Laporan Pendahuluan Hemoroid
Laporan Pendahuluan Hemoroid
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi,
sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi
parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya
faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut
Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid.
Hemoroid berdarah mungkin akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena
yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis,
ulserasi, dan perdarahan, sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak
sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid
sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan vena yang melebar, mengawali atau memperberat adanya
hemoroid.
b. Faktor
penyebab
terjadinya
hemoroid
adalah
1)
2)
3)
Pembesaran prostat.
4)
5) Kelemahan
6)
dinding
structural
dari
dinding
sebagai
pembuluh
berikut:
darah.
Hemoroid internal
Hemoroid internal adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas
garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal
dikelompokkan dalam 4 derajat :
1)
Derajat I
Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat
masuk kembali secara spontan.
3)
Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi.
4) Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk
kembali.
Bagan Derajat Hemoroid Intern
Hemoroid Intern
Derajat
I
II
III
IV
b.
Berdarah
+
(+)
(+)
(+)
Menonjol
+
+
Tetap
Reposisi
Spontan
Manual
Tidak dapat
Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk.
Hemoroid
eksternal
dikelompokkan
dalam
kategori
yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid
trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujungujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2)
Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis
mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran
darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain
dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena
sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio
anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal
membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit
oleh sfingter anal. Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan
peningkatan vena portal dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena
anorektal. Arteriola regio anorektal menyalurkan darah dan peningkatan tekanan
langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan berulangnya
peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah
dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang
mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya
pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam
feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah
kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika
ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan
peradangan dan nyeri hebat.
5. Manifestasi Klinis
a.
Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan
feces. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar
karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
b.
Gejala
Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
4)
Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.
6. Komplikasi
-
Terjadinya perdarahan
Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis.
-
Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman kumannya.
7. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium :
Eritrosit
Lekosit
led
Hb
- Diagnostik
Proktoskopy
Anoskop
a. Inspeksi
1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung
thrombus.
2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b. Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila
sudah ada Fibrosis
2)
recti.
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum
prolap. Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lubang.
8. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat
I dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat
konstipasi dengan menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat
untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih paling
sedikit 2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan
makanan yang merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal dengan
baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri yang terusmenerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi, dapat
diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan
pengobatan di atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium
moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varices, dengan
harapan timbul fibrosis dan hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini
adalah hemoroid eksterna, radang dan adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid
interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara bertahap.
Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat
dilakukan adalah operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada
hemoroid antara lain :
a.
mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah
beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa pasien,
namun pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan
menyebabkan hemoroid sekunder dan infeksi perianal.
b.
Hemoroidektomi Kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan
jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu.
Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan nyeri. Prosedur ini tidak
terpakai luas karena menyebakan keluarnya rabas yang berbau sangat
menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
c.
jarang
menjadi
komplikasi
pada
periode
pasca
operatif.
d. Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat
semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif
selesai, selang kecil dimasukkan melaui sfingter untuk memungkinkan
keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria
yang mengandung anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post
operasi diberikan diit rendah sisa untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari
ingin BAB, tampon dibuka dan berikan rendaman PK hangat (37oC) dengan
perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB, lalu dipasang lagi
tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi
laxantia. Berikan rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC),
perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post
operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat
baring
dan
juga
operasi.
Bila
ada
peradangan
diobati
dahulu.
Riwayat diet :
- Bagaimana pola makan klien?
- Apakah klien mengkonsumsi makanan yang mengandung serat?
Riwayat pekerjaan :
- Apakah klien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau berdiri
dalam waktu lama?
Pengkajian obyektif :
- Menginspeksi feses apakah terdapat darah atau mucus dan area
perianal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.
- Menginspeksi Bengkak (bendungan) di dalam atau diluar rectum Nyeri
- Mengkaji gatal daerah rectum
- Mengkaji gangguan mukosa rectum
- Mengkaji perdarahan pada saat b.a.b berwarna merah segar
Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat
- Mengkaji nyeri, gatal, atau kemungkinan perdarahan.
Pertanyaan kebiasaan buang air besar ; konstipasi, mengejan saat
defekasi.
Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi untuk haemorrhoid eksternal ada prolaps atau internal haemorrhoid.
- Pemeriksaan rectal toucer ( colok dubur )
- Proctosigmoidoscopy untuk menentukan lokasi dan keadaan dari haemorrhoid.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Eksternal dengan anoskop atao proktoskop menunjukkan
hemoroid atau hemoroid-hemoroid
2. Barium enema atau sigmoidoskopi untuk menangani lesi kolonik yang lebih
serius yang menyebabkan pendarahan rektal, seperti polip.
2)
Diagnosa Keperawatan
a)
b)
3)
Rencana tindakan:
(1)
(4)
Mengurangi
(7) Berikan
rendaman
rasa
nyeri
duduk
dan
sesuai
prolap
anjuran
varices.
duduk.
untuk
pemberian
terapi
analgetik.
konstipasi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan: tanda-tanda
vital dalam batas normal, tidak timbul perdarahan pada feces dalam waktu 12 hari.
4. Fokus Intervensi
a.
Pre Operasi
1)
Pengkajian
a)
berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu
dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit
rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.
Kebiasaan minum air putih kurang dari 2.000 cc/hari.
c)
Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri
Rencana tindakan:
(1)
c)
(4)
Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita penyakit yang sama
d)
Post Operasi
1)
Pengkajian
a)
Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang
Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang
Diagnosa Keperawatan
a)
b)
konstruktur nyeri.
c)
d)
e)
f)
3)
Intervensi Keperawatan
a)
Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang dengan
skala nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1)
Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari
konstruktur nyeri.
Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara bertahap.
Rencana tindakan:
(1) Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan
ketidakseimbangan.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang
dibutuhkan.
(2)
Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama 24 jam
pertama.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4)
(5)
kebutuhan.
Rasional :Untuk memandirikan pasien.
(3)
Kriteria Hasil: luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Rencana tindakan:
(1)
Berikan rendaman duduk setiap kali setelah BAB selama 1-2 minggu.
f)
Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran, tinjau ulang catatan intra
operasi.
Rasional: dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi
pengeluaran cairan/keutuhan pengantian dan pilihan-pilihan mempengaruhi
intervensi.
(2)
dilakukan.
Rasional: mungkin akan terjadi penurunan (penghilangan setelah prosedur
pada sistem genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan.
(3)
Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk
terjadinya pembengkakan.
Rasional: perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada
hipovolemia/hemoragi. Pembengkakan lokal mungkin mengindikasikan
formasi hematoma/perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan
Ilmiah.
Edisi
Medika.
2.
Jakarta:
Salemba
dari
website
http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.
E.
J.
2000.
Buku
saku
patofisiologi.
Jakarta:
EGC.
W.
D.
Jong,
Edisi
revisi.
Jakarta:EGC.
Arima
Medika.
NN. 2009. Askep hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://be11nursingae.blogspot.com.
NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://medicastore.com.