Format Laporan
Format Laporan
PENDAHULUAN
atau stimulus noksius. Banyak pasien merasakan nyeri meskipun tidak ada
stimulus noksius. Nyeri nosiseptif disebabkan oleh aktivasi ataupun
sensitisasi dari nosiseptor perifer, reseptor khusus yang mentransduksi
stimulus noksius.
Analgesik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Penyebab sakit/ nyeri adalah adanya kerusakan jaringan dilepaskannya
mediator nyeri, antara lain prostaglandin, leukotrien, histamine, dan
bradikinin.
Mekanisame kerja obat analgesik adalah menghambat biosintasis
Prostaglandins (PGs) di tempat yang sakit/trauma jaringan.
Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat
seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan
atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fraktur dan kanker.
Macam-macam obat Analgesik Opioid:
Metadon.
Mekanisme kerja: kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
Indikasi: Detoksifikas ketergantungan morfin, nyeri hebat pada
Fentanil.
Kodein
Mekanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi
morfin. Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif
(menekan batuk)
Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor
Efek tak diinginkan: Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat
pada dosis yang menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi,
toksisitas seberat morfin.
atau
Obat
Analgesik
Perifer
ini
cenderung
mampu
Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang
tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan
menyusui tidak di anjurkan meminum obat ini.
Parasetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan
parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak
digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik.
Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar
tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein
yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan
dosisnya.
Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat
sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat
antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna
sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa
lambung.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Probandus
Mahasiswa
2.2 Alat
1. Sphygmomanometer
2. Stopwatch atau menonton memiliki skala kedua
3. Gelas Beaker
2.2 Bahan
1.
2.
3.
4.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
angka
tersebut.
Anggota
lainnya
menghitung
waktu
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Keluhan Subyektif
Kelompok
Probandus
Kelompok
Menit 30
Menit 50
25 detik
35,68 detik
(Sodium diklofenak)J
Menit 50
detik 1 menit 30
detik 2 menit 37
detik 3 menit 14
detik 5 menit 50
5 menit detik 6 menit 30
11 detik
Menit 30
detik 1 menit 14
detik 1 menit 13
detik 1 menit 44
34 detik detik 1 menit 23
detik 3 menit 36
(Piroxicam)I detik 1 menit 23
(Ibuprofen)H
(Antalgin)F
(Meloxicam)E
(Ketoprofen)D
Sebelum
minum obat
Perlakuan Sphygmomanometer
detik 1 menit 20
detik 2 menit 43
detik 2 menit 16
Sebelum
minum obat
3 2 menit 50
(Asam mefenamat)C
47detik 1 menitdetik 2 menitdetik
(Parasetamol)B
(Vitamin)A
Obat
Perlakuan Es
A
B
digerakkan, kebiruan
kram, kebiruan
Nyeri ++,
kesemutan dan
kesemutan dan
kaku berkurang
kaku
Nyeri ++
Nyeri +++,
kesemutan, kaku
Nyeri ++
(berkurang), kaku
dan kebiruan
(berkurang), tangan
tetap kaku dan
Nyeri +++
kebiruan
Nyeri +++ (tetap
(bertambah),
bertambah),
dan kaku
kesemutan dan
kesemutan dan
kaku
kaku
Nyeri ++
Nyeri +++
(berkurang), tangan
kaku dan kebiruan
(berkurang), tangan
tetap kaku dan
Nyeri ++
kebiruan
Nyeri ++
(berkurang),
(berkurang), tetap
dan kaku
kesemutan dan
kesemutan dan
kaku
kaku
Nyeri +++
Nyeri +++,
kebiruan, kaku,
ke tulang
sakit kepala
(bertambah), dingin
sampai ke tulang,
Nyeri ++
(berkurang),
kembali),
dan kaku
kesemutan dan
kesemutan dan
kaku
Nyeri +, lengan
kaku
Nyeri +++, sangat
sulit digerakkan
Nyeri +++,
sakit
Nyeri ++,
nyeri
Nyeri +, kesemutan
kesemutan, kram
kesemutan, kaku
BAB V
PEMBAHASAN
Kelompok 1
Perlakuan Es:
10
11
Kelompok 3
Perlakuan Es:
Sebelum meminum obat, probandus memiliki catatan waktu 25
detik. Setelah meminum obat E (meloxicam), pada menit ke-30 catatan
waktu adalah 34 detik dan pada menit ke-50 adalah 1 menit 23 detik. Dari
data tersebut, terlihat bahwa terdapat peningkatan waktu pada menit ke-30
dan 50. Ini dikarenakan meloxicam merupakan obat golongan NonSteroidal Anti Inflammation Drug (NSAID). Seperti yang diketahui,
golongan NSAID memiliki efek analgesik, antipiretik, dan anti inflamasi
sehingga rasa nyeri dan kekakuan yang dirasakan setelah minum obat
berkurang.
