Anda di halaman 1dari 5

Assalamualaikum Wr Wb

Bismillahirrahmanirrahim alhamdulillahi rabbil alamin wa


sholatu wassalamu ala asyrafil anbiyai wal mursalin
sayyidina wamaulana Muhammadin wa ala alihi wa
shahbihi ajmaiin, amma badu.
Pertama tama marilah kita sampaikan rasa puji dan syukur kita
kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang tak henti
hentinya telah memberikan hidayah dan nikmatnya sehingga
kita semua dapat berkumpul dalam masjid almanan ini tanpa
halangan sedikitpun dan dalam kondisi sehat walafiat. Tak lupa
marilah kita sanjungkan shalawat serta salam kepada junjungan
kita, Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke
luar dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang saat ini. Semoga kita diberikan syafaatnya pada
yaumil akhir kelak amin.
Hadirin yang berbahagia,
Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkanlah saya untuk
menyampaikan Kultum Shubuh tentang BAHAYANYA
MEMARAHI ANAK DIDALAM MASJID
Jamaah Sholat Subuh Yang Dimuliakan Allah SWT.
Anak-anak ibarat benih yang dapat tumbuh dengan baik apabila dididik dengan
baik. Salah satunya adalah dengan membiasakan mereka datang ke masjid untuk
belajar shalat dan belajar membaca Al-Quran. Namun, banyak diantara jamaah
atau pengurus masjid tidak sabar menghadapi anak-anak. Mereka takut kebiasaan
ribut anak-anak mengganggu kekhusukkan orang yang sedang beribadah.
Sehingga tidak jarang generasi penerus ini dimarahi atau diusir untuk keluar.
Tanpa sadar, kita seringkali menjadikan masjid sebagai tempat yang
sangat tidak nyaman bagi anak-anak.
Saat mereka datang dan bermain-main di sana, kita marahi, kita bentakbentak, bahkan kita usir, dengan alasan bikin ribut dan mengganggu orang
shalat. Untungnya, anak-anak masih suka datang ke masjid karena mereka
senang bermain-main di sana bersama teman-temannya.
Lantas saat anak-anak tersebut beranjak remaja, masjid bagi mereka tidak
lagi terlihat menarik. Mereka kini lebih suka nongkrong di mal, di tempattempat dugem, tak pernah lagi mau mampir ke masjid.
Kita yang menjadi pengurus dan jamaah masjid pun semakin tua. Usia
kita sudah di atas lima puluh tahun. Tak ada lagi kaum muda yang mau
mampir ke masjid.

Kita hendak mengajak anak muda untuk ikut mengelola masjid, namun
susahnya bukan main.
Kita gelisah, khawatir jika tak ada REGENERASI. Bagaimana jika kita
semua telah tiada? Siapa yang akan menggantikan posisi kita?
Para remaja dan orang-orang setengah baya tidak tertarik untuk datang ke
masjid. Sementara anak-anak kecil yang masih mau datang ke masjid,
justru kita marahi, kita bentak-bentak, bahkan kita usir, hingga akhirnya
mereka tidak berani lagi datang ke masjid.
Padahal, anak-anak tersebut adalah generasi penerus kita. Mereka
memang nakal, suka bikin ribut di masjid, bermain-main dan bersoraksorak ketika orang dewasa sedang khusuk shalat beribadah
menghadapNya.
Kita merasa terganggu, merasa tak bisa khusuk beribadah gara-gara
mereka. Kita jengkel terhadap anak-anak yang tak bisa diatur.
Jamaah Sholat Subuh Yang Dimuliakan Allah SWT.
Padahal, Islam melarang memarahi anak-anak di masjid. Ada banyak dampak
buruk yang akan dialami anak ketika orang tua melakukan ini. Tidak hanya saat
masih kecil saja, efeknya akan mereka rasakan hingga dewasa.
Umar Abdul Kafi pernah bertemu dengan seorang laki-laki berusia senja. Usianya
sekitar enam puluh tahun. Sosok penulis buku al-Wadul Haq ini tidak
menemukan tanda-tanda sujud di dalam diri laki-laki yang ditemuinya tersebut.
Umar memberanikan diri untuk mengajukan sebuah pertanyaan dengan sangat
hati-hati, Kapan terakhir kali Anda menghadapkan diri kepada Allah Taala?
Seraya menundukkan pandangannya, laki-laki ini berujar, Sekitar lima puluh
lima tahun silam. Saat usiaku lima tahun.
Lelaki tersebut pun menceritakan, Aku bergegas melakukan shalat bersama
sahabat-sahabatku. Namun, ada seorang laki-laki dewasa yang mendatangiku
sembari berkata ketus, Enyahlah kalian! Berdirilah di sana (menunjuk arah luar
masjid). Shalatlah di sana!. Seketika itu juga, laki-laki itu keluar dari masjid dan
tidak pernah lagi menuju masjid untuk beribadah. Selamanya. Bekas sakitnya
masih tertancap kuat di dalam benak dan nuraninya karena diusir dari rumah Allah
tempat ia dan teman-temannya melaksanakan sholat.
Jamaah Sholat Subuh Yang Dimuliakan Allah SWT.
Sebagai jamaah tetap di sebuah masjid, kadang kita tidak mampu untuk bersikap
bijaksana. Padahal, sikap bijaksana merupakan lambang kematangan sekaligus
teladan dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa sallam. Kita yang sering
memarahi anak-anak di masjid ketika mereka ramai, mungkin lupa dengan apa

yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam. Beliau


pernah turun dari mimbar untuk mendekati cucunya yang tengah berlari, lantas
menggendongnya dan kembali melanjutkan khutbah. Dalam hadist lain
diceritakan bahwa saat Rasulullah sujud dalam sholat, Hasan dan Husein bermain
menaiki punggung Rasulullah. Jika ada sahabat yang ingin melarang HasanHusein, maka Rasulullah memberi isyarat untuk membiarkannya. Apabila shalat
telah selesai, Rasulullah memangku kedua cucunya itu (HR: Ibnu Khuzaimah).
Kemarahan kita bahkan semakin memuncak saat merasa paling khusyuk. Kita
mengira bahwa celoteh anak-anak dan tawa kecil mereka merupakan satu-satunya
sebab tercerabutnya khusysuk yang kita upayakan dengan susah payah.
Alhasil, kita dengan gegas menyalahkan sebab dan berusaha untuk segera
mengenyahkannya dengan segenap kemampuan yang kita miliki sebagai orang
tua. Mungkin, kita lupa. Bahwa kemarahan yang kita muntahkan amat besar
peluangnya untuk menyingkirkan anak-anak dari masjid-masjid.
Padahal ketika kita benar-benar meninggal dunia, di masjid tak ada lagi yang
meneruskan kebiasaan baik kita. Sebab anak-anak yang telah tumbuh dewasa itu
enggan menuju masjid. Trauma lantaran kemarahan yang dahulu pernah kita
lontarkan tanpa sedikit pun niat untuk menyampaikan nasihat.
Kepada kita yang kerap melontarkan kemarahan kepada anak-anak di masjid atas
nama kekhusyukan dan merasa paling layak memarahi, camkan kisah ini baikbaik. Sebab kisah ini amat nyata dan amat bisa menimpa kita sekalian.
Jamaah Sholat Subuh Yang Dimuliakan Allah SWT.
KITA LUPA bahwa semua anak memang begitu. Semua anak memang
senang bermain-main, bikin ribut, bikin heboh. Namanya juga anak-anak.
KITA LUPA bahwa kita pun pernah jadi anak-anak. Mungkin dulu kita
jauh lebih nakal dibanding mereka.
KITA LUPA bahwa anak-anak tersebut adalah generasi penerus kita.
KITA LUPA bahwa di balik keributan dan kehebohan yang dibuat oleh
anak-anak tersebut, yang membuat kekhusukan shalat kita terganggu,
TERSIMPAN banyak pengalaman berharga. Itu adalah pengalaman serta
latihan untuk mengenal, akrab, suka, lantas cinta kepada masjid.
KITA LUPA bahwa rasa cinta terhadap masjid harus dilatih dan
dibiasakan sejak dini.
KITA LUPA bahwa untuk mencintai masjid itu butuh PROSES. Dan proses
terbaik itu idealnya diawali sejak usia dini, sejak seseorang masih kanakkanak.
KITA LUPA, bahwa siapa tahu di masa mendatang justru kanak-kanak
tersebutlah yang menggantikan kita. Siapa tahu, setelah remaja atau
dewasa, mereka tampil sebagai umat yang sangat mencintai masjid.
Mereka berdakwah, berjuang untuk memakmurkan masjid, berjuang

untuk menegakkan nilai-nilai Islam, yang dimulai dari dalam masjid.


Namun sayangnya, kita tanpa sadar telah membunuh PROSES menuju
rasa cinta tersebut. Tanpa sadar, kita SEJAK DINI menghancurkan
semangat perjuangan dakwah tersebut dari para generasi muda tersebut.
Jika ditanya siapa yang bertanggungjawab atas sepinya masjid-masjid,
maka jawabannya adalah KITA para pengurus dan jamaah masjid yang
sibuk memarahi, membentak dan mengusir anak-anak yang bikin ribut di
dalam masjid.
Jawabannya adalah KITA, para orang tua yang hanya sibuk menyuruh
anak-anak kita shalat di masjid. Sedangkan kita justru asyik nonton
sinetron dan lalai beribadah wajib.
Anak-anak kita butuh keteladanan. Bagaimana mungkin mereka mau
mencintai masjid, jika kita sendiri tak pernah mau shalat di masjid.
Bahkan shalat di rumah pun kita tidak pernah mau.
Para jamaah serta pengurus masjid pun tak akan berani memarahi anakanak yang didamping oleh orang tuanya.
Ya, Kita merasa terganggu oleh kehadiran anak-anak di dalam masjid. Kita
lupa bahwa anak-anak yang bikin ribut di dalam masjid itu jauh lebih baik
ketimbang anak-anak yang duduk dengan manis, fokus bermain game,
berpesta pora, dan sebagainya di tempat lain.
Jika anak-anak tersebut masih bikin ribut di masjid, adalah tugas kita
untuk menertibkannya dengan cara baik-baik dan lembut, penuh kasih
sayang. Adalah tugas kita untuk ikut shalat berjamaah di masjid, sambil
menjaga anak-anak kita agar mereka tidak sampai bikin ribut di sana.
Jamaah Sholat Subuh Yang Dimuliakan Allah SWT.
Jika Anda pernah melakukannya, bergegaslah untuk meminta ampun kepada Allah
Taala lantaran Anda telah menghalangi seorang hamba dari mendekat dan
beribadah kepada-Nya. Dan yang perlu diingat, dicatat, dan diamalkan adalah
sikap lemah lembut dalam menyelesaikan masalah anak-anak di masjid.
Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat diambil manfaatnya
dan terus kita terapkan dikehidupan kita sehari-hari.
Marilah kita membaca lafadz hamdalah
ALHAMDULILLAHIROBBILA ALAMIN
dan doa kifaratul majlis.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allailahailla


anta astaghfiruka waatubu ilaik
Wasalamualaikum Wr Wb

Anda mungkin juga menyukai