Anda di halaman 1dari 58

BAB I1

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

Peranan orang tua sangat berpengaruh sekali dalam mendidik anak-anaknya


terutama sekali dalam pendidikan agama Islam. Anak merupakan bagian dari
masyarakat yang dipundaknya terpikul beban pembangunan dimasa mendatang, dan
juga sebagai generasi penerus dari yang tua-tua, maka dari itu orang tua harus lebih
memperhatikan dan selalu membimbing dan mendidik dengan baik, sehingga
tercapailah baginya kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka Allah mengingatkan kepada orang tua
agar mempertahankan keturunannya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam
al Quran Surat An Nisa : 9


Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Qs. An Nisa : 9) 1
Ayat tadi mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak mereka
dalam keadaan lemah. Lemah disini maksudnya adalah lemah dalam segala aspek
kehidupan seperti lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi terutama lemah iman
(spiritual). Anak yang lemah iman akan menjadi generasi tanpa kepribadian. Jadi
semua orang tua harus memperhatikan semua aspek perkembangan anaknya baik itu

Soedomo Hadi, Pendidikan Suatu Pengantar,(Surakarta: LPP UNS Press, 2005), h21

dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental, maupun masalah aqidah atau
keimanannya.
Maka bertaqwalah kepada Allah para orang tua, berlaku lemah-lembutlah
kepada anak, Karena dengan berperilaku lemah-lembut sangat membantu dalam
menanamkan pendidikan agama pada anak sebab anak itu besarnya nanti ditentukan
bagaimana cara orang tua mendidik dan membesarkannya.
Rasa keimanan dan ketaqwaan yang melekat dan tertanam pada diri manusia
dewasa sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan pembiasaan yang diperolehnya sejak
masa kanak-kanak.
Penanaman pendidikan agama dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
terhadap diri seorang anak dapat dilakukan oleh berbagai pihak, yakni orang tua,
orang tua dan lingkungan sekitarnya. Merupakan kewajiban bagi semua orang agar
dapat memiliki kesholehan dan memiliki kesadaran beragama yang tinggi terutama
bagi orang tua yang sudah seharusnya mengajarkan pendidikan agama dan
menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah sebagai pondasi awal perkembangan
selanjutnya.
Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga dan dibina, hatinya
yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Mereka ibarat kertas putih
kosong yang dapat menerima coretan apapun. Sesungguhnya masa kanak-kanak
merupakan fase yang paling subur dan paling dominan bagi para pendidik untuk
menanamkan norma-norma agama yang sesuai dengan Syariat Islam ke dalam jiwa
anak. Kesempatan terbuka lebar untuk mengembangkan potensi dalam fase ini,
dengan adanya fitrah yang suci masa kanak-kanak yang masih lugu, kepolosan yang
begitu jernih, kelembutan dan kelenturan jasmaninya, kalbu yang belum tercemari

dan jiwa yang belum terkontaminasi. Oleh karena itu orang tualah yang memegang
faktor kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa Islami.
Sebagaimana sabda Rosulullah SAW :




Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka
kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau
Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat
darinya buntung (pada telinga)? ( Hadits Al-Bukhari ).2
Dari hadits ini dapat dipahami, begitu pentingnya peran orang tua dalam
membentuk kepribadian anak dimasa yang akan datang.
Mendidik, mengajarkan serta menanamkan pendidikan agama bukan
merupakan hal yang mudah, bukan pekerjaan yang dapat dilakukan secara
serampangan, dan bukan pula pekerjaan yang bersifat sampingan.
Mendidik anak merupakan tugas yang harus dilakukan oleh setiap orang tua, karena
perintah mengenai hal tersebut datang dari Allah SWT,
Sebagaimana Firman-Nya dalam al Quran surat At Tahrim : 6



Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
2

kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. At Tahrim :6) 3
2

Istighfarotur Rahmaniyah, Pendidikan etika, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), h. 54

Ayat diatas mengandung perintah agar orang-orang beriman menjaga diri dan
keluarganya dari api neraka. Ditinjau dari segi pendidikan, tersirat perintah mendidik
keluarga termasuk anak-anak agar memiliki kekuatan jiwa dan kecerdasan spiritual
yang akan menjaga dan memeliharanya dari perbuatan buruk dan keji.
Anak adalah asset berharga yang dapat menyelamatkan kehidupan kedua
orang tuanya baik didunia maupun diakhirat. Dengan demikian orang tua harus
mengarahkan, membina dan membimbing anak-anaknya dengan pendidikan agama
yang memadai sekaligus memberikan tauladan, karena sejatinya anak-anak adalah
para peniru luar biasa. Mereka meniru kondisi-kondisi, perbuatan, perkataan dan
perilaku orang dewasa.
Berdasarkan penelitian pendahuluan bahwa masih dijumpai sikap dan
perilaku sebagian orang tua yang acuh tak acuh terhadap pendidikan agama bagi
anak-anaknya. Mereka lebih tertarik memberikan bekal pendidikan umum yang
dinilai lebih dapat mendukung peningkatan nilai akademik anak seperti kursus
Bahasa Inggris, Jarimatika, dan lain sebagainya. Mereka belum menyadari bahwa
pendidikan agama adalah hal dasar yang mutlak menjadi hak anak. Anak berhak tau
siapa Tuhannya, anak harus dibekali dengan ajaran Tauhid yang jelas dan juga
berhak dilindungi dari hal-hal yang dapat merusak fitrahnya.

Iman Ali ra berkata Hak Seorang anak terhadap orang tuanya adalah (Orang
Tuanya) harus memilih sebuah nama yang baik baginya, memberikan Pendidikan
yang layak baginya, dan mengajarkan al Quran 3

UU. No. Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Orang tua dan Dosen, (Jakarta Selatan : Visi

Media Pustaka, 2008), h. 5

Orang tua hendak memperhatikan anak dari segi Muraqabah Allah SWT
yakni dengan menjadikan anak merasa bahwa Allah selamanya mendengar bisikan
dan pembicaraannya, melihat setiap gerak-geriknya serta mengetahui apa yang
dirahasiakan dan di sembunyikan.
Dalam rangka mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan
seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang. Dengan terbinanya seluruh
potensi manusia secara sempurna di harapkan ia dapat melaksanakan fungsi
pengabdiannya sebagai khalifah di muka bumi. Untuk dapat melaksanakan
pengabdian tersebut harus dibina seluruh potensi yang dimiliki yaitu potensi
spiritual, kecerdasan, perasaan dan kepekaan. Potensi-potensi itu sesungguhnya
merupakan kekayaan dalam diri manusia yang amat berharga.
Orang tua adalah ujung tombak yang pertama dan utama dalam menanamkan
pendidikan agama pada anak karena ditangan orang tualah anak-anak mulai belajar
dan berkembang. Disadari atau tidak, orang tua adalah pelaksana pendidikan yang
pertama kali seorang anak memasuki masa remaja atau masa sekolah, dan orang tua
juga yang akan dimintai pertanggung jawaban kelak di Yaumil akhir, sehingga
mutlak melatih dan mendidik anak harus menempati skala prioritas yang paling
penting dari apapun.
Nabi Muhammad SAW bersabda :




Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh (HR.
Muslim no. 1631)4
4

Syaifuddin Azwar., Metode Penelitian, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2001 hlm. 126

Dari hadits diatas dikabarkan suatu hal yang menggembirakan yaitu


pendidikan yang sukses sehingga anak sholeh merupakan amal sholeh pula bagi
orang tuanya yang pahalanya mengalir terus meskipun orang tua yang mendidiknya
telah meninggal dunia.
Oleh sebab itu orang tua harus berupaya mengerahkan tenaga dan pikiran,
mencari segala cara agar anak tumbuh dalam bimbingan agama yang lurus demi
kesholehan buah hatinya.
Untuk memperkuat pribadi, meneguhkan hubungan, memperdalam rasa
syukur kepada Allah atas nikmat dan perlindungan yang selalu kita terima, maka
dirikanlah shalat, karena dengan shalat kita melatih lidah, hati, dan seluruh anggota
badan untuk selalu ingat kepada Allah. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis mengadakan
penelitian dan membahas skripsi yang berjudul
PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI NILAI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MENANGGULANGI
KENAKALAN REMAJA DI DESA WINONG KALIDAWIR
TULUNGAGUNG
Alasan mengapa penulis memilih judul atau pokok masalah tersebut dan
ditempat tersebut adalah:
1.

Orang tua adalah contoh teladan pertama bagi anak yang dapat membimbing
dan mengarahkan anak kepada pembinaan pendidikan agama.

2.

Adannya orang tua yang belum memahami dan menyadari bahwa merekalah
pemegang peranan terpenting dalam pendidikan sekaligus dalam pembentukan
kepribadian seorang anak untuk menanggulangi kenakalan remaja.

3.

Orang tua sangat penting untuk mengajali dan menanam nilai-nilai agama
islam, ahklak dan kedisiplinan pada anak

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran untuk
menanggulangi kenakalan remaja di desa Winong Kalidawir Tulungangagung
?
2. Bagaimana peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai sopan santun
untuk menanggulangi kenakalan remaja di desa Winong Kalidawir
Tulungangagung ?
3. Bagaimana peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai kedisiplinan untuk
menanggulangi kenakalan remaja di desa Winong Kalidawir Tulungangagung
?
4. C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut diatas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran
untuk

menanggulangi

kenakalan

remaja

Tulungangagung

di

desa

Winong

Kalidawir

2. Untuk mengetahui peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai sopan


santun untuk menanggulangi kenakalan remaja di desa Winong Kalidawir
Tulungangagung
3. Untuk mengetahui Bagaimana peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai
kedisiplinan untuk menanggulangi kenakalan remaja di desa Winong Kalidawir
Tulungangagung
5. D. Metode Penelitian
Metode penelitian skripsi yang digunakan sebagai berikut:
1. F ok us penelitian
Fokus penelitian dilakukan dengan cara menentukan satu topik, hal
ini dilakukan karena permasalahan yang ada biasanya sangat kompleks
sehingga tidak mungkin diteliti hanya dari sudut disiplin ilmu saja dan
tidakmungkin diteliti hanya dari semua segi secara serentak.5
Karena fokus penelitian diartikan sebagai titik temu atau
spesifikasi dari suatu masalah yang dikaji, sehingga dapat lebih fokus pada
penelitian.
2. Pendekatan Penelitian dan sumber data
a. Pendekatan P enelitian.
Pendekatan yang penulis gunakan yaitu pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan yang
didasari dari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia
diperoleh melalui hasil interpretasi objek, orang, situasi, dan peristiwa-peristiwa,
melainkan interpretasi mereka. Arti yang diberikan oleh
seseorang terhadap pengalamannya dan proses interpretasi sangat
penting dan itu bisa memberi arti khusus. Jadi pandangan peneliti
sendiri merupakan suatu konstruksi penelitian (research construct).6
penulis dituntut untuk dapat memberikan makna atau interpretasi
terhadap fenomena yang ditemukan di lapangan baik berupa simbol-simbol
maupun hasil interaksi yang telah dilakukan oleh penulis secara
langsung.
b. Sumber data.
5 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 64-65.

