1. Data Perencanaan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Panjang Jembatan
Lebar Jembatan
Tinggi Jembatan
Jarak Antar Batang Vertikal
Lebar Lantai Kendaraan
Lebar Trotoar
Material Baja
Alat Sambung
Bahan Lantai Kendaraan
Tipe Jembatan
: 48 m
:9
m
:6
m
:6
m
:7
m
:1
m
: Baja BJ 37
: Baut
: Beton + Aspal
: Jembatan Rangka Baja
Jalan Raya
Pd. T-04-2004-B
: Pedoman Perencanaan Beban Gempa Untuk Jembatan
b. Metode perencanaan tegangan ijin dengan beban kerja.
Perhitungan struktur jembatan rangka baja dilakukan dengan komputer berbasis elemen
hingga (finite element ) untuk berbagai kombinasi pembebanan yg meliputi berat sendiri,
beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan (beban lajur, rem pedestrian), dan
1
beban pengaruh lingkungan (temperatur, angin, gempa) dengan pemodelan struktur 3-D
(space-frame).
Metode analisis yang digunakan adalah analisis linier metode matriks kekakuan langsung
(direct stiffness matriks) dengan deformasi struktur kecil dan material isotropic.
Program komputer yang digunakan untuk analisis adalah Staad Pro. Dalam program
tersebut berat sendiri struktur dihitung secara otomatis.
3. Analisa Beban Jembatan
a. Berat Sendiri (MS)
Berat sendiri (self-weight) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan
elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang dipikulnya dan
bersifat tetap. Berat sendiri elemen struktural dihitung secara otomatis oleh Program
Staad Pro.
b. Beban Mati Tambahan (MA)
Beban mati tambahan (superimposed dead load), adalah berat seluruh bahan yang
menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural,
dan mungkin besarnya berubah selama umur jembatan.
Jembatan direncanakan
No
1
2
Tebal
(m)
0.1
0.05
W
(kN/m3)
22
9.8
qMA =
Berat
(kN/m2)
2.2
0.49
2.69
q = 8.0 kPa
untuk L 30 m
untuk L > 30 m
untuk L 50 m
DLA = 0.3
untuk L 90 m
b1
= 7.00 m
= 75.00 m
Untuk L > 30 m :
q = 8.0 *( 0.5 + 15 / L ) = 6.5 kPa
Beban merata (UDL) pada lantai jembatan :
qTD = [5.5 * q * 100% + ( b 1 - 5.5 ) * q * 50%] / b1 = 5.803 kN/m2
Beban garis (KEL) pada lantai jembatan : p = 44.00 kN/m
p = [5.5 * p * 100% + ( b 1 - 5.5 ) * p * 50%] / b1 = 39.286 kN/m
Faktor beban dinamis untuk L < 50 m,
DLA = 0.4
P TD = ( 1 + DLA ) * p = 55 kN/m
d. Beban Rem (TB)
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah
memanjang, dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya
rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan (L t ) sebagai
berikut :
Gaya rem, T TB
= 250 kN
untuk L 80 m
3
Gaya rem, T TB
= 250 + 2.5*(L - 80) kN
untuk 80 < L < 180 m
Gaya rem, T TB
= 500 kN
untuk L 180 m
Panjang jembatan, L = 48 m maka besarnya beban rem sebesar 250 kN
Gaya rem tsb. didistribusikan ke setiap joint pertemuan balok lantai jembatan dengan
jumlah joint, 45 buah, sehingga besarnya gaya tiap joint sebesar:
T TB = 250/45 = 5,55 kN
kN
Cw
Vw
Ab
Gaya angin didistribusikan merata pada bidang samping setiap elemen struktur yang
membentuk frame pada arah melintang jembatan. Lebar bidang kontak vertikal untuk
setiap elemen rangka samping struktur jembatan diambil yang terbesar:
Beban angin pada rangka jembatan untuk, b = 1.75 m
T EW = 0.0006*C w *(Vw)2 * b = 1.608 kN/m
Beban garis merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat
angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus :
T EW = 0.0012*C w *(Vw)2 kN/m dengan C w = 1.2
T EW = 0.0012*C w *(Vw)2 = 1.764 kN/m
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan
tinggi 2.00 m di atas lantai jembatan.
