LITERATURE TRANSLATE
Grabb and Smiths Plastic Surgery 6th Edition
Chapter 3 Wound Care
Perceptor:
dr. Bobby Swadharma Putra, Sp. BP-RE
Oleh :
Leon L. Gaya, S.Ked
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyusun
literatur translate ini yang berjudul Chapter 3 Wound Care
Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan
klinik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Kepada dr.
Bobby Swadharma Putra, Sp. BP-RE sebagai pembimbing kami, kami
mengucapkan terima kasih atas segala pengarahan yang telah diberikan
sehingga dapat menyusun tugas ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan ini, baik dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh
karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan
keterampilan kami. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan, guna kesempurnaan laporan ini dan perbaikan bagi kita semua.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
untuk kita semua.
Wassalammualaikum wr.wb
Luka adalah sebuah mikrosom dari pasien. Kebanyakan luka akan sembuh
dengan intervensi yang minimal pada individu yang sehat. Sebaliknya, kejadian luka
yang tidak mengalami penyembuhan lebih tinggi pada pasien dengan penyakit
sistemik, terutama mereka yang dirawat di rumah sakit. Pada umumnya, dokter bedah
plastik dikonsulkan untuk mengevaluasi tiga tipe luka: (a) luka akut dimana tampilan
akhirnya menjadi perhatian utama, (b) luka pada pasien yang status medis dan/atau
luka mempengaruhinya sehingga menyulitkan untuk penyembuhan luka dan ancaman
dari masalah luka tersebut, atau (c) luka kronik yang sulit disembuhkan pada masa
lampau. Penanganan dasar penyembuhan luka yang baik sangat penting untuk
penyembuhan luka yang dijumpai oleh para dokter bedah plastik dan untuk melihat
kemajuan dari penyembuhan luka yang sudah dilakukan.
Kemajuan yang dibuat untuk memahami biokimia dan aspek-aspek seluler
dari perbaikan jaringan dilakukan untuk kemajuan desain biomaterial dan
pengetahuan klinik. Pentingnya dari penanganan luka secara baik dalam
memaksimalkan penyelamatan anggota tubuh telah menyebabkan terciptanya pusatpusat perawatan luka dan para spesialis. Sebagai tambahan, faktor-faktor seperti
kenyamanan pada pasien dan dokter telah berubah menjadi variabel yang solid yang
seharusnya diperhatikan ketika memilih suatu penyembuhan luka. Hal ini adalah hasil
yang terjadi akibat perubahan dan kemajuan teknologi pada jaman yang berkembang
ini. Beberapa kemajuan terbaru pada saat ini dijelaskan pada BAB ini dan diringkas
pada tabel 3.1.
DASAR-DASAR
Semua luka, baik akut maupun kronik, harus di evaluasi mula-mula oleh
seorang dokter untuk menentukan mekanisme dan untuk memilah pengobatan yang
akan diberikan. Profilaksis tetanus diberikan. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
dilakukan, dengan penekanan pada penentuan penyebab terjadinya luka dan
3
seperti
pembedahan
revaskularisasi
atau
dekompresi
persyarafan.
Pendokumentasi dari luka juga sangat berguna umtuk memonitor kemajuan dari
penyembuhan.
Dasar dari kebanyakan penyembuhan luka dapat diringkas sebagai berikut:
o Pembersihan eksudat
o Hindari trauma pada luka atau sakit pada pasien ketika penggantian
balutan
Gunakan terapi farmakologi bila diperlukan
Tutup luka pembedahan dengan jaringan atau flap sesuai indikasi
Untuk mencapai tujuan ini, sangat penting untuk menekankan pada faktor faktor
penyebab yang bersamaan dengan terjadinya luka kronik, untuk membandingkan
perbedaan antara macam-macam jenis luka. Dengan konsep ini, perlu diperhatikan
bahwa kebanyakan permasalahan luka diikuti dengan faktor-faktor penyebab: umur,
iskemik (sering diperberat dengan pengulangan episode cidera iskemik perfusi), dan
infeksi bakteri. Mengatasi tiga masalah ini akan membuat dokter bedah secara efektif
mengatasi masalah luka.
Umur Dan Penyembuhan Luka
Kebanyakan luka kronik terjadi pada populasi tua (berumur lebih dari 60
tahun). Meskipun kebanyakan luka sembuh dengan sendirinya pada pasien usia tua,
ada sedikit,namun sering, terjadi penurunan penyembuhan luka pada usia tua. Efek
dari penuaan terjadi ketikan hal-hal seperti iskemik atau infeksi menjadi lebih sering
terkena pada luka. Studi pada laboratorium mengatakan bahwa terjadi penurunan
pada proses molecular yang penting untuk perbaikan jaringan seperti fibroblast dan
sel endothelial. Hal ini mencakup percepatan penuaan, pengurangan produksi dari
faktor pertumbuhan, penurunan kemampuan untuk bertahan dari hipoksia dan stress
toksik, dan penurunan produksi dari kolagen dan molekul matriks lainnya. Menarik,
sel-sel pada pasien diabetes dan pada pasian yang sedang diterapi radiasi memiliki
karakteristik
molekuler
dari
penuaan
sel,
dan
hal
ini
beruna
untuk
mempertimbangkan sel-sel pada pasien dengan kondisi ini sebagai penuaan yang
premature atau memang sel tua.
