PENDAHULUAN
Liken simplek kronik dikenal juga dengan neurodermatitis sirkumskripta, atau
Liken Vidal. Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan garis kulit tampak lebih
menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu.1 Likenifikasi pada kasus ini
terjadi akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan
pruritogenik. Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga
bertahun-tahun. Letak lesi bisa timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah
di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum,
perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian
depan, dan punggung kaki. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal
yang bersifat paroksismal, dan dirasakan pasien terutama jika tidak beraktivitas. Lesi
yang timbul dapat muncul hanya pada satu tempat, tetapi dapat juga dijumpai pada
beberapa tempat.1,2,3
Insidensi liken simplek kronis di Indonesia dikatakan bahwa 12% dari populasi
orang dewasa dengan keluhan kulit gatal menderita liken simplek kronik. Tidak ada
kematian akibat liken simplek kronik. Liken simplek kronik tidak memandang ras
dalam penyebarannya.4,5 Liken simplek kronik merupakan penyakit yang sering
ditemui pada masyarakat umum terutama pada usia dewasa, dan puncak insidennya
antara 30-50 tahun. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki
onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa
atopi (rata-rata 48 tahun).1,4
Berikut dilaporkan suatu kasus neurodermatitis sirkumkripta yang terjadi pada
seorang perempuan berusia 48 tahun sudah menikah dan bekerja sebagai pedagang
jajanan sekolah , tinggal di Kelurahan Pasir Putih, Talang Bakung.
BAB II
LAPORAN KASUS
Satu bulan SMRS karena garukan yang terus berlangsung menyebabkan kulit
os menjadi lecet kemudian membengkak dan lama-lama bekasnya menjadi kehitaman
terutama pada bagian pergelangan kaki kiri bagian depan. Bekas garukan yang
berwarna hitam itupun kadang-kadang gatal dan pasien sering menggaruknya
sehingga membuat kulit os lecet dan terkelupas serta tampak bersisik pada kulit lutut,
kaki dan jari os yang menebal tersebut. Sisik pada kulit lutut kiri bagian depan,
pergelangan kaki kiri bagian depan dan jari kedua tangan kanan sering ikut terlepas
akibat garukan. Untuk menghilangkan rasa gatalnya os menggunakan salep 99 yang
berwarna putih dan kadang-kadang merendam dengan air hangat.
2 minggu yang lalu os masih mengeluh gatal, kulit menebal, bersisik dan
akibat garukan tampak kemerahan pada lutut kiri bagian depan dan tampak kehitaman
pada pergelangan kaki kiri bagian depan. Os mengatakan awalnya tidak membawa
berobat ke Rumah Sakit karena keluhan ini dianggap os bukan penyakit yang serius
dan tidak terlalu mengganggu. Namun, karena keluhan ini sudah berlangsung lama
dan gatal masih terasa sehingga os memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit untuk
mengobati keluhannya tersebut.
Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, selain keluhan penyakit ini, os tidak
pernah mengalami keluhan kulit lainnya. Os mengatakan bahwa ia tidak pernah
berobat ke RS sebelumnya. Selain itu, os tidak pernah mengalami sakit lainnya
seperti alergi (-), hipertensi (-), gangguan ginjal (-).
Berdasarkan riwayat penyakit keluarga, tidak ada anggota keluarga yang
memiliki keluhan yang sama seperti os. Keluhan kulit lainnya juga tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan keadaan umum os tampak
sakit ringan, kesadaran kompos mentis, vital sign yang didapatkan dari pemeriksaan
yaitu tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 83 x/menit, respirasi 22 x/menit dan suhu
36,6C. Pada pemeriksaan fisik kepala : bentuk normocephal dan tidak terdapat
efloresensi pada kepala, pada mata tidak terdapat konjungtiva anemis, sklera ikterik
tidak ada, pupil isokor kanan-kiri, dan tidak terdapat efloresensi pada palpebra. THT
dalam batas normal dan tidak terdapat adanya efloresensi. Pada pemeriksaan leher
tidak terdapat pembesaran KGB dan tidak terdapat efloresensi. Pada pemeriksaan
1.
1.
2.
2.
2.
Gambar 2.a, 2.b, dan 2.c. Lesi di regio dorsum pedis anterior sinistra
3.