h = 2.00 m
Jarak antara roda kendaraan x = 1.75 m
Transfer beban angin ke lantai jembatan,
T' EW = [ 1/2*h / x * T EW ]
T' EW = 1.008 kN/m
Kh
= Faktor kepentingan
Wt
= Berat total jembatan yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan
= P MS + P MA kN
= Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan kondisi tanah
KP
4. Kombinasi Pembebanan
KOMBINASI PADA KEADAAN ULTIMIT
: 25 kN/m3
: 22 kN/m3
7
: 10 kN/m3
Air
Beban hidup
Lx (m)
Ly (m)
3,53
1,70
6,00
Tebal pelat ditentukan 20 cm untuk semua dimensi pelat, Tebal lapis perkerasaan
ditentukan sebesar 7,5 cm. Pelat yang ditinjau yaitu pelat tengah dengan tumpuan
jepit pada ke empat sisinya.
Ly = 6,00 m
Lx = 1,70 m
= 6,00 m
= 1,70 m
= 0,20 m
= 0,05 m
= 54,00 kN
= 17,82 kN
0,54 kN
= 72,36 kN
6,0
L
k = f1 B = 1 x 1,7 = 3,53
Karena nilai k > 2,5 maka pada grafik M.Pigeaud digunakan nilai k = ~
Koefisien reduksi momen, rm = 0,7
a. Perhitungan momen lentur pelat lantai dengan sudut penyebaran 450
Lapis aspal = 0,075 m
u
B
Pelat = 0,2 m
450
u
6
B = 6 =1
v
1,7
L = 1,7 = 1
= rm Pd (m1 + 0,15m2)
= 0,7 (72,36) (7,8 x 10-2 + 1,9 x 0,15 x 10-2)
= 4,09 kNm
= rm Pl (m1 + 0,15m2)
= 0,7 (112,5) (13,5 x 10-2 + 0,15 x 12,5 x 10-2)
= 12,11 kNm
1m
11
formasi (i)
u = 2 (u1+x ) = 2 ( 0,994 + 0,003) =1,994 m
v = 0,794 m
rasio bidang beban pelat
1,994
u
B = 1,7 = 1,25
0,794
6
6 = 6 = 0,039
dari grafik M Pigeaud diperoleh nilai koefisien momen untuk k = ~
m1 = 9,6. 10-2
m2 = 8,4. 10-2
m2 ( u1 + x ) = 8,37. 10-2
formasi (ii)
u = 2x = 2(0,003) = 0,006 m
v = 0,794 m
rasio bidang beban pelat:
0,006
u
B = 1,7 = 0,00375
v
0,744
L = 6 = 0,124
m1 x = 0,084 .10-2
m2 = 21.10-2
m2 x = 0,063 .10-2
= 9,486.10-2
= 8,307 .10-2
= 17,005 KNm
Mll 2x + kejut = 1,33 x Mll 2x = 22,62 kNm
Mll 2y = rm 2Pl (0,15 m1 + m2) / u1
= 0,7(2)(112,5) (0,15.9,486.10-2 + 8,307.10-2 ) / 0,994
= 15,417 KNm
Mll 2y + kejut = 1,33 x Mll 2y = 20,51 kNm
Kondisi pembebanan 3
Kondisi pembebanan 3 tidak mungkin terjadi pada
1m
M arah x (kNm)
4,09
M arah y (kNm)
1,56
Beban hidup1
16,11
15,22
Beban hidup 2
22,62
20,51
= 41,1 kNm/m
MR x negatif
= 41,1 kNm/m
MR y positif
MR y negatif
5.4.1
= 34,69 kNm/m
20
d pos
d neg
20
200
min
b
.Mn Mu
1,0
1,0
fy = 400 = 0,0025
fy
600 fy
0,85.0,85.25
600
400
600 400 = 0,0271
=
Menentukan Asada.
41100000
Mu
0,8
Mn rencana sebesar 0,8 =
= 51375000 Nmm
Rn
51375000
Mn
2
2
b.d = 1000.(172) = 1,74
ada
2.Rn
0,85. f ' c
fy
0,85. f ' c
14
ada
0,85.25
2.1,74
1 1
400
0,85.25
= 0,0045
( / 4).(16) 2 .(1000)
200
= 1005,31 mm2
Asada . fy
1005,31.400
0,85, f ' c.b = 0,85.(25).(1000) = 18,92 mm
Mn = Asada . fy . (d a )
= 1005,31 . 400 . (172 .18,92)
= 65361234 Nmm = 65,36 kNm
.Mn = 0,8. 65,36 = 52,28 KNm
.Mn Mu ................. 52,28 41,1 OK
Dengan nilai d efektif dan Mu yang sama maka penulangan momen negatif akan
sama dengan penulangan momen positif.
