Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH REKAYASA BUDIDAYA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA Oreochromis niloticus


DALAM SISTEM RESIRKULASI DENGAN FILTER YANG BERBEDA

Oleh:
ARIF MUNANDAR SARUMPAET
13/348341/PN/13263
BUDIDAYA PERIKANAN

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha budi daya ikan semakin hari semakin bertambah intensif, sejalan dengan kemajuan
zaman dan teknologi. Masyarakat semakin cenderung untuk memanfaatkan lahan yang
tersedia semaksimal mungkin, sehingga produksi per satuan luas semakin meningkat.
Keberhasilan suatu usaha budi daya sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang
optimum untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yang dipelihara. Pengembangan
industri akuakultur untuk meningkatkan produksi dibatasi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah keterbatasan air, lahan dan polusi terhadap lingkungan. Air sebagai media
pemeliharan ikan harus selalu diperhatikan kualitasnya. Intensifikasi budidaya melalui padat
tebar dan laju pemberian pakan yang tinggi dapat menimbulkan masalah kualitas air.
Walaupun ikan memakan sebagian besar pakan yang diberikan tetapi persentase terbesar
diekskresikan menjadi buangan metabolik (nitrogen). Sementara itu, dalam suatu sistem
tertutup secara kontiniu ikan memproduksi limbah dari sisa hasil metabolisme yang secara
perlahan mencapai level yang beracun (toksik) bagi ikan itu sendiri. Usaha yang dapat
dilakukan untuk menanggulangi permasalahan diatas adalah mengaplikasikan sistem
resirkulasi akuakultur.
Sistem sirkulasi (perputaran atau pergerakan) air adalah sistem produksi yang
menggunakan air pada suatu tempat lebih dari satu kali dengan adanya proses pengolahan
limbah dan adanya perputaran air (Lasordo, 1998). Sistem resirkulasi pada prinsipnya adalah
penggunaan kembali air yang telah dikeluarkan dari kegiatan budidaya. Fokus utama pada
sistem resirkulasi adalah pemindahan ammonia zat hasil proses metabolisme ikan. Sistem
resirkulasi adalah alternatif yang dapat digunakan pada budidaya intensif dengan media filter
yang berbeda yaitu zeolit, kijing Taiwan (Anodonta woodiana) dan selada (Lactuca sativa).
Selain itu bahan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas air tersebut seperti pasir,
kerikil, arang batok, ijuk, bubur kapur, tawas, batu (Syafriadiman et al., 2005).
B. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah membandingkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
nila yang dipelihara dalam sistem resirkulasi dengan media filter berbeda dengan

menggunakan zeolit, kijing taiwan dan selada serta bahan umum lainnya seperti batu karang,
kerikil, pasir dan ijuk.
C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh adalah diperolehnya informasi sistem resirkulasi dengan medium
filter yang efektif untuk memperbaiki kualitas air.

II.

METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini dengan menleaah dua sumber

jurnal yang telah diteliti tentang pengaplikasian sistem resirkulasi akuakultur dengan
menggunakan filter yang berbeda-beda.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penulisan makalah ini dibuat berdasarkan telaah dari dua penelitian yang dilakukan dengan
memanfaatkan sistem filter yang berbeda pada sistem resirkulasi akuakultur. Penelitian pertama
menggunakan system filter dengan bahan zeolite, kijing Taiwan, dan daun selada. Sedangkan
penelitian kedua menggunakan bahan batu karang, kerikil, pasir, dan ijuk. Hasil pengamatan
kualitas air pada penelitian pertama dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Data pengamatan kualitas air pada penelitian pertama
Parameter
TAN (mg/L)
NO2 (mg/L)
NO3 (mg/L)
Bakteri

kontrol
0,172 1,25
0,28 1,80
0,33 6,37
4,3 x 105

Perlakuan
Zeolite
Kijing Taiwan
0,172 1,50
0,172 - 1,13
0,28 0,88
0,28 1,45
0,33 6,78
0,33 5,21
2,6 x 105
2,1 x 106

selada
0,172 - 1,32
0,28 1,08
0,33 6,18
3,6 x 106

Sedangkan hasil pengamatan kualitas air penelitian kedua menggunakan filter batu
karang, kerikil, pasir, dana rang dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2. Data pengamatan kualitas air pada penelitian kedua


parameter
o

Suhu ( C)
pH
DO (mg/L)
CO2 (mg/L)
NH3 (mg/L)