6
8

Data Primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung


dari data individu-individu yang diselidiki dan Data Sekunder adalah
data yang ada dalam pustaka-pustaka.7
3. Metode Pengumpulan Data.
a. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut.
b . Metode Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
rapat,lengger, agenda, dan sebagainya.8
Yang berhubungan dengan masalah penelitian.
c. Metode Wawancara/Interview
Adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewancara dengan si
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan Interview
guide (panduan wawancara).9
4. Analisis data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis non statistik atau dilakukan
terhadap data kualitatif, dalam hal ini penelitian kualitatif mengajak seseorang
untuk mempelajari suatu masalah yang ingin diteliti secara mendasar dan
mendalam

sampai

keakar-akarnyaDan

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), 2002, hlm. 206.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), 2002, hlm. 206.

Moh. Nazir, Op.cithlm. 193.

penelitian

penelitian

ini

juga

menggunakan metode deskriptif atau penelitian yang berusaha mendeskripsikan


suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.10
Pada analisis data ini membutuhkan beberapa metode:
a. Metode Diskriptif
Metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
membuat deskriptif gambaran atau lukisan secarasistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.yaitu Anak, Orang tua, proses orang tua dalam Menanamkaln Nilainilai Pendidikan Agama Islam Di Desa Winong Kalidawir Tulungagung.
b. Metode deduktif
Metode deduktif adalah metode pembahasan dengan menggunakan pola pikir
yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, kepada penilaian yang
bersifat khusus.
c. Metode Induktif
Dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis dan obyektif melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi akan diolah dan dianalisis sesuai dengan
karakteristik penelitian kualitatif, yaitu secara induktif.11
Yaitu pengambilan keputusan dengan menggunakan pola pikir yang berangkat
dari fakta-fakta yang sifatnya khususkemudian digeneralisasikan kepada hal-hal
yang bersifat umum.12
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Sebelum penulis menguraikan dan menuangkan permasalahan sesuai dengan
judul skripsi, maka terlebih dahulu penulis akan menguraikanya

10

Margono, Op.cit, hlm. 190.

11

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru), 1989, hlm. 64

12

Saifudin Azwar, Op.cit., hlm. 7.

10

dalamsistematika pembahasan. Hal ini agar pembaca lebih mudah dalam


memahamiisi skripsi.
Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis membagi dalam tiga bagian
yaitu bagian muka yang berisi Halaman Sampul, Halaman Judul,Halaman Nota
Pembimbing, Halaman Pengesahan dan Halaman Motto.Halaman Kata
Pengantar Dan Daftar Isi, selanjutnya diikuti oleh Bab Pertama.
Bab I : Pendahuluan
Pada Bab ini dijelaskan mengenai Latar Belakang Masalah ,Penegasan Istilah,
Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian,Telaah Pustaka,Metodologi
Penelitian.
Bab II : Tinjauan tentang Peran Orang Tua dan kenakalan Remaja Pada Bab
Kedua, diuraikan tentang Pengertian Orang Tua, Peran dan tugas Orang Tua,
Tujuan Orang Tua, dan Pelaksanaan Orang Tua dalam Menanamkan Nilai-nilai
PAI.13 Selanjutnya akan diuraikan tentang kenakalan Remaja meliputi,
Pengertian kenakalan Remaja, arti Kejujuran, Sopan Santun dan Kedisiplinan,
faktor penyebab kenakalan Remaja, tipe-tipe kenakalan Remaja. Kemudian
adalah tentang peranan Orangtua dalam Menanamkan Nilai-nilai pendidikan
agama islam untuk menanggulangi kenakalan Remaja meliputi, Arti penting
Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam, Peran Orang Tua untuk
mensiasati Kejujuran Akhlak Dan Kedisiplinan Anak Dirumah.14
Bab III : Laporan Hasil Penelitian
Pada Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi gambaran
umum mengenai Peran orang tua dalam nenanamkan nilai-nilai Pendidikan
Agama Isalm Untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja dan yang kedua akan

13

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 1998), hlm. 114.

14

Saifudin Azwar , Op.cit., hlm.

11

dibahas data khusus tentang perilaku-perilaku menyimpang Desa Winong


Kalidawir.

BAB II
PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN KENAKALAN REMAJA
A. Gambaran Umum Peran Orang Tua
Orang tua memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk
watak anak melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Dari dimensi tersebut, peranan orang tua sulit digantikan oleh yang lain.
Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan orang tua dalam masyarakat
Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran berkembang amat cepat.
Kinerja orang tua pada dasarnya menyangkut seluruh aktifitas yang
dilakukannya dalam mengemban amanat dan tanggung jawabnya dalam
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu anak dalam
mencapai tingkat kedewasaan atau kematangannya.15
Berarti orang tua dalam praktiknya dituntut untuk melaksanakan tugasnya
secara maksimal orang tua dapat tercapai, tidak lain figur orang tua yang
senantiasa menanamkan kepribadian anak menuju kepribadian jiwa Islami
haruslah menjadi orang tua yang dapat dicontoh oleh anaknya.16
1.

Pengertian Peran Orang Tua


Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak mereka, karena dari
merekakah anak mula-mula menerima pendidikan, dengan demikan bentuk pertama
dari pendidikan dalam kehidupan keluarga

15

14.Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 1998), hlm. 114.

16

15.Saifudin Azwar , Op.cit., hlm.

12

Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang sangat penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir ibunyalah yang
selalu ada di sampingnya oleh karena itu ia meniru peranggai ibunya dan ayahmya,
seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabilah ibu itu menjalankan tugasnya
dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula
dipercayainya, apapun yang dilakukan ibu dapat dimaafkan, kevuali apabila ia di
tinggalkan dengan memahami segalah sesuatu yang terkadang dalam hati anaknya,
juga jika anak telah mulai besar, disertai kasih sayang, dapat ibu megambil hati anak
untuk selama-lamanya.
Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pulah dimata anaknya. Ia seorang yang
tertinggi gengsinya dan yang terpandang diantara orang-orang yang dikenalnya.
Cara ayah itu melakukan pekerjaan sehari hari berpengaruh terhadap pekerjaan
anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang besar baik
laki-laki maupun perempuan bila ia mau mendekati dan dapat memahami hati
anaknya.17
Pada dasarnya kenyataannya yang dikemukakan diatas itu berlaku dalam
kehidupan keluarga dan rumah tangga, dengan yang bagaimanapun juga
keadaannya. Hal ini menunjukkan cirri-ciri watak rasa tanggung jawab setiap
orang tua atas kehidupan anak-anaknya mereka untuk masa kini dan masa
mendatang. Bahkan para orang tua umumnya merasa tanggung jawab atas
segalahnya dari kelangsungan hidup anak-anaknya, karenanya tidaklah
diragukan bahwa tanggung jawab pendidikan itu diakui secara sadr atau tidak,

17

1https://alfiyah90.wordpress.com/2012/11/30/peran-orang-tua-dalam-membentuk-karakter-anak/

13

diterima dengan sepenuhnya hatinya, hal itu adalah merupakan fitroh yang
telah dikodrati Allah swt kepada setiap orang
tua. Mereka tidak bisa menggelakkan tanggung jawab itu karena telah merupakan
amanah Allah swt yang dibebankan kepada mereka.
Jadi pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari
kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melaikan karena
secara kodrati suasana dan strukturnya. Memberikan kemungkinan alami
membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya
pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang
tua dan anak.
Disamping itu ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga, pertamatama yang diperintahkan Allah swt kepada nabi Muhammad dalam mengembangkan
agama islam adalah untuk menganjarkan agama itu kepada keluarganya, baru
kemudian kepada masyarakat luas. Hal itu berarti bahwa keselamatan keluarga harus
lebih dahulu mendapatkan perhatian, karena keselamatan masyarakat pada
hakekatnya bertumpu pada keselamatan keluarga Allah swt berfirman:

Artinya dan berikan peringatan kepada kerabat=kerabatmu yang terdeka (QS. AsySyuaroh 214)
Perintah agar orang tua berlaku kewajiban sebagai kepala pemimpin dalam keluarga
dari api neraka Allah swt berfirman:

14

Artinya hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka (QS. At-Tahrim 6)
Dititik dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap anak,maka tanggung
jwab itu pada dasarnya tidak dapat di pikulkan kepada orang lain,sebab guru dan
pemimpin ummat umpamanya,dlam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah
merupakan keikutsertaan.Dengan kata lain ,tanggung jawab yang di pikul oleh para
pendidik selain orang tua adalah merupakan pelimpahan jawab orang tua yang
karena satu dan lain hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara
sempurna.
Dalam kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik dan membimbing
perkembangan anakanaknya.Sabda Nabi Saw



ArtinyaAnas mengatakan bahwa rosulullah bersabda:anak itu pada hari ke tujuh
dari kelahirannyadi sembelihkan aqikahnya,serta diberi namanya dan disingkirkan
dari segala kotoran-kotoran,jika ia telah berumur 6 tahun ia di didik beradab
susila,jika ia telah berumur 9 tahun di pisahkan tidurnya,dan jika telah berumur 13
tahun dipukul agar mau sembahyang,jika ia telah berumur 16 tahun boleh
dikawinkan,setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dengan mengatakan:saya
telah mendidik,mengajarkan dan mengawinkan kamu,saya mohan perlindungan
kepada Allah dari fitnahan-fitnahan di dunia dan di akhirat.

15

Tanggung jawab pendidikan islam yamng menjadi beban orang tua sekurang
kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:
1. Memelihara dan membesarkan anak,ini adalah bentuk yang paling sederhana
dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk
mempertahan kan kelangsungan hidup manusia.
2. Melidungi dan menjamin kesamaan,baik jasmaniah ataupun rohaniah dari
berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan
hidup yang sesuai dengan filsafat hidup.
3. Memberi pengajaran dalam arti yang luas,sehingga anak memperoleh
peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakap seluas dan setinggi
mungkin.
4. Membahagiakan anak, baik di dunia maupun akhirat,sesuai pandangan dan
tujuan hidap muslim.
1.

