1. Batuk akut Adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang dari 3 minggu. Penyebab utama batuk akut adalah infeksi saluran nafas atas, seperti selesma, sinusitis bakteri akut, pertusis, eksaserbasi akut PPOK, rhinitis alergi, atau rhinitis karena iritan. Infeksi saluran nafas atas adalah penyebab utama batuk akut. (1) 2. Batuk subakut Batuk yang terjadi selama 3-8 minggu. Untuk diagnosis batuk jenis ini direkomendasikan adanya pendekatan klinik berdasarkan terapi empiric dan uji lab terbatas. Penyebab yang paling umum adalah batuk pasca infeksi, sinusitis bakteri, atau asma. Batuk pasca infeksi adalah batuk yang dimulai bersamaan dengan ISPA yang tidak komplikasi dengan pneumonia dan umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan. (1) 3. Batuk kronis Batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu dapat disebabkan oleh banyak penyakit yang berbeda, tetapi pada banyak kasus biasanya mengarah pada satu atau hanya sedikit diagnosis. Penelitian menunjukkan bahwa pada 95% pasien mengalami batuk kronis penyebabnya antara lain adalah post nasal drip, sinusitis, asma, penyakit refluks gastroesofageal (GERD), bronchitis kronis karena merokok, bronkiektasis, atau penggunaan obat golongan ACE I. 5% sisanya disebabkan oleh kanker paru, sarkoidosis, gagal jantung kanan, dan aspirasi karena disfungsi faring. Jika tidak ada penyebab fisik lain, batuk kronis juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis. (1) Berdasarkan ada tidaknya dahak, batuk dibedakan menjadi dua: 1. Batuk berdahak (batuk produktif) Sebaiknya tidak ditekan, karena penekanan dapat menyebabkan retensi sputum yang justru membahayakan, dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas atau penyebaran infeksi. (2) 2. Batuk kering (batuk non produktif) Dalam pengobatannya tidak dimaksudkan untuk mengeluarkan secret atau gangguan lain dari saluran pernafasan, batuk sebaiknya ditekan, apalagi bila sangat menganggu. (2)
1. Ikawati, Zulies., 2008, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan,
Pustaka Adipura, Yogyakarta. 2. Canning, B.J., 2006, Anatomy and neurophysiology of the Cough Reflex: ACCP evidence based clinical practice guidelines. Chest;129 (suppl). IONI, 2000, Information Obat Nasional Indonesia, Dirjen POM Depkes RI, Jakarta.