KAJIAN PUSTAKA
nyeri antara 6-12 minggu dan nyeri punggung bawah kronik merupakan suatu
periode nyeri lebih dari 12 minggu (Van Tulder dkk, 2006).
2.1.2
Etiologi
Etiologi nyeri punggung bawah menurut John W.Engstrom dalam
intervertebral,
degeneratif,
artritis,
metastase
neoplasma/
tumor,
2.1.3 Patofisiologi
Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks, dibagi ke dalam
bagian anterior dan bagian posterior. Bentuknya terdiri dari serangkaian badan
silindris vertebra, yang terartikulasi oleh diskus intervertebral dan diikat
10
bersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan posterior (Ropper A.H, Brown
R.H, 2005). Berbagai struktur yang peka terhadap nyeri terdapat di punggung
bawah. Struktur tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus,
ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua struktur tersebut
mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal,
kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab
dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi dan substansi lainnya, yang
menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang
bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan perlangsungan proses
penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi yang
lebih berat ialah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini
menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger
points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri (Meliala dkk, 2003).
Postur membungkuk yang dipertahankan dalam jangka waktu yang lama
disertai dengan kelemahan otot-otot paravertebral memicu proses adaptasi postur
yang berkontribusi terhadap terjadinya pembebanan abnormal pada tepi anterior
dari korpus vertebra. Pembebanan ini ditransmisikan pada seluruh segmen tulang
belakang termasuk di dalamnya diskus intervertebralis. Pembebanan anterior ini
menyebabkan kerobekan pada struktur lamellar dari annulus fibrosus. Kerobekan
ini kemudian digantikan oleh sel-sel fibroblast yang berdampak pada proliferasi
jaringan fibrous. Hal ini menurunkan kemampuan tension serabut annulus
fibrosus, menyebabkan adanya protrusi nucleus pulposus yang kemudian akan
menekan struktur dibagian belakang diskus (Peng, 2013).
11
dengan
istilah
hyperextension
syndrome
(Neumann,
2009).
12
13
jarang ditemukan sehingga konsultasi kesehatan dan rawat inap masih jarang
dilakukan.
Prevalensi NPB pada anak-anak dan remaja sangat beragam tergantung
pada usia dari partisipan yang diteliti dan jenis metode penelitian yang dilakukan.
Balague melaporkan dalam setahun prevalensi menderita NPB pada anak-anak
sekolah berumur 12-17 tahun adalah sebesar 26% di Swiss (Jones, 2004).
Beberapa studi intervensi tentang nyeri punggung bawah tersebut telah banyak
diterbitkan tetapi cara pencegahan belum ditemukan. Penelitian NPB pada remaja
layak menjadi prioritas untuk memberikan bukti sebagai strategi pencegahan yang
relevan di masa depan (Hansen et al, 2002).
b. Riwayat Penyakit
Merupakan penyakit yang berhubungan dengan keluhan otot-otot skeletal
yang sudah dimiliki oleh pekerja dari sebelum mulai bekerja, jadi penyakit
tersebut timbul bukan karena pekerjaannya. Contohnya adalah skoliosis, yaitu
kelainan bentuk tulang belakang yang dapat menyebabkan tekanan yang lebih
besar pada saat seseorang duduk sehingga dapat mengakibatkan NPB. Skoliosis
pada orang dewasa didapat dari riwayat skoliosis saat kecil yang tidak diobati
(Idyan, 2006).
HNP juga merupakan penyebab tersering terjadinya NPB. Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas
tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan di salah
satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleus pulposus pecah dan luruh
14
sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam canalis spinalis dan
mengakibatkan penekanan radiks saraf (Leksana, 2013).
c. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya
nyeri punggung bawah lebih tinggi karena beban pada sendi penumpu berat badan
akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pada punggung
bawah. Tinggi badan juga berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai
lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
KLASIFIKASI
UNDERWEIGHT
Severe thinness
Moderate thinness
Mild thinness
NORMAL
OVERWEIGHT
Pre-obesitas
OBESITAS
Obesitas Klas I
Obesitas Klas II
Obesitas Klas III
IMT (Kg/m2)
< 18.50
< 16.00
16.00 - 16.99
17.00 - 18.49
18.50 24.99
25.00
25.00 29.99
30.00
30.00 34.99
35.00 39.99
40.00
15
16
perasaan
kurang
nyaman,
termasuk
didalamnya
keluhan
muskuloskeletal (Grandjean,1998).
