
352137,6
359337,6
366537,6
373737,6
380937,6
388137,6
395337,6
rata
130
130
130
130
130
130
130
130
44842200
45777888
46713888
47649888
48585888
49521888
50457888
51393888
Air(L/detik)
519,01
529,84
540,67
551,5
562,34
573,17
584
594,84
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
593172
602172
611172
620172
629172
638172
647172
656172
665172
674172
683172
692172
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
474537,6
481737,6
488937,6
496137,6
503337,6
510537,6
517737,6
524937,6
532137,6
539337,6
546537,6
553737,6
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
130
61689888
62625888
63561888
64497888
65433888
66369888
67305888
68241888
69177888
70113888
71049888
71985888
714
724,84
735,67
746,5
757,34
768,17
779
789,84
800,67
811,5
822,34
833,17
2034
701172
80
560937,6
130
Sumber : Hasil Analisis, 2016
72921888
844
jumlah
siswa
disetiap
sekolah
itu
sama
dengan
membandingak jumlah siswa dan guru dengan jumlah sekolah yang ada dan
kebutuhan air tetap per orangnya tidak mengalami kenaikan, maka kebutuhan air
untuk fasilitas pendidikan sebagai berikut:
1.TK
35
Kebutuhan Air
(L/dt)
0,33044
0,34491
0,35938
0,37384
0,38831
2. SD
Diasumsikan jumlah siswa bertambah 30 orang setiap 1 tahun, kebutuhan
air tetap per orangnya tidak mengalami kenaikan (40 L/o/h), maka kebutuhan air
untuk SD dapat di lihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Kebutuhan Air SD Setiap 5 tahun Selama 20 tahun
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
Kebutuhan Air
(L/dt)
14,16319
14,19792
14,23264
14,26736
14,30208
3. SMP
Diasumsikan jumlah siswa bertambah 30 orang setiap 1 tahun, kebutuhan
air tetap per orangnya tidak mengalami kenaikan (40 L/o/h), maka kebutuhan air
untuk SMP dapat di lihat pada Tabel 4.11
36
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
Jumlah
standar
Siswa
kebutuhan
Kebutuhan Air
(orang)
(L/org/hr)
(L/hr)
19245
40
769800
19395
40
775800
19545
40
781800
19695
40
787800
19845
40
793800
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Kebutuhan
Air (L/dt)
8,90972
8,97917
9,04861
9,11806
9,18750
4. SMA
Diasumsikan jumlah siswa bertambah 30 orang setiap 1 tahun, kebutuhan
air tetap per orangnya tidak mengalami kenaikan (80 L/o/h), maka kebutuhan air
untuk SMA dapat di lihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Kebutuhan Air SMA Setiap 5 tahun Selama 20 tahun
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
Jumlah
standar
Siswa
kebutuhan
Kebutuhan
(orang) (L/org/hr)
Air (L/hr)
7296
80
583680
7446
80
595680
7596
80
607680
7746
80
619680
7896
80
631680
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Kebutuhan Air
(L/dt)
6,7555556
6,8944444
7,0333333
7,1722222
7,3111111
5. SMK
Diasumsikan jumlah siswa bertambah 30 orang setiap 1 tahun, kebutuhan
air tetap per orangnya tidak mengalami kenaikan (80 L/o/h), maka kebutuhan air
untuk Perguruan Tinggi dapat di lihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Kebutuhan Air Perguruan Tinggi Setiap 5 tahun Selama 20 tahun
37
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
Jumlah
Siswa
(orang)
4292
4442
4592
4742
4892
standar
kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
(L/org/hr) Air (L/hr)
Air (L/dt)
80
343360
3,97407
80
355360
4,11296
80
367360
4,25185
80
379360
4,39074
80
391360
4,52963
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
standar
kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah (unit) (L/unit/hr)
Air (L/hr) Air (L/dt)
3
8000
24000
0,27778
3
8000
24000
0,27778
3
8000
24000
0,27778
4
8000
32000
0,37037
4
8000
32000
0,37037
Sumber: Hasil Analisis, 2016
2. Puskesmas
Diasumsikan jumlah unit Puskesmas bertambah 1 unit setiap 15 tahun,
kebutuhan air tetap per orangnya tidak mengalami kenaikan (2000 L/unit/h), maka
kebutuhan air untuk Puskesmas dapat di lihat pada Tabel 2.15.
