Anda di halaman 1dari 9

Ledakan Populasi dan Penyakit

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tahun 1995 melalui muncul yang disampaikan dalam suatu seminar
ilmiah kelautan mengenai ditemukannya ledakan populasi Acanchaster plancii di
Indonesia, spesies ini kemudian menjadi perhatian dari para peneliti untuk
mengetahui sebarapa besar dampak kerusakan perairan akibat melimpahnya koloni
hewan tersebut. Berturut-turut setelah tahun 1995 dilaporkan beberapa wilayah
mengalami ledakan populasi Acanchaster plancii diantaranya Pulau Menjangan,
Taman Nasional Bali Barat, dan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran. Pada
tahun 2005, peledakan populasi bintang laut Aplanci dilaporkan terjadi di Pulau
Kapoposang, Sulawesi Selatan. Di perairan Cina terjadi ledakan populasi
Enteromorpha Proliferasi. Selain itu banyak juga terdapat penyakit yang ada di
lautan jumlahnya dan jenisnya pun beragam. Dalam makalah ini kita akan
membahas jenis biota laut yang mengalami ledakan populasi dan penyakit yang
ada di lautan khususnya yang menyerang terumbu karang
B. Rumusan Masalah
1. Apa jenis biota laut yang mengalami ledakan populasi?
2. Faktor apakah yang mempengaruhi jenis biota laut tertentu mengalami
ledakan populasi?
3. Jenis penyakit apa sajakah yang ada di laut?

BAB II
1

Ledakan Populasi dan Penyakit

PEMBAHASAN
A.

Ledakan Populasi Biota Laut


Ledakan pupulasi diakibatkan oleh pencemaran laut. Ledakan populasi biota laut

tertentu dapat menjadi indicator bahwa di laut tersebut telah tercemar. Jenis biota laut
yang umumnya mengalami ledakan populasi yaitu :
1. Blooming Alga
Blooming alga merupakan kondisi dimana perairan mengalami ledakan populasi
fitoplankton yang membuat penampakan permukaan perairan menjadi biru, hijau, merah,
kuning dan lain-lain.Blooming alga terjadi karena proses eutrofikasi atau penyuburan pada
perairan akibat dari bahan organik sehingga membuat suplai makanan yang berlebih
terhadap fitoplankton untuk tumbuh subur dan memperbanyak diri.
a.

Trichodesmium Erythraeum
Trichodesmium Erythraeum adalah alga yang termasuk ke dalam Filum
Cyanophyta, yaitu tumbuh-tumbuhan pertama dapat berfotosintesis dan dianggap
salah satu pelopor penting dari kehidupan di dunia ini. Cyanophyta niempunyai
sifat-sifat khas, yang tidak dimiliki oleh tumbuhan lain.
b.

Microcystis Aeruginosa
Microcystis aeruginosa adalah alga hijau-biru beracun . Salinitas yang
rendah dan masukan zat-zat hara yang banyak dari Sungai Po, Italia, serta sungaisungai kecil lainnya mendorong timbulnya ledakan populasi alga ini. Kasus
kehabisan oksigen di perairan dasar laut menyebabkan kematian ikan dan
gangguan-gangguan lain yang berdampak buruk bagi perikanan.

c.

Enteromorpha Proliferasi
Enteromorpha Proliferasi/Alga hijau tidak beracun bagi manusia , tetapi
pada ledakan populasinya dapat menggagu biota laut di bawahnya. Alga dapat
menghalangi masuknya sinar matahari dan menghisap oksigen yang ada di laut
sehingga berbahaya bagi organism lain.

2.