17
1. Anterior
Bagian ini terdiri dari korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang
lain oleh diskus invertebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen longitudinal
ventral dan dorsal. Bagian ini terutama berfungsi untuk menyangga berat badan.
2. Posterior
Bagian ini terdiri dari pedikel, prossesus spinosus, prossesus transversus,
dan lamina yang diikat satu sama lain oleh berbagai ligamen di antaranya ligamen
interspinal, ligamen intertransversa dan ligamen flavum. Pada prossesus spinosus
dan transversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolumna
vertebra.
Bagian ini penting sekali untuk menghubungkan tulang belakang dari ruas
ke ruas oleh karena bagian belakang ini dilengkapi juga oleh 2 pasang facies
artikularis superior dan inferior. Arah bidang dari facies artikularis ini akan
menentukan arah gerakan yang mungkin dari tulang punggung yang
bersangkutan. Bagian ini juga sangat penting dalam menjaga stabilitas tulang
belakang secara keseluruhan (Cailliet 1984, Halimah 2011).
18
19
2.2.2 Sendi
Sendi facet disebut juga sendi zygapophyseal. merupakan sendi yang khas.
Terbentuk dari prosessus artikular dari vertebra yang berdekatan untuk
memberikan sifat mobilitas dan fleksibilitas. Sendi ini merupakan true synovial
joints dengan cairan sinovial (satu prosessus superior dari bawah dengan satu
prosessus inferior dari atas). Manfaat sendi ini adalah untuk memberikan
stabilisasi pergerakan antara dua vertebra dengan adanya translasi dan torsi saat
melakukan fleksi dan ekstensi karena bidang geraknya yang sagital. Sendi ini
membatasi pergerakan fleksi lateral dan rotasi (Vitriana, 2001).
20
21
2.2.4 Otot
Adapun otot-otot yang berorigo pada vertebra lumbalis dibagi menjadi otot
posterior dan otot anterior, yaitu :
a. Otot-otot posterior :
1. Otot latissimus dorsi
2. Otot paraspinalis, terdiri dari otot erector spine (otot iliocostalis, otot
longissimus, dan otot spinalis), berfungsi sebagai ekstensor utama tulang
belakang.
b. Otot lapisan dalam :
1. Otot rotator
2. Otot multifidi, merupakan otot stabilisator segmental kecil yang berfungsi
untuk mengontrol fleksi lumbal karena otot ini tidak menghasilkan kekuatan
yang cukup untuk mengekstensikan tulang belakang.
22
23
24
pada
adanya
pelebaran
dan
penyempitan
pada
foramen
25
Gambar 2.5 Garis Gravitasi Pada Postur Normal dan Tidak Normal
(Neuman, 2009)
26
27
otot, sikap
duduk
yang paling
baik adalah
sedikit
membungkuk. Namun dari sudut tulang lebih baik tegak, agar punggung tidak
bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan pemilihan sikap duduk
yang tegak dan baik diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk. Arah
penglihatan untuk sikap kerja berdiri adalah 23 - 37 derajat ke bawah, sedangkan
28
untuk sikap kerja duduk 32 - 44 derajat ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai
dengan sikap kepala yang istirahat, sehingga tidak mudah lelah (Anies, 2005).
29
juga dapat menambah tekanan yang terjadi dan merupakan penyebab utama
adanya masalah-masalah punggung seperti nyeri punggung bawah (Rosadi, 2009).
Terdapat banyak literatur yang menggambarkan tentang sikap kerja
ergonomis. Salah satunya dapat dilihat pada gambar berikut ini yang menjelaskan
mengenai sikap duduk yang baik dilakukan dan sikap duduk yang salah (Gambar
2.7).
30
31
32
terhadap 110 responden didapat bahwa posisi duduk memiliki hubungan yang
bermakna dengan nyeri punggung bawah (OR= 6,01) atau dapat disimpulkan
peluang timbulnya nyeri punggung bawah pada posisi tubuh duduk adalah 6.01
kali lebih besar dibanding posisi tubuh bukan duduk.
Sedangkan penelitian Klooch (2006) dalam Zamna (2007) terhadap murid
sekolah menengah di Skandinavia, yang menemukan bahwa 41,6% murid
menderita LBP selama duduk dikelas terdiri dari 30% yang duduk selama 1 jam
dan 70% yang duduk lebih dari 1 jam. Jadi pendidikan di bidang kesehatan
tentang pencegahan NPB ini akan sangat membantu mengurangi angka insiden.
33