Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Liken simplek kronik dikenal juga dengan neurodermatitis sirkumskripta, atau
Liken Vidal. Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan garis kulit tampak lebih
menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu.1 Likenifikasi pada kasus ini
terjadi akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan
pruritogenik. Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga
bertahun-tahun. Letak lesi bisa timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah
di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum,
perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian
depan, dan punggung kaki. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal
yang bersifat paroksismal, dan dirasakan pasien terutama jika tidak beraktivitas. Lesi
yang timbul dapat muncul hanya pada satu tempat, tetapi dapat juga dijumpai pada
beberapa tempat.1,2,3
Insidensi liken simplek kronis di Indonesia dikatakan bahwa 12% dari populasi
orang dewasa dengan keluhan kulit gatal menderita liken simplek kronik. Tidak ada
kematian akibat liken simplek kronik. Liken simplek kronik tidak memandang ras
dalam penyebarannya.4,5 Liken simplek kronik merupakan penyakit yang sering
ditemui pada masyarakat umum terutama pada usia dewasa, dan puncak insidennya
antara 30-50 tahun. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki
onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa
atopi (rata-rata 48 tahun).1,4
Berikut dilaporkan suatu kasus neurodermatitis sirkumkripta yang terjadi pada
seorang perempuan berusia 48 tahun sudah menikah dan bekerja sebagai pedagang
jajanan sekolah , tinggal di Kelurahan Pasir Putih, Talang Bakung.

BAB II
LAPORAN KASUS

Autoanamnesis pada tanggal 6 Agustus 2015


Seorang perempuan berusia 48 tahun sudah menikah dan bekerja sebagai
pedagang jajanan sekolah, tinggal di RT 02 Kelurahan Sijenjang, Jambi Timur,
datang dengan keluhan ada gatal yang disertai penebalan kulit, kemerahan dan
bersisik pada kulit punggung kaki sejak 6 bulan yang lalu. Os merupakan seorang
kepala keluarga dan menjadi tulang punggung keluarga satu-satunya karena istri os
seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerjadan anak os belum bekerja. Untuk
membiayai keluarganya os hanya berdagang sayuran yang hasilnya menurut os tidak
seberapa.
Ketika riwayat perjalanan penyakitnya ditelusuri, didapatkan sejak 8 bulan
SMRS, os mengeluh timbul penebalan kulit dan kemerahan terjadi pada lutut kiri
bagian depan yang bersamaan pada pergelangan kaki kiri bagian depan dan jari ke
dua bagian tepi tangan kanan. Penebalan tersebut terasa gatal sehingga os menggaruk
penebalan tersebut. Ketika digaruk, penebalan tersebut semakin melebar dan gatal
pada penebalan kulit tersebut dirasakan hilang timbul. Ketika os merasakan gatal, os
menggaruk penebalan kulitnya, gatal hilang sebentar kemudian timbul kembali. Gatal
akan semakin terasa jika os selesai beraktivitas dagangnya,sedang beristirahat, dan di
malam hari. Gatal muncul hampir setiap hari dan os tidak mengetahui pasti penyebab
gatal tersebut. Jika keluhan gatal muncul, os tidak dapat menahan untuk tidak
menggaruk penebalan tersebut. Akibat garukan kulit lutut, pergelangan kaki dan jari
os sering tampak memerah dan nyeri.Untuk mengurangi keluhan os membeli salep
99 diapotik dan dioleskan pada kulit yang gatal. Menurut os keluhan gatal agak
berkurang setelah dioles. Namun masih tetap muncul lagi. Os tidak rutin
menggunakan salep tersebut. Selain itu, tidak ada keluhan lain yang dirasakan pada
penebalan merahnya, seperti kebas disangkal, riwayat digigit serangga disangkal,
terkena benda atau bahan tertentu sehingga kulit semakin gatal disangkal.