Pembentukan Karakter Terhadap Anak

Pendidikan karakter secara sederhana dapat diartikan tabiat ,peragai,watak dan


keperibadian seseorang dengan cara menanamkan nilai-nilai luhur,sehingga nilai-niai
tersebut mendarah daging,menyatu dalam hati,pekiran ucapan dan perbuatan dan
menampakkan pengaruhnya dalam realitas kehidupan secara mudah,atas kemauan
sendiri,orisional dank arena ikhlas semata karena Allah Swt.Penanaman dan
pembentukan keperibadian tersebut dilakukan bukan hanya dengan memberikan
pengertian dan menmgubah pola piker dan pola pandang seseorang terhadap sesuatu
yang baik dan benar,melainkan nilai nilai baik tersebut di biasakan ,di latihkan di
contohkan,di lakukan secara terus meneru dan di prektek kan dalam kehidupan
sehari hari.
16

Dengan demikian,pendidikan karakter bukan hanya berdimensi integrative, dalam


arti mengukuhkan moral intelektual anak didik sehingga menjadi pribadi yang
kokoh dan tahan uji,melainkan juga bersifat kuratif secara personal dan
sosial.pendidikan karakter bias menjadi salah satu sarana penyembuh penyakit
social.
Pendidikan selanjutnya karakter yang secara sitematis dilembaga pendidikan
merupakan sebuah daya tawar bagi seluruh komonitas.Para siswa akan memperoleh
keuntungan dengan memperoleh prilaku dan kebiasaan positif yang mampu
meningkat kan rasa percanya diri dalm diri mereka,membuat hidup mereka lebih
bahagia dan produktif.Tugas guru akan lebih menjadi ringan dan lebih memberikan
kepuasan ketika para siswa memiliki disiplin yang lebih besar dalam kelas.
Agar pendidikan karekter tersebut bisa tercapai sebagai mana yang di
kehendaki,maka diperlukan pula dukungan dari pandidikan moral,nilai,agama,dan
kewarga negaraan,tidak hanya itu,pendidikan karakter pada lembaga pendidikan
selain

dilakukan

dengan

menerapkan

institunal

values

seperti

kejujuran,keadilan,kemandirian,kerja keras melayani,member dan inovisi juga harus


di dukung oleh seluruh lokus pendidikan.
Selanjutnya pendidikan karakter menurut Al-Quran di tujukan untuk mengeluarkan
dan membebaskan manusia dari kehidupan yang gelap kepada kehidupan yang
terang(Q.S Al Ahzab,33:43)mengubah manusia yang biadab(jahiliyah) menjadi
manusia yang beradab.(Q.S Al-Baqarah,2:67)15
Dengan demikian karakter menurut Al-Quran lebih ditekankan pada membiasakan
agar oang mempraktekkan dan mengamalkan nilai nilai yang baik dan menjauhi
17

nilai-nilai yang buruk dan ditujukan agar manusia mengetahui cara hidup,atau
bagaimana

caranya hidup.Al-Quran bakan

meminta

manusia

untuk

menjadi

amanu,tetapi muminun bukan ittigo,tetapi muttagin,bukan aslama tetepi muslimun


bukan akhlasha tetapi mukhlisin,yang hal itu menggambarkan bahwa berbagai
predikat tersebut telah mendarah daging dan menjadi karakternya.
Selanjutnya

didalam

hadist

di

Rosulullah Saw.Yang menjelaskan

jumpai

berbagai

pesan

dan

tentang

tingginya

nilai

nilai

ajaran

dari

pendidikan

,Rosulullah Saw,mesalnya menyatakan,bahwa dia diutus untuk li utammima


makaeimal akhlak(H.R Bukhori Muslim dari Abu Hurairoh).Akhlak adalh wadah
agama,orang-orang mukmin yuang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya ,dan yang paling baik diantara kamu ialah yang paling baik terhadap
istrinya(akmal al mukmin imanan ahsanuhum akhlaga wa kyiyarokum kyiyarokum
linisaihi) (H.R Bukhori dan Muslim )
Dengan mengemukakan beberapa catatan tersebut di atasdapat di ketahui,bahwa nilai
nilai pendidikan karakter menempati kedudukan yang tinggi dalam Al-Quran dan
hadist,bahkan mejadi jiwa.Dengan kata lain bahwa anjuran Al-Quran dan Hadist
pada umumnya ditujukan untuk membentuk karakter yang baik ,islam menempatkan
pendidikan karakter sebagai hal yang sangat penting.Yaitu pengajaran tentang nilai
dan prilaku yang sesuai dengan ajaran islam.
Agus Musthofa dalam kapita selekta pendidikan islam menyatakan bahwa dalam
pembentukan karakter yang terdapat dalm diri manusia menggambarkan seperti
komputer yang terdiri dari bagian fisik,casing,atau hard ware berupa layar
monitor,keyboard,capel dan sebagainya,bagian non fisik berupa program atau saft
ware nya yaitu operating system,atau cara dan system kerja serta program yang
terdapat dalam computer tersebut,dan bagian yang menyaebabkan hard ware dan soft
18

ware tersebut dapat berobrasi,yaitu energy listrik atau strum.bagian tubuh atau raga
manusia dapat di ibaratkan hard ware nya bagian jiwa dan akal serta berbagai
pengaruhnya

berupa

kemampuan

berpikir,merasakn

menimbang,mencintai,membenci kecendrungan pada yang baik dan begitu juga


sebaliknya,roh yang dihembuskan tuhan yang menyebabkan hard ware nya dan soft
ware nya tersebut dapat bekerja dan berfungsi sebagaimana mestinya ,selama roh
dalm tubuh manusia berada dalam dua tarikan,jika tarikan jasmani fisik dan
keduniaan yang kuat,menyababkan berbuat buruk ,dan jika roh yang disertai
mengikuti petunjuk Allah dan Rosulnya, para malaikat dan bergaul dengan orangorang yang baik menyebabkan manusia yang baik.Agar manusia selalu melakukan
perbuatan baik maka dia harus senantiasa membersihkan rohnya ,dari perbuatan dosa
dan masiat,dengan beribadah kepada Allah dan bergaul dengan orang-orang yang
baik.1
2.

Kewajiban Orang Tua terhadap Anak

a.

Hadis dan Artinya


( )

Artinya : Seungguhnya kewajiban orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada
tiga, yakni : pertama, memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya
dengan al-Quran, dan ketiga, mengawinkann ketika menginjak dewasa".

b.

Pembahasan

1)

Kewajiban orang tua ketika seorang anak lahir

Ada beberapa akhlak dalam menyambut kelahiran anak.


Diantaranya: Pertama,membacakan azan dan iqomah ditelinga bayi. Tindakan ini
19

pendidikan awal bagi anak begitu lahir di dunia. Menurut ilmu kedokteran bayi yang
baru dilahirkan sebenarnya sudah bisa mendengar. Jadi sangat patut jika kalimat
yang didengarnya adalah seruan Yang Maha Agung.
Caranya adzan dikumandangkan ditelinga kanan dan disusul iqamah di telinga kiri.
Rosulullah bersabda , barangsiapayang anaknya baru dilahirkan kemudian
dikumandangkan adzan ditelinga kanannya dan iqamah ditelinga kirinya, anak yang
baru lahir itu kelak akan diselamatkan dari gangguan jin.
Kedua, melakukan tahnik yaitu menggosok langit-langit bayi dengan kurma.
Caranya, kurma yang dikunyah diletakan di atas jari, kemudian jari dimasukan ke
mulut bayi, digerak- gerakan ke kanan dan ke kiri dengan lembut hingga merata. Jika
sukar mendapat kurma, bisa dengan makanan manis lainnya.
Hal yang lebih utama, tahnik dilakukan oleh seseorang yang shaleh dan bertakwa. Ini
merupakan upaya agar anak dikemudian hari menjadi saleh.
Ketiga, memberinya nama yang baik. Rosulullah bersabda, sesungguhnya pada hari
kiamat kelak, kalian akan dipanggil dengan nama- nama kalian dan nama-nama
bapak kalian. Oleh karena itu berikanlah nama yang baik pada anak- anak kalian.
(H.R. Abu Dawud).
Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu pemberian nama. Ada yang
mengatakan sejak hari pertama, dan ada pula yang berpendapat pada hari ketujuh.
Akan tetapi semua ulama sepakat bahwa islam memberikan kelonggaran terhadap
waktu pemberian nama anak. Boleh pada hari pertama, boleh pada hari ketiga, dan
boleh pada hari ketujuh.
Memberi nama yang baik kepada anak merupakan tuntutan islam. Nama bukan tidak
penting, ia mengandung unsur doa, harapan dan sekaligus pendidikan.
Nama juga dapat mempengaruhi psikologi anak dalam kehidupannya. Bila ia diberi
20

nama Saleh, maka ia akan terbebani jika tidak melakukan perbuatan yang saleh.
Dengan kata lain nama setidak- tidaknya menjadi benteng bagi sang anak dalam
mengarungi samudra kehidupan.
Keempat, melakukan akikah bagi orang tua yang mampu. Hukum menunaikannya
adalah sunah. Akikah adalah ritual menyembelih kambing yang dagingnya
disedekahkan kepada fakir miskin. Untuk anak perempuan kambing yang disembelih
satu ekor, sedangkan bagi anak laki- laki yang disembelih dua ekor.
Kelima, mencukur rambut dan bersedekah. Diantara perkara sunah dalam
menyambut kelahiran anak adalah mencukur rambut sang anak pada hari ketujuh
kelahirannya. Praktik pencukuran rambut ini berlaku secara menyeluruh. Artinya
seluruh rambut pada kulit kepala digunduli. Tidak boleh hanya memotong sebagian
rambut dan meninggalkan sebagian yang lain. Larangan ini mengandung hikmah
tersendiri, yakni menggambarkan sifat keadilan. Artinya manusia diperintahkan
berlaku adil walaupun terhadap diri sendiri. Tindakan mencukur sebagian kepala
dan meninggalkan sebagian lainya merupakan suatu tindakan zalim, karena hal itu
menyebabkan sebagian kepala ditutupi dan sebagian lain terbuka tanpa rambut.
Keenam, memberikan ucapan selamat dan mendoakan kesejahteraan anak, serta turut
bergembira dengan kelahirannya. Sunah ini berlaku bagi orang lain yang
menyaksikan kelahiran sang anak.

2)

Mendidik anak dengan baik

Sebagai amanat Allah yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan- Nya, anak
memerlukan pendidikan yang baik dan memadai dari orang tua. Pendidikan ini
bermakna luas, baik berupa akidah, etika maupun hukum islam. selain itu pendidikan

21

tidak hanya dapat dijalankan di sekolah, tetapi juga di rumah. Seperti hadis yang
diriwayatkan dari Abu Dawud :





( * )

Artinya : Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata; Rasulullah
SAW bersabda, Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika mereka
berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat itu jika
berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka". (HR. Abu Dawud).16
Pendidikan di sekolah hanya dilakukan jika anak sudah cukup umur. Sedang
pendidikan di rumah dimulai sejak masih kecil sampai beranjak dewasa. Rosulullah
mengajarkan bahwa jika anak sudah mendekati masa baligh, hendaknya dipisahkan
antara tempat tidur anak laki- laki dengan anak perempuan. Begitu pula dengan
tempat tidur dengan orang tuanya.
Setelah anak berusia tujuh tahun, hendaknya orang tua memerintahkan untuk shalat
dan puasa sebagai wahana pemberdayaan. Orang tua diperkenankan menghukum
pada umur sepuluh tahun, kalau ia lalai menunaikan kewajiban. Hukuman bagi anak
tidak boleh bersifat menyakiti atau menimbulkan cacat.
Jika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anak maka mereka juga melaksanakan
perintah tersebut. Perintah orang tua yang tidak disertai teladan, sulit untuk dipatuhi
anak. Sebab kecenderungan anak akan meniru orang tua.

