PEMBAHASAN
Seorang anak laki laki usia 7 bulan, oleh petugas kesehatan setempat di ketahui
mengalami demam 1 minggu terakhir disertai batuk dan beringus. Sebelumnya pasien
mengalami masalah kulit berupa bercak berair. Pasien oleh orang tuanya tidak dibawah ke
puskesmas melainkan dibawah ke dukun untuk berobat secara tradisional. Selain itu, dari
hasil pengukuran status gizi pasien masuk pada kategori gizi kurang dengan nilai dengan skor
Z indeks dari -3 SD sampai dengan di bawah -2 SD.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan status generalis pasien sadar, kesan sakit
sedang, lemas. Pada tanda vital didapatkan frekuensi nadi 122 kali per menit, frekuensi napas
56 kali per menit dan suhu febris (37,7 0 C ). Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan mata
anemis +/+ , thoraks didapatkan adanya bunyi napas tambahan ronki (Crackles) .
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan pasien didiagnosis
sebagai uspek pnemonia + gizi kurang.
Diketahui adanya gejala demam disertai napas cepat dan batuk yang terjadi beberapa
hari yang semakin memberat disertai adanya bunyi napas tambahan ronki merupakan indikasi
dari penyakit pnemonia. Namun pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa foto thoraks yang dapat menunjang diagnosis. Hal ini dikarenakan pasien dirawat
dirumah secara tradisional oleh orang tua, dan menolak untuk dibawah ke fasilitas kesehatan
yang lebih memadai.
Pnemonia adalah suatu peradangan parenkim paru, dapat disebabkan oleh bakteria,
virus atau mikroorganisme lain. Pada anak umur 3 bulan sampai 5 tahun penyebab tersering
adalah haemovilus influenza, streptococcus pnemonia, staphilococus aureus dan micoplasma
dapat pula disebabka oleh virus saluran napas dan micobacterium. Pnemonia juga disebut
sebagai salah satu penyebab kematian balita yang paling sering
Manifestasi klinis dari pnemonia ditandai dengan deman, batuk dan sesak napas. Pada
bayi, infeksi ditandai dengan hidung tersumbat, rewel dan napsu makan berkurang. Keadaan
ini berlangsung 1-3 hari. Kemudian batuk bertambah parah . Suhu dapat naik mendadak
sampai 39-40 0 C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi utamanya pada
pnemonia bakterial. Penderita gelisah, ketakutan, iritable dan dapat mengalami distress
pernapasn. Distress pernapasan ditandai dengan grunting, pernapasan cupin hidung, retraksi
dinding dada, takipneu dan takikardi. Takipneu dan retraksi dinding dada merupakan tanda
klinis yang berarti bagi diagnosa pnemonia. Pada anak umur 2 bulan sampai 1 tahun dengan
frekuensi napas 50 kali per menit ditambah panas dan batuk, oleh WHO didiagnosis
pnemonia.
Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luasnya daerah yang terkena. Inspeksi : napas
cepat (50 x/menit pada anak 2 bulan sampai 1 tahun ), tanda-tanda kesulitan bernapas
(pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada). Palpasi : umumnya tidak khas, dapat
ditemukanfokal fremitus pada paru. Perkusi : umumnya tidak khas. Dapat ditemukan bunyi
redup pada sisi lesi Auskultasi : dapat ditemukan ronki basah kasar.
Pemeriksaan penunjang yang penting pada pnemonia adalah pemeriksaan darah dan
radiologi. Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan jumlah leukosit yang normal
pada pnemonia karena virus, dan sangat meningkat pada bronkopnemonia karena bakteri.
Peningkatan leukosit dapat mencapai 15000-40000/ mm3.
Pemeriksaan foto thoraks adalah alat bantu yang sangat penting untuk diagnosa
pnemonia. Foto thoraks sebaiknya dilakukan dalam posis PA dan lateral. pnemonia
memberikan gambaran berupa bercak infiltrat berawaan homogen yang tersebar (patchy
appearance) mengikuti percabang bronkus (bronchial tree) pada satu atau lebih lobus paru.
menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS yang disebabkan oleh kurangnya zat gizi
karbohidrat dan kekurangan protein disertai susunan hidangan yang tidak seimbang.