Perlakuan
kontrol
25-29
5-7
4,1-5,1
5,83-8,83
0,13-0,77

P1
25-29
5-7
4,1-5,1
5,77-8,00
0,13-0,50

Baku mutu SNI


(2009)
25-32
6,5-8,5
3
0,02

Berdasarkan dua penelitian tersebut telah diketahui data pengamatan pada kualitas airnya.
Parameter yang difokuskan pada data ini adalah konsentrasi ammonia yang dihasilkan pada
setiap perlakuan yang berbeda-beda. Pemilihan ammonia sebagai fokus utama pada data ini
karena sistem resirkulasi berfokus pada pemindahan ammonia zat hasil proses metabolisme ikan.
Terlihat bahwa kandungan ammonia yang dihasilkan dari perlakuan P1 yang merupakan filter
menggunakan bahan batu karang, kerikil, pasir dan arang memiliki konsentrasi yang lebih rendah
yaitu 0,13-0,50 mg/L dari penelitian pertama yang menggunakan filter dari bahan zeolite, kijing
Taiwan, dan daun selada sebesar 0,172-1,50 mg/L. Secara keseluruhan nilai tersebut masih
tergolong baik karena tidak terlampau jauh dari ketentuan SNI (2009) dan masih tergolong aman
pada pembesaran ikan nila. Menurut Mulyadi et al. (2014) filter yang terbaik adalah filter dengan
gabungan filter kimia, fisika dan biologi. Hal ini juga terlihat dari hasil penelitian yang telah
dilakukan bahwa perlakuan dengan bahan batu karang, kerikil, pasir, dan arang. Ijuk dan pasir
berfungsi sebagai penyaring kotoran (fisika), batu dapat sebagai tempat tinggal bakteri pengurai
(biologi) dan batu karang berfungsi menyerap zat zat yang berbahaya seperti ammonia (kimia).
Setelah menelaah data parameter kualitas air, selanjutnya data yang akan ditelaah mengenai
pertumbuhan dari masing-masing perlakuan dari filter yang berbeda. Hasil pengamatan dari
penelitian yang menggunakan filter zeolite, kijing Taiwan, dan selada dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 3. Data pengamatan laju pertumbuhan harian (), kelangsungan hidup (SR) dan Biomassa
(BM) ikan nila pada setiap perlakuan selama percobaan

Perlakuan
kontrol
Zeolite
Kijing Taiwan
Selada

(%)
2,59a
2,69a
2,71a
3,16a

SR (%)
70,67a
81,33ab
80,00ab
88,00b

BM (%)
787,06a
974,64ab
914,02ab
1177,03b

Selanjutnya data pengamatan pertumbuhan bobot mutlak dan kelulushidupan dari filter batu
karang, kerikil, pasir, dan arang dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4. Data pertumbuhan bobot mutlak
Ulangan
1
2
3
rerata