3)

Mengawinkan ketika menginjak dewasa


Orang tua berkewajiban menikahkan anaknya jika sudah tiba waktunya untuk

menikah. Kewajiban orang tua dalam hal ini menyangkut pencarian calon untuk anak
22

apabila ia belum memperoleh pasangan.


Dalam pernikahan, peran orang tua, terutama bapak sangat vital bagi anak
perempuan. Dalam tuntunan islam setiap perempuan yang hendak menikah harus
disertai dengan kehadiran walinya. Ia tidak bisa menikahkan dirinya sendiri. Berbeda
dengan anak laki- laki yang pernikahanya bisa sah meski tanpa kehadiran wali.

2.

Setiap Kepala Keluarga adalah Pemimpim

a.

Hadis dan Artinya

:
:
, , ,
. , ,
()
Artinya : Dari Ibnu Umar R.A.sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: setiap
kamu

adalah

pemimpin

dan

akan

dimintai

pertanggungjawaban

atas

kepemimpinannya. Kepala negara yang memimpin manusia (masyarakat), akan


dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpin. Suami itu pemimpin
terhadap keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka.
Istri adalah pemimpin atas rumah tangga, suami dan anaknya, dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Hamba sahaya
adalah pemimpin atas harta tuannya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban
terhadap harta tuannya itu. Ketahuilah, setiap kamu itu pemimpin akan dimintai
.pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. (Muttafaqun Alaih)
b.

Pembahasan

Orang tua hendaknya bertanggung jawab terhadap keluarga dan keturunanya,jangan


23

sampai dia dan keturunannya mendapatkan kemurkaan dari Allah.Maka hendaknya


pemimpin keluarga memberikan pelajaran agama yang baik kepada anak
keturunannya agar mereka dapat menjadi anak yang shahih.
Selain uraian diatas kewajiban orang tua terhadap anaknya antara lain adalah :
1) Memilihkan istri/suami yang baik minimalnya harus memenuhi 4 syarat
yaitu: rupawan, hartawan, bangsawan dan taat beragama. Dan yang di sebutkan
terakhir adalah yang utama dari keempat syarat yang telah disebutkan (H.R Bukhari
dan Muslim dari Abu Hurairah).
2)

Berlindung kepada Allah sebelum melangsungkan acara jimak, karena tanpa


membaca Bismillahi Allahumma Jannibnasy syaithaana Wajannibisy syaithaana
mimmaa razaqtana setan akan ikut menjimaki sang istri. ( H.R Bukhari dan Muslim
dari Ibni Abbas).

3)

Mengazdankan/mengkomatkan pada telinga kanan/kiri bayi, langsung setelah lahir


dan dimandikan (H.R Bukhari dan Muslim dari Asma binti Abu Bakar).

4)

Menyembelih aqiqah, karena Rasulullah Saw, Bersabda: Anak-anak yang baru lahir
sebaiknya di aqiqah, sebaiknya aqiqah disembelih pada hari ketujuh dari kelahiran
dan pada hari itu juga di cukur rambut serta di beri nama (H.R Bukhari dan Muslim
dari Sulaiman bin Amir).

5)

Melakukan penyunatan, Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan
kemuliaan bagi anak perempuan. (H.R Ahmad dan Baihaqi dari Syaddad bin Aus).

6)

Menyediakan pengasuh, pendidik/guru yang baik, kuat beragama dan berakhlak


mulia, kalau orang tuannya kurang mampu.akan tetapi yang terutama bagi yang
mampu adalah orang tuannya, di samping guru di sekolah dan ustadz di pengajian.

7) Mengajarnya membaca dan memahami Al-Quran, memberikan pendidikan jasmani.


(H.R Baihaqi dari Ibnu Umar).
24

8) Memberikan makanan yang halal untuk anaknya.Rasulullah Saw. Pernah mengajarkan


sejumlah anak untuk berpesan kepada orang tuanya dikala keluar mencari nafkah
selamat jalan ayah, Jangan sekali-kali engkau membawa pulang kecuali yang halal
dan tayyib saja, kami mampu bersabar dari kelaparan, tetapi tidak mampu menahan
azab Allah Swt. (H.R Thabraani dalam Al-Ausaath).
9) Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap, berbicara, dan bertingkah laku,
sehingga semua kelakuanya menjadi terpuji menurut islam. (H.R Turmudzi dari
Jabir bin Samrah).
10) Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin keluar/masuk
rumah, terutama ke kamar orang tuanya, teristimewa lagi saat-saat zairah dan selepas
shalat isya. (Al-quran surat An-nur : 56).
11) Berlaku kontuitas dalam mendidik, membimbing dan membina mereka. Demikian juga
dalam penyandangan dana dalam batas kemampuan,sehingga sanh anak mampu
berdikari.(H.R Abu Daud bari abu Qalaabah).
12)

Berlaku adil dalam memberi perhatian,wasyiat,biaya dan cinta kasih kepada mereka.
(H.R Muslim dari Anas bin Malik).3
2. Peran Orang Tua
Peran orang tua dalam perkembangan anak sangat krusial. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa pencapaian pelajar meningkat jika orang tua
mengambil peran aktif dalam pendidikan anak-anak mereka. Salah satunya
ditunjukkan oleh hasil penelitian Harvard Family Research Projects (HFRP) yang
memperlihatkan bahwa keterlibatan orangtua memiliki kaitan erat dengan hasil
prestasi anak. Penemuan ini secara konsisten telihat, pada indikasi-indikasi
kesuksesan anak, apakah itu nilai, skor tes yang memiliki standar, atau metode

25

pengukuran lain termasuk penilaian guru. Itulah sebabnya sekolah yang baik adalah
sekolah yang memberikan tempat bagi orang tua untuk ikut terlibat dalam
pendidikan anak-anak mereka. Bagaimana orang tua anak melibatkan diri adalah
faktor kunci dalam meningkatkan prestasi anak dan juga menjaga kedewasaan
mentalnya.
Menurut penelitian di Vanderbilt University, keterlibatan orang tua bukan
hanya proses yang statis tapi berlangsung sepanjang waktu dan sangat dinamis.
Selain orang tua, sekolah, anak-anak dan lingkungan sosial juga secara bersamaan
memegang peranan penting dalam proses ini.
Riset yang dimuat di CSU Bakerfield menjelaskan bahwa pelajar
kemungkinan besar akan lebih termotivasi untuk mendapatkan nilai sempurna di
sekolah, berperilaku lebih baik dan punya keterampilan sosial jika orang tuanya
secara aktif berperan serta mendukung anaknya di sekolah.
Hal yang dapat orang tua lakukan antara lain:
Ikut dalam forum orang tua di sekolah
Mendukung anak saat ada kunjungan ke lapangan atau ekstrakurikuler
Memastikan anak punya tempat yang kondusif untuk belajar dan
mengerjakan PR
Membantu anak mengerjakan PR
Berkomunikasi dengan guru secara proaktif
Mengobrol dengan anak tentang kegiatan mereka sehari-hari di sekolah
Terakhir, agar lebih lengkap keterlibatan Anda sebagai orang tua, pastikan
pendidikan si kecil telah dipersiapkan dengan baik. Misalnya, dengan merencanakan

26

dana pendidikan mereka sedini mungkin. Dengan begitu, si kecil lebih terlindungi
dalam meraih cita-citanya dan mendapatkan masa depan yang lebih baik.18

4. Fungsi Orangtua dalam Pendidikan Anak


Kalau kita berbicara mengenai fungsi orangtua dalam keluarga, sangat
kompleks. Karena begitu banyaknya beban yang harus dilaksanakan oleh para
orangtua untuk

memenuhi

kebutuhan

anak-anaknya.

Disamping

memenuhi

kebutuhan pokok, seperti pakaian dan makanan, maka orangtua berkewajiban pula
untuk memberi bimbingan dan contoh yang baik pada anak-anak agar dapat menjadi
orang yang berpendidikan menurut ajaran yang telah diberikan oleh orang tuanya.
Fungsi pokok orangtua ada tiga bagian, seperti pendapat dibawah yaitu
fungsi ketuhanan, fungsi sosial dan fungsi ekonomi.
Fungsi ketuhanan adalah suatu tanggung jawab orangtua yang paling pokok,
karena dengan adanya agama akan dapat menjamin keselamatan anak, baik didunia
maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpamu, sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk yang diwajibkan
oleh Allah. (QS. Lukman : 17)
Berdasarkan ayat di atas bahwa peranan orangtua dalam mendidik anakanaknya dibidang ketuhanan sangat menentukan berhasil tidaknya anak-anak
menjalankan perintah keagamaan. Hal ini senada dengan pendapat yang menyatakan:
"Ajaran agama memberikan jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa
18

3.http://haditstarbawielghazy.blogspot.co.id/2015/10/kewajiban-orang-tua-terhadap-anak.html

27

tidak takut/cemas menghadapi hidup ini. Ajaran-ajaran agama menunjukkan caracara yang harus dilakukan dan menjelaskan pula hal-hal yang harus dilakukan,
supaya kita dapat mencapai rasa aman selama hidup ini dan selanjutnya diajarkan
pula bagaimana mempersiapkan diri dengan perbuatan-perbuatan baik dan menjauhi
tindakan-tindakan yang mengganggu kesenangan orang lain".
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa agama merupakan
kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Keberhasilan pendidikan
agama dapat langsung dilihat hasilnya yang mana tercermin dalam sikap dan
perbuatan anak dalam kehidupannya sehari-hari.
Kemudian mengenai kewajiban orangtua secara umum, seperti pendapat
yang menyatakan bahwa :
"Orangtua berkewajiban mengatur dan mendidik, memberi pakaian, makanan
dan minuman, menjaganya dari segala marabahaya, menjaga keselamatan dan
kesehatan lahir dan bathin, jasmani dan rohani, mendidiknya agar menjadi manusia
yang berguna bagi nusa bangsa dan agama serta bahagia dunia dan akhirat,
memberinya pelajaran dan ilmu-ilmu yang bermanfaat, ilmu agama dan ilmu umum
agar ia menjadi manusia sempurna, berilmu dan beragama, beramal dan beribadat
dan dapat berdiri sendiri, mengarungi hidup dengan penuh keyakinan". 19

Orangtua berkewajiban

mendidik

anak-anaknya

hidup

bertetangga

dan

bermasyarakat agar nanti dapat menjadi warga yang baik. Pendidikan ini dapat
dilaksanakan dalam bentuk ceramah, diskusi, bimbingan, dalam berbagai kegiatan
atau cara hidup pada umumnya, yang dapat diharapkan membawa hasil yang dicita19

Soetari Imam Bernadib, Pengantar IlmPendidikan, (Yogyakata :Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1986, hlm.. 86.