Dikarenakan penuaan tidak dapat dikembalikan, luka pada pasien seperti ini
sangat baik untuk dilakukan pengoptimalan parameter sistemik secara lebih agresif,
dan dengan penggunaan suplementasi bila memungkinkan. Akibatnya, menghindari
iskemik dan infeksi sangat penting pada pasien berusia tua, dan faktor pertumbuhan
mungkin dapat membantu pada pasien tertentu.
Tabel 3.1
KEMAJUAN DALAM PENANGANAN LUKA
Paradigma lama
Luka akut melawan luka kronik
Paradigma baru
Memahami bahwa tidak semua masalah
luka adalah kronik. Beberapa luka akut
pantas untuk ditangani secara intensif
seperti halnya luka kronik, bila faktor
lokal atau faktor sistemik diharapkan
luka.
Debridemen secara autolisis, debridemen
secara
Kurangnya
pengetahuan
enzimatik,
dan
debridemen
pengurangan nyeri
pada penyembuhan dengan terapi
Terapi Unna boot satu ukuran untuk Produk terapi yang berlapis
semua untuk ulkus venous statis
lapis,
masing
pasien,
untuk
Kasur udara
Produk
Pengurangan
tekanan
dan
pelepasan tekanan
Gauze sebagai kassa balut untuk semua Balutan saat ini disesuaikan dengan luka
tindakan pembedahan
tekanan
untuk
penanganan
luka,
sehingga
farmakologi
luka
Terbatasnya pilihan untuk penanganan Penanganan bekas luka dan pencegahan
bekas luka
hipertrofi
dari
bekas
luka
dengan
silikon.
Produk kulit buatan sudah ada untuk
menstimulasi proses penyembuhan luka
pada luka yang sulit disembuhkan atau
pada luka yang gagal disembuhkan.
Sebagian
dapat
digunakan
untuk
digunakan
kombinasi
epidermal.
antara
untuk
kulit
Produk
pengganti
dermal
tersebut
dan
akan
DALAM
PENYEMBUHAN LUKA
Umur
Iskemik
Cidera reperfusi
Infeksi atau serangan bakteri
Malnutrisi
Keseluruhan
Nutrisi tertentu
Benda asing
Diabetes
Steroid
Uremia
Penyakit kuning
Kanker
Penyebab genetic (contohnya, Ehlers-Danlos, sindrom Werner)
Dalam terapi sinar
Kemoterapi
Konsumsi rokok
Konsumsi alkohol
Edema
Penekanan
Kerusakan akibat reperfusi sering terjadi pada luka di daerah ekstremitas
bawah, dimana berjalan dan berdiri dapan memicu terjadinya iskemik lokal di daerah
yang sering menahan tekanan pada kaki pasien diabetes, atau dapat meningkatkan
edema pada pasien dengan venous stasis. Tekanan pada saat istirahat atau pada
elevasi kaki dapat memicu terjadinya kembalinya aliran darah kemudian timbul
cidera reperfusi. Siklus ini dapat terjadi beberapa kali dalam sehari, dan bila terjadi
sampai beberapa hari dapat menyebabkan kerusakan seluler dan inflamasi shingga
luka tidak dapat disembuhkan. Siklus yang serupa dari iskemik reperfusi dapat juga
menyebabkan sakit, ketika tidur.
Modalitas seperti terapi kompresi dengan elevasi ekstremitas yang terkena
akan meminimalkan kejadian trauma berulang ini dan memperbaiki satu penyebab
kuat terjadinya kerusakan luka.
Bakteri Dan Penyembuhan Luka
Semua luka terkontaminasi; tetapi , kehadiran bakteri dalam jumlah banyak
akan mengganggu penyembuhan luka. Kultur secara kuantitatif dari 10 5 bakteri per
gram di jaringan biasanya didiagnosa sebagai infeksi. Namun, pemeriksaan ini jarang
digunakan karena hanya sedikit laboratorium mikrobiologi yang melakukan tes ini
yang dapat dipercaya. Selain itu, jumlah 105 adalah jumlah relatif dan tidak diterapkan
secara universal. Beberapa jenis spesies tertentu seperti streptokokus -hemolitik
dapat dapat menyebabkan infeksi pada densitas rendah. Pasien dengan keadaan
diabetes atau iskemik dapat menurunkan kadar yang dibutuhkan hingga lebih mudah
terjadinya infeksi. Begitu juga dengan adanya benda asing akan menurunkan jumlah
bakteri yang dibutuhkan untuk terjadinya infeksi. Infeksi bisa terjadi hanya dengan
jumlah bakter 103.
Mekanisme penting pada hipoksia jaringan yang dapat menyebabkan luka
hingga terjadi infeksi adalah dengan merusak ledakan oksidatif penting untuk
penghancuran mikroorganisme oleh leukosit. Hal ini meningkatkan produksi radikal
bebas yang dihasilkan dari oksigen adalah sebuah proses self-regulated yang penting
untuk membersihkan luka dari bakteri. Menariknya, proses produksi radikal ini, yang
normalnya dibatasi dengan stadium awal dari perbaikan luka, dapat menjadi lebih
lama dalam keadaan infeksi secara terus menerus atau inflamasi selama kolonisasi
bacterial yang persisten membuat siklus yang terus menerus dari pelepasan radikal
bebas (Gambar. 3.1). hal ini dapat menyebabkan kerusakan dari badan sel normal,
dan pada banyak kasus membentuk karakter microenvironment pada luka indolent.