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara
antropometri. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah. TB/U,
BB/U, dan BB/TB direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status
gizi balita.
Pada kasus ini, penentuan status gizi pasien digunakan metode antropometri dimana
didapatkan skor Z indeks dari -3 SD sampai dengan di bawah -2 SD. Lihat tabel 3 . Pada
kasus ini masuk pada kategori gizi kurang.
1. Asupan Gizi
Pemberian nutrisi atau asupan nutrisi adalah memberikan zat gizi melalui
makanan dan minuman untuk energi dan perbaikan jaringan yang diperlukan untuk
pertumbuhan yang melibatkan petambahan ukuran dari semua jaringan dalam tubuh
(Sacharin, 1996). Kualitas dan kuantitas makanan ditentukan dengan kadar zat gizi yang
dikandung makanan tersebut, yaitu kalori, protein, karbohidrat, lemak, mineral dan
vitamin.
a. Kalori
Kalori merupakan satuan panas dalam proses metabolisme dan dipakai untuk
menyatakan besarnya energi yang terkandung dalam bahan makanan. Batasan untuk
satu kal adalah jumlah yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air dari 14.5 C
menjadi 15.5 C, ternyata terdapat variasi yang luas mengenai keperluan dan
pengeluaran energi pada anak, selain tergantung dari faktor umur juga dari keadaan
anak pada saat itu. Secara garis besar penggunaan energi rata-rata pada anak 6-12
tahun adalah untuk metabolisme basal, pertumbuhan 12%, aktivitas jasmasi 25% dan
eliminasi sebesar 8-10%. Secara umum kalori yang diberikan akan dimanfaatkan
untuk: metabolisme basal, SDA, Aktivitas jasmani, proses elimiasi biasanya
melebihi 10% energi untuk pertumbuhan.
b. Protein
Secara biokima, susunan tubuh manusia terdiri dari protein. Pada waktu ini
dikenal 24 jenis merupakan asam amino yang essensial untuk bayi (treonin, valin,
leusin, isoleusin, lisin, triptofan, fenilalain, metionin, dan histidin) dengan tambahan
3 jenis diperkirakan esensial untuk BBLR (arginin, sistin dan taurin). Kekhususan
asam amino esensial ini adalah tidak dapat disintesis dalam tubuh dan jaringan baru
hanya akan terbentuk bila seluruh asam amino esensiaol tersedia dalam satu saat
yang bersamaan. Umumnya protein hewani memiliki nilai gizi protein yang lebih
tinggi dibandingkan dengan protein nabati. Nilai gizi protein nabati ditentukan oleh
asam amino yang kurang. Protein telur dan protein susu biasanya dipakai sebagai
pembanding baku.
c.
Lemak
Lemak bersama bahan metabolismenya merupakan bagian penunjang
membran sel. Dalam masa pertumbuhan anak yang cepat, lemak dalam makanan
mempunyai peran sebagai berikut : 1) tempat menyimpan energi yang efisien, 2)
sumber asam lemak esensial, 3) sumber gliserida dan kolesterol yang tidak dapat
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
anak-anaklah yang lebih memerlukan asupan nutrisi untuk mendukung proses tumbuh
kembangnya.
5. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi menggambarakan tingkat penghidupan seseorang atau
keluarga yang ditentukan oleh unsur pendidikan, pekerjaan dan penghasilan (Ariati dan
Boesri, 1998). Status ekonomi juga berkaitan dengan konsumsi (pengeluaran) dan
produksi (pendapatan). Indikator status ekonomi bisa diukur melalui berbagai cara
antara lain dengan menghitung tingkat pengeluaran perkapita (Widodo, 1990). Status
ekonomi mempengaruhi kebutuhan seseorang karena menentukan kemampuan keluarga
untuk memperoleh makanan, karena pemenuhan kebutuhan hidupnya tergantung dari
penghasilannya. Juga berpengaruh terhadap penyediaan bahan pangan, baik kuantitas
maupun kualitas. Keluarga dengan status ekonomi rendah kemampuan untuk
mempengaruhi konsumsi makanan keluarga yang berkaitan erat dengan status gizi
keluarga.
6. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah keadaan bayi lahir dengan berat badan <
2500 gram. Keadaan gizi ibu yang kurang baik sebelum hamil dan pada waktu hamil
cenderung melahirkan BBLR, bahkan kemungkinan bayi meninggal dunia. Sejak anak
dalam kandungan hingga berumur 2 tahun merupakan masa emas dan disebut masa
kritis untuk tumbuh kembang fisik, mental, dan sosial. Pada masa ini, tumbuh kembang
otak paling pesat (80%) yang akan menentukan kualitas SDM pada masa dewasa,
sehingga potensi anak dengan IQ yang rendah sangat memungkinkan.
7. Tidak mendapatkan IMD
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan IMD
dalam satu jam pertama kehidupannya lebih banyak menderita gizi kurang pada saat
berusia enam bulan (65,2%). Artinya, IMD merupakan faktor risiko status gizi kurang
pada bayi usia enam bulan. Terdapat teori yang mendukung hasil penelitian itu yaitu
IMD, kontak kulit ibu dan bayi segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam
satu jam pertama kehidupan, memiliki manfaat untuk kelangsungan hidup bayi.
Air susu ibu meningkatkan kelangsungan hidup bayi, kesehatan, otak, dan
perkembangan motorik. Risiko tidak menyusu sangat nyata pada awal kehidupan. IMD
memiliki peranan penting terhadap status gizi seorang bayi dalam enam bulan pertama
kehidupan karena membentuk ikatan kasih sayang antar ibu dan bayi yang dapat
memberikan kehangatan kepada bayi sehingga pada umumnya bayi akan lebih berhasil
menyusu secara eksklusif karena merangsang produksi ASI dan bayi dapat tidur dalam
waktu yang lama.
Keberhasilan ASI eksklusif dapat terlihat dari status gizi bayi yang baik.
Keberhasilan ini tentu saja harus didukung berbagai faktor, baik faktor fisik maupun
psikologi. Faktor fisik dapat berupa posisi ibu menyusui, posisi bayi menyusu, teknik
menyusui, dan kecukupan energi. Psikologi ibu didukung pengetahuan ibu, dukungan
dari keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan. Menyusui adalah proses yang dinamis
dan kompleks. Menyusui adalah hubungan yang tidak hanya melibatkan ibu dan bayi
saja, tetapi juga praktik kehidupan yang multidimensi serta melibatkan seluruh
lingkungan mereka. ASI eksklusif bukanlah sarana untuk mengoptimalkan potensi
anak, jika prosesnya tidak didukung dan difasilitasi.
Pada kasus ini, terdapat multi faktor yang menyebabkan terjadinya gizi kurang pada
pasien, diantaranya kurangnya pemantauan ibu terhadap kesehatan ibu dan bayi saat hamil,
hal ini ditandai dengan riwayat ANC jarang dilakukan oleh ibu pasien. Hal ini, juga
dipengaruhi adanya BBLR dimana pasien lahir dengan berat badan lahir 2000 gram. Pada
kasus ini , orangtua pasien terkesan kurang mengetahui kebutuhan energi dan protein yang
maksimal.
Diketahui bahwa pasien tidak mendapatkan ASI ekslusif , hal ini diperburuk dengan
pemberian makanan dan minuman yang keliru oleh orang tua, dimana anak telah diberikan
makanan pendaping yang tidak sesuai dengan usia anak serta minuman yang tidak sesuai
standar.
Faktor lain adalah tidak diberikannya imunisasi dasar pada pasien, hal ini dikarenakan
orang tua pasien tidak mengetahui pentingnya imunisasi dasar. Dan faktor sosial juga
berperan, seperti kesibukan kerja, dan tingkat pengetahuan yang minimal.
