Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sumber ajaran Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata . Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran
yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama
agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syariah dan akhlak) dikembangkan
dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ain , yakni kewajiban pribadi setiap
muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Sumber ajaran Islam dirumuskan dengan jelas oleh Rasulullah SAW, yakni terdiri dari
tiga sumber, yaitu kitabullah (Alquran), as- sunnah (hadist), dan rayu atau akal pikiran manusia
yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Ketiga sumber ajaran ini merupakan satu rangkaian
kesatuan dengan urutan yang tidak boleh dibalik. Sumber-sumber ajaran Islam ini dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu sumber ajaran Islam yang primer (Alquran dan hadist) dan
sumber ajaran Islam sekunder (ijtihad).

Rumusan Masalah
1. Apasaja sumber ajaran islam?
2. Bagaimanakah sumber-sumber ajaran Islam melalui Al-Quran?
3. Bagaimanakah sumber-sumber ajaran Islam melalui Hadits?
4. Bagaimanakah sumber-sumber ajaran Islam melalui Ijtihad?
Tujuan
1.Untuk

memenuhi

tugas

mata

kuliah

Pendidikan

Agama

Islam

(PAI).

2. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan akan sumber sumber ajaran Agama
Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

Sumber Ajaran Islam


1.Al-Quran
Ialah kumpulan dari firman Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui Malaikat Jibril. Al-Quran berisi tentang ajaran keimanan seperti akidah, tauhid, dan
iman, peribadahan atau yang sering juga disebut dengan syariat dan juga budi pekerti atau
akhlak. Al-Quran juga merupakan mukjizat terbesar Nabi besar Muhammad Saw,dan bahkan
menjadi mukjizat terbesar dibandingkan dengan mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Quran
membenarnyan merupakan kumpulan dari kitab kitab yang sebelumnya tenah diturun kan oleh
Allah dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya serta telah
disempurnakan sebagai pedoman hidup umat manusia.
Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:
1. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia. Petunjuk akidah ini berintikan
keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan kepastian adanya hari kebangkitan,
perhitungan serta pembalasan kelak.
2. Petunjuk mengenai syariah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan
dengan Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di
akhirat kelak.
3. Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan leh manusia
dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial.
4. Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau. Sebagai contoh kisah kaum Saba yang tidak
mensyukuri karunia yang diberikan Allah, sehingga Allah menghukum mereka dengan
mendatangkan banjir besar serta mengganti kebun yang rusak itu dengan kebun lain yang
ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit rasanya.
5. Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir manusia yang disebut
kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala (terompet) oleh
malaikat Israil. Apabila sangkakala pertamaditiupkan, diangkatlah bumi dan gununggunung, la- lu keduanya dibenturkan sekali bentur. Pada hari itulah terjadilah kiamat dan
terbelahlah langit.... (Qs al-Haqqah (69) : 13-16.
6. Benih dan Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
7.

Hukum yang berlaku bagi alam semesta.

Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:


1. Hukum Itiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Allah
SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin dalam
Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu
Kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan
Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan
sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat.
Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam
kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam
konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf.
Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, misalnya
salat, puasa, zakat, dan haji
2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan alam
sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:
a. Hukum munakahat (pernikahan).
b. Hukum faraid (waris).
c. Hukum jinayat (pidana).
d. Hukum hudud (hukuman).
e. Hukum jual-beli dan perjanjian.
f. Hukum tata Negara/kepemerintahan
g. Hukum makanan dan penyembelihan.
h. Hukum aqdiyah (pengadilan).
i. Hukum jihad (peperangan).
j. Hukum dauliyah (antarbangsa).

2.As-Sunnah
As-Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Quran. Sunnah
merupakan segala perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi besar
Muhammad Saw. Penetapan atau taqrir merupakan persetujuan atau diamnya Nabi Muhammd
SAW terhadap perkataan dan perilaku sahabat. Sunah sebagai sumber ajaran islam yang kedua
telah dijelaskan di Al-Quran surat 57 ayat 7 yang menyatakan bahwa kita harus menerima atau
mengikuti apa yang diperbolehkan atau dilarang oleh Nabi besar Muhammad SAW.
Ada tiga peranan As-Sunnah disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam, yakni
sebagai berikut :
1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-Quran
terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.
2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah- kan manusia
mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya rakaat, cara rukun
dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah rakaat
setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya
di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan
bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa
(4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut mencegah
rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat dekat yang tidak disukai oleh
agama Islam.
Macam-macam As-Sunnah:

ditinjau dari bentuknya

1. Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah


2. Sunnah filiyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
3. Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah terhadap pernyataan ataupun
perbuatan orang lain
4. Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi tidak sampai
dikerjakan

ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya

1. Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak

2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya) kepada derajat
mutawir
3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.

Ditinjau dari kualitasnya

1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah


2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi hafalan
pembawaannya yang kurang baik.
3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah
4. Maudhu, yaitu hadits yang palsu.

Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya

1. Maqbul, yang diterima.


Hadist Maqbul ialah hadist yang dapat menunjukan keterangan yang kuat akan adanya,
maka dengan itu hadist tersebut dapat diterima dan diamalkan.
2. Mardud, yang ditolak.
Hadits Mardud ialah hadits yang tidak menunjuki keterangan yang kuat akan adanya, maka
dengan itu hadist tersebut harus ditolak dan tidak boleh diamalkan.

3. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau bekerja
semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala kemampuan berfikir
untuk mengeluarkan hukum syari dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist.
Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat
dilakukan apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun
hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu
pada Alquran dan hadist.orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.
Syarat syarat orang yang ijtihad sebagai berikut:
Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam,
Memiliki pemahaman mendalam tentang bahas Arab, ilmu tafsir, usul fiqh, dan tarikh (sejarah),
Mengenal cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas,

Memiliki akhlaqul qarimah.


Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu
1. ijma
Ijma menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut istilah
adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah beliau wafat pada
suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma adalah
fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh
umat.
Contoh Ijma:

Menjadikan sunnah sebagai salah satu sumber hukum Islam.

Pengumpulan dan pembukuan Al-quran sejak pemerintahan Abu Bakar tetapi idenya
berasal dari Umar bin Khatab

Penetapan awal ramadhan dan syawal berdasarkan ruyatul hilal.

2. Qiyas
Qiyas yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata
lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan
perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
Contoh Qiyas :

Setiap minuman yang memabukan contohnya mensen, sabu-sabu dan lain-lain disamakan
dengan khamar, ilatnya sama-sama memabukan.

Harta anak wajib dikeluarkan zakat disamakan dengan harta dewasa. Menurut syafei
karena sama-sama dapat tumbuh dan berkembang, dan dapat menolong fakir miskin.

Mengatakan pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ah, cis, atau hus
kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina,
apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua

3. Istihsan
Istihsan yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang lebih
kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah kemudharatan
atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut logika dapat
dibenarkan.
Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum
ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan
atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan sistem pembayaran di awal, sedangkan
barangnya dikirim kemudian.
4. Mushalat Murshalah
Mushalat murshalah menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah
adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al
Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al
Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.
5. Sududz Dzariah
Sududz dzariah menurut bahasa menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah tindakan
memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk, padahal
minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan sampai orang
tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
6. Istishab

Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di masa
lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.
Contohnya: seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat
seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus
berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.

7. Urf
Urf yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan.
Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran
atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah dimaklumi
bersama antara penjual dan pembeli.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.

Sumber hukum Islam yaitu segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila di langgar akan menimbulkan sanksi

yang tegas dan nyata.


2. Sumber ajaran Islam di rumuskan dengan jelas oleh Rasuluallah SAW, yakni terdiri dari tiga
sumber, yaitu kitabuallah (Al-Quran), As-Sunnah (Hadits), dan Rayu atau akal pikiran manusia
yang memenuhi syarat untuk berijtihad.
3. Mengenai karakteristik masing-masing sumber ajaran islam dapat di bagi menjadi 2, yaitu:
a. Sumber ajaran Islam primer yang terdiri dari Al-Quran dan Hadits.
Al-Quran sendiri didalamnya terdapat pokok isi utama yaitu, tauhid, ibadah, janji &
ancaman, kisah umat terdahulu, berita tentang zaman yang akan datang, dan prinsip-prinsip
ilmu pengetahuan. Di dalam Al-Quranpun terdapat komponen-komponen sumber ajaran
Islam yaitu, hukum Itiqodiyah, Amaliah, dan Khuluqiah. Sedangkan khusus hukum syara
terdiri dari hukum Ibadah dan Muamalat.

Adapun di dalam hadits terdapat beberapa komponen yaitu, sunnah qauliyah, sunnah
filiyah, sunnah taqririyah, dan sunnah hammiyah. Fungsi hadits sendiri adalah:
Memperkuat hukum, memberikan rincian, memberi pengecualian, dan menetapkan hukum
b.

yang tidak didapati dalam Al-Quran.


Sumber ajaran islam sekunder di dalamnya terdapat ijtihad, dan dilam ijtihad tersebut
mengandung beberapa pokok isi utama yaitu ijma, qiyas, istihsan, maslahat mursalah,
syadudz dzariah, istishab dan urf.

SARAN
Sebelum kita mempelajari agama Islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus mempelajari
sumber-sumber ajaran agama Islam agar agama Islam yang kita pelajri sesuai dengan Al-Quran
dan tuntunan Nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam As-sunnah (hadist).

PENUTUP
Kajian tentang makalah Sumber Ajaran Islam ini akan memberikan pengetahuan dan
wawasan. Hal ini sangat penting agar para pendidik dapat memahami dan pada giliranya kelak
terhadap dinamika pendidikan itu sendiri.
Demikianlah makalah kami ini kami susun, kami menyadari makalah ini masih banyak
kekuranganya, oleh karenan itu, untuk menyempurnakan makalah ini, kami berharap bagi para
pembaca untuk tidak segan-segan memberikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dan
berguna, agar makalah ini bisa mencapai kesempurnaan pada penyusunan selanjutnya. Sebelum
dan sesudahnya penyusun mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
kita semua

DAFTAR PUSTAKA
Tamyiz, Adep. (2013) Pendidikan Agama Islam untuk Politeknik Negeri Bandung. Modul
Perkuliahan PAI di POLBAN

Makalah Pendidikan Agama Islam


Sumber Ajaran Islam

Disusun Oleh :
Nama : Moch Fandi Rafiantono
: Raisa Amanah
Kelas : 1-PM
NIM

: 161244017
: 161244027

Jurusan/Prodi : Teknik Mesin / D4-Proses Manufaktur

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2016

Anda mungkin juga menyukai