Memeriksa lebar retak
Lebar retak dapat di tentukan dengan rumus:
w 11x10 6 x . x fs x 3 dc x A
Dengan:
w
15
fs
dc
= jarak antara titik berat tulangan utama sampai ke serat tarik terluar
a
18,92
1 = 0,85 = 22,26 mm
(200 22,26)
(172 22,26) = 1,19
Fs
dc
= 20 + 0,5 x16 = 28
28.11200 = 0,21 mm
5.4.2
Mu
34690000
0,8
Mn rencana sebesar 0,8 =
= 43362500 Nmm
Rn
43362500
Mn
2
2
b.d = 1000.(156) = 1,78
ada
0,85.25
2.1,78
1 1
400
0,85.25
= 0,00465
( / 4).(16) 2 .(1000)
725,4
Jarak tulangan =
= 277,17 mm
( / 4).(16) 2 .(1000)
200
= 1005,31 mm2
Asada . fy
1005,31.400
0,85, f ' c.b = 0,85.(25).(1000) = 18,92 mm
Mu = Asada x fy x (d a )
= 1005,31 x 400 x (156 .18,92)
= 65361234 Nmm = 65,36 kNm
.Mn = 0,8 x 65,36 = 52,28 kNm
.Mn Mu.................. 52,28 34,69
OK
Seperti halnya pada penulangan arah x, pada arah y momen positif akan sama
dengan penulangan momen negatif karena d efektif yang sama.
5.4.3
bertumpuan sederhana (pelat satu arah). Untuk beban hidup gaya geser diasumsikan
ditahan oleh suatu lebar efektif yang sejajar dengan tumpuan (Raju, N.K.1991
Design of Bridge).
Untuk beban roda tunggal akibat roda, lebar penyebaran efektif dapat dihitung
dengan rumus:
be = k x (1 x/L) + bw
Dengan:
be
bw
17
Arah x
Panjang penyebaran beban = u + 2(D+H)
= 0,5 + 2(0,075+0,2)
= 1,05 m
Untuk geser maksimum beban terletak pada tumpuan, sehingga jika beban roda
dianggap sebagai beban titik, maka jarak dari tumpuan ke pusat roda = 1,05 m/2 =
0,525 m
75
200
525
1700
0,1
k
pelat
sederha
na
0,4
k
pelat
mener
us
0,4
1,1
k
pelat
sederha
na
2,60
k
pelat
mener
us
2,28
0,2
0,8
0,8
1,2
2,64
2,36
0,3
1,16
1,16
1,3
2,72
2,40
0,4
1,48
1,44
1,4
2,80
2,48
0,5
1,72
1,68
1,5
2,84
2,48
0,6
1,96
1,84
1,6
2,88
2,52
0,7
2,12
1,96
1,7
2,92
2,56
0,8
2,24
2,08
1,8
2,96
2,60
B/L
B/L
18
0,9
2,36
2,16
1,9
3,00
2,60
1,0
2,48
2,24
2,0
3,00
2,60
kN
= 0,05 kN
= 6,70 kN
75
200
425
6000
f 'c
xbxd
1
= 0,6 x 6 x 25 x 1000 x 172
= 86000 N = 86 kN > Vu = 51,20 kN
tidak perlu tulangan geser, digunakan tulangan geser minimum sesuai persyaratan
Arah y
Vu = 1,2 x VDL + 1,6 x VLL
= 1,2 x 20,1 + 1,6 x 26,33
= 66,25 kN
1
Vn = x 6 x
f 'c
xbxd
1
= 0,6 x 6 x 25 x 1000 x 156
= 780000 N = 780 kN > Vu = 66,25 kN
tidak perlu tulangan geser, digunakan tulangan geser minimum sesuai persyaratan
20
21
55 kN/m
55 kN/m
55 kN/m
55 kN/m
55 kN/m
55 kN/m
55 kN/m
55 kN/m
55 kN/m
22
23
6.2.