28

citakan yaitu terjadinya pembinaan yang sempurna pada setiap anggota masyarakat.
Sebagaimana pendapat yang menyatakan bahwa, "Pewarisan nilai kemanusiaan,
yang minimal dikemudian hari dapat menciptakan manusia yang cinta damai, anak
shaleh yang suka mendoakan kepada orangtua secara teratur, yang mengembangkan
kesejahteraan sosial dan ekonomi ummat manusia, yang mampu menjaga
dan melaksanakan hak asasi kemanusiaan yang adil dan beradab dan yang mampu
menjaga kualitas dan moralitas lingkungan hidup".[4]

Fungsi ekonomi adalah suatu keharusan orangtua untuk menjadikan anakanaknya mempunyai ketrampilan agar nanti ia menjadi orang yang kreatif dan
berproduktif.
Maksudnya sejak kecil anak telah diberi pengetahuan dan ketrampilan
sebagai bekalnya nanti. Dengan demikian ia tidak lagi tergantung pada
orangtua melainkan

memenuhi

kebutuhannya

sendiri

dengan

berbekalkan

ketrampilan yang ia miliki.


Dari ketiga fungsi di atas, maka tugas utama orangtua terhadap anaknya
dapat dibagi menjadi dua bagian pokok, yaitu orangtua sebagai pendidik
dan Orangtua sebagai pemimpin.
Orangtua sebagai pendidik anak yang baru lahir perlu di didik dan dipelihara
agar ia dapat merasakan perawatan orangtuanya.
Orangtua sebagai pemimpin bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pola
dan tingkah anggota keluarganya termasuk anaknya.
2.

Kewajiban Orangtua dalam Pendidikan Anak


Kewajiban orangtua dapat diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu
sebagai berikut mendidik dan mengasuh anak-anaknya, memenuhi segala
29

kebutuhan

anak-anaknya,

membina

mental/moral

anak-anaknya,

Orangtua berkewajiban untuk membentengi anak-anaknya dengan agama.20 Karena


anak adalah amanat yang diberikan Allah kepada manusia (orang tua), maka
kewajiban orang tualah untuk mendidik dan mengasuhnya dengan sebaik-baiknya.
Hal ini sebagaimana dijelaskan bahwa pemeliharaan seorang bapak terhadap
anaknya ialah dengan jalan mendidik, mengasuh dan mengajarnya dengan akhlak
atau moral yang tinggi dan menyingkirkannya dari teman-teman yang jahat.21
Untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya adalah suatu hak dan
kewajiban dari orangtua yang tidak dapat dipindahkan kepada orang lain
sebagaimana dijelaskan, bahwa salah satu kewajiban dan hak utama dari
orangtua yang tidak dapat dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya.22
Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa kewajiban orangtua mendidik anakanaknya, dan jangan sampai mereka membiarkan anak-anak mereka tumbuh tanpa
bimbingan terutama pada usia mereka menjelang remaja.
Pemenuhan segala kebutuhan tersebut meliputi :
1.

Kebutuhan jasmaniah, seperti ; makan, minum, pakaian dan segala kebutuhan yang
berkenaan dengan kebutuhan biologis.

20

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), hlm. 17.

21

Aisyah Dahlan, 1979, hlm. 92.

22

Ramayulis, dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta : Kalam Mulia, 1987), hlm.11-12.

30

2.

Kebutuhan psykhis dan sosial (rohani), meliputi ; kebutuhan akan rasa kasih
sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa harga diri, kebutuhan akan
rasa bebas, kebutuhan akan rasa mengenal, dan kebutuhan akan rasa sukses.23
Sedangkan kebutuhan khas remaja meliputi pengakuan sebagai orang yang
mampu untuk menjadi dewasa, perhatian dan kasih sayang.24
Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan mempengaruhi juga kesehatan mental
yang dimilikinya (remaja), sebab terpenuhi atau tidaknya kebutuhan individu, sangat
mempengaruhi kesehatan mental yang dimilikinya.
Orangtua berkewajiban untuk membina mental/moral anak-anaknya, hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yaitu :
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abbas bin Walid damasyqi, telah
menceritakan Ali bin Ayyasi, telah menceritakan Said bin Umaroh, telah
menceritakan kepadaku Haris bin Numan, aku mendengar Annas bin Malik yang
menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : muliakanlah anak-anakmu dan
perbaikilah pendidikan (adab) mereka. (HR. Ibnu Majah).
Berdasarkan hadits di atas jelas bahwa orangtua mempunyai kewajiban
untuk membina mental atau moral anak-anaknya. Kemudian dalam firman Allah
SWT : Dan hendaklah takut kepada Allah SWT orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar(QS. An Nisa: 45)

23

Zakiah Daradjat, hlm. 68.

24

M. Athiyaha Al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,( Jakarta : Bulan Bintang, 1984), Penerjemah Busthami A. Gani dan Djohar

Bahry, hlm. 115.

31

Ayat di atas akan memperjelas pentingnya orangtua mempersiapkan anakanaknya dengan moral yang tinggi, untuk dapat memiliki mental yang sehat yaitu
mampu menggunakan segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin dengan cara
yang membawa kepada kebahagiaan dirinya dan orang lain. Maka pembinaan
tersebut hendaknya dilaksanakan secara terus menerus, sebagaimana dijelaskan
bahwa pembinaan moral dan mental agama, harus dilaksanakan terus menerus dan
kontinu serta berkesinambungan sejak seseorang itu lahir sampai matinya.
Pembinaan moral/mental anak-anaknya hendaknya dilaksanakan secara
berangsur-angsur dan tanpa paksaan sebagaimana dijelaskan bahwa pembinaan
moral bukanlah suatu proses yang dapat terjadi dengan cepat dan dipaksakan, tapi
harus berangsur-angsur wajar, sehat dan sesuai dengan pertumbuhan, kemampuan
dan keistimewaan umur yang sedang dilalui.
Kewajiban orangtua yang tidak kalah pentingnya adalah menanamkan jiwa
keagamaan pada anak-anaknya, untuk membina jiwa agama ini hendaklah
dilaksanakan bukan hanya dilingkungan rumah tangga (keluarga), tetapi juga
hendaknya dilaksanakan dilingkungan masyarakat. Maka segala sesuatu yang dapat
merusak pembinaan itu hendaknya dijauhkan, sebagaimana dijelaskan untuk
melakukan pendidikan agama dan pembinaan mental secara baik dalam masyarakat
hendaknya segala pengaruh yang bertentangan dengan ajaran agama disingkirkan.25
Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa untuk membina mental seseorang
segala sesuatu yang dapat merusak pembinaan yang kita laksanakan baik
dilingkungan keluarga maupun masyarakat harus dijauhi, hal tersebut disebabkan
segala unsur-unsur yang bertentangan dengan agama yang terdapat dalam
25

Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, (Bandung : Alumni, 1985), hlm. 38.

32

masyarakat, akan menghambat pertumbuhan moral agama pada anak bahkan


mungkin menghancurkannya sama sekali.
Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa kewajiban orangtua itu sangat kompleks,
disamping ia harus memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya, tetapi mereka juga
harus membina anak-anaknya sehingga mereka dapat hidup ditengah-tengah
masyarakat dengan mental yang sehat.
B. Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai
Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Islam
Agar lebih mengarah kepada pokok pembahasan pengertian tentang nilai-nilai
pendidikan Islam maka perlu dijelaskan terlebih dahulu makna dari nilai-nilai itu
sendiri. Istilah nilai sering kita jumpai serta banyak digunakan dalam percakapan
sehari-hari, baik secara lisan ataupun tertulis, seperti nilai religius, nilai moral, nilai
keindahan ataupun nilai kebudayaan. Istilah tersebut seperti sudah dimengerti baik
betuk ataupun maknanya. Namun jika kita kaji lebih dalam apa makna nilai itu, akan
kita temukan arti yang lebih dalam pula dari makna kata tersebut. 26 Banyak para ahli
yang menafsirkan makna dari nilai itu sendiri menurut sudut pandang yang mereka
anut, karena sifat nilai itu sendiri adalah riil atau abstrak, sehingga sulit menentukan
dan mengetahui nilai itu dari pribadi yang lain. Keluasan, keabstrakan nilai
merupakan standar kebenaran yang harus dimiliki, diinginkan dan layak untuk
dihormati.
Nilai dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti harga, ukuran, angka
yang mewakili prestasi, sifat- sifat yang penting yang berguna bagi manusia dalam
26

Zakiah Daradjat, 1982, hlm. 14.

33

menjalani hidupnya (Kamisa, 1997: 376). Nilai mengacu pada sesuatu yang oleh
manusia ataupun masyarakat dipandang sebagai yang paling berharga.
Menurut Milto Roceach dan James Bank sebagaimana dikutip oleh Mawardi
Lubis Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan,
atau mengenai suatu tindakan yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan
dipercayai ( Mawardi Lubis, 2011:16 ). Nilai menurut Fraenkel yang dikutip oleh
Mawardi Lubis ( 2011: 17 ) adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan,
kebenaran dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan dan di
pertahankan.27
Dalam beberapa pengertian di atas nilai adalah suatu yang penting atau yang
berharga bagi manusia sekaligus inti kehidupan dan diyakini sebagai standar tingkah
laku, tanpa nilai manusia tidak akan memiliki arti dalam kehidupannya karena
sebagai dasar dari aktifitas hidup manusia harus memiliki nilai baik yang melekat
pada pribadi maupun masyarakatnya.
Setelah istilah nilai didefinisikan, kemudian penulis akan mendefinisikan
pengertian dari pendidikan Islam. Sebelum mendefinisikan pengertian dari
pendidikan Islam faktanya bahwa sering dijumpai ada kerancuan dalam penggunaan
istilah Pendidikan Islam dengan Pendidikan Agama Islam. Padahal bila
dikaitkan dengan kurikulum pada lembaga pendidikan formal ataupun non-formal,
pendidikan agama Islam hanya terbatas pada bidang studi agama seperti tauhid,
fiqih, tarikh Nabi, membaca Al-Quran, Tafsir dan Hadits. Sedangkan istilah
Pendidikan Islam tidak lagi hanya berarti pengajaran Al-Quran, Hadits dan Fiqih,

27

Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hlm. 154

34

tetapi memberi arti pendidikan disemua cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan
dari sudut pandang Islam ( Achmadi, 1992: 19-20 ).
Achmadi menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam yaitu sebagai usaha
yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek
didik agar mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam
( 1992: 20 ). Pendidikan agama Islam sangat penting dalam rangka menanamkan
nilai-nilai spiritual Islam, namun hal ini baru sebagian dari seluruh kerangka
pendidikan Islam.28
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara
sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah
(kemampuan sadar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan kekurangannya (M. Arifin, 2006: 22).
Pendidikan Islam adalah proses bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan
jasmani menurut Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasuh, dan mengawasi semua sesuai berlakunya ajaran Islam (M. Arifin ,1994:
14-15).
Achmadi menjelaskan pengertian pendidikan Islam adalah sebagai segala
usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya
insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya ( insan kamil )
sesuai dengan norma Islam ( 1992:20 ).
Dalam Islam, pada dasarnya nilai merupakan akhlak sedang akhlak
merupakan ciri khas Islam untuk moral dan etika. Karena istilah nilai terkait dengan
moral dan etika, maka antara moral, etika dan akhlak adalah satu kesatuan kata
memiliki makna yang sama ( Langgulung, 1988 : 366 ).
28

Zakiah Daradjat, Pembinaan Jiwa/Mental, (Jakarta : Bulan Bintang, 1985), hlm. 25.