Perlakuan (gr)
Kontrol
P1
4,48
4,48
4,53
4,47
4,34
4,55
4,450,09
4,500,04

Tabel 5. Data kelulushidupan

Ulangan
1
2
3
rerata

Perlakuan (%)
Kontrol
P1
86,67
100
93,33
100
86,67
100
88,89+3,84b
100+0,00a

Menurut Effendi (1979), laju pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh makanan, suhu, umur
ikan serta kandungan zat-zat hara dalam perairan. Berdasarkan data yang didapat dari dua
sumber, terlihat bahwa laju pertumbuhan bobot ikan tidak berbeda nyata karena setiap perlakuan
tidak menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan pada perlakuan kontrol. Hal ini
kemungkinan disebabkan terjadinya proses filterisasi yang optimal pada setiap perlakuan
sehingga menghasilkan kualitas air yang bagus di dalam media pemeliharaan ikan nila dan
pemberian pakan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Pertumbuhan ikan terjadi
karena tersedianya pakan dalam jumlah yang cukup, dimana pakan yang dikonsumsi lebih besar
dari kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup (Huet, 1986). Penambahan bobot tubuh ikan
juga menunjukkan bahwa kandungan energi dalam pakan yang dikomsumsi ikan melebihi
kebutuhan energi untuk pemeliharaan dan aktivitas tubuh lainnya (Lovell, 1988).
Persentase kelulushidupan adalah perbandingan jumlah ikan uji yang hidup pada akhir
penelitian dengan ikan awal penelitian pada satu periode dalam satu populasi selama penelitian.
Tingginya persentase kelulushidupan selama penelitian karena adanya pengaruh sistem
resirkulasi dengan filter yang berbeda terhadap kelulushidupan ikan nila. Berdasarkan data yang
diambil dari dua penelitian terlihat bahwa tingkat kelulushidupan pada sistem filltrasi
menggunakan batu karang, kerikil, pasir, dan arang lebih tinggi dari pada filtrasi menggunakan
zeolite, kijing Taiwan, dan selada. Terlihat bahwa tingkat kelulushidupan menggunakan zeolite,
kijing Taiwan, dan selada berkisar antara 80-88 % saja, yang berarti selama pemeliharaan
terdapat kematian pada ikan. Namun berbeda pada filtrasi menggunakan batu karang, kerikil,
pasir, dan arang yang memiliki tingkat kelulushidupan sebesar 100% yang berarti selama
pemeliharaan ikan tidak ada yang mati. Hal ini terjadi karena proses filterisasi yang terjadi pada
filter batu karang, kerikil, pasir, dan arang lebih optimal dari pada zeolite, kijing Taiwan, dan
selada. Proses filterisasi pada batu karang, kerikil, pasir, dan arang optimal karena filter tersebut
disusun menjadi satu sehingga seperti kata Mulyadi et al. (2014) bahwa filter yang baik
merupakan filter gabungan dari fisika, kimia, dan biologi. Sedangkan filter zeolite, kijing
Taiwan, dan selada tidak disusun menjadi satu melainkan menjadi filter satuan, sehingga proses
penyaringan kurang optimal yang menimbulkan kualitas air kurang unggul dibanding filter yang
menggunakan batu karang, kerikil, pasir, dan arang.

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di telaah dari dua sumber, disimpulkan bahwa sistem
resirkulasi akuakultur memiliki pengaruh pada tingkat pertumbuhan dan kelulushidupan ikan.
Namun system resirkulasi akuakultur dengan filter yang berbeda menunjukkan bahwa dengan
filter batu karang, kerikil, pasir, dan arang memiliki hasil yang lebih baik karena tingkat
kelulushidupannya sebesar 100% dari pada filter zeolite, kijing Taiwan, dan selada yang hanya
memiliki tingkat kelulushidupan berkisar antara 81-88%.

Daftar Pustaka
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor. 112 hal.
Huet, M., 1986. Text Book of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish 2nd Ed.
Lasordo, M., 1998. Resirculating Aquaculture Production System: The Status and Future.
Aquaculture Magazine. 24 (1): 38-45.
Lovell, R. T. 1988. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand Reinhold. New York. 269 p.
Mulyadi. Usman, T. Elda, S.Y. Sistem Resirkulasi Dengan Menggunakan Filter Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal akuakultur Rawa
Indonesia. 2(2) :117-124.
Standar Nasional Indonesia. 2009. Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas
Pembesaran di Kolam Air Tenang. http://defishery.files.Wordpress.com/2009/11/9290
snipembesaran-nila.pdf. diakses tanggal 12 Februari 2011.
Syafriadiman, N. A. Pamukas dan Saberina. 2005. Prisnsif Dasar Pengolahan Kualitas Air. MM
Press, CV. Mina Mandiri. Pekanbaru.132 Hal.

Anda mungkin juga menyukai