Bakteri mengeluarkan efek yang merugikan pada penyembuhan dengan
berbagai cara. Bakteri tersebut menyebabkan lingkungan radikal bebas, dari secret
10
toksik, dan dari enzim protease. Enzim ini mendegradasi faktor pertumbuhan,
menghalangi penyusunan matrix, dan mempengaruhi manufaktur dari protein yang
akan meningkatkan pseudoeskar. Hal tersebut memberikan tegangan pada luka
menyebabkan pejamu tidak dapat menahan sakitnya. Bakteri-bakteri tersebut
menyebabkan gangguan penyembuhan luka, dan hal tersebut merupakan sebagian
jumlah produk yang dihasilkan oleh bakteri, dan enzim protease beracun dan spesies
oksigen reaktif yang dihasilkan oleh sel inflamasi dari pertahanan pejamu. Derajat
luka yang disebabkan oleh bakteri bertingkat-tingkat. Luka dapat terkonaminasi
(terdapat bakteri tanpa adanya proliferasi), dapat juga terkolonisasi (terdapat bakteri
dan bermultiplikasi tanpa adanya reaksi dari pejamu), kolonisasi kritis (titik dimana
pertahanan pejamu mulai dikuasi oleh bakteri), atau terinfeksi ( bakteri
memperbanyak jumlah dengan pertahanan tubuh pejamu). Pendefinisian tersebut
dapat menentukan prognosis luka untuk membuat dan menyiapkan terapi yang akan
diberikan. Pembersih luka berguna untuk mengurangi jumlah bakteri pada luka
kolonisasi dan luka kontaminasi. Pengirigasian permukaan menggunakan cairan salin
akan dibutuhkan untuk luka yang terkontaminasi, sedangkan tindakan debridemen
penting untuk luka infeksi.
Antibiotik tidak begitu diperlukan untuk kebanyakan luka. Meskipun begitu,
ada beberapa kondisi dimana antibiotik berguna. Contohnya, kebanyakan ulserasi
venous stasis menyebabkan selulitis yang sulit untuk dikontrol tanpa terapi antibiotik.
Kolonisasi bakteri dari sebuah luka atau pada infeksi sering menghentikan
penyembuhan luka yang sebelumnya sedang berjalan. Faktanya, bila penyembuhan
berkurang pada luka apapun, hal itu dikatakan sebagai luka yang terinfeksi sampai
bisa dibuktikan sebaliknya. Peningkatan rasa nyeri adalah indikasi lain terjadinya
infeksi. Tanda lain dari infeksi adalah munculnya cairan berwarna kekuningan dari
kulit; hal ini sebenarnya dapat menjadi bukti adanya selulitis Stapilokokus atau
limfangitis. Semua pasien dengan linfadema dan dengan luka terbuka harus
dipikirkan untuk dilakukan terapi antibiotik. Antibiotik juga seharusnya digunakan
pada luka terkontaminasi (flora mulut, gigitan hewan), seperti pasien dengan implan.
Meskipun begitu, kita harus memahami bahwa antibiotik sistemik hanya disalurkan
11
12
Mediator inflamasi
Neutrofil, Makrofag
Kolonisasi
bakteri
Neutrofil, Makrofag
Ledakan oksidatif
Pembersihan bakteri
Bakteri
masuk ke
dalam
kulit
Resolusi
dari
inflamasi
ROS
ROS
Protease
CIDERA
si h)
lu bu
o
es m
R se
a
uk
(l
Cidera
Inflamasi
Bakteri
Hipoksia
Protease
ROS
Faktor pertumbuhan
Suasana proangiogenik
Edema
Bakteri
(koloni bakteri yang hebat)
Elaborasi dari biofilm, pseudoeskar
Luka stasis
Eksudat
Kerusakan sel pada luka Protease
Daerah yang cidera
Keasaman
Radikal bebas
GAMBAR 3.1. Alur inflamasi normal dari penyembuhan luka (A) pada pasien sehat. Pada anggota gerak adatau daerah pada
tubuh dengan perfusi normal terjadi ledakan dari spesies oksigen reaktif (ROS) yang berasal dari neutrophil untuk membantu
membersihkan bakteri. Karena jumlah bakteri mengalami penurunan, ledakan oksidatif ini akan hilang dengan sendirinya,
meminimalkan kerusakan pada sel. Luka tersebut akan keluar dari fase inflamasi, kemudian menyebabkan angiogenesis dengan
resolusi dari luka hipoksia, dan luka menuju ke tahap akhir dari penyembuhan. Dalam kasus iskemik regional (B), bakteri tidak
sepenuhnya dibersihkan, sebagian karena tidak efektifnya ledakan oksidatif (dimana membutuhkan oksigen). Bakteri bereplikasi
sampai tingkat kolonisasi yang sangat hebat tercapai. Dengan tidak adanya debridemen dan terapi secara adekuat, bakteri akan
tetap berakumulasi pada biofilm, menyebabkan inflamasi yang hebat atau inflamasi yang lama pada luka stasis. Inflamasi yang
terjadi terus menerus dan kerusakan yang terjadi pada sel pada akhirnya akan menyebabkan lingkaran setan, PVD, penyakit
vaskuler perifer.