35

Dari kedua pengertian di atas yaitu pengertian nilai dan pendidikan Islam
dapat diambil definisi bahwa nilai- nilai pendidikan Islam adalah kumpulan dari
prinsip-prinsip hidup yang saling terkait yang berisi ajaran-ajaran guna memilihara
dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya manusia yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma atau
ajaran Islam.
2.

Kriteria Nilai-nilai Pendidikan Islam


Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian tentang nilai- nilai pendidikan
Islam di atas bahwa nilai menunjukan sesuatu yang terpenting dalam keberadaan
manusia atau suatu yang paling berharga atau asasi bagi manusia, oleh karena itu bila
dilihat dari pendidikan Islam nilai merupakan jalan hidup yang berproses pada
wilayah ritual dan berdimensi eskatologis diajarkan perlunya penghayatan nilainilai ketuhanan. Disinilah manusia memberlukan bimbingan serta tata cara ibadah
yang baik, berdoa yang benar, berperilaku yang baik dan sebagainya.
Tahap-tahap proses pembentukan nilai menurut Karthwohl sebagaimana
dikutip oleh Mawardi Lubis ( 2011: 19 ), lebih banyak banyak ditentukan dari arah
mana dan bagaimana seseorang menerima nilai-nilai dari luar kemudian
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam dirinya. Menurut Karthwohl proses
pembentukan nilai pada anak dapat dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu :

a.

Tahap receiving ( menyimak ). Pada tahap ini seseorang secara aktif dan sensitif
menerima stimulus dan menghadapi fenomena-fenomena, sedia menerima secara
aktif dan selektif dalam memilih fenomena.

b.

Tahap responding ( menanggapi ). Pada tahap ini seseorang sudah dalam bentuk
respons yang nyata.

36

c.

Tahap valuing ( memberi nilai ). Jika tahap pertama dan kedua lebih bersifat
aktvitas fisik biologis dalam menerima dan menanggapi nilai, maka pada tahap ini
seseorang sudah mampu menangkap stimulus itu atas dasar nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dan mulai mampu menyusun persepsi tentang objek.

d. Tahap mengorganisasikan nilai ( organization ), yaitu satu tahap yang lebih


kompleks dari tahap ketiga di atas. Seseorang mulai mengatur sebuah sistem nilai
yang ia dari luar untuk diorganisasikan (didata) dalam dirinya sehingga sistem nilai
itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dirinya.
e.

Tahap karakterisasi nilai ( characterization ), yang ditandai dengan ketidakpuasan


seseorang untuk mengorganisir sistem nilaiyang diyakininya dalam kehidupan secara
mapan, ajek dan konsisten.
Karakterisasi nilai dapat dibentuk melalui berbagai kriteria nilai pendidikan
yang harus dipahami, sebagaimana diungkap oleh Djunaidi yang dikutip oleh Siti
Aminaul Muminah ( 2011 : 21 ) antara lain :

a.

Fakta yang menyokong bahwa pertimbangan itu mesti benar atau baik pada
tempatnya.

b.

Fakta itu harus ada hubungannya dengan keasliannya dan harus mempunyai nilai
yang nyata bagi orang yang mempertimbangkan.

c.

Akan sama dengan ssesuatu yang lain, bila hubungan lalpangannya itu lebih luas
terhadap kenyataan yang diambil berdasarkan perhitungan,pertimbangan yang lebih.

d. Prinsip nilai yang tercantum lewat pertimbangan harus dapat diterima oleh yang
membuat pertimbangan itu sendiri.

3.

Sumber Nilai-nilai Pendidikan Islam

37

Sumber nilai yang menjadi acuan hidup manusia amat banyak macamnya,
semua jenis nilai memiliki sumber yang menjadi pengikat semua nilai. Sumber nilainilai pendidikan Islam yang menjadi acuan bagi hidup manusia adalah sumber nilai
Islam. Sumber nilai Islam yang dimaksud berasal dari nilai yang menjadi falsafah
hidup yang dianut oleh pelaku pendidikan Islam, sumber nilai agama yang pokok
adalah Al- Quran dan As- Sunnah.
a.

Al- Quran
Menurut Zakiah Daradjat (2008: 19) Al- Quran adalah firman Allah berupa
wahyu yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada Nabi Muhammad Saw.
Pengertian tentang Al- Quran di atas diperkuat dengan pendapat dari Allamah
Syayyid bahwa Al-Quran terdiri dari serangkaian topik teoritis dan praktis sebagai
pedoman hidup untuk umat manusia. Apabila semua ajaran tersebut dilaksanakan,
kita akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat ( 2011 : 119 ). Al- Quran
merupakan sumber nilai yang pertama dan utama, yang eksistensinya tidak
mengalami perubahan, walaupun interpretasinya mengalami perubahan, sesuai
dengan konteks zaman, keadaan dan tempat.
Kedudukan Al- Quran dalam nilai-nilai pendidikan Islam adalah sebagai
sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih dan kuat, karena ajaran Al- Quran
adalah bersifat mutlak dan universal. Baik yang isinya menganjurkan atau perintah
dan juga berisi nilai-nilai yang mengandung larangan. Nilai-nilai Qurani secara
garis besar terdiri dari dua nilai yaitu nilai kebenaran (metafafisis dan saintis) dan
nilai moral. Kedua nilai ini akan memandu manusia dalam membina kehidupan dan
penghidupannya ( Said Agil, 2005: 3- 6 ).
Menurut Fadhil Al Jamali dan Ramuyalis sebagaimana dikutip oleh Mawardi
Ahmad Izzan (2012: 14) menyatakan bahwa:
38

Pada hakikatnya Al-Quran itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk


kebudayaan umat manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya
merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moral (akhlak) dan spiritual.
Al- Quran berisi tentang pedoman dan tuntunan hidup bagi umat Islam, baik
secara individu ataupun umat.
b.

As- Sunnah
As- Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al- Quran. As-Sunnah
ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah SWT ( Daradjat, dkk,
2008: 20- 21 ).
Jadi Sunnah Rasul, adalah amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW.
Dalam proses perubahan hidup sehari-hari dan menjadi sumber utama. Sunnah berisi
petunjuk ( pedoman ) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya,
untuk membina hubungan antar umat manusia menjadi manusia sutuhnya atau umat
muslim yang bertakwa. Ssunnah dijadikan sumber utama karena Allah SWT
menjadikan Muhammad sebagai tauladan bagi umatnya. Firman Allah dalam surat
Al- Ahzab ayat 21 yang berbunyi:


)

(
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab: 21)

Menurut Daradjat (2008: 21-22), Sunnah adalah perkataan, perbuatan


ataupun pengakuan Rassul Allah SWT yang berisi akidah dan syariah. Melalui
sunnah inilah hendaknya pelaku dalam pendidikan belajar dan bercermin ketika
39

menetapkan suatu kebijakan dan keputusan pada suatu proses pendidikan, baik
dalam bentuk materi, metode, kurikulum dan sebagainya. Sebab Al- Quran
merupakan penyambung lidah bagi Al- Quran dan apa yang disampaikan oleh AlQuran tidak ada yang diingikan oleh sunnah.
Menurut Ramuyalis sebagaimana dikutip oleh Ahmad Izzan (2012: 16)
menerangkan bahwa konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad
Saw adalah sebagai berikut:
a.

Disampaikan sebagai rahmatan lil alamin.

b.

Disampaikan secara universal dan menyeluruh.

c.

Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak.

d.

Kehadiran Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan.

e. Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi uswah hasanah (contoh yang baik) bagi
umatnya.
4.

Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Islam


Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai yang mendukung

dalam pelaksanaan pendidikan. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa


agar bisa memberi output bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat
luas. Pokok-pokok nilai pendidikan Islam yang utama yang harus ditanamkan pada
anak

yaitu

nilai

pendidikan itiqodiyah,

pendidikankhuluqiyah (Achmadi, 1992: 58).

a.

Nilai Pendidikan Itiqodiyah

40

nilai

pendidikan amaliyah,

nilai

Nilai pendidikan Itiqodiyah ini merupakan nilai yang terkait dengan keimanan
seperti iman kepada Allah SWT, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir dan Takdir yang
bertujuan menata kepercayaan individu.
Iman berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar amanayuminu imanan artinya
beriman atau percaya (Kaelani HD, 2000: 58).
Percaya dalam bahasa Indonesia artinya mengakui atau yakin bahwa sesuatu
(yang dipercayai) itu memang benar atau nyata adanya. Dalam iman terdapat 3 unsur
yang mesti berjalan serasi, tidak boleh tumpang antara pengakuan lisan, pembenaran
hati dan pelaksanaan secara nyata dalam perbuatan.
Menurut Kaelani HD (2000: 60-61) bukti-bukti keimanan diantaranya:
1)

Mencintai Allah SWT dan Rasull-Nya.

2)

Melaksanakan perintah-perintah-Nya.

3)

Menghindari larangan-larangan-Nya.

4)

Berpegang teguh kepada Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya.

5)

Membina hubungan kepada Allah SWT dan sesama manusia.

6)

Mengerjakan dan meningkatkan amal shaleh.

7)

Berjihad dan dakwah. Nilai Kemanusiaan.


Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat
perhatian yang pertama dan utama dari orang tua. Memberikan pendidikan ini
kepada anak merupakan keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya iman
mendasari keIslaman seseorang.
Pendidikan keimanan harus dijadikan sebagai salah satu pokok dari pendidikan
kesalehan anak. Dengannya dapat diharapkan kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi
insan yang beriman kepada Allah SWT melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi

41

larangan-Nya. Dengan keimannan yang kuat bisa membentengi dirinya dari


perbuatan dan kebiasaan buruk.
b.