Ledakan Populasi Acanthaster Planci


2

Ledakan Populasi dan Penyakit

Acanchaster plancii atau lebih dikenal dengan nama COT kependekan


dari crown of thorns merupakan salah satu spesies dari family Echinodermata.
Seperti bintang laut lainnya, cara makan bintang laut berduri yaitu dengan menekan
lambungnya ke luar melalui mulut dan mengeluarkannya di luar tubuh, dalam suatu proses
yang disebuteversion (seperti memuntahkan).
Pada waktu akan makan maka bintang laut berduri ini akan menempatkan dirinya
pada suatu substrat karang yang dianggap cocok, mengeluarkan lambungnya,kemudian
lambung ini akan melebarmenutupi permukaan karang pada suatuarea yang hampir
setengah dari diametertubuhnya sendiri. Kemudian melalui lambungnya ini akan
dikeluarkan enzim-enzim pencernaan ke dalam jaringan tubuh karang sehingga akan
teruraikarena proses cerna, setelah itu menyerap jaringan tubuh yang sudah dicerna
bersamaan dengan menarik lambungnya kembali. Karena cara makan seperti ini memakan
waktu cukup lama (berjam-jam),maka bintang laut berduri makan hanya sekali atau dua
kali sehari, sekalipun banyak sekali karang yang tersedia. Pada umumnya bintang laut
berduri lebih menyukai jenis karang yang bertumbuh cepat seperti Acropora spp. Akan
tetapibila Acropora tidak banyak melimpah, mereka akan menggantinya dan memakan
lebih banyak pada karang-karang besar dan padat lainnya (massive). Oleh karena karangkarang pembentuk terumbu mempunyai lapisan jaringan tubuh yang tipis pada kerangka
tubuh kapur, maka proses memakannya adalah mengeluarkan jaringan tubuh yang tipis
tersebut sebagai makanannya setelah itu bintang laut berduri akan meninggalkan area
tersebut yang akan terlihat seperti kerangka putih yang secara kasar menggambarkan
besaran atau luasan dari cara makan bintanglaut berduri. Adanya kerangka putih akibat
pemangsaan ini merupakan buktipertama dari adanya bintang laut berduri di suatu
kawasan terumbu karang. Spesies ini dapat dikatakan sebagai predator yang efisien, dapat
menghabiskan suatu luasan sekitar lima sampai 13 m 2 karang hidup pertahun. Jika terjadi
ledakan populasi maka akan terdapat ratusan bahkan ribuan bintang laut seribu
terkonsentrasi dalam suatu areal sempit. Di Pulau Kapoposang sendiri pada tahun 1995
seperti yang dilaporkan,peledakan populasi mencapai 120 individu/100m 2 atau setara
dengan 1,2 individu per m2 . Dari laporan di atas maka dapat dibayangkan seberapa besar
dampak kerusakan terumbu karang akibat ledakan polulasi spesies ini.
3

Ledakan Populasi dan Penyakit

Walaupun dianggap desktruktif, ada beberapa teori yang mengatakan bahwa


sebenarnya Acanchaster plancii adalah predator yang penting untuk ekosistem terumbu
karang, sehingga terjadi rekruitmen karang baru yang menggantikan koloni-koloni tua,
juga mengurangi tekanan kompetisi antara satu spesies karang dengan yang lain. Namun
jika spesies ini hadir dalam jumlah yang besar maka hal ini dapat menjadi masalah karena
dapat menghancurkan terumbu karang yang ada di perairan.

B. Faktor-Faktor Terjadinya Ledakan Populasi


Fitoplankton mempunyai suatu sifat khas yaitu dapat berkembang secara berlipat
ganda dalam jangka waktu yang relatif singkat, dengan tumbuh rapat, melimpah dan
terhampar luas. Sifat tersebut ditunjang oleh faktor-faktor alami lain seperti cahaya, suhu,
salinitas, dan zat hara .
a. Cahaya
Zone eufotik merupakan lapisan air teratas yang masih diterangi

