Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
ANAK AGUNG PURNAMA JAYANTI
1302105078
selalu terkait dengan ulkus diabetes. Angka kematian dan angka amputasi masih
tinggi, masing-masing sebesar 32,5% dan 23,5%.
Penelitian cross sectional di RS Dr. Kariadi
oleh
Yudha dkk
oleh
Suwondo
bahwa penderita ulkus diabetika 6% pada usia < 55 tahun dan 74%
pada usia 60 tahun42. Penelitian kasus oleh Robert menunjukkan bahwa
umur penderita ulkus diabetika pada usia tua 60 tahun 3 kali lebih banyak
dari usia muda < 55 tahun (Frykberb RobertG, 2002).
Umur 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika
karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses
aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan
fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang
optimal. Penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Rochmah W
menunjukkan bahwa dari tahun 1996-1997 pada lansia umur > 60 tahun,
didapatkan hanya 12% saja pada usia tua dengan DM yang kadar glukosa
darah terkendali, 8% kadar kolesterol normal, hipertensi 40%, dan 50%
mengalami gangguan pada aterosklerosis, makroangiopati.
b) Lama DM 10 tahun.
Penelitian di USA oleh Boyko pada 749 penderita Diabetes mellitus
dengan hasil bahwa lama menderita DM 10 tahun merupakan faktor
risiko terjadinya ulkus diabetika dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI :1,26,9). Ulkus diabetika terutama terjadi pada penderita Diabetes Mellitus
yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali,
karena
akan
muncul
komplikasi
yang
berhubungan
Kerusakan
pada
endotel
akan
sistemik
dengan
protein
merah. Apabila
plasma
Glikosilasi
termasuk
hemoglobin
Hemoglobin
(HbA1c)
1997;
Reynold
FJ,
risiko
ulkus
diabetika
3 kali
lebih tinggi
dkk.
(p=0,045)
dan
trigliserida
(p=0,002)
mengakibatkan
terjadinya
ulkus
DM
menunjukkan
bahwa olah
karena
tanpa
menggunakan
alas kaki
ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan
bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita
diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah
putih memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah
(KGD) diatas 200 mg%. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang
akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah
penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas)
yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan
oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman
anaerob berkembang biak. (Djokomoeljanto. 1997) (Pathway terlampir)
5. Klasifikasi
Dengan klasifikasi PEDIS (International Working Group on Diabetic Foot2003), maka akan dapat ditentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular,
infeksi, atau neuropatik, sehingga arah pengelolaan pun dapat dituju dengan lebih
baik. (Sarwono Waspadji, 2006)
Klasifikasi PEDIS International Consensus on the Diabetic Foot 2003
Impaired Perfusion
1= None
2= PAD+but not critical
2
struktur,
fascia,
muscle/tendon.
3= All subsequent layers of the foot
Infection
Infection
with
systemic
the
left,
metabolic
instability,
hypotension, azotemia
1= Absent
2= Present
Suatu klasifikasi lain juga yang sangat praktis dan sangat erat dengan
pengelolaan adalah klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki
diabetes :
Stage 1: Normal Foot
Stage 2: High Risk Foot
Stage 3: Ulcerated Foot
Stage 4 : Infected Foot
Stage 5: Necrotic Foot
Stage 6 : Unsalvable Foot
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang noninvasive adalah dengan pengukuran oksigen
transkutan pada daerah kaki dan lengan (ankle-brachial index=ABI). ABI adalah
suatu pemeriksaan yang noninvansif dengan menggunakan alat Doppler. Alat
pengukur tekanan dipasang pada lengan atas dan kaki kemudian diukur tekanan
systole. Alat Doppler sendiri diletakkan pada a.dorsalis pedis atau a.tibialis
posterior. ABI sendiri merupakan hasil dari tekanan systole pada ankle yang
dibagi dengan tekanan systole pada brachial.
8.
Gambar : Hasil Abnormal dari pemeriksaan ABI
Tes nylon monofilament adalah tes yang mudah dan digunakan untuk
mendiagnosis pasien dengan risiko adanya ulserasi akibat adanya sensorik-
neuropati perifer. Hasil yang abnormal didapatkan jika pasien tidak dapat
merasakan adanya sentuhan pada monofilament tersebut.
Selain pemeriksaan arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior, dapat juga
dilakukan USG Dopller, untuk mengetahui aliran (flow) pembuluh darah.
9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui status klinis
pasien, yaitu:
Diagnosis kaki diabetik harus dilakukan secara teliti. Diagnosis kaki diabetik
ditegakkan oleh riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang.
1. Riwayat kesehatan pasien dan keluarga meliputi: lama diabetes; managemen
diabetes dan kepatuhan terhadap diet, olahraga dan obat-obatan; evaluasi dari
jantung, ginjal dan mata; alergi; pola hidup, medikasi terakhir; kebiasaan
merokok dan minum alkohol. Selain itu, yang perlu diwawancara adalah
tentang pemakaian alas kaki, pernah terekspos dengan zat kimia, adanya kallus
dan deformitas, gejala neuropati dan gejala iskemi, riwayat luka atau ulkus.