Satu bulan SMRS karena garukan yang terus berlangsung menyebabkan kulit
os menjadi lecet kemudian membengkak dan lama-lama bekasnya menjadi kehitaman
terutama pada bagian pergelangan kaki kiri bagian depan. Bekas garukan yang
berwarna hitam itupun kadang-kadang gatal dan pasien sering menggaruknya
sehingga membuat kulit os lecet dan terkelupas serta tampak bersisik pada kulit lutut,
kaki dan jari os yang menebal tersebut. Sisik pada kulit lutut kiri bagian depan,
pergelangan kaki kiri bagian depan dan jari kedua tangan kanan sering ikut terlepas
akibat garukan. Untuk menghilangkan rasa gatalnya os menggunakan salep 99 yang
berwarna putih dan kadang-kadang merendam dengan air hangat.
2 minggu yang lalu os masih mengeluh gatal, kulit menebal, bersisik dan
akibat garukan tampak kemerahan pada lutut kiri bagian depan dan tampak kehitaman
pada pergelangan kaki kiri bagian depan. Os mengatakan awalnya tidak membawa
berobat ke Rumah Sakit karena keluhan ini dianggap os bukan penyakit yang serius
dan tidak terlalu mengganggu. Namun, karena keluhan ini sudah berlangsung lama
dan gatal masih terasa sehingga os memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit untuk
mengobati keluhannya tersebut.
Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, selain keluhan penyakit ini, os tidak
pernah mengalami keluhan kulit lainnya. Os mengatakan bahwa ia tidak pernah
berobat ke RS sebelumnya. Selain itu, os tidak pernah mengalami sakit lainnya
seperti alergi (-), hipertensi (-), gangguan ginjal (-).
Berdasarkan riwayat penyakit keluarga, tidak ada anggota keluarga yang
memiliki keluhan yang sama seperti os. Keluhan kulit lainnya juga tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan keadaan umum os tampak
sakit ringan, kesadaran kompos mentis, vital sign yang didapatkan dari pemeriksaan
yaitu tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 83 x/menit, respirasi 22 x/menit dan suhu
36,6C. Pada pemeriksaan fisik kepala : bentuk normocephal dan tidak terdapat
efloresensi pada kepala, pada mata tidak terdapat konjungtiva anemis, sklera ikterik
tidak ada, pupil isokor kanan-kiri, dan tidak terdapat efloresensi pada palpebra. THT
dalam batas normal dan tidak terdapat adanya efloresensi. Pada pemeriksaan leher
tidak terdapat pembesaran KGB dan tidak terdapat efloresensi. Pada pemeriksaan

thorak anterior maupun posterior tidak tampak efloresensi. Pemeriksaan inspeksi


pulmo : tidak terdapat pelebaran sela iga kanan-kiri, tidak terdapat retraksi ; palpasi :
stemfremitus sama kiri-kanan ; perkusi : sonor kiri-kanan ; auskultasi nafas vesikuler,
tidak terdapat ronkhi maupun wheezing. Pemeriksaan inspeksi jantung : iktus kordis
tidak terlihat, palpasi iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra,
perkusi batas-batas jantung dalam batas normal dan auskultasi bunyi jantung I/II
reguler, tidak terdapat murmur ataupun gallop. Pada pemeriksaan abdomen; inspeksi :
abdomen datar, tidak terdapat efloresensi, palpasi teraba supel, tidak terdapat
pembesaran hepar maupun lien, perkusi terdengar timpani dan auskultasi terdengar
bising usus normal. Pada pemeriksaan ekstremitas superior kiri dan kanan akral
teraba hangat, terdapat ruam pada jari kedua tangan kanan, dan terdapat ruam pada
ekstremitas inferior sinistra, edema (-).
Pemeriksaan status dermatologis pada regio genu anterior sinistra terdapat plak
eritema, bentuk irregular, ukuran 4 x 3 cm, lesi ditutupi skuama kasar diatasnya,
tampak likenifikasi, sirkumkripta dengan tepi hiperpigmentasi dan tampak krusta
kehitaman, irregular, multiple diatasnya (Gambar 1.a). Tampak plak eritematosa,
anular, ukuran 0,5cm x 0,5 cm, tampak likenifikasi, sirkumkripta dengan tepi
hiperpigmentasi, dan tampak krusta kehitaman diatasnya (Gambar 1.b).
Pada regio dorsum pedis anterior sinistra terdapat likenifikasi, bentuk irregular,
ukuran 6 x 4 cm, sirkumkriptadengan tepi hiperpigmentasi, dilapisi skuama kasar
diatasnya(Gambar 2.a). Tampak fisura, jumlah soliter,bentuk linear dengan tepi
hiperpigmentasi, ukuran 0,5 x 0,2 cm(Gambar 2.b).Tampak plak hiperpigmentasi,
irregular, ukuran 1 cm x 0,3 cm, sirkumkripta, dilapisi skuama kasar diatasnya
(Gambar 2.c).
Pada regio digiti I dextra tampak likenifikasi, bentuk tidak teratur, ukuran 2 x
0,5 cm, sirkumkripta dengan skuama kasar diatasnya (Gambar 3.a) Tampak plak
hiperpigmentasi, bentuk teratur, ukuran 0,5 x 0,5 cm, sirkumkripta dengan krusta
warna kehitamandiatasnya (Gambar 3.b).