Nilai Pendidikan Amaliyah.


Nilai pendidikan amaliyah merupakan nilai yang berkaitan dengan tingkah laku.
Nilai pendidikan amaliyah diantaranya:

1)

Pendidikan Ibadah
Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan
mepedomani aqidah Islamiyah. Pembinaan ketaan beribadah kepada anak dimulai
dari dalam keluarga. Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan nilai ibadah,
seperti diajarkan melafalkan surat-surat pendek dari Al-Quran untuk melatih lafallafal agar fasih mengucapkannya, karena membaca Al-Quran adalah ibadah.
Kemudian juga anak-anak dilatih mendirikan shalat, maksudnya ialah agar ketika
anak mulai baligh, tidak perlu bersusah payah belajar shalat.
Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang perlu
diperhatikan semua ibadah dalam Islam yang bertujuan membawa manusia agar
selalu ingat kepada Allah SWT.

2)

Pendidikan Muamalah
Pendidikan muamalah merupakan pendidikan yang memuat hubungan antara
manusia baik secara individu maupun kelompok. Pendidikan muamalah ini meliputi:

a)

Pendidikan Syakhsiyah
Pendidikan Syakhsiyah merupakan pendidikan yang memuat perilaku individu,
seperti masalah perkawinan, hubungan suami istri dan keluarga yang bertujuan untuk
membentuk keluarga yang sakinah dan sejahtera.

42

b)

Pendidikan Madaniyah
Pendidikan ini berkaitan dengan perdangan seperti upah, gadai yang bertujuan
untuk mengelola harta benda atau hak-hak indvidu.

c)

Pendidikan Janaiyah
Pendidikan ini yang berhubungan denganpidana atas pelanggaran yang
dilakukan, yang bertujuan memlihara kelangsungan kehidupan manusia, baik
berkaitan dengan harta, kehormatan, maupun hak-hak individu yang lain.

d)

Pendidikan Murafaat
Pendidikan ini berhubungan dengan acara seperti peradilan, saksi maupun
sumpah yang bertujuan untuk menegakkan keadilan diantara anggota masyarakat.

e)

Pendidikana Dusturiyah
Pendidikan ini berhubungan dengan undang-undang Negara yang mengatur
hubungan rakyat dengan pemerintah yang bertujuan untuk stabilitas bangsa.

f)

Pendidikan Duwaliyah
Pendidikan ini yang berhubungan dengan tata negara seperti tata negara Islam,
tata negara tidak Islam, wilayah perdamaian dan wilayah perang, dan hubungan
muslim di negara lain yang bertujuan untuk perdamaian dunia.

g)

Pendidikan Iqtishadiyah
Pendidikan ini berhubungan dengan perkonomian individu dan negara,
hubungan yang miskin dengan yang kaya yang bertujuan untuk keseimbangan dan
pemerataan pendapatan.

c.

Nilai Pendidikan Khuluqiyah


Pendidikan ini merupakan pendidikan yang berkaitan dengan etika (akhlak)
yang bertujuan membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri dengan
perilaku terpuji.
43

Pendidikan akhlak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari,


karena seseorang yang tidak memiliki akhlak akan menjadikan dirinya berbuat
merugikan orang lain.
Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang dapat membawa menuju
kesuksesan, oleh karena itu didiklah anak-anak kita dengan akhlak yang baik, karena
orang tua merupakan cerminan yang pertama yang dicontoh oleh anak.
5.

Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pribadi Peserta didik.

Para ahli pendidikan telah sepakat, bahwa salah satu tugas yang diemban oleh
pendidik adalah mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam
upaya membentuk kepribadian yang intelek, bertanggungjawab melalui jalur
pendidikan. Sebuah upaya mewariskan nilai-nilai tersebut sehingga menjadi
miliknya disebut mentransformasikan nilai, sedangkan upaya yang dilakukan untuk
memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam jiwanya sehingga melekat dalam dirinya
disebut menginternalisasikan nilai ( Fuad Ihsan, 2011: 155 ).
Untuk mewujudkan proses transformasi dan internalisasi tersebut, banyak cara
yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik. Fuad Ihsan menjelaskan dalam
bukunya Dasar-Dasar Pendidikan (2011: 155 ) antara lain dengan cara:
a.

Melaui Pergaulan
Pendidik dalam pergaulan memiliki peran yang amat penting. Melalui
pergaulan yang bersifat edukatif, pendidik harus mampu mengkomunikasikan nilainilai luhur agama, baik cara jalan diskusi ataupun tanya jawab. Sebaliknya bagi
peserta mempunyai banyak kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak
dipahaminya. Sehingga wawasan mereka tentang nilai-nilai agama tersebut akan
diinternalisasikannya dengan baik.

44

Dengan pergaulan yang erat akan menjadikan keduanya merasa tidak ada
jurang diantara keduanya. Melalui pergaulan yang demikian peserta didik yang
bersangkutan akan merasa leluasa untuk mengadakan dialog dengan gurunya. Cara
tersebut akan efektif dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai agama. Keakraban
antara pendidik dan peserta didik, sangat penting untuk diciptakan oleh pendidik.

b.

Melalui Pemberian suri tauladan


Suri tauladan adalah alat pendidikan yang sangat efektif bagi kelangsungan
mengkomunikasikan nilai-nilai agama. Konsep suri tauladan yang ada dalam
pendidikan Ki Hajar Dewantoro yaitu ing ngarso sung tulodo, melalui ing ngarso
sung tulodo pendidik menampilkan suri tauladannya, dalam bentuk tingkah laku,
pembicaraan, cara bergaul, amal ibadah, tegur sapa dan sebagainya. Melalui contohcontoh tersebut nilai-nilai luhur agama akan diinternalisasikan sehingga menjadi
bagian dari dirinya, dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
Pada hakikatnya di lembaga pendidikan ini peserta membutuhkan akan suri
tauladan, karena sebagian besar dari pembentukan pribadi seseorang adalahh dari
keteladanan yang diamatinya dari gurunya. Jika di rumah, keteladanan tersebut
diterimanya dari kedua orang tuanya dan orang-orang dewasa dalam keluarganya.
Begitu pula keteladanan yang diterimanya dari lingkungan di sekitarnya. Oleh sebab
itu sebagai seorang pendidik hendaknya mampu menanmpilkan akhlak karimah
sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

c.

Melalui ajakan dan Pengamalan


Nilai-nilai luhur agama Islam yang diajarkan kepada peserta didik adalah
bukan untuk dihafal menjadi ilmu pengetahuan (kognitif), akan tetapi untuk dihayati
(afektif) dan diamalkan (psikomotorik) dalam kehidupannya sehari-hari. Islam
45

adalah agama yang menyerukan kepda pemeluknya untuk mengerjakannya sehingga


menjadi umat yang beramal shaleh.
Dalam teori pendidikan terdapat metode yang bernama Learning by
doing yaitu belajar dengan mempraktekan teori yang telah dipelajarinya. Dengan
mengamalkan teori yang dipelajarinya akan menimbulkan kesan yang mendalam
sehingga mampu diinternalisasi. Hasil belajar terletak dalam psikomotorik yaitu
mempraktekkan ilmu yang dipelajari seperti nilai luhur agama di dalam praktek
kehidupan sehari-hari.

1.

Pengertian Pendidikan Islam


Pengertian pendidikan islam
Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam
inheren dengan konotasi istilah tarbiyah, talim, dan tadib yang harus
dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang
mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam
hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu
pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal
dan non formal.

Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses


penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan
dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di
dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan Islam.


Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia
46

supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap
jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi,
perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya.

Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa


pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukumhukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.
Sedangkan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan
adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu
kepada metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia
penerima proses dan kandungan pendidikan tersebut.
Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan
yaitu adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian disimpulkan lebih
lanjut yaitu sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke dalam diri
manusia.
Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempattempat
yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di
dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk
manusia saja.
Kembali kepada definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas
diperuntutukan untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam
dimasukkan dalam At-tadib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk
menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu
47

luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga pendidikan kepada
hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang
hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai
dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat
seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan
kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang.
Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam,
arti dari pengertian itu adalah, pengenalan adalah menemukan tempat yang
tepat sehubungan denagn apa yang dikenali, sedangkan pengakuan
merupakan tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan
tanpa pengakuan adalah kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan
adalah kejahilan belaka. Dengan kata lain ilmu dengan amal haruslah seiring.
Ilmu tanpa amal maupun amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan. Kemudian
tempat yang tepat adalah kedudukan dan kondisinya dalam kehidupan
sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok, komunitas dan
masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya harus
berdasarkan kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan) yang
selanjutnya mesti bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara positif,
dipujikan serta terpuji.2

2.Tujuan pendidikan islam


Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam,
yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa

48

kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat
(lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil alamin,
baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah
yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.

Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai
melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan
Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang
pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin
dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula
dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.

Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah
menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud
menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.

Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan


tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup
menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a
Dzariyat ayat 56 :

Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah
kepada-Ku.

49

Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah
Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup
semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada
Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya
agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.

Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala
yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang
disangkutkan dengan Allah.29

Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :

1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa


pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di
akhirat.

2. 2.Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku


masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat. Tujuan pendidikan
islam
3. Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam
Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu

29

https://islamiced.wordpress.com/tugas/ilmu-pendidikan-islam/pengertian-dasar-dan-tujuan-pendidikan-islam

50

bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di


dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
4. Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil alamin,
baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam
inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
5. Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai
melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan
Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang
pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang
ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus
dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.
6. Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah
menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang
dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
7. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan
tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup
menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat
a Dzariyat ayat 56 :
8. Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah
kepada-Ku.
9. Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat,
ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu
mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau
disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam
untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang
benar.
51

10. Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta
segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan,
pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.

4.Penanaman Nilai -nilai Pendidikan Islam Dalam Keluarga


a. Nilai - nilai kejujuran
1. Nilai Kejujuran
Pengertian kejujuran yang akar katanya jujur, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) berarti lurus hati; tidak berbohong; tidak curang; tulus; ikhlas
sehingga kejujuran diartikan sebagai sifat (keadaan) jujur; ketulusan hati atau
kelurusan hati. (Pusat Bahasa Diknas, 201 : 479)
Kejujuran adalah nilai kebaikan sebagai sifat positif yang akan diterima oleh
semua orang dimanapun dan kapanpun ia berada. Jadi, nilai kejujuran adalah nilai
kebaikan yang bersifat universal. Jika kita telaah lebih jauh sebuah nilai kejujuran,
maka dari nilai positif ini dapat kita lihat berdasarkan beberapa bentuk, yaitu:
a.