13
Eskar dimulai dari pseudoeskar atau saat mengelupas, yang pada dasarnya
adalah matriks yang terbentuk dari komponen serum eksudat yang terjadi pada luka
yang terpapar udara. Bila luka tersebut mongering, komposisi gelatin dari
pseudoeskar akan mengeras dan menjadi eskar, atau scab (koreng). Pada saat banyak
dokter tau akan pentingnya debridemen, pseudoeskar dapat berperan pada
pemanjangan tahap inflamasi dari luka, dan menyebabkan kolonisasi bakteri secara
persisten pada luka, tidak sepenuhnya diperhatikan. Komponen protein dari
pseudoeskar akan menjadi makanan untuk bakteri, karenanya pseudoeskar harus
dilakukan debridemen saat sedang berakumulasi. Lapisan ini akan menjadi kuat
karena protein membuat lengket dan biofilm yang dihasilkan oleh bakteri
(mengandung karbohidrat komplek) juga lengket dan tidak didgradasi oleh enzim
protease. Cara yang efektif untuk menyembuhan luka seperti ini adalah dengan
menggunakan pembalutan dan debridemen secara benar, seperti yang sudah
dijelaskan diatas.
Debridemen biasanya dianggap sebagai tindakan pembedahan, namun hal ini
juga bersifat enzimatik, mekanikal, atau autolitik (terjadi akibat kerjadi dari leukosit).
Agen enzimatik dan proautolitik mencegah persilangan antara komponen eksudat dan
menghambat penghancuran pseudoeskar bakteri dan pembentukan biofilm. Beberapa
pembalutan luka (terutama pembalutan hidrokoloid)memiliki keuntungan untuk
rehidrasi sebagian jaringan yang dehidrasi dan terdapat scab yang sudah mengeras,
yang kemudian akan difagosit oleh leukosit. Sebagian kegunaan debridemen
mekanikal adalah debridemen menggunakan tekanan jet air (VersaJet, Smith &
Nephew, Largo, FL), yang memiliki kemampuan untuk masuk kedalam mikrovasasi
pada luka untuk mengeluarkan partikel yang sulit dikeluarkan seperti bakter.
Waterpik (Waterpik Technologies< fort Collins, CO, ataupun sebuah semburan
shower, adalah alat berteknologi rendah yang dapat digunakan pasien di rumah.
Samar dengan sebuah jarum suntik dengan dengan ukuran jarum 20 akan
menghasilkan tekanan 15 psi untuk mengeluarkan bakteri di jaringan.
Cara lain untuk melakukan debridemen luka adalah dengan menggunakan
terapi belatung, yang berguna untuk menghilangkan material yang lemah dengan
14
hemat dan jaringan yang berperfusi dengan baik. Beberapa senter menggunakan
tekhnik ini sebagai debridemen bilogis.
Terapi Luka Dengan Tekanan Negatif
Terapi luka dengan tekanan negative (NPWT), atau penutupukan luka dengan
bantuan vakum, sangat dikedepankan untuk penanganan luka oleh para dokter. Hal ini
menggunakan spons yang diletakkan di dalam luka, ditutupi dengan perban kedap
udara, agar vakum/penyedotan dapat dilakukan. Cara ini memiliki banyak kegunaan,
namun sebaiknya digunakan saat-saat akhir pada saat penutup pembedahan dari luka.
Cara ini dapan digunakan sepenuhnya untuk penyembuhan luka, tetapi cara ini cukup
mahal, memakan waktu, dan tidak selalu efektif. Penggunaan yang lebih praktis
adalah dengan mempersiapkan luka untuk dilakukan penutupan secara pembedahan
dengan tujuan tertier.
NPWT bekerja melalui kombinasi beberapa mekanisme. Satu tindakan yang
penting adalah mengurangi edema. Proses inflamasi dari penyembuhan luka dan dari
mekanisme imun melepaskan beberapa mediator kimia yang membuat pembuluh
darah berdilatasi dan membuka sambungan antara sel endotel, menyebabkan
perembesan cairan ke rongga perivaskuler. Selanjutnya, pembuluh darah yang cidera
dan jaringan limfatik memiliki kecenderungan untuk melanjutkan bocornya darah dan
cairian. NPWT menghilangkan transudate periseluler dan eksudat luka ini, dengan
demikian meningkatkan difusi interstisial dari oksigen ke dalam sel.
NPWT juga menghilangkan enzim yang merusak yan gerjadi akibat luka.
Banyak dari luka kronik ditandai dengan adanya
metalloproteinase (MMPs) dan protease lain yang berhubungan dengan sel inflamasi,
sama halnya dengan protease yang dihasilkan dari bakteri, yang menyebabkan
terdegradasinya matriks protein yang baru dan faktor pertumbuhan. Dengan
menghilangkan cairan luka dan bakteri yang menghambat penyembuhan luka, NPWT
memodifikasi lingkungan mikro luka menuju suatu penyembuhan. Sebagai tambahan,
kompresi siklik dan relaksasi dari jaringan luka menyebabkan stimulasi
15
16
Oksigen Hiperbarik
Penggunaan oksigen hiperbarik (HBO) (khususnya, saturasi 100% O 2 pada 2
sampai 3 ATA) menaikan saturasi oksigen di dalam plasma dari 0,3% sampai hampir
7%. Kenaikan oksigen ini meningkatkan jarak difusi interstisial oksigen dari 4 ke 5.