1.

1.

Gambar 1.a. dan Gambar 1. blesi di regio genu anterior sinistra

2.

2.

2.

Gambar 2.a, 2.b, dan 2.c. Lesi di regio dorsum pedis anterior sinistra

3.

3.

Gambar 3.a dan 3.b. Regio digiti I dextra


Diagnosis banding pada kasus ini adalah liken simplek kronis (neurodermatitis
sirkumkripta), psoriasis vulgaris, tinea korporis, dan dermatitis kontak iritan kronis.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang apapun. Namun pemeriksaan
anjuran pada pasien ini dapat dilakukan untuk menyingkiran diagnosis banding,
pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10 %, pemeriksaan histopatologi, test
auspitz dan fenomenan koebner, dan uji tempel.
Diagnosis kerja pada kasus ini adalah liken simplek kronis (neurodermatitis
sirkumpkripta). Penatalaksanaan

pada pasien ini dibagi menjadi 2 yaitu

penatalaksanaan umum dan penataklaksanaan khusus. Penatalaksanaan umum adalah


memberikan edukasi pada pasien untuk mencoba menahan gatal yang dirasakan
untuk menghindari garukan, menghindari faktor pencetus seperti faktor stress, dan
minum obat secara teratur dan kotrol kedokter secara teratur. Penatalaksanaan secara
khusus yaitu sistemik dan topikal. Obat sistemik untuk mengurangi rasa gatal nya
diberikan antihistamin cetirizin 10 mg, 1 x 1 sehari, setelah makan selama 14 hari.
6

Obat topikal yang diberikan adalah salep kortikosteroid betametason diproprionate


0,05% 3 kali/hari dioles tipis pada kulit yang sakit. Jika ditatalaksana dengan baik,
prognosis pada kasus ini quo ad vitam, fungisonam, sanationam adalah dubia ad
bonam.

BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan sesuai dengan definisinya, Liken Simplek
Kronis (Neurodermatitis Sirkumkripta) merupakan bagian dari dermatitis yaitu
peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogenatau endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik dan keluhan gatal serta cenderung residif dan menajdi kronik.Liken
simplek kronis sendiri adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai
dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai
kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang karena berbagai
rangsangan pruritogenik. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon
kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup lama.
Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histology memiliki karakteristik
berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa penebalan kulit,
dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena sehingga tampak
seperti kulit batang kayu.1,8
Secara epidemiologi liken simpleks kronis jarang ditemukan pada anak-anak.
Biasanya terjadi pada orang dewasa. Puncaknya ditemukan antara umur 30 sampai 50
tahun. Insidens tertinggi didapatkan pada bangsa ras Asia. Likenifikasiterutama
mudah diinduksidalam Mongoloiddan hitamkulitAfrika.1,9
Pada kasus ini ditegakkan diagnosis liken simplek kronisberdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik,danpemeriksaan dermatologis.Dari anamnesis diketahui
bahwa seorang laki-laki berusia 60 tahun sudah menikah dan bekerja sebagai
pedagang sayuran, tinggal di RT 02 Kelurahan Sijenjang, Jambi Timur, datang
dengan keluhan gatal yang disertai penebalan kulit, kemerahan dan bersisik pada kulit
lutut kiri bagian depan, pergelangan kaki kiri bagian depan dan jari kedua bagian
tepitangan kanan sejak 2 mingguSMRS.

Penebalan tersebut terasa gatal sehingga os menggaruk penebalan tersebut.