38
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
standar
kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah (unit)
(L/unit/hr)
Air (L/hr) Air (L/dt)
18
2000
36000
0,41667
18
2000
36000
0,41667
18
2000
36000
0,41667
19
2000
38000
0,43981
19
2000
38000
0,43981
Sumber: Hasil Analisis, 2016
3. Poliklinik
Diasumsikan jumlah unit Poliklinik bertambah 1 unit setiap 15 tahun,
kebutuhan air tetap per orangnya tidak mengalami kenaikan (800 L/unit/h), maka
kebutuhan air untuk Poliklinik dapat di lihat pada Tabel 2.16.
Tabel 4.16 Kebutuhan Air Poliklinik Setiap 5 Tahun Selama 20 Tahun
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
standar
kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah (unit)
(L/unit/hr)
Air (L/hr) Air (L/dt)
22
800
17600
0,2037
22
800
17600
0,2037
22
800
17600
0,2037
23
800
18400
0,21296
23
800
18400
0,21296
Sumber: Hasil Analisis, 2016
39
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
standar
Jumlah kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
(unit)
(L/unit/hr) Air (L/hr) Air (L/dt)
253
3000
759000
8,784722
253
3000
759000
8,784722
253
3000
759000
8,784722
254
3000
762000
8,819444
254
3000
762000
8,819444
Sumber: Hasil Analisis, 2016
2. Surau
Tabel 4.19 Kebutuhan Air Surau Setiap 5 Tahun Selama 20 Tahun
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
standar
Jumlah
kebutuhan
Kebutuhan
(unit)
(L/unit/hr)
Air (L/hr)
188
1000
188000
188
1000
188000
188
1000
188000
189
1000
189000
189
1000
189000
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Kebutuhan
Air (L/dt)
2,175926
2,175926
2,175926
2,1875
2,1875
3. Gereja
Diasumsikan gedung bertambah 1 unit setiap 15 tahun, kebutuhan air tetap
per gedung tidak mengalami kenaikan (500 L/h), maka kebutuhan air untuk
Gereja dapat di lihat pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20 Kebutuhan Air Gereja Setiap 5 Tahun Selama 20 Tahun
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
standar
Jumlah kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
(unit)
(L/unit/hr) Air (L/hr) Air (L/dt)
512
500
256000
2,962963
512
500
256000
2,962963
512
500
256000
2,962963
513
500
256500
2,96875
513
500
256500
2,96875
Sumber: Hasil Analisis, 2016
4. Pekong
Diasumsikan gedung bertambah 1 unit setiap 15 tahun, kebutuhan air tetap
per gedung tidak mengalami kenaikan (500 L/unit /h), maka kebutuhan air untuk
pekong dapat di lihat pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21 Kebutuhan Air Pekong Setiap 5 Tahun Selama 20 Tahun
40
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
standar
Jumlah kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
(unit)
(L/unit/hr) Air (L/hr) Air (L/dt)
3
500
1500
0,017361
3
500
1500
0,017361
3
500
1500
0,017361
4
500
2000
0,023148
4
500
2000
0,023148
Sumber: Hasil Analisis, 2016
4. Pura
Diasumsikan gedung bertambah 1 unit setiap 15 tahun, kebutuhan air tetap
per gedung tidak mengalami kenaikan (200 L/unit /h), maka kebutuhan air untuk
Pura dapat di lihat pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21 Kebutuhan Air Pura Setiap 5 Tahun Selama 20 Tahun
Tahun
2014
2019
2024
2029
2034
standar
Jumlah
kebutuhan Kebutuhan
(unit)
(L/unit/hr)
Air (L/hr)
6
200
1200
6
200
1200
6
200
1200
7
200
1400
7
200
1400
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Kebutuhan Air
(L/dt)
0,013888889
0,013888889
0,013888889
0,016203704
0,016203704
41
FHM
Kehilanga
n Air 20%
kebutuha
n air l/dt
Total
kehilanga
n air l/dt
2014
1,15
20%
653,1919
130,6384
30%
2019
1,15
20%
711,2054
142,2411
30%
2024
1,15
20%
903,2661
180,6532
30%
2029
1,15
20%
2034
1,15
hydran
t
957,9786 191,5957
30%
1023,765
20%
1
204,7530
30%
Sumber: Hasil Analisis, 2016
kebutuhan
hydrant
170,397881
9
185,531833
3
235,634645
8
249,907458
3
267,069159
7
total
kebutuha
n air l/dt
954,23
1039
1319,6
1399,5
1495,6
42
43