Pembebanan Struktur
*Beban mati berupa berat sendiri dan berat asplat + genangan air hujan sebesar 2,69 kN/m 2
*Beban hidup yaitu: beban garis P sebesar 55kN/m, beban merata lantai jembatan Q sebesar 5,803 kN/m 2, dan beban
pejalan kaki pada trotoar sebesar 2,16 kN/m2
24
*Beban temperature dihitung otomatis oleh Staad Pro dengan input perbedaan suhu tertinggi dan terendah: 15 0 C
*Beban angin akan menjadi beban vertical dan horizontal, untuk bebean horizontal dihitung oleh software dan beban
vertical timbul akiban beban angin yang mengenai kendaraan sebesar 1,08 kN/m
25
*Beban gempa dihitung secara otomatis oleh software berdasarkan berat masing-masing struktur dan parameter gempa
*Beban gempa dihitung secara otomatis oleh software berdasarkan berat masing-masing struktur dan parameter gempa
Kombinasi
1
LC-1
DL + LL + TB
2
LC-2
DL + LL + TB + ET
3
LC-3
DL + LL + TB + ET + WX
4
LC-4
DL + LL + TB + ET + WXZ
5
LC-5
DL + EX
6
LC-6
DL + EZ
7. Perencanaan Profil Baja Jembatan
26
Dari hasil analisa software Staad Pro maka diperoleh hasil rasio kekuatan batang
dalam menahan gaya yang bekerja adalah seperti pada gambar di bawah ini:
27
Sambungan pada struktur truss menggunakan jenis sambungan baut. Pada struktur
truss maka sambungan hanya akan menerima gaya tekan atau tarik. Pada saat terjadi
tekan maka sambungan suatu struktur akan menjadi kuat karena adanya gaya saling
dorong antar batang yang disambung. Sebaliknya ketika terjadi tarik maka kekuatan
sambungan akan menentukan apakah batang yang disambung tersebut kuat atau
tidak.
Oleh karena itu pada sambungan struktur truss ini desain sambungan akan dibuat
sebagai sruktur baja yang menerima gaya tarik. Diambil nilai gaya tarik maksimum
untuk merencanakan sambungan ini.
= 500 x 15
= 7500 mm2
30
An
= (500 - 2 x 26) x 15 = 6720 mm2
Max An = 0,85 x Ag = 0,85 x 7500 = 6375 mm2
Ae = An = 6375 mm2
Leleh: Tn
= fy Ag
= 0,9 (410)(7500) = 2767,50 kN
Fraktur: Tn
= fu Ae
= 0,75 (550)(6375) = 2629,69 kN
Tn (2629,60) > Tu (2627,12)
Perencanaan baut:
Geser, Rn
= 0,5 x fub x m Ab = 0,75 (0,5) (825) (2) (1/4 242)
Tumpu, Rn
= 279,77 kN/baut
= 2,4 x db x tp x fup = 0,75 (2,4) (24) (15) (550)
= 356,40 kN/baut
Jumlah minimal baut yang diperlukan, n
n
= 2627,12 /279,77 = 9,39 10 buah
Jumlah baut yang dipasang sebesar 14 buah > 10 buah baut aman
8.2.
31
Dari hasil analisa staad pro maka diperoleh gaya tarik dan momen maksimum pada
gelagar adalah sebesar, Tu= 1854,50 kN
Digunakan baut dengan baut baja mutu tinggi spesifikasi ASTM A325.
diameter baut, db
= 24 mm
kuat tarik 1 baut, fub
= 825 MPa
jumlah baut
= 14 buah
diameter lubang baut
= 26 mm
tebal pelat sayap
= 25 mm
tebal pelat buhul
= 15 mm
tegangan leleh pelat, fyp = 410 MPa
tegangan putus pelat, fup = 550 MPa
Karena ketebalan pelat buhul lebih kecil dari pelat sayap maka perhitungan
didasarkan pada pelat buhul.
Lebar efektif pelat buhul pada sambungan = 500 mm
Ag
= 500 x 15
= 7500 mm2
An
= (500 - 2 x 26) x 15 = 6720 mm2
Max An = 0,85 x Ag = 0,85 x 7500 = 6375 mm2
Ae = An = 6375 mm2
Leleh: Tn
= fy Ag
= 0,9 (410)(7500) = 2767,50 kN
Fraktur: Tn
= fu Ae
= 0,75 (550)(6375) = 2629,69 kN
Tn (2629,60) > Tu (1854,50)
Perencanaan baut:
Geser, Rn
= 0,5 x fub x m Ab = 0,75 (0,5) (825) (2) (1/4 242)
Tumpu, Rn
= 279,77 kN/baut
= 2,4 x db x tp x fup = 0,75 (2,4) (24) (15) (550)
= 356,40 kN/baut
Jumlah minimal baut yang diperlukan, n
n
= 1854,50 /279,77 = 6,63 7 buah
Jumlah baut yang dipasang sebesar 14 buah > 7 buah
8.3.