Antusiasme penggunaan HBO menyebabkan penggunaan secara sembarangan dan
menggunakan HBO untuk indikasi yang tidak tepat. Hal ini menyebabkan kontroversi
antara dokter, ahli bedah, dan pihak ketiga. Meskipun begitu, sekarang sudah jelas
bahwa pengetahuan tentang lingkungan mikro, yang fokus kepada mikrosirkulasi,
dapat digunakan teknik ini. Perluasa penggunaan transkutaneus oksimeter telah
diizinkan untuk mengevaluasi pasien yang kemungkinan akan mendapatkan manfaat
dari penggunaan HBO. Berbicara tentang itu, bila bagian luka/ektremitas
menandakan kenaikan tcPO2 ketika pasien diberikan suplemen oksigen, pasien
tersebut kemungkinan akan mendapatkan keuntungan bilang menggunakan HBO.
Pendiagnosaan ini dapat mengeliminasi dua kelompok pasien yang tidak akan
mendapatkan keuntungan dari HBO; pasien dengan perfusi normal dan pasien dengan
anggota tubuh yang iskemik yang membutuhkan bypass untuk mengembalikan aliran
darah ke bagian tubuh tersebut. Terkadang, HBO dapat digunakan untuk
menyelamatkan bagian tubuh tersebut pada pasien dengan luka iskemik yang tidak
dapat dilakukan tindakan pembedahan atau prosedur endovaskuler. Harus dipahami
bahwa masih ada kekurangan untuk studi prospektif secara acak yang menjelaskan
tentang kegunaan dan durasi dan frekuensi dari pengobatan secara empiris. Baru-baru
ini, terdapat sesuatu yang menarik pada bagian terapi oksigen terhadap luka, dengan
bukti yang masi rendah.
Faktor Pertumbuhan
Faktor pertumbuhan pertama yang diakui oleh FDA di Amerika Serikat adalah
faktor pertumbuhan yang berasal dari platelet (PDGF), dijual dengan nama
becaplermin (regranex). Obat ini diakui untuk digunakan pada pengobatan ulkus kaki
diabetikum. Obat ini sudah banyak digunakan tanpa label untuk pengobatan
macam-macam jenis luka lain, seperti luka iritasi dan luka pada pasien tua. Hal ini
17
menunjukkan hanya efektif digunakan dalam konteks luka yang sudah dipersiapkan
dengan baik, yang logikanya, luka yang sedang terinfeksi akan dipenuhi dengan
enzim protease yang akan mengdegradasi faktor pertumbuhan ini. Faktor
pertumbuhan yang lain, termasuk faktor pertumbuhan vascular endothelial (VEGF),
saat ini sedang dalam percobaan klinis.
Enzim
Dasar pemikiran penggunaan agen enzim debridemen adalah enzim tersebut
akan secara selektif memakan jaringan nekrotik, melemahkan jaringan dan mencegah
eskar berakumulasi. Yang termasuk agen ini seperti produk papain dengan urea, dan
enzim protease umum digunakan untuk memecah pengembangan proto-eskar dan
akumulasi biofilm pada banyak luka terbuka. Kegunaan enzim kadang berhubungan
dengan nyeri, yang mana dapat membatasu penggunaannya. Enzim lain yang banyak
digunakan adalah kolagenase. Produk ini tidak dapat digunakan untuk debridemen
mekanikal; meskipun begitu, bila digunakan dengan benar, enzim ini akan
menyebabkan trauma lebih sedikit terhadap jaringan sehay daripada debridemen
secara pembedahan.
Pembalutan
Jenis-jenis pembalutan luka dapat dibagi menjadi films (selaput), campuran,
Hydrogels, hidrokoloid, alginat, busa, adan perban absortif lain, termasuk NPWT.
Dengan pengkategorian ini, ada beberapa, jika ada, kedepannya, percobaan klinis
secara acak yang memastikan keunggulan dari masing-masing tipe pembalutan luka,
dibutuhkan penelitian lebih lanjut pada bagian ini. Pilihan yang ada saat ini
membingungkan, dan indikasi penggunaan dari masing masing balutan yang
ditentukan oleh industi semakin membuat bingung dalam memilih balutan. Pemilihan
dari masing-masing tipe sebaiknya didasari dengan memikirkan karakteristik dari
luka dan target pengobatan (tabel 3.3). target dari luka bersih adalah menutup atau
tergranulasi dengan baik untuk menyediakan lingkungan lembab untuk penyembuhan
untuk menfasilitasi migrasi sel dan mencegah terjadinya desikasi pada luka. Oleh
18
karena ini, film dapat digunakan untuk insisi, dan hydrogel atau hidrokoloid dapat
digunakan untuk luka terbuka. Banyaknya dan tipe eksudat yang ada pada luka akan
mengarahkan pembalutan yang akan digunakan pada luka yang memiliki beberapa
kadar kolonisasi bakteri. Pada umumnya, hydrogel, film, dan perban campuran adalah
yang terbaik untuk digunakan pada luka dengan jumlah eksudat yang sedikit;
hidrokoloid digunakan untuk luka dengan jumlah eksudat sedang; dan alginat, busa,
dan NPWT baik digunakan untuk luka dengan volume eksudat yang cukup berat.