sinar

matahari dengan intensitas cahaya yang cukup bagi berlangsungnya proses


fotosintesis. Sinar matahari yang jatuh pada permukaan laut mempunyai lebar
spektrum antara 300 - 2500 nm yaitu antara sinar ultra violet hingga sinar
inframerah. Sebagian besar energi sinar tersebut berada di daerah infra merah
(730 2500 nm) yang merupakan sinar panas. Sedangkan spektrum sinar yang
terpenting adalah yang berada di antara panjang gelombang 400 - 720 nm dan
biasa disebut dengan PAR (photosynthetically active radiation). Pada kondisi
tersebut energi cahaya dapat diserap oleh klorofil fitoplankton untuk reaksi
fotosintesis.
b. Suhu
Suhu air laut cenderung menurun dari permukaan sampai dasar perairan.
Penampakan suhu diperairan tropik dan sub tropik ditunjukkan oleh gradien
suhu. (perbedaan suhu per meter kedalaman) yang kecil sampai kedalaman
tertentu. Distribusi suhu yang merata diakibatkan oleh arus dan ini tergantung
dari besarnya pengaruh angin terhadap permukaan air. Perubahan suhu yang
besar pada jarak kedalaman air yang kecil disebut termoklin. Termoklin
berperan terhadap sebaran dan laju penenggelaman fitoplankton. Suhu air yang
berkisar antara 27 32 C adalah suhu terbaik untuk ledakan populasi
fitoplankton atau alga.
4

Ledakan Populasi dan Penyakit

c. Salinitas.
Kehidupan berbagai jenis fitoplankton dapat dipengaruhi oleh salinitas
perairan, yaitu pada perubahan berat jenis air laut serta perubahan dalam tekanan
osmosis. Pada perairan pantai salinitas mempunyai pengaruh besar terhadap
suksesi suatu jenis fitoplankton. Kisaran salinitas pada saat terjadinya ledakan
populasi alga adalah 35 35,5 permil.
d. Zat hara
Fitoplankton dalam kehidupannya membutuhkan zat hara organik. Zat
anorganik utama yang diperlukan fitoplankton dan sering menjadi faktor
pembatas pertumbuhan adalah nitrogen dan fosfat. Udara atau atmosfir
merupakan sumber nitrogen yang paling besar, karena 80% udara terdiri dari gas
nitrogen bebas sebagai N2.

C. Penyakit Laut
Penyakit di laut umumnya menyerang terumbu karang yang berfungsi sebagai
tempat tinggal makhluk laut. Secara garis besar, ada tiga faktor penyebab timbulnya
penyakit pada terumbu karang, yaitu patogen, genetik, dan lingkungan. Penyakit yang
timbul akan menjadi lebih parah jikalau disebabkan oleh kombinasi dua atau tiga
penyebab itu. Termasuk, perubahan kondisi lingkungan yang relatif cepat juga turut
memperparah infeksi penyakit. Hal ini karena patogen dapat menggandakan diri lebih
cepat dan memperbesar peluang infeksi terumbu karang di sekelilingnya. Perubahan
potensi reproduksi, kematian, perubahan komposisi, struktur, proses dan fungsi
komunitas, bahkan kepunahan spesies, hanyalah beberapa dari dampak penyakit terumbu
karang. Berikut in merupakan penyakit pada terumbu karang :
5

Ledakan Populasi dan Penyakit

1. Infeksi alga dan spons


Hal ini terjadi karena penutupan
jaringan hidup terumbu karang oleh
filamen

alga

Pertumbuhan

alga

atau
atau

spons.
spons

cenderung lebih cepat. Biasanya


jaringan karang yang masih hidup
yang berdekatan dengan filamen alga
atau spons mengakibatkan terumbu
karang

karakteristiknya

tampak

memucat.

2. White Syndromes
Merupakan istilah kolektif dari
beberapa jenis penyakit karang yang
memperlihatkan zona putih. Pada
bagian zona putih jaringan karang
tidak lagi dijumpai. Terkadang zona
putih membentuk garis atau pola
tertentu dan beraturan. Zona putih ini
dapat dibedakan antara gejala infeksi
penyakit atau jenis predasi dari
bentuk zona putihnya.

