PENDAHULUAN
A.
Soedomo Hadi, Pendidikan Suatu Pengantar,(Surakarta: LPP UNS Press, 2005), h21
dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental, maupun masalah aqidah atau
keimanannya.
Maka bertaqwalah kepada Allah para orang tua, berlaku lemah-lembutlah
kepada anak, Karena dengan berperilaku lemah-lembut sangat membantu dalam
menanamkan pendidikan agama pada anak sebab anak itu besarnya nanti ditentukan
bagaimana cara orang tua mendidik dan membesarkannya.
Rasa keimanan dan ketaqwaan yang melekat dan tertanam pada diri manusia
dewasa sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan pembiasaan yang diperolehnya sejak
masa kanak-kanak.
Penanaman pendidikan agama dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
terhadap diri seorang anak dapat dilakukan oleh berbagai pihak, yakni orang tua,
orang tua dan lingkungan sekitarnya. Merupakan kewajiban bagi semua orang agar
dapat memiliki kesholehan dan memiliki kesadaran beragama yang tinggi terutama
bagi orang tua yang sudah seharusnya mengajarkan pendidikan agama dan
menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah sebagai pondasi awal perkembangan
selanjutnya.
Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga dan dibina, hatinya
yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Mereka ibarat kertas putih
kosong yang dapat menerima coretan apapun. Sesungguhnya masa kanak-kanak
merupakan fase yang paling subur dan paling dominan bagi para pendidik untuk
menanamkan norma-norma agama yang sesuai dengan Syariat Islam ke dalam jiwa
anak. Kesempatan terbuka lebar untuk mengembangkan potensi dalam fase ini,
dengan adanya fitrah yang suci masa kanak-kanak yang masih lugu, kepolosan yang
begitu jernih, kelembutan dan kelenturan jasmaninya, kalbu yang belum tercemari
dan jiwa yang belum terkontaminasi. Oleh karena itu orang tualah yang memegang
faktor kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa Islami.
Sebagaimana sabda Rosulullah SAW :
Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka
kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau
Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat
darinya buntung (pada telinga)? ( Hadits Al-Bukhari ).2
Dari hadits ini dapat dipahami, begitu pentingnya peran orang tua dalam
membentuk kepribadian anak dimasa yang akan datang.
Mendidik, mengajarkan serta menanamkan pendidikan agama bukan
merupakan hal yang mudah, bukan pekerjaan yang dapat dilakukan secara
serampangan, dan bukan pula pekerjaan yang bersifat sampingan.
Mendidik anak merupakan tugas yang harus dilakukan oleh setiap orang tua, karena
perintah mengenai hal tersebut datang dari Allah SWT,
Sebagaimana Firman-Nya dalam al Quran surat At Tahrim : 6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
2
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. At Tahrim :6) 3
2
Ayat diatas mengandung perintah agar orang-orang beriman menjaga diri dan
keluarganya dari api neraka. Ditinjau dari segi pendidikan, tersirat perintah mendidik
keluarga termasuk anak-anak agar memiliki kekuatan jiwa dan kecerdasan spiritual
yang akan menjaga dan memeliharanya dari perbuatan buruk dan keji.
Anak adalah asset berharga yang dapat menyelamatkan kehidupan kedua
orang tuanya baik didunia maupun diakhirat. Dengan demikian orang tua harus
mengarahkan, membina dan membimbing anak-anaknya dengan pendidikan agama
yang memadai sekaligus memberikan tauladan, karena sejatinya anak-anak adalah
para peniru luar biasa. Mereka meniru kondisi-kondisi, perbuatan, perkataan dan
perilaku orang dewasa.
Berdasarkan penelitian pendahuluan bahwa masih dijumpai sikap dan
perilaku sebagian orang tua yang acuh tak acuh terhadap pendidikan agama bagi
anak-anaknya. Mereka lebih tertarik memberikan bekal pendidikan umum yang
dinilai lebih dapat mendukung peningkatan nilai akademik anak seperti kursus
Bahasa Inggris, Jarimatika, dan lain sebagainya. Mereka belum menyadari bahwa
pendidikan agama adalah hal dasar yang mutlak menjadi hak anak. Anak berhak tau
siapa Tuhannya, anak harus dibekali dengan ajaran Tauhid yang jelas dan juga
berhak dilindungi dari hal-hal yang dapat merusak fitrahnya.
Iman Ali ra berkata Hak Seorang anak terhadap orang tuanya adalah (Orang
Tuanya) harus memilih sebuah nama yang baik baginya, memberikan Pendidikan
yang layak baginya, dan mengajarkan al Quran 3
UU. No. Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Orang tua dan Dosen, (Jakarta Selatan : Visi
Orang tua hendak memperhatikan anak dari segi Muraqabah Allah SWT
yakni dengan menjadikan anak merasa bahwa Allah selamanya mendengar bisikan
dan pembicaraannya, melihat setiap gerak-geriknya serta mengetahui apa yang
dirahasiakan dan di sembunyikan.
Dalam rangka mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan
seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang. Dengan terbinanya seluruh
potensi manusia secara sempurna di harapkan ia dapat melaksanakan fungsi
pengabdiannya sebagai khalifah di muka bumi. Untuk dapat melaksanakan
pengabdian tersebut harus dibina seluruh potensi yang dimiliki yaitu potensi
spiritual, kecerdasan, perasaan dan kepekaan. Potensi-potensi itu sesungguhnya
merupakan kekayaan dalam diri manusia yang amat berharga.
Orang tua adalah ujung tombak yang pertama dan utama dalam menanamkan
pendidikan agama pada anak karena ditangan orang tualah anak-anak mulai belajar
dan berkembang. Disadari atau tidak, orang tua adalah pelaksana pendidikan yang
pertama kali seorang anak memasuki masa remaja atau masa sekolah, dan orang tua
juga yang akan dimintai pertanggung jawaban kelak di Yaumil akhir, sehingga
mutlak melatih dan mendidik anak harus menempati skala prioritas yang paling
penting dari apapun.
Nabi Muhammad SAW bersabda :