Kejujuran terhadap diri sendiri adalah sikap lurus ketika dihadapkan pada

beberapa pilihan sikap yang baik atau yang buruk yang orang lain tidak
mengetahuinya.
b.

Kejujuran terhadap orang lain adalah sikap lurus ketika berinteraksi dengan orang
lain tanpa mengubah sedikitpun suatu keadaan yang telah ada.

Nilai-nilai kejujuran memiliki sifat positif sehingga dapat diterapkan dimana


saja dan kapan saja karena dapat diterima oleh siapa saja. Nilai ini dapat membentuk
sikap yang didalamnya terkandung nilai-nilai kejujuran. Sikap itu terbagi menjadi

52

dua, yaitu sikap terbuka dan sikap wajar. Sikap terbuka adalah sikap kita yang apa
adanya tidak menipu diri sendiri dan orang lain dengan bersikap seolah-olah menjadi
orang lain. Sikap wajar adalah sikap objektif dengan memperlakukan orang lain
berdasarkan ukuran-ukuran standar bagaimana kita menghargai hak orang lain
sebagaimana mestinya.30
2. Nilai Tanggung Jawab
Nilai tanggung jawab ialah kesadaran manusia atas tingkah lakunya, berbuat
sebagai perwujutan kesadaran akan kewajibannya. Beberapa hal yang terkait erat
dengan pengertian tanggung jawab di antaranya adalah hak dan kewajiban,
pengabdian, pengorbanan dan norma sosial. Salah satu jenis tanggung jawab adalah
tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Setiap manusia ingin hidupnya di
dunia berarti dan mempunyai kehidupan yang lebih baik di akhirat yang kekal. Oleh
karena itu, setiap tindakannya berkaitan dengan tanggung jawab manusia sebagai
upaya pencapaian tujuan tersebut. (Soetomo, 1995)
b. Nilai - nilai sopan santun
Sopan santun ialah suatu tingkah laku yang amat populis dan nilai yang
natural. Sopan santun sebagai sebuah konsep nilai tetapi bukan dipahami. Sopan
santun sebuah ideologi yang memerlukan konseptualisasi. Itulah pengertian umum
dari sopan santun. Menurut saya pribadi sopan santun itu adalah sikap seseorang
terhadap apa yang ia lihat, ia rasakan, dan dalam situasi, kondisi apapun. Sikap
santun yaitu baik, hormat, tersenyum, dan taat kepada suatu peraturan. Sikap sopan
santun yang benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa
saja. Dari tutur bicara pun orang bisa melihat kesopanan kita. Baik/buruk, misalnya
30

http://rizkyharyanto.blogspot.co.id/2011/07/nilai-kejujuran-dan-tanggung-jawab.html

53

lagi dalam situasi yang ramai dimana kita akan melewati jalan itu, jika kita sopan
pasti kita akan mengucapkan kata permisi pak, bu..dalam berteman pun seperti itu
lebih menghargai pendapat teman walaupun pendapat itu berbeda, sebenarnya
pengertian sopan santun ini sudah umum. Dan mungkin semua orang sudah mengerti
apa itu sopan santun, karna sifat ini telah ditanamkan sejak kecil pada diri individu
tersebut. Dan bagaimana kita mengembangkannya saja. Dalam kehidupan kita dan
disekitar kita.
Terkadang sopan santun itu hilang pada diri kita, ketika kita sedang berhadapan
dengan orang lain yang menyebalkan, contoh kecilnya saja, ketika kita berbelanja di
suatu mall, kita bertanya pada si pelayan dengan baik-baik, tapi si pelayan ini malah
menjawabnya dengan ketus, apalagi kalau kita menawar-nawat, dan hanya lihat-lihat
tapi akhirnya tidak jadi membeli pasti si pelayan itu akan memasang muka ketus dan
perkataan tidak enak, padahal pembeli itu kan raja.
Sopan santun dapat dipengaruhi oleh apapun dan hal apa saja. Misalnya sopan
santun yang buruk disebabkan oleh lingkungan yang tidak ada tata tertibnya,
individu yang tak pernah mengenal pentingnya kepribadian, kurangnya pengenal
sopan santun yang diajarkan oleh orang tua sejak dini, pembawaan diri individu itu
sendiri. Kemudian sopan santun yang baik dapat dipengaruhi oleh latar belakang
individu itu sendiri. Pendidikan yang cukup, pembawaan diri yang baik terhadap
situasi apapun, tutur kata yang dijaga, terkadang faktor gen juga dapat
mempengaruhi individu tersebut. Bagaimana nantinya setiap orang memiliki sikap
sopan santun tetapi hanya kadarnya saja yang berbeda dan bagaimana kita
mengembangkan sikap itu ?!
sopan santun bisa dilakukan dimana saja dan kapan pun itu. Seperti didalam kelas
dalam situasi dosen sedang menjelaskan materi lalu kita harus memperhatikan
54

seseorang yang ada didepan kita. Dengan menunjukan sikap yang memperhatikan,
mendengarkan dengan baik, dan bila bertanya pun harus dengan yang baik,
kekurangan individu seseorang secara fisik, akan tertutup rapi dan tidak terlihat jika
di bungkus dengan sikap dan inerbeuty yang ada. 31 Mungkin sifatnya yang begitu
berhati emas yang mampu menutupi kekurangannya. Lalu dalam perjamuan makan
di meja makan semua nasi harus bersih dari apapun. Tidak boleh bunyi, dan harus
menggunakan sendok dan garpu, setelah selesai makan sendok dan garpu diletakan
secara silang dengan posisi sendok diatas dan garpu dibawah. Masih banyak lagi
dengan pengertian sopan santun yang lebih spesifik dan mudah dimengerti, ini hanya
bagian penglihatan saja secara kasat mata. Dan menurut pendapat saya belajarlah
sopan santun sejak dini karna itu bisa membawa mu ketempat yang benar dan baik.
c. Nilai - nilai kedisiplinan
Sopan santun ialah suatu tingkah laku yang amat populis dan nilai yang
natural. Sopan santun sebagai sebuah konsep nilai tetapi bukan dipahami. Sopan
santun sebuah ideologi yang memerlukan konseptualisasi. Itulah pengertian umum
dari sopan santun. Menurut saya pribadi sopan santun itu adalah sikap seseorang
terhadap apa yang ia lihat, ia rasakan, dan dalam situasi, kondisi apapun. Sikap
santun yaitu baik, hormat, tersenyum, dan taat kepada suatu peraturan. Sikap sopan
santun yang benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa
saja. Dari tutur bicara pun orang bisa melihat kesopanan kita. Baik/buruk, misalnya
lagi dalam situasi yang ramai dimana kita akan melewati jalan itu, jika kita sopan
pasti kita akan mengucapkan kata permisi pak, bu..dalam berteman pun seperti itu
lebih menghargai pendapat teman walaupun pendapat itu berbeda, sebenarnya
31

https://a62747.wordpress.com/2009/11/21/pengertian-sopan-santun-menurut-pribadi/

55

pengertian sopan santun ini sudah umum. Dan mungkin semua orang sudah mengerti
apa itu sopan santun, karna sifat ini telah ditanamkan sejak kecil pada diri individu
tersebut. Dan bagaimana kita mengembangkannya saja. Dalam kehidupan kita dan
disekitar kita.
Terkadang sopan santun itu hilang pada diri kita, ketika kita sedang berhadapan
dengan orang lain yang menyebalkan, contoh kecilnya saja, ketika kita berbelanja di
suatu mall, kita bertanya pada si pelayan dengan baik-baik, tapi si pelayan ini malah
menjawabnya dengan ketus, apalagi kalau kita menawar-nawat, dan hanya lihat-lihat
tapi akhirnya tidak jadi membeli pasti si pelayan itu akan memasang muka ketus dan
perkataan tidak enak, padahal pembeli itu kan raja.
Sopan santun dapat dipengaruhi oleh apapun dan hal apa saja. Misalnya sopan
santun yang buruk disebabkan oleh lingkungan yang tidak ada tata tertibnya,
individu yang tak pernah mengenal pentingnya kepribadian, kurangnya pengenal
sopan santun yang diajarkan oleh orang tua sejak dini, pembawaan diri individu itu
sendiri. Kemudian sopan santun yang baik dapat dipengaruhi oleh latar belakang
individu itu sendiri. Pendidikan yang cukup, pembawaan diri yang baik terhadap
situasi apapun, tutur kata yang dijaga, terkadang faktor gen juga dapat
mempengaruhi individu tersebut. Bagaimana nantinya setiap orang memiliki sikap
sopan santun tetapi hanya kadarnya saja yang berbeda dan bagaimana kita
mengembangkan sikap itu. 32
sopan santun bisa dilakukan dimana saja dan kapan pun itu. Seperti didalam kelas
dalam situasi dosen sedang menjelaskan materi lalu kita harus memperhatikan
seseorang yang ada didepan kita. Dengan menunjukan sikap yang memperhatikan,
32

https://a62747.wordpress.com/2009/11/21/pengertian-sopan-santun-menurut-pribadi/

56

mendengarkan dengan baik, dan bila bertanya pun harus dengan yang baik,
kekurangan individu seseorang secara fisik, akan tertutup rapi dan tidak terlihat jika
di bungkus dengan sikap dan inerbeuty yang ada. Mungkin sifatnya yang begitu
berhati emas yang mampu menutupi kekurangannya. Lalu dalam perjamuan makan
di meja makan semua nasi harus bersih dari apapun. Tidak boleh bunyi, dan harus
menggunakan sendok dan garpu, setelah selesai makan sendok dan garpu diletakan
secara silang dengan posisi sendok diatas dan garpu dibawah. Masih banyak lagi
dengan pengertian sopan santun yang lebih spesifik dan mudah dimengerti, ini hanya
bagian penglihatan saja secara kasat mata. Dan menurut pendapat saya belajarlah
sopan santun sejak dini karna itu bisa membawa mu ketempat yang benar dan baik .

BAB III
MENDESKRIPSIKAN PERAN ORANG TUA DALAM
MENANAMKAN NILAI PENDIDIKAN ISLAM DI DESA
WINONG

A. Gambaran Umum Desa Winong


1. Sejarah Singkat Desa Winong
Desa winong adalah suatu desa yang berada di pegunungan didaerah kalidawir
tulngagung. Desa winong adalah desa dimana masyarakatnya masih bangyak yang
mengikuti adat jawa. Dan terdapa tuju dusun

57

2.Letak Geografis
Winong adalah desa yang

berada

di kecamatan Kalidawir, Kabupaten

Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia. Desa yang dibentuk pada tanggal 15


November 1968 ini memiliki 6 pedukuhan, yakni Branjang, Mongkrong, Ngambal,
Ngledok, Tumpakjoho, dan Winong.

58

Anda mungkin juga menyukai