Ketika digaruk, penebalan tersebut semakin melebar dan gatal pada penebalan kulit
tersebut dirasakan hilang timbul. Gatal akan semakin terasa jika os selesai
beraktivitas dagangnya,sedang beristirahat, dan di malam hari. Gatal muncul hampir
setiap hari dan os tidak mengetahui pasti penyebab gatal tersebut. Jika keluhan gatal
muncul, os tidak dapat menahan untuk tidak menggaruk penebalan tersebut. Akibat
garukan kulit lutut, pergelangan kaki dan jari os sering tampak memerah dan nyeri
sehingga membuat kulit os lecet dan terkelupas serta tampak bersisik pada kulit lutut,
kaki dan jari os yang menebal tersebut. Sisik pada kulit lutut kiri bagian depan,
pergelangan kaki kiri bagian depan dan jari kedua tangan kanan sering ikut terlepas
akibat garukan.Hal ini sesuai dengan teori dimana, keluhan utama yang dirasakan
pasien dapat berupa gatal dan sering kali bersifat paroksismal. Gatal yang berat
merupakan gejala dari liken simpleks kronik. Penderita penyakit ini akan mengeluh
rasa gatal yang sangat mengganggu aktivitas, dan dirasakan terutama ketika penderita
tidak sedang beraktivitas. Lesi kulit yang mengalami likenifikasi umumnya akan
dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga terkadang pasien secara refleks
menggaruk dan menjadi kebiasaan yang tidak disadaridan penderita akan berhenti
menggaruk bila sudah timbul luka, akibat tergantikannya rasa gatal dengan rasa
nyeri.Liken simpleks kronik diakibatkan oleh gesekan dan garukan yang awalnya
berasal dari gatal. 8
Ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada liken simplek
kronis, tetapi tidak semuanya dimengerti dengan benar, dimanapatofisiologi yang
mendasaritidak diketahui. Ada dua faktor yaitu pertama faktor eksterna, seperti factor
lingkungan yangpanas dan udara yang kering dapat berimplikasi dalam menyebabkan
iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang tinggi memudahkan seseorang
berkeringat sehingga dapat mencetuskan gatal, hal ini biasanya menyebabkan liken
simpleks kronis pada daerah anogenital.11Gigitan Serangga yang dapat menyebabkan
reaksi radang dalam tubuh yang mengakibatkan rasa gatal. 1 Faktor kedua adalah
faktor interna, seperti dermatitis atopik yang asosiasi antara liken simpleks kronis dan
gangguan atopik telah banyak dilaporkan, sekitar 26% sampai 75% pasien dengan

dermatitis atopik terkena liken simpleks kronis. Beberapa jeniskulitlebih rentan


terhadaplikenifikasi, seperti kulit yang cenderung menujukondisiekzema(yaitu,
dermatitis atopik, diatesisatopik). Suatu hubungan antarakemungkinanjaringan
sarafpusat danperiferdan produksel inflamasidalam persepsigataldiliken simplek
kronisdan faktor psikologis.8,9
Stimulus untuk perkembangan liken simpleks kronis adalah pruritus. Pruritus
sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan kulit,
proliferasi dari nervus, dan tekanan emosional.Pruritus yang memegang peranan
penting dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu pruritus tanpa lesi dan pruritus
dengan lesi. Pasien dengan liken simpleks kronis mempunyai gangguan metabolik
atau gangguan hematologik.Pruritus tanpa kelainan kulit dapat ditemukan pada
penyakit sistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi kelenjar biliaris, Limfoma
Hodgkins, polisitemia rubra vera, hipertiroidisme, gluten-sensitive enteropathy, dan
infeksi imunodefisiensi. Pruritus yang disebabkan oleh kelainan kulit yang terpenting
adalah dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, dermatitis statis, dan gigitan
serangga. 1,4
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat
menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata
dari garukan, maka disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan yang
terus-menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim
proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan
timbul karena respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung
immunoreaktif

CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP (Substance

Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan pada prurigo nodularis, tetapi
tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf menunjukkan imunoreaktif
somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y, dimana sama
pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut
menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti
garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast, dimana akan
lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan sel perineurium menunjukkan