3.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan sesuai dengan definisinya, Liken Simplek
Kronis (Neurodermatitis Sirkumkripta) merupakan bagian dari dermatitis yaitu
peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogenatau endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik dan keluhan gatal serta cenderung residif dan menajdi kronik.Liken
simplek kronis sendiri adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai
dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai
kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang karena berbagai
rangsangan pruritogenik. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon
kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup lama.
Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histology memiliki karakteristik
berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa penebalan kulit,
dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena sehingga tampak
seperti kulit batang kayu.1,8
Secara epidemiologi liken simpleks kronis jarang ditemukan pada anak-anak.
Biasanya terjadi pada orang dewasa. Puncaknya ditemukan antara umur 30 sampai 50
tahun. Insidens tertinggi didapatkan pada bangsa ras Asia. Likenifikasiterutama
mudah diinduksidalam Mongoloiddan hitamkulitAfrika.1,9
Pada kasus ini ditegakkan diagnosis liken simplek kronisberdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik,danpemeriksaan dermatologis.Dari anamnesis diketahui
bahwa seorang laki-laki berusia 60 tahun sudah menikah dan bekerja sebagai
pedagang sayuran, tinggal di RT 02 Kelurahan Sijenjang, Jambi Timur, datang
dengan keluhan gatal yang disertai penebalan kulit, kemerahan dan bersisik pada kulit
lutut kiri bagian depan, pergelangan kaki kiri bagian depan dan jari kedua bagian
tepitangan kanan sejak 2 mingguSMRS.
Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan pada prurigo nodularis, tetapi
tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf menunjukkan imunoreaktif
somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y, dimana sama
pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut
menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti
garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast, dimana akan
lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan sel perineurium menunjukkan
10
peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang kemungkinan terjadi akibat dari
hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah dermis alpha-MSH (Melanosit
Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler. 1,4,11
Lokasi yang dikeluhkan pada pasien ini yaitu digenu anterior, dorsum pedis
anterior
dan
ekstremitas
superior
pada
digiti
juga
sesuai
dengan
11
11
multiple diatasnya. Tampak plak eritematosa, anular, ukuran 0,5 cm x 0,5 cm, tampak
likenifikasi, sirkumkripta dengan tepi hiperpigmentasi, dan tampak krusta kehitaman
diatasnya. Pada regio dorsum pedis anterior sinistra terdapat likenifikasi, bentuk
irregular, ukuran 6 x 4 cm, sirkumkripta dengan tepi hiperpigmentasi, dilapisi skuama
kasar diatasnya(Gambar 2.a). Tampak fisura, jumlah soliter,bentuk linear dengan tepi
hiperpigmentasi, ukuran 0,5 x 0,2 cm. Tampak plak hiperpigmentasi, irregular,
ukuran 1 cm x 0,3 cm, sirkumkripta, dilapisi skuama kasar diatasnya. Pada regio
digiti I dextra tampak likenifikasi, bentuk tidak teratur, ukuran 2 x 0,5 cm,
sirkumkripta dengan skuama kasar diatasnya. Tampak plak hiperpigmentasi, bentuk
teratur, ukuran 0,5 x 0,5 cm, sirkumkripta dengan krusta warna kehitaman diatasnya.
Pemeriksaan dermatologi ini sesuai dengan tinjauan pustaka efloresensi liken
simplek kronis yaitu :
1. Pada stadium awal kelainan kulit yang terjadi dapat berupa plak eritematosa,
sedikit edematosaatau kelompok papul, selanjutnya karena garukan berulang,
bagian tengah menebal, kering dan lalu muncul skuama pada bagian tengah
dan
menebal.
Likenifikasi,
ekskoriasi,
dengan
sekeliling
yang
12
mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan menjadi
keras dan berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat predileksi
di ekstremitas, dengan ukuran lesi beberapa millimeter hingga 2 cm.1
Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, dikarenakan
keterbatasan fasilitas yang ada. Sedangkan menurut teori, pada pemeriksaan
laboratorium tidak ada tes yang spesifik untuk liken simpleks kronis. Namun, dapat
melakukan pemeriksaan anjuran. Pada dermatitis atopik dan mikosis fungiodes bisa
terjadi likenefikasi generalisata oleh sebab itu merupakan indikasi untuk melakukan
patch test atau uji tempel pada pasien.Bisa juga dilakukan pemeriksaan potassium
hydroksida (KOH 10%) pada pasien liken simpleks genital untuk mengeleminasi
tinea cruris.
Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan Auspitz sign dan fenomena
Koebner.
warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores. Pada fenomena
Auspitz, setelah skuama habis dikerok dilakukan pengerokan perlahan hingga tampak
serum atau darah berbintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Hal ini dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosis banding psoriasis.1,10Pemeriksaan histopatologi untuk
menegakkan diagnosis liken simpleks kronis adalah menunjukkan proliferasi dari sel
schwann dimana dapat membuat infiltrasi selular yang cukup besar. Juga ditemukan
neural hyperplasia, adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis
dengan pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari
papillo dermis. Spongiosis bisa ditemukan, tetapi vesikulasi tidak ditemukan.
Papilomatosis kadang-kadang ditemukan. Ekskoriasi, dimana ditemukan garis
ulserasi punctata karena adanya jaringan nekrotik bagian superficial papillary dermis.
Fibrin dan neutrofil bisa ditemukan, walaupun keduanya biasanya ditemukan pada
penyakit dermatosis yang lain. Pada papillary dermis ditemukan peningkatan jumlah
fibroblas.1
13
Persamaan
Plak eritematosa
Perbedaan
Diagnosis psoriasis vulgaris disingkirkan
skuama.
14
Makula
berbatas tegas
Ada likenifikasi
(+).1
Lesi kulit eritema, difus Penyakit
Dermatitis
kontak
iritan
peradangan
kulit
ditutupi skuama
kronis/
Ada likenifikasi
kumulatif
proses sensitisasi
berbulan-bulan
tahunan
dermatitis
kontak
iritan
pasien
merasa
gatalnya
15
16
saja.Oleh karena itu, pemberian Cetirizin untuk mengurangi rasa gatal sudah sesuai
dengan tinjauan kepustakaan di atas.
Obat topikal yang diberikan pada pasien ini adalah betamethasone dipropionate
0.05% 3 kali sehari, dioleskan tipis pada kulit yang sakit. Salep kortikosteroid yang
diberikan adalah potensi kuat, bila perlu dengan oklusi. Untuk peradangan kulit yang
berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan
migrasi leukosit polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.12
Selain itu, terdapat beberapa pilihan terapi farmakologis yang dapat diberikan
pada pasien liken simplek kronis adalahobat-obatan antipruritus, glukokortikoid
topikal atau intralesional, atau produk-produk ter, konsultasi psikiatrik, dan
mengobati pasien dengan cryoterapi, cyproheptadine, atau capsaicin yang hampir
sama penatalaksaan pada chronic eczematous inflammation.1,9,10
a
Kortikosteroid
Sediaan yang dipilih dapat berupa sistemik atau topikal. Kortikosteroid topikal
Merupakan pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal.
serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena lesinya kronik.
Pentalaksanaannya biasanya lama. Pada lesi yang besar dan aktif, steroid
potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut. Tidak
direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan wajah).
Steroid potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih
tebal.1,8
Clobetasol
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah sintesis
protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan vasokonstriksi.8
17
18
Agen imunosupresor
Tacrolimus, mekanisme kerjanya pada liken simpleks kronik tidak diketahui.
Dapat mengurangi gatal dan peradangan dengan menekan pelepasan sitokin dari
sel T. juga menghambat transkripsi gen yang mengkode IL-3, IL-4, IL5, GMCSF, dan TNF- alfa, yang semuanya terlibat dalam aktivasi sel T derajat dini.
Juga dapat menghambat pelepasan mediator sel mast dan basofil kulit dan
mengurangi regulasi ekspresi FCeRI pada sel langerhans. Obat dari kelas ini
lebih mahal dari kortikosteroid topical. Terdapat dalam bentuk ointment dalam
konsentrasi 0.03% dan 0.1%. indikasi apabila pilihan terapi yang lain tidak
berhasil.12
Immunodilator
Berasal dari ascomycin, suatu bahan alami yang diproduksi oleh jamur
streptomyces hygroscopicus var asmyeticus, bekerja menghambat produksi dan
pelepasan sitokin inflamasi dari sel T teraktivasi secara selektif dan berikatan
dengan reseptor imunofilin sitosolik makrofilin 12 (cytosolic immunophili
receptor
macrophilin-12).
Menghambat
kompleks
yang
menghambat
19