Perlakuan Sphygmomanometer:
12
Kelompok 4
Perlakuan Es:
Sebelum meminum obat, probandus memiliki catatan waktu 42,13
detik. Setelah meminum obat G (natrium diklofenak), pada menit ke-30
catatan waktu adalah 35,68 detik dan pada menit ke-50 adalah 23,44 detik.
Dari data tersebut, terlihat bahwa terjadi penurunan waktu pada menit ke30 dan 50. Hal ini bertentangan dengan efek analgesik yang dimiliki
natrium diklofenak. Natrium diklofenak merupakan obat golongan NonSteroidal Anti Inflammation Drug (NSAID) yang memiliki efek analgesik,
antipiretik, dan anti inflamasi. Faktor yang diduga mempengaruhi adalah
faktor suhu air es serta faktor probandus yang sejak awal percobaan terlalu
cemas dan beranggapan bahwa obat yang diminum merupakan obat
plasebo.
Perlakuan Sphygmomanometer:
Sebelum meminum obat, probandus memiliki catatan waktu 5
menit. Setelah meminum obat H (ibuprofen), pada menit ke-30 catatan
waktu adalah 6 menit 30 detik dan pada menit ke-50 adalah 5 menit 50
detik. Dari data tersebut, terlihat bahwa terdapat peningkatan waktu pada
menit ke-30 dan 50. Ini dikarenakan ibuprofen merupakan obat golongan
13
Kelompok 5
Perlakuan Es:
Sebelum meminum obat, probandus memiliki catatan waktu 1
menit 23 detik. Setelah meminum obat I (piroxicam), pada menit ke-30
catatan waktu adalah 3 menit 36 detik dan pada menit ke-50 adalah 11
detik. Dari data tersebut, terlihat bahwa terdapat peningkatan waktu yang
signifikan pada menit ke-30 kemudian terjadi penurunan waktu yang
signifikan pula pada menit ke-50. Ini dikarenakan piroxicam merupakan
obat golongan Non-Steroidal Anti Inflammation Drug (NSAID). Seperti
yang diketahui, golongan NSAID memiliki efek analgesik, antipiretik, dan
anti inflamasi sehingga rasa nyeri dan kekakuan yang dirasakan setelah
minum obat berkurang. Terjadinya penurunan efek analgesik pada menit
ke-50 dapat dikarenakan faktor suhu air es dan pemberian dosis yang
kurang tepat sehingga efek analgesiknya cepat hilang
Perlakuan Sphygmomanometer:
Sebelum meminum obat, probandus memiliki catatan waktu 1
menit 30 detik. Setelah meminum obat J (sodium diklofenak), pada menit
ke-30 catatan waktu adalah 2 menit 37 detik dan pada menit ke-50 adalah
11 detik. Dari data tersebut, terlihat bahwa terdapat peningkatan waktu
14
pada menit ke-30 dan 50. Ini dikarenakan sodium diklofenak merupakan
obat golongan Non-Steroidal Anti Inflammation Drug (NSAID). Seperti
yang diketahui, golongan NSAID memiliki efek analgesik, antipiretik, dan
anti inflamasi sehingga rasa nyeri dan kekakuan yang dirasakan setelah
minum obat berkurang.
BAB VI
KESIMPULAN
15
16
4. Faktor Dosis
Probandus hanya diperkenankan meminum 1 tablet obat yang
disediakan sehingga ada kemungkinan dosis yang diminum kurang dapat
berefek terhadap probandus.
DAFTAR PUSTAKA
17
Evers AS, Cowder CM. General Anesthetics. In: Hardman JG, Limbird
LE, eds. Goodman & Gilmans the Pharmalogical Basis of Therapeutics. 10th
Edition. New York: McGraw Hill; 2001.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,. Farmakologi Dan Terapi (Edisi 5), Penerbit: Balai Penerbit FKUI;
2009.
Hamor, G.H., 1989. Nonsteroidal antiinflamatory drugs. In : Foye, W.O.
(Ed.), Principles of Medicinal Chemistry. Lea & Febiger, London,
18