NPWT juga berguna untuk luka dengan jumlah kelenjat getah bening yang berat
sebagai konsekuensi dari kebocoran, sama seperti fistula. Luka dengan volume
nekrotik yang luas seharusnya tidak diobati menggunakan pembalutan sampai
debridemen secara pembedahan sudah dilakukan.
Kain Kasa
Pembalutan menggunakan kain kasa mendapatkan beban yang berat sebagai
pilihan utama untuk penangan luka pada umumnya secara tradisional. Kesadaran
bahwa mencoba untuk membuat luka lembab menjadi kering sebenarnya
menyebabkan trauma dan proinflamasi telah menyebabkan penolakan dalam
menggunakan balutan dengan kain kasa di daerah luka. Dengan tambahan, biaya yang
dikeluarkan menggunakan kais kasa, tertuma pada kariawan, cukup tinggi
dibandingkan dengan pembalutan modern yang membutuhkan penggantian balutan
lebih jarang. Hal ini sering sekali menyebabkan rasa sakit saat dilepas, dan
merupakan debridemen non selektif yang menyebabkan kerusakan pada jaringan
sehat. Selanjutnya, banyak dari kain kasa meninggalkan microfiber yang dapat
menjadi benda iritan dan menjadi pusat infeksi. Meskipun begitu, biaya yang
dikeluarkan untuk kain kasa sangat murah, dana dapat dibeli di took obat manapun.
Kain kasa baik digunakan sebagai perban pembedahan, dan dapat digunakan pada
luka kecil, luka tanpa komplikasi, atau sebagai pembalutan pilihan kedua. Mereka
juga dapat dibeli bersamaan dengan petrolatum, senyawa iodinasi, dan meteri lain
yang berguna untuk membuat luka tetap lembab. Harus dicatat bahwa kebanyakan
perban sudah disetujui oleh FDA sebagai memiliki fungsi yang sama dengan kain
19
kasa bila dilihat dari manfaatnya. Saat ini masih belum ada bukti definitif yang
menyatakan bahwa pembalutan menggunakan bahan yang lain akan menyebabkan
luka akan sembuh lebih cepat dari pada kain kasa lembab, meskipun masing-masing
dari jenis yang lain memiliki keuntungan tersendiri, yang akan dijelaskan dibawah
ini.
Pembalutan Semioklusi
Ini adalah sebuah lembaran yang kedap terhadap cairan tetapi membiarkan
lewatnya molekul gas yang berukuran kecil. Biasanya digunakan dengan
dikkombinasikan dengan kain kasa atau dengan perban jenis lain, dan berfungsi untuk
menjaga kadar air/kelembaban dari luka bersih. Perban semioklusif biasanya
digunakan untuk menutup dan melindungi insisi tertutup yang baru saja dilakukan
dan pada daerah skin graft, dan biasanya meningkatkan epitalisasi bila digunakan
dengan cara ini. Mereka seharusnya tidak digunakan pada luka yang sudah sangat
terkontaminasi, dan harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan kulit yang
rapuh dan mudah robek.
Pembalutan Dengan Hidrogel
Hydrogel biasanya digunakan untuk luka yang kelembabannya harus terjaga
dan luka yang sedang rehidrasi untuk memfasilitasi penyembuhan sama seperti
debridemen autolitik. Dengan demikian, mereka berguna pada luka dengan eskar
dalam jumlah sedikit atau pada luka yang cenderung mongering. Kegunaan mereka
didapatkan dari kelembabannya dan sifat hidrofilik. Mereka biasanya tersusun dari
polisakarida kompleks (contohnya pati). Tidak seperti alginat dan hidrokolid, mereka
tidak tergantung pada sekresi luka untuk menjaga kelembaban lingkungan mikro
luka. Namun, seperti jenis pembalutan yang lain, mereka dapat menyerap cairan dari
luka dalam jumlah sedang. Sebagai keuntungan tambahan adalah mereka dapat
digunakan pada luka yang terinfeksi. Mereka juga bersifat nonadesif (tidak
menempel/melekat), dan karena itu, menyebabkan rasa sakit yang minimal bila
20
dilakukan penggantian perban. Karena mereka tidak melekat sempurna pada luka atau
kulit, mereka biasanya membutuhkan balutan/perban tambahan lain.
Hidrokoloid
Biasanya, hidrokoloid ini adalah pasta, bubuk, atau lembaran-lembaran yang
ditempatkan di dalam luka dan ditutup dengan perban (bila yang digunakan jenis
pasta atau bubuk) untuk membentuk pelindung yang gel-nya menyerap sedikit
eksudat.
Hidrokoloid
mengandung
agen
berbentuk
gel
(seperti
gelatin,
karboksimetilselulosa, atau pektin) yang kedap akan udara dan cairan. Mereka
biasanya dibiarkan pada luka hingga 3 sampai 5 hari; selama waktu ini, mereka
menghasilkan lingkungan yang lembab yang dapat mendorong migrasi sel dan
debridemen luka dengan cara autolisis. Meskipun begitu, karena sifatnya yang
menghambat, hidrokoloid tidak bisa digunakan pada luka yang terkolonisasi berat
oleh bakteri, khususnya bakteri anaerob. Hidrokoloid bukanlah penyerap yang cukup
baik, dan karenanya seharusnya tidak digunakan untuk luka yang memiliki eksudat
tinggi.