10

peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang kemungkinan terjadi akibat dari
hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah dermis alpha-MSH (Melanosit
Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler. 1,4,11
Lokasi yang dikeluhkan pada pasien ini yaitu digenu anterior, dorsum pedis
anterior

dan

ekstremitas

superior

pada

digiti

juga

sesuai

dengan

teorilikensimplekskronikditemukanpada kulitdi daerah yang mudah diakses untuk


digarukbiasa ditemukan di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor,
pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral,
pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.1
Os merupakan seorang kepala keluarga dan menjadi tulang punggung keluarga
satu-satunya karena istri os seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan anak os
belum bekerja. Untuk membiayai keluarganya os hanya berdagang sayuran yang
hasilnya menurut os tidak seberapa. Berdasarkan teori etiologi pasti neurodermatitis
sirkumskripta belum diketahui, namun diduga pruritus memainkan peranan karena
pruritus berasal dari pelepasan mediator atau aktivitas enzim proteolitik. Disebutkan
juga bahwa keteganganemosionalpada penderitacenderungmungkin memainkanperan
kunci dalammendorongsensasipruritus, mengarahkan untukmenggarukyang dapat
menjadirefleks dan kebiasaan.9,10Dari faktor pencetus liken simplek krois yang
dibahas diatas

salah satunya adalah faktor psikologis, dimana anxietas telah

dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang mengakibatkan liken simpleks kronis.


Anxietas sebagai bagian dari proses patologis dari lesi yang berkembang. Telah
dirumuskan bahwa neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan, seperti :
dopamine, serotonin, atau peptide opioid, memodulasikan persepsi gatal melalui
penurunan jalur spinal. Tekanan emosi juga dapat mempengaruhi timbulnya pruritus
yang mendasari liken simpleks kronis.

11

Interaksi di antaralesi primer, faktorpsikis,

dan intensitaspruritusmempengaruhitingkat dankeparahandariliken simplek kronis.1


Pada pemeriksaan fisik pada kasus ini dalam batas normal dan pemeriksaan
status dermatologis pada regio genu anterior sinistra terdapat plak eritema, bentuk
irregular, ukuran 4 x 3 cm, lesi ditutupi skuama kasar diatasnya, tampak likenifikasi,
sirkumkripta dengan tepi hiperpigmentasi dan tampak krusta kehitaman, irregular,

11

multiple diatasnya. Tampak plak eritematosa, anular, ukuran 0,5 cm x 0,5 cm, tampak
likenifikasi, sirkumkripta dengan tepi hiperpigmentasi, dan tampak krusta kehitaman
diatasnya. Pada regio dorsum pedis anterior sinistra terdapat likenifikasi, bentuk
irregular, ukuran 6 x 4 cm, sirkumkripta dengan tepi hiperpigmentasi, dilapisi skuama
kasar diatasnya(Gambar 2.a). Tampak fisura, jumlah soliter,bentuk linear dengan tepi
hiperpigmentasi, ukuran 0,5 x 0,2 cm. Tampak plak hiperpigmentasi, irregular,
ukuran 1 cm x 0,3 cm, sirkumkripta, dilapisi skuama kasar diatasnya. Pada regio
digiti I dextra tampak likenifikasi, bentuk tidak teratur, ukuran 2 x 0,5 cm,
sirkumkripta dengan skuama kasar diatasnya. Tampak plak hiperpigmentasi, bentuk
teratur, ukuran 0,5 x 0,5 cm, sirkumkripta dengan krusta warna kehitaman diatasnya.
Pemeriksaan dermatologi ini sesuai dengan tinjauan pustaka efloresensi liken
simplek kronis yaitu :
1. Pada stadium awal kelainan kulit yang terjadi dapat berupa plak eritematosa,
sedikit edematosaatau kelompok papul, selanjutnya karena garukan berulang,
bagian tengah menebal, kering dan lalu muncul skuama pada bagian tengah
dan

menebal.

Likenifikasi,

ekskoriasi,

dengan

sekeliling

yang

hiperpigmentasi, muncul seiring dengan menebalnya kulit, dan batas menjadi


tidak tegas.Ukuran lesi lentikular sampai plakat, bentuk umum lonjong atau
tidak beraturan. Kemudian lesi juga dapat berupa plak solid dengan
likenifikasi, seringkali disertai papul kecil di tepi lesi, dan berskuama tipis.
Kulit yang mengalami likenifikasi teraba menebal, dengan garis-garis kulit
yang tegas dan meninggi, serta dapat pula disertai ekskoriasis. Warna lesi
biasanya merah tua, kemudian menjadi coklat atau hiperpigmentasi hitam.1,9
2. Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi. Lesi dapat
timbul dimana saja, namun tempat yang sering adalah di tengkuk, leher,
dengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, peri-anal, paha bagian
medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan
punggung kaki. Variasi klinis dari liken simplek kronik dapat berupa prurigo
nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang
pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan

12

mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan menjadi
keras dan berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat predileksi
di ekstremitas, dengan ukuran lesi beberapa millimeter hingga 2 cm.1
Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, dikarenakan
keterbatasan fasilitas yang ada. Sedangkan menurut teori, pada pemeriksaan
laboratorium tidak ada tes yang spesifik untuk liken simpleks kronis. Namun, dapat
melakukan pemeriksaan anjuran. Pada dermatitis atopik dan mikosis fungiodes bisa
terjadi likenefikasi generalisata oleh sebab itu merupakan indikasi untuk melakukan
patch test atau uji tempel pada pasien.Bisa juga dilakukan pemeriksaan potassium
hydroksida (KOH 10%) pada pasien liken simpleks genital untuk mengeleminasi
tinea cruris.
Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan Auspitz sign dan fenomena
Koebner.

Fenomena Koebner atau goresan lilin adalah skuama yang berubah

warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores. Pada fenomena
Auspitz, setelah skuama habis dikerok dilakukan pengerokan perlahan hingga tampak
serum atau darah berbintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Hal ini dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosis banding psoriasis.1,10Pemeriksaan histopatologi untuk
menegakkan diagnosis liken simpleks kronis adalah menunjukkan proliferasi dari sel
schwann dimana dapat membuat infiltrasi selular yang cukup besar. Juga ditemukan
neural hyperplasia, adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis
dengan pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari
papillo dermis. Spongiosis bisa ditemukan, tetapi vesikulasi tidak ditemukan.
Papilomatosis kadang-kadang ditemukan. Ekskoriasi, dimana ditemukan garis
ulserasi punctata karena adanya jaringan nekrotik bagian superficial papillary dermis.
Fibrin dan neutrofil bisa ditemukan, walaupun keduanya biasanya ditemukan pada
penyakit dermatosis yang lain. Pada papillary dermis ditemukan peningkatan jumlah
fibroblas.1

13

Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung pada


kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya, penyakit
penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan.
Diagnosis banding pada kasus ini adalah :psoriasis vulgaris, tinea korporis, dan
dermatitis kontak iritan kronis. Untuk memastikan diagnosis dengan pemeriksaan
penunjang. Namun, untuk membedakannya secara klinis dengan liken simplek kronis
terlihat sebagai berikut :
Penyakit
Psoriasis
Vulgaris

Persamaan
Plak eritematosa

Perbedaan
Diagnosis psoriasis vulgaris disingkirkan

berbatas tegas ditutupi

dengan melihat gambaran lesi yang tidak

skuama.

khas predileksinya.Biasanya pada tempat

Lokalisasi di sela paha.

predileksi lain yaitu pada daerah ekstensor


yaitu lutut, siku dan punggung.
Lesi biasanya lebih merah.
Skuama nya lebih tebal,berlapis-lapis dan
berwarna putih mengkilat.
Selain itu, gambaran khas skuama kasar
kering putih berlapis tidak terlihat pada
lesinya.
Psoriasis meskipun dapat menimbulkan
gatal ringan, psoriasis tidak memunculkan
keluhan gatal yang hebat
Terdapat tigafenomenayaitu :
-Bila di gores dengan benda tumpul
menunjukkan tandatetesan lilin.
- Kemudian bila skuama dikelupas satu
demi satu sampaidasarnya akan tampak
bintik-bintik perdarahan,dikenal dengan
namaAuspitz sign.
- Adanya fenomena Koebner / reaksi

14

isomorfik yaitu timbul lesi-lesiyang sama


dengan kelainan psoriasis akibat bekas
trauma / garukan.1
Meskipun fenomena Auspitz dan tetesan
lilin tidak dilakukan, paparan sebelumnya
Tinea korporis

Makula

dapat menyingkirkan diagnosis psoriasis.1


eritematosa Penyakit kulit yang disebabkan oleh

berbatas tegas

jamur superfisial golongan dermatofita

Ada likenifikasi

Daerah predileksinya pada daerah kulit


tak berambut pada wajah, badan, lengan,
dan tungkai
Pemeriksaan KOH 10% jamur (+), hifa