Pengkajian pernah adanya luka dan ulkus meliputi lokasi, durasi, ukuran, dan
kedalaman, penampakan ulkus, temperatur dan bau.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi meliputi kulit dan otot. Inspeksi pada kulit yaitu status kulit
seperti warna, turgor kulit, pecah-pecah; berkeringat; adanya infeksi dan
ulserasi; ada kalus atau bula; bentuk kuku; adanya rambut pada kaki.
Inspeksi pada otot seperti sikap dan postur dari tungkai kaki; deformitas
pada kaki membentuk claw toe atau charcot joint; keterbatasan gerak
sendi; tendon; cara berjalan; kekuatan kaki.
b. Pemeriksaan neurologis yang dapat menggunakan monofilamen ditambah
dengan tunningfork 128-Hz, pinprick sensation, reflek kaki untuk
mengukur getaran, tekanan dan sensasi.
c. Pemeriksaan aliran darah dengan menggunakan palpasi denyut nadi pada
arteri kaki, capillary refiling time, perubahan warna, atropi kuit dan kuku
dan pengukuran ankle-brankhial index (Boulton et al, 2008; Adhiarta,
2011).
d. Pengukuran alas kaki meliputi bentuk alas kaki yang sesuai dan nyaman,
tipe sepatu dan ukurannya.
11. Theraphy/Tindakan Penanganan
a. Penatalaksanaan Medis
- Tindakan Bedah sesuai Klasifikasi Wagner
Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi :
Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan
pembentukan kalus claw
Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit
Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
Derajat III : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
Derajat IV : gangreng jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selullitis
Derajat I
Derajat II
Terapi antibiotic
Evaluasi dimensi luka
Evaluasi radiology
Pembedahan
Derajat III
Derajat IV
Derajat V
Berdasarkan
pembagian
diatas,
maka
tindakan
pengobatan
atau
diabetik ini, sesuai indikasi dan derajat lesi yang dijumpai seperti :
- Insisi : abses atau selullitis yang luas
- Eksisi : pada kaki diabetik derajat I dan II
- Debridement/nekrotomi : pada kaki diabetik derajat II, III, IV dan V
Riwayat tranfusi
Tanyakan pada pasien dan keluarga apakah pasien pernah melakukan
tranfusi, jika pernah jenis tranfusi apa yang dilakukan
- Kebiasaan
Kaji
apakah
pasien
memiliki
kebiasaan
merokok,
minum
kopi,
mengkonsumsi alkohol atau hal lainnya, jika iya tanyakan sejak kapan
memulai kebiasaan tersebut, jumlah yang dikonsumsi setiap hari nya.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah dari pihak keluarga memiliki penyakit yang berkaitan dengan
yang dialami pasien sekarang seperti riwayat Diabetes Melitus
- Diagnosa Medis dan therapy
f. Pengkajian Fisik
-
Pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti diabetik foot atau ulkus
kaki pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, pemeriksaan penunjang.
apakah
klien
masih
mengalami
menstruasi
atau
sudah
menopause/andropause
i. Pola Peran dan Hubungan
Data yang ditanyakan :
- Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya
- Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
- Tanyakan juga sistem pendukung misalnya istri, suami, anak maupun
cucu, tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit, bagaimana
dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik, tanyakan juga
apakah klien aktif dalam kegiatan sosial
j. Pola Manajemen Koping Stres
Data yang ditanyakan :
- Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
sistem pendukung,
- Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi, apakah efektif.
- Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik,
- Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi
stress.
k. Pola Keyakinan-Nilai
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup, kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang,
apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam
hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Doctherman, J.M. and Gloria, N.B. 2008. Nursing Interventtions Classification (NIC), Fifth
Edition.USA : Mosby Elsevier
Djokomoeljanto. 1997. Tinjauan Umum tentang Kaki Diabetes. Dalam: Djokomoeljanto dkk,
editor, Kaki Diabetik Patogenesis dan Penatalaksanaannya, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
Frykberg. (2006). Diabetic Foot Disorders a Clinical Practice Guidelines. The Journal of
Foot and Ankle Surgery .
Herdman, T.H. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi (NANDA) 2012-2014.
Jakarta: EGC
International Working Group on the Diabetic Foot, 2003. Epidemiology of diabetic foot
infections in a populationbased cohort. Paper presented at: International Consensus on
the Diabetic Foot; May 22-24, 2003; Noordwijkerhout, the Netherlands
Moorhead, Sue, et.al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. St.
Louis Missouri : Mosby Elsevier
Manjoer, A., dkk (2007). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta;
Media Aesculpius FKUI
Misnadiarly. (2006). Diabetes Melitus : Ulcer, Infeksi, Ganggren. Jakarta : Penerbit Populer
Obor
Riyanto B. 2007. Infeksi pada Kaki Diabetik. Dalam : Darmono, dkk, editors. Naskah
Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit dalam dalam rangka
Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro,. p.15-30.
Subekti I. 2006. Neuropati Diabetik Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi keempat. Penerbit
FK UI. Jakarta.
Waspadji, S. (2006). Komplikasi Kronik Diabetes : Mekanisme Terjadinya Diagnosis dan
Strategi Pengelolaan. In d. Aru W, Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed 4. Jakarta: FKUI.
WHO Department of Noncommunicable Disease Surveillance Geneva. Definition, Diagnosis
and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications. Report of a WHO
ConsultationPart 1: Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus . 1999