Perban Busa
Perban menggunakan busa yang terbuat dari poliuretan yang tidak lengket,
yang mana bersifat hidrofobik, dan penutup yang bersifat oklusif. Poliuretan bersifat
sangat menyerap dan berfungsi sebagai sumbu yang menyerap cairan pada luka,
membuat perban busa sangat berguna bila digunakan pada luka yang memiliki
eksudat tinggi. Meskipun begitu, dikarenakan kemampuan mereka untuk menyerap
cukup tinggi, pembalutan ini tidak dapat digunakan pada luka yang tidak memilliki
eksudat atau pada luka yang memiliki eksudat yang sanagt minimal.
TABEL 3.3ABEL 3.3
TIPE-TIPE PERBAN, KARAKTERISTIK DAN APLIKASINYA
Bahan Perban
Films
Level
Absorbsi
Tidak ada
Kualitas lekatan
Sangat melekat
terhadap
permukaan
Kenyamanan
(Permukaan vs.
Kavitas)
Nyaman terhadap
permukaan
anatomi
Hidrasi/
kemampuan
debridemen
Akan dihidrasi
perlahan
Kemampuan mengontrol
bau
Tidak ada
21
Lembaran
Hidrogel
Rendah
Tidak melekat or
lekatan
dalam batas
normal
Tidak melekat
Jel Amorphous
Rendah sampai
sedang
Hidrokoloid
Rendah sampai
sedang
Sangat melekat
terhadap
permukaan,
dapat bersifat
agresif
Busa
Tinggi
Alginat
Tinggi
Tidak melekat,
sangat
melekat pada
permukaan,
lekatan
dalam batas
normal
Tidak melekat
Nyaman terhadap
permukaan
anatomi
Akan dihidrasi
sedang
Tidak ada
Nyaman digunakan
pada luka
berongga
Nyaman terhadap
permukaan
anatomi
Akan dihidrasi
cepat
Tidak ada
Akan dihidrasi
sedang sampai
cepat
tergantung
kandungan
airnya
Tidak hidrasi
Beberapa versi
Nyaman
digunakan pada
luka berongga
Nyaman digunakan
Tidak hidrasi
Anecdotal evidence for minor
pada luka
effect; charcoal version
berongga
exists
Kolagen
Sedang sampai
Tidak melekat
Nyaman digunakan
Tidak hidrasi
Tidak ada
tinggi
pada luka
berongga
Lapisan kontak
Tidak ada
Tidak melekat
Nyaman terhadap
Sedikit hidrasi
Tidak ada
permukaan
tergantung dari
anatomi
tutup perban
Dari Ovington LG. Pembalutan luka: Evolusi dan kegunaannya. dalam: Falanga V, ed. Penyembuhan luka kutaneus. London, UK: Martin D
22
Alginat
Alginat (berasal dari rumput laut coklat) biasanya digunakan pada luka yang
memiliki banyak eksudat. Penggunaannya memungkinkan penghapusan cairan
eksudat dari lingkungan luka dan kemudian membebaskan dokter dari bakteri yang
dikarenakan pengganti perban setiap hari. Produk ini tidak dapat digunakan pada luka
yang tidak ada eksudat, dikarenakan mereka dapat mengeringkan luka. Terdapat
banyak bentuk dari alginat, diantaranya berbentuk tali/pita yang berguna untuk
membalut luka dengan kantung yang dalam. Perban jenis ini dapat menyerap sekitar
20 kali dari berat kering mereka. Alginat seharusnya ditutup dengan perban
semioklusif. Bila dokter berkeinginan menggunakan alginat pada luka kering, luka
tersebut harus di hidrasi dengan cairan steril salin sebelum alginat diletakkan diatas
luka untuk menjaga kelembaban luka dan menyebabkan epitelisasi dan autolisis.
Kegunaan utama dari perban alginat adalah alginat dibentuk dengan kandungan
silver.
Antimikroba
Perban antimikroba adalah istilah lain untuk perban yang mengandung
antimikroba. Agen yang sangat bermanfaat adalah silver. Silver terionisasi pada
lingkungan yang lembab dari luka, dan ion yang dihasilkan silver tersebut yang
memiliki aktifitas bilogis. Agen ini memiliki spektrum luas untuk aktifitas mikroba
dengan tingkat toksisitas rendah pada sel manusia. Kegunaan selanjutnya adalah
mekanisme aktifitas tiga cabang (pembentuk permeabilitas sel membrane, inhibitor
respirasi sel, dan denaturasi asam nukleat) artinya perban ini aktif dalam melawan
mikroorganisme, dan juga mempertahankan aktifitas terhadap Enterokokus yang
resisten terhadap vankomisin (VRE) dan Stapilokokus aureus yang resisten terhadap
metisilin (MRSA). Perban ini mengisi kebutuhan; meskipun Debridemen dengan
pembedahan adalah cara terbaik untuk mengurangi bakteri pada luka, luka akan
mengalami kolonisasi dengan cepat meskipun nampaknya steril setelah dilakukan
debridemen. Selanjutnya, untuk beberapa tipe ulkus yang ditandai dengan lemahnya
suplai darah (iskemik, luka akibat penyinaran) perban ini dapat berguna sebagai
23
pengobatan luka dan sebagai tindakan sementara selagi pasien disiapkan untuk terapi
bedah definitif. Cadexomer iodine adalah contoh lain agen antimikroba dan ini adalah
sebuah bentuk pelepasan secara lambat dari iodine untuk mencapai level bakterisidal
secara konsisten terhadap luka tanpa memberikan efek melukai sel-sel luka.
