Anda di halaman 1dari 6

Diare Akut pada Anak

Pendahuluan
Diare merupakan masalah pada sistem pencernaan yang banyak menyerang masyarakat
di berbagai negara, baik itu negara berkembang maupun negara maju. Diare sendiri memiliki
pengertian buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari, dimana buang air besar encer
tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan atau darah.1 Anak-anak jauh lebih rentan terkena
diare karena melihat belum cukup kuatnya sistem imun anak-anak serta fungsi organnya yang
belum sesempurna orang dewasa. Di Indonesia sendiri, diare merupakan penyakit utama pada
bayi dan anak-anak dengan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribut penduduk
pertahunnya.2
Pada anak-anak, diare lebih sering terjadi akibat infeksi baik virus maupun bakteri
patogen lainnya, sehingga mengakibatkan diare akut. Diare akut yaitu diare yang berlangsung
kurang dari 15 hari dan biasanya disebabkan oleh infeksi virus ataupun parasit.1 Pada negaranegara berkembang, diare banyak terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun dengan peyebab
terbanyak dikarenakan infeksi Rotavirus.3 Namun tidak menutup kemungkinan diare yang
terjadi dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, keracunan makanan, efek obat-obatan dan
masih banyak lagi.1
Pada kesempatan kali ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai diare akut pada anak. Hal
ini terkait dengan skenario yang didapat yaitu tentang seorang anak laki-laki berusia 7 tahun,
mengalami diare sejak 2 hari yang lalu, disertai demam 38.5C. selama sakit anak ini hanya
meminum obat penurun panas dan tidak pernah berobat ke dokter. Frekuensi diare 6x/hari,
konsistensi cari, dan tidak ada darah maupu lendir. Sejak 1 hari yang lalu, anak menjadi tidak
nafsu makan dan asupan berkurang. Beberapa jam sebelum berobat, anak menjadi lemas dan
hanya terbaring di tempat tidur, sehingga Ibunya memutuskan untuk membawa anak tersebut
ke UGD RS terdekat. Menurut Ibunya anak ini terakhir membuang air kecil 4 jam yang lalu.
Pada PF, didapati anak tampak lemas, TD 90/60, denyut nadi 90x/menit, frekuensi nafas
20x/menit, temperatur 39C, kedua kelopak mata cekung, bibir kering dan pecah-pecah,
turgor kulit kembali lambat, akral hangat.
Pembahasan
Anamesis
Hal-hal baku yang perlu ditanyakan antara lain keluhan utama pasien, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial ekonomi,

keluhan lain yang dirasakan, dan pengobatan atau terapi yang mungkin telah dilakukan. Pada
kasus diare ada beberapa hal yang harus ditanyakan untuk kepentingan penegakan diagnosis.
Hal-hal tersebut antara lain berhubungan dengan berapa lama pasien menderita diare, dalam
sehari berapa kali pasien melakukan defekasi, riwayat makanan atau minuman yang
dikonsumsi, pasien sebelumnya berpergian atau tidak, apakah ada keluarga yang juga
mengalami hal yang sama, apakah ada keluhan lain seperti nyeri; demam; ataupun mutah.4
Sangat wajib untuk menanyakan bentuk; warna; konsistensi dari feses, sebab beberapa
dari etiologi penyebab diare akan memberikan ciri khas sendiri dari karakteristik fesesnnya.
Hal-hal yang perlu diketahui dari pasien sehubungan dengan feses yang dikeluarkannya
antara lain: apakah cair atau padat, apakah terdapat darah (merah atau hitam, tercambur atau
tidak), apakah terdapat lendir atau nanah, apakah berlemak atau berminyak, apakah berbuih,
apakah berbau busuk, apakah berwarna seperti cucian air beras, dsb. 4 Untuk melihat apakah
pasien mengalami dehidrasi, perlu ditanyakan hal-hal seperti apakah pasien masih bisa
berkemih, apakah pasien masih merasa haus, apakah pasien merasakan lemas, dsb.
Dari hasil anamnesa pasien didapatkan hasil seperti berikut ini:
KU

: Diare sejak 2 hari yang lalu

RPS

: Diare 6x/hari, konsistensi cair, tidak ada darah, tidak ada lendir, tidak
nafsu makan, lemas, dan terakhir buang air kecil 4 jam yang lalu.

KLain

: Demam

Pemeriksaan Fisik
Pertama-tama, pemeriksaan fisik yang wajib untuk dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, frekuensi napas, suhu, dan nadi.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan abdomen dengan inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.
Tidak lupa juga untuk melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah pasien mengalami
dehidrasi atau tidak.
Pada pemeriksaan fisik, apabila pasien merasakan sakit perut seperti kram biasanya
dihubungkan dengan infeksi dari beberapa organisme. Nyeri biasanya tidak akan meningkat
dengan palpasi. Pada anak-anak seringkali terjadi kerusakan kulit perianal akibat terlalu
sering melakukan defekasi atau karena pH tinja yang asam. Pasien yang mengalami dehidrasi
biasanya terlihat lemas, kesadaran menurun, ubun-ubun cekung, membran mukosa kering,
mata cekung, dan turgor kulit menurun. Penurunan berat badan dapat terjadi apabila terjadi
malabsorbsi.
Hasil pemeriksaan fisik yang bisa didapat berdasarkan kasus antara lain:

Tanda-Tanda Vital

: Suhu 39C, TD 90/60, denyut nadi 90x/menit,


nafas 20x/menit

Pemeriksaan Makroskopik

: tinja cair, tidak ada darah, tidak ada lendir,


sudah 2 hari, sehari 6x melakukan defekasi

Tanda-Tanda Dehidrasi

: lemas, kelopak mata cekung, bibir kering dan


pecah-pecah, turgor kulit kembali lambat

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses harus dilakukan dengan sebelumnya telah dilakukan persiapan.
Persiapan yang dimaksud antara lain pasien tidak boleh mengjonsumsi antasida, antidiare,
antiparasit, antibiotik, laksan, vitamin C, dan zat besi, terhidung 1 atau 2 hari sebelum
pemeriksaan. Feses harus berasal dari defekasi spontan atau dengan sarung tangan, bukan
tinja yang telah terkontaminasi dengan benda-benda diluar atau pun air toilet. Feses harus
dimasukan ke dalam wadah yang bersih, tidak meresap, berlabel di badan wadah, tertutup
rapat, tidak mudah pecah dan mudah dibawa. Pemeriksaan harus segera dilakukan kurang
dari satu jam untuk mendapatkan feses yang masih segar.

Gambar 1. Wadah untuk Pemeriksaan Tinja


1.1 Pemeriksaan Makroskopik
Dilakukan pemeriksaan makroskopik untuk tinja yang meliputi pemeriksaan warna,
konsistensi, volume, frekuensi, mukus, bau, adanya parasit atau tidak, adanya pus atau tidak,
adanya sisa makanan yang tidak dicerna, dan osmolaritas tinja. Karakteristik pemeriksaan
tinja secara makroskopik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kondisi Feses dan Indikasinya

Karakteristik
Warna

Normal

Abnormal

Coklat/kekuningan Pekat/putih

Hitam
Merah
Pucat dengan lemak

Konsistensi

Berbentuk, lunak,
agak cair / lembek,
basah

Lendir darah
Keras, kering

Cair

Bau

Unsur Pokok

Dipengaruhi oleh
makanan yang
dimakan dan flora
bakteri

Bau tak enak yang


keras

Sejumlah kecil
bagian kasar
makanan yg tdk
dicerna, lemak,
protein, cairan
pencernaan, dll

Pus
Mukus
Parasit
Darah
Lemak dalam
jumlah besar
Benda asing
>3 kali/hari

Frekuensi
1.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Kemungkinan
Penyebab
Adanya pigmen
empedu, pemeriksaan
diagnostik
menggunakan barium
Perdarahan bagian atas
GI
Perdarahan
bagian bawah GI
Malabsorbsi lemak;
diet tinggi susu dan
produk susu dan
rendah daging.
Infeksi
Dehidrasi, penurunan
motilitas usus akibat
kurangnya serat
konstipasi
Peningkatan motilitas
usus (mis. akibat
iritasi kolon oleh
bakteri) diare
Berasal dari senyawa
indole, skatol,
hydrogen sulfide dan
amine, diproduksi oleh
pembusukan
proteinoleh bakteri
perusak atau
pembusuk
Infeksi bakteri
Kondisi peradangan
Perdarahan
gastrointestinal
Malabsorbsi
Salah makan
Diare

Pemeriksaan mikroskopik yang dapat dilakukan antara lain melakukan pemeriksaan


kandungan leukosit, eritrosit, lemak, sisa makanan, atau pun telur cacing dalam feses.
Pemeriksaan leukosit dan eritrosit dilakukan dengan penggunaan pewarna eosin 2%.
Normalnya tidak terdapat leukosit maupun eritrosit. Jika leukosit >3/lpb mengindikasikan
adanya inflamasi atau infeksi. Lemak dapat diperiksa dengan pewarnaan Sudan III, Sudan IV,
dan Oil Red O. Lemak akan tampak sebagai bulatan berwarna jingga sampai merah.

Normalnya serat tumbuhan hanya ditemukan 1-4 serat/lpb, sementara serat hewan tidak
ditemukan. Jika ditemukan dapat mengindikasikan adanya maldigesti dan pewarnaanya
menggunakan eosin 2%.
2. Biakan Bakteri
Biakan feses harus dilakukan pada setiap pasien yang dimungkinkan mengalami diare akibat
infeksi dari virus, bakteri, maupun parasit. Harus s elalu dilakukan kultur tinja untuk

Salmonella, Shigella, Campylobacter dan enterocolitica Y apabila terdapat tanda-tanda klinis


kolitis atau jika leukosit ditemukan dalam fese. E.coli dapat juga ditemukan dalam
pemeriksaan ini dan dapat ditentukan jenis apakah E.coli yang ditemukan. Antigen dari
Rotavirus dapat diidentifikasi dengan immunoassay dan uji aglutinasi lateks. Tingkat falsenegatif adalah sekitar 50%, dan hasil positif palsu dapat terjadi. Antigen Adenovirus dapat
dideteksi dengan immunoassay enzim. Hanya serotipe 40 dan 41 dari Adenovirus yang dapat
menginduksi diare.
3. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah perifer lengkap digunakan untuk melihat hemoglobin, hematokrit,
leukosit, dan hitung jenis leukosit. Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki
jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri
terutama pada infeksi bakteri invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan
darah putih. Jumlah leukosit biasanya tidak meningkat pada diare virus-mediated dan racundimediasi. Bakteri atau virus yang menginvasi ke usus akan menyebabkan leukosit (terutama
neutrofil) berada dalam feses.1

4. Pemeriksaan Laboratorium Lain


Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH
dan cadangan alkali atau lebih tepatnya lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dapat dilakukan untuk mengetahui fatal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
dapat dilakukan terutama pada penderita diare yang disertai kejang.2

Anda mungkin juga menyukai