Ledakan Populasi dan Penyakit

3.

Bleaching
Hal ini disebabkan oleh
jaringan

karang

yang

kehilangan alga zooxanthellae,


sehingga

mengalami

pemudaran

warna

bahkan

putih. Jaringan karang masih


bisa dilihat dan dirasakan,
seringkali
memutih
lendir

secara

karang
ini

berlebihan.

yang

mengeluarkan
Jika

tekanan

lingkungan terus berlanjut, terumbu karang yang stres ini akan mengalami kematian.
Sebaliknya, jika tekanan lingkungan membaik, ada kemungkinan karang yang memutih
ini dapat sehat kembali.

4. Infestasi Waminoa
Hal ini disebabkan oleh cacing pipih yang sering disebut sebagai Acoel
flatworm yang menutupi permukaan jaringan karang. Seringkali mereka hidup
bergerombol. Tidak diketahui secara pasti dampak dari infestasi Waminoa, tapi dapat
dipastikan

penutupan

permukaan

karang

dapat

mengakibatkan

gangguan

fotosintesis zooxanthellae karang.


5. Pigmentasi
Suatu respon terhadap gangguan, seperti biota kompetitor, pengebor, abrasi alga,
gigitan ikan, dan sebagainya. Pigmentasi biasanya menujukkan garis, benjolan, bintik,
ataupun bentuk tidak beraturan yang berwarna merah muda atau ungu. Meskipun
7

Ledakan Populasi dan Penyakit

pigmentasi bukan bagian dari penyakit terumbu karang, tetapi bagian dari jenis karang
yang terganggu.
6. Infeksi
Jaringan karang bisa dimakan oleh beberapa biota, termasuk diantaranya ikan
kakatua, bintang laut berduri (Acanthaster planci), dan Drupella. Setiap jenis biota yang
memakan jaringan karang akan meninggalkan jejak-jejak predasi yang mudah dikenali
sehingga batu karang akan mengalami infeksi dan kehilangan fungsi untuk tumbuh.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fitoplankton/Alga menghuni hampir setiap ruang dalam massa air yang
dapat dicapai oleh sinar matahari (zona eufotik) dan merupakan komponen flora yang
paling besar peranannya sebagai produsen primer di suatu perairan Salah satu sifat
khas fitoplankton adalah bahwa organisme ini dapat berkembang secara berlipat
ganda dalam jangka waktu yang relatif singkat, tumbuh dengan kerapatan tinggi,
melimpah dan terhampar luas. Keadaan ini disebut ledakan populasi (blooming). ).
Penyakit terumbu karang ternyata memposisikan diri sebagai ancaman utama yang
8

Ledakan Populasi dan Penyakit

dapat mematikan secara cepat dan massal, hal ini diakibtkan posisi terumbu karang
sebagai tempat tinggl makhluk hidup di laut. Sehingga kerusakan terumbu karang
dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem.

B. Saran
1. Setelah mengetahui akibat dari proses neutrofikasi, sebaiknya kita menggunakan
pupuk/bahan

organik

dengan

bijaksana

dan

tidak

membuang

atau

mengalirkannya ke sungai yang akan sampai ke laut sehingga menyebabkan


ledakan populasi biota laut.
2. Setelah mengetahui penyakit di laut yang menyerang terumbu karang maka
sudah sepantasnyalah kita mencegah dan menanggulangi jenis penyakit terumbu
karang ini. Caranya ? Dapat berbagai macam, dan satu hal yang utama menjadi
dasar adalah kesadaran individu.

DAFTAR PUSTAKA
http://arsip-perikanan.blogspot.com/2012/06/faktor-penyebab-dan-dampak-ledakan.html
http://indomaritimeinstitute.org/?p=1217
http://misterway.wordpress.com/2012/10/03/blooming-alga/
http:// terumbungeblogsekarang.blogspot.com/2010/10/ html

Anda mungkin juga menyukai