Antimikroba lain, seperti neomisin, gentamisin, metronidazole, dan basitrasin salep
dan krim.
PENGGANTI KULIT ATAU SETARA JARINGAN MANUSIA
Hal ini termasuk diantara yang pertama untuk produk rekayasa jaringan yang
digunakan dalam klinisi. Disamping menyediakan perlindungan terhadap luka,
beberapa dari produk ini mengandung sel hidup sebagai pabrik seluler,
mensekresikan persediaan untuk faktor pertumbuhan dan molekul bioaktif lain yang
berguna untuk membantu penyembuhan. Kekurangannya adalah harganya yang
mahal. Mereke dibutuhkan untuk digunakan pada luka bersih dengan vaskularisasi
yang adekuat dan perlu diimobilisasi untuk mencegah pergerakan dan kehilangan
jaringan kulit. Contoh produk diantaranya kultur dari autologous keratinosit (Epicel,
Genzyme Corporation, Cambridge, MA); konstruksi kulit dermal seperti Biobrane
(Laboratorium Mylan, Canonsburg, PA), Oasis (Cook Biotech, west Lafayette, IN),
Alloderm (LifeCell Corp, Branchburg, NJ), Integra (Integra Life Science Corp<
Plainsboro, NJ), TransCyte (Smith & Nephew, Largo FL), dan Dermagraft (Smith &
Nephew, Largo FL); dan rekayasa jaringan bilayer terdiri dari keratinosit dan
fibroblast seperti OrCel (Ortec International, New York, NY) dan Apligraf
(Organogenesis, Canton, MA). Indikasi untuk menggunakan produk tersebut sangat
tergantung dengan pasien dan center. Kami sangat kagum dengan Integra, terutapa
berguna untuk jaringan yang memiliki kecenderungan untuk kontraktur (Leher,
Aksila) dan meperbaiki bentuk luka akibat luka bakar, dan jaringan donor. Sebagai
tambahan, produk ini dapat meliputi tendon, tulang, dan peralatan bedah, dan pada
situasi tertentu dapat meniadakan kebutuhan penutup luka yang lebih kompleks,
seperti flaps.
24
25
26
Penyembuhan diperpanjang
(hipotesis)
Penyembuhan Terlambat
Kulit Intak
=100%
GAMBAR 3.2 Alur penyembuhan dari luka normal, luka bermasalah, dan Digambarkan hipotesis luka ideal. Kebanyakan luka
normal sembuh dengan ada sedikit yang tertinggal, fase eksponensial dari diperolehnya kekuatan tarikan secara aktif dengan
deposisi matriks dan fase resolusi yang berkepanjangan. Penyembuhan luka dengan sebuah bekas luka tidak memperoleh
kekuatan seperti kulit normal tanpa luka. Kurva pada sebelah kanan menjelaskan tentang tipikal dari kurva luka bermasalah.
Bentuk sebenarnya dari kurva dari pasien yang berbeda,diharapkan dari durasi fase terlambat, lereng dari fase penyembuhan
aktif, dan mungkin pada persentasi terakhir dari kekuatan tarikan yang didapatkan. Idelanya, semua luka akan sembuh menurut
pada kinetik dari kurva hipotesis pada sebelah kiri, dimana ada fase terlambat yang minimal dan mendapatkan kekuatan dan
regenerasi normal dari kulit dengan kekuatan tarikan yang baik seperti kulit yang tidak ada luka.
27
progresif
dan
kerusakan
mikrovaskuler,
bersamaan
penutup
mikrovaskular
yang
bebas
untuk
mencapai
mengkonsumsi
suplemen
vitamin.
Pemberian
hormon
28
Mengingat
keadaan
pasien
yang
lemah,
debridemen
sering
Debridemen
seharusnya
dilakukan
secara
ideal,
oleh
permukaan
biasa)
dan
penghilang
tekanan
Luka
pada
penderita
Diabetes.
Dasar
29
kaki
Charcot.
atau
dengan
menggunakan
prosedur
30
digunakan
di
bawah
pengawasan
medis
yang
ketat
pada
kompresi
sering
dilengkapi
dengan
penggunaan
31
untuk
intervensi
bedah
vaskuler
adalah
tetap
pantas
untuk
dilakukan
penelitian
vaskular
untuk
subfascia
berada
di
bawah
studi
intensif
yang
di
masa
depan
untuk
meningkatkan
pembangunan
yang
akan
menghasilkan
dan
modulasi
melanosit
yang
tepat,
berpotensi
32
Pusat
perawatan
luka
yang
ideal
adalah
bersifat
terutama
luka-luka
yang
memerlukan
intervensi
33
DAFTAR PUSTAKA
34