Dari pengamatan bahwa keluarga pasien temasuk dalam kategori keluarga miskin,
dimana penghasilan orang tua dalam hal ini ayah Rp. 100.000,- / bulan tidak dapat
mencukupi kebutuhan dasar pangan dengan maksimal. Sehingga kebutuhan gizi keluarga
tidak terpenuhi.
Gejala Klinis KEP
Penyakit KEP derajat 1 atau gizi kurang sering ditemukan pada anak-anak dari umur 9
bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar.
Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari:
a. Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti.
b. Kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya berat badannya bahkan
c.
d.
e.
f.
g.
menurun.
Ukuran lingkar lengan atas menurun.
Maturasi tulang terlambat.
Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun.
Tebal lipat kulit normal atau mengurang
Anemia ringan, diet yang mengakibatkan KEP sering tidak mengandung cukup zat
ALUR PEMERIKSAAN
yang diderita pada masa dini perkembangan otak akan mengurangi sintesis protein DNA,
dengan akibat terdapatnya otak dengan jumlah sel yang kurang walaupun besarnya otak itu
normal. Jika KEP terjadi setelah masa divisi sel otak berhenti, hambatan sintesis otak akan
menghasilkan otak dengan jumlah sel yang normal tetapi dengan ukuran yang kecil.
Perubahan yang disebut belakangan ini dapat hilang kembali (reversible) dengan perbaikan
diet.
Pada tahun 1975 Karyadi melaporkan hasil studinya terhadap 90 orang anak yang
pernah menderita penyakit KEP. Studi lanjutan yang dilakukan 5 tahun kemudian
menunjukkan deficit pada IQ mereka. Pemeriksaan ulang setelah 10 tahun memberi hasil
demikian, bahwa nilai IQ anak-anak yang menderita KEP pada umur muda lebih rendah
secara bermakna. Pemeriksaan EEG juga telah dilakukan dengan hasil pada pemeriksaan
setelah 5 tahun terdapat 30% anak dengan EEG abnormal dan setelah diulang 5 tahun
kemudian naik menjadi 65%. Dari studi tersebut ia mengambil kesimpulan bahwa KEP dapat
mempengaruhi kecerdasan melalui kecerdasan otak. Memang faktor-faktor lain seperti
kebudayaan dan keturunan ikut berperan dalam mementukan kecerdasan seseorang.
Disamping faktor umur, penting pula diketahui derajat berat dan lamanya anak menderita
KEP.
Beberapa hambatan utama terhadap peningkatan gizi dan perkembangan anak di
Indonesia.
1. Penemuan gizi kurang. Pada umumnya, orang tua tidak tahu bahwa masalah gizi
merupakan sebuah masalah, kecuali gizi kurang tersebut berbentuk anak yang sangat
kurus. Oleh karena itu, upaya-upaya diarahkan secara tidak tepat untuk menangani anak
yang sangat kurus, bukan diarahkan pada sistem dan intervensi untuk menanggulangi
gizi kurang pada ibu dan anak anak.
2. pengetahuan yang tidak memadai dan praktek-praktek yang tidak tepat
merupakan hambatan signifikan terhadap peningkatan gizi. Pada umumnya, orang
tidak menyadari pentingnya gizi selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan.
Secara lebih khusus:
a. Perempuan tidak menyadari pentingnya gizi mereka sendiri. Misalnya, 81 persen
perempuan hamil menerima atau membeli tablet besi-folat pada tahun 2010, tetapi
hanya 18 persen yang mengkonsumsi tablet sebagaimana direkomendasikan minimal
selama 90 hari selama masa kehamilan.
pengetahuan akan pengadaan bahan pangan yang murah dan terjangkau dengan gizi
yang baik, dan disertai pula perilaku yang memadai untuk menunjang kesehatan yang
optimal.
Pada kasus ini, pasien juga mengalami gangguan tumbuh kembang, dimana
berdasarkan usia pasien seharusnya sudah dapat duduk sendiri dan sudah mulai
berdiri. Akan tetapi berdasarkan pemantauan, pasien belum mampu duduk dan berdiri,
sehingga didapatkan kesan perkembangan tidak sesuai umur.
ALUR PENANGANAN
Penanganan
: Ampisilin 100