(+).1
Lesi kulit eritema, difus Penyakit

Dermatitis
kontak

iritan

peradangan

kulit

ditutupi skuama

nonimunologik sehingga kerusakan kulit

kronis/

Ada likenifikasi

terjadi langsung tanpa didahului oleh

kumulatif

Gatal dan nyeri terjadi

proses sensitisasi

berbulan-bulan
tahunan

atau Ada kontak dengan bahan iritan misalnya


pelarut, deterjen, asam alkali. 1
Diagnosis

dermatitis

kontak

iritan

disingkirkan karena sebelumnya pasien


tidak memiliki riwayat terpapar bahan
kimia atau benda lainnya. Pemberian
alkohol setelah muncul keluhan pasien
perlu dievaluasi kembali apakah alkohol
ternyata dapat menyebabkan lesi yang
semakin berat meskipun berdasarkan
anamnesis

pasien

merasa

gatalnya

berkurang setelah pemberian alkohol.5,8

15

Terapi liken simpleks kronik bertujuan untuk memutus itch-scratch cycle,


karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal justru akan
memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab sistemik dari
gatal harus diidentifikasi. Hal ini lah yang menyebabkan penatalaksanaan liken
simpleks kronik menjadi sangat sulit. Harus dijelaskan berkali-kali untuk tidak
menggaruk atau menggosok lesi nya.12Penatalaksanaan pada kasus ini terdiri atas
penatalaksanaan umum dan khusus. Penatalaksanaan umum adalah memberikan
edukasi pada os yaitu untuk mencoba menahan gatal yang dirasakan untuk
menghindari garukan dan menggunakan obat secara teratur. Selain itu, menyarankan
pada pasien untuk menghindari stresskarena faktor psikologis merupakan faktor
resiko terjadinya penyakit ini.Penatalaksanaan secara khusus yaitu sistemik dan
topikal. Obat sistemik diberikan obat oral antihistamin cetirizin 10 mg, 1 x 1 sehari,
setelah makan selama 14 hari. Obat topikal yang diberikan adalah salep
kortikosteroid betametason diproprionate 0,05% 3 kali/hari dioles tipis pada kulit
yang sakit.1
Alasan penggunaan obat sistemik yang diberikan pada kasus ini adalah untuk
mengurangi rasa gatalnya diberikan antihistamin antagonis H1 generasi kedua yaitu
cetirizin 10 mg, 1 x 1, selama 14 hari. Berdasarkan teori, untuk mengurangi rasa gatal
pemberian antihistamin sangat diperlukan. Pemberian antihistamin yang digunakan
adalah antihistamin golongan antagonis H1. Antagonis H1 bermanfaat untuk
mengobati reaksi hipersensitifitas atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin
endogen berlebihan.6Generasi pertama seperti golongan kloreniramin maleat biasanya
menimbulkan rasa kantuk yang hebat serta memiliki dampak kurang nyaman pada
pasien seperti jantung berdebar-debar. Berbeda dengan antihistamin generasi pertama,
anthistamin generasi terbaru umumnya bersifat mengurangi efek sedasi dan sebagian
lagi bersifat antiinflamasi ringan. Antihistamin generasi kedua seperti Cetirizin HCL
dan loratadin lebih sedikit menimbulkan efek sedasi pada pasien dibandingkan
generasi pertama. Selain itu, antihistamin generasi kedua ini tidak menimbulkan rasa
berdebar-debar dan penggunaannya cukup sekali sehari. Cetirizin relatif lebih aman
diberikan jangka panjang, mengingat obat antihistamin diberikan jika diperlukan

16

saja.Oleh karena itu, pemberian Cetirizin untuk mengurangi rasa gatal sudah sesuai
dengan tinjauan kepustakaan di atas.
Obat topikal yang diberikan pada pasien ini adalah betamethasone dipropionate
0.05% 3 kali sehari, dioleskan tipis pada kulit yang sakit. Salep kortikosteroid yang
diberikan adalah potensi kuat, bila perlu dengan oklusi. Untuk peradangan kulit yang
berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan
migrasi leukosit polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.12
Selain itu, terdapat beberapa pilihan terapi farmakologis yang dapat diberikan
pada pasien liken simplek kronis adalahobat-obatan antipruritus, glukokortikoid
topikal atau intralesional, atau produk-produk ter, konsultasi psikiatrik, dan
mengobati pasien dengan cryoterapi, cyproheptadine, atau capsaicin yang hampir
sama penatalaksaan pada chronic eczematous inflammation.1,9,10
a

Kortikosteroid
Sediaan yang dipilih dapat berupa sistemik atau topikal. Kortikosteroid topikal
Merupakan pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal.
serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena lesinya kronik.
Pentalaksanaannya biasanya lama. Pada lesi yang besar dan aktif, steroid
potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut. Tidak
direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan wajah).
Steroid potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih
tebal.1,8

Clobetasol
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah sintesis
protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan vasokonstriksi.8

Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % atau ointment


Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear
dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.12

17

Fluocinolone cream 0.1 % atau 0.05%


Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi sel.
Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.12

Obat oral anti anxietas dan sedasi


Obat oral dan anti anxietas dapat dipertimbangkan pada beberapa pasien.
Menurut kebuthan individual, penatalaksanaan dapat dijadwalkan setiap hari,
pada saat pasien tidur, atau keduanya. Antihistamin seperti dipenhydramine dan
hidroxyzine biasa digunakan. Doxepin dan clonazepam dapat dipertimbangkan
pada beberapa kasus.12

Agen anti pruritus


Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan histamine
secara endogen. Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau sedative dan
merangsang untuk tidur. Obat topical menstabilisasi membrane neuron dan
mencegah inisiasi dan transmisi implus saraf sehingga memberi aksi anestesi
lokal.1,12

Dipenhidramin, Untuk meringankan gejala pruritus yang


disebabkan oleh pelepasan histamine.

Cholorpheniramine, Bekerja sama dengan histamine atau


permukaan reseptor H1 pada sel efektor di pembuluh darah dan traktus
respiratori.

Hidroxyzine, merupakan Reseptor H1 antagonis diperifer.


Dapat menekan aktifitas histamine di region subkortikal system saraf pusat.

Klonazepam, dapat digunakan untuk anxietas yang disertai


pruritus. Berikatan dengan reseptor- reseptor di SSP, termasuk sistem limbik
dan pembentukan retikular. Efeknya bisa dimediasi melalui reseptor GABA.12

18

Agen imunosupresor
Tacrolimus, mekanisme kerjanya pada liken simpleks kronik tidak diketahui.
Dapat mengurangi gatal dan peradangan dengan menekan pelepasan sitokin dari
sel T. juga menghambat transkripsi gen yang mengkode IL-3, IL-4, IL5, GMCSF, dan TNF- alfa, yang semuanya terlibat dalam aktivasi sel T derajat dini.
Juga dapat menghambat pelepasan mediator sel mast dan basofil kulit dan
mengurangi regulasi ekspresi FCeRI pada sel langerhans. Obat dari kelas ini
lebih mahal dari kortikosteroid topical. Terdapat dalam bentuk ointment dalam
konsentrasi 0.03% dan 0.1%. indikasi apabila pilihan terapi yang lain tidak
berhasil.12

Immunodilator
Berasal dari ascomycin, suatu bahan alami yang diproduksi oleh jamur
streptomyces hygroscopicus var asmyeticus, bekerja menghambat produksi dan
pelepasan sitokin inflamasi dari sel T teraktivasi secara selektif dan berikatan
dengan reseptor imunofilin sitosolik makrofilin 12 (cytosolic immunophili
receptor

macrophilin-12).

Menghambat

kompleks

yang

menghambat

kalsineurin fofatase, yang kemudian memblokir aktivasi sel T dan pelepasan


sitokin. Atropi kutaneus tidak didapati pada percobaan klinis yang merupakan
kelebihan terhadap kortikosteroid topical. Indikasi apabila pilihan terapi yang
lain tidak berhasil.1,12
Prognosis liken simplek kronis berdasarkan teori adalah jika ditatalaksana
dengan baik maka prognosisnya baik.3Pada kasus ini juga berlaku hal yang sama, jika
pasiennya melakukan edukasi yang dianjurkan dan menggunakan obat dengan tepat
prognosis pada kasus ini quo ad vitam, fungisonam, sanationam adalah dubia ad
bonam.

19

Anda mungkin juga menyukai