baut aman
Dari hasil analisa staad pro maka diperoleh gaya tarik dan momen maksimum pada
ikatan angin adalah sebesar, Tu = 30,42 kN
Digunakan baut dengan baut baja mutu tinggi spesifikasi ASTM A325.
diameter baut, db
= 16 mm
kuat tarik 1 baut, fub
= 825 MPa
jumlah baut
= 2 buah
diameter lubang baut
= 18 mm
tebal pelat sayap
= 10 mm
tebal pelat buhul
= 8 mm
tegangan leleh pelat, fyp = 410 MPa
tegangan putus pelat, fup = 550 MPa
Karena ketebalan pelat buhul lebih kecil dari pelat sayap maka perhitungan
didasarkan pada pelat buhul.
Lebar efektif pelat buhul pada sambungan = 250 mm
Ag
= 250 x 8
= 2000 mm2
An
= (250 - 2 x 18) x 8 = 1712 mm2
Max An = 0,85 x Ag = 0,85 x 2000 = 1700 mm2
Ae = An = 1700 mm2
Leleh: Tn
= fy Ag
= 0,9 (410)(2000) = 738,00 kN
Fraktur: Tn
= fu Ae
= 0,75 (550)(1700) = 701,25 kN
Tn (701,25) > Tu (30,42)
Perencanaan baut:
Geser, Rn
= 0,5 x fub x m Ab = 0,75 (0,5) (825) (2) (1/4 162)
Tumpu, Rn
= 124,34 kN/baut
= 2,4 x db x tp x fup = 0,75 (2,4) (16) (8) (550)
= 126,72 kN/baut
Jumlah minimal baut yang diperlukan, n
n
= 30,42 /124,34 = 0,24 1 buah
Jumlah baut yang dipasang sebesar 2 buah > 1 buah
baut aman
33
34
35
36
37
38
39
Beam
597
590
598
591
596
589
599
592
595
588
539
523
600
593
526
510
528
512
540
524
594
501
537
521
525
Design Property
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
Actual
Ratio
Allowab
le Ratio
Normalized
Ratio
(Actual/
Allowable)
1.156
1.25
0.925
AISC- H1-1
1.156
1.25
0.925
AISC- H1-1
1.079
1.25
0.863
AISC- H1-1
1.079
1.25
0.863
AISC- H1-1
1.058
1.25
0.846
AISC- H1-1
1.058
1.25
0.846
AISC- H1-1
0.872
1.25
0.697
AISC- H1-1
0.872
1.25
0.697
AISC- H1-1
0.86
1.25
0.688
AISC- H1-1
0.86
1.25
0.688
AISC- H1-1
0.589
1.25
0.471
AISC- H1-1
0.589
1.25
0.471
AISC- H1-1
0.506
1.25
0.405
AISC- H1-1
0.506
1.25
0.405
AISC- H1-1
0.501
1.25
0.401
AISC- H1-1
0.501
1.25
0.401
AISC- H1-1
0.497
1.25
0.397
AISC- H1-1
0.497
1.25
0.397
AISC- H1-1
0.463
1.25
0.371
TENSION
0.463
1.25
0.371
TENSION
0.431
1.25
0.345
AISC- H1-1
0.431
1.25
0.345
AISC- H1-1
0.423
1.25
0.338
AISC- H1-1
0.423
1.25
0.338
AISC- H1-1
0.395
1.25
0.316
TENSION
Clause
L/C
41
55
527
511
538
522
535
519
551
548
536
520
529
513
609
38
616
608
532
516
533
531
517
515
534
518
613
605
612
604
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
0.395
1.25
0.316
TENSION
0.391
1.25
0.313
TENSION
0.391
1.25
0.313
TENSION
0.333
1.25
0.266
TENSION
0.333
1.25
0.266
TENSION
0.243
1.25
0.194
AISC- H1-1
0.243
1.25
0.194
AISC- H1-1
0.231
1.25
0.185
AISC- H1-1
0.231
1.25
0.185
AISC- H1-1
0.191
1.25
0.153
TENSION
0.191
1.25
0.153
TENSION
0.182
1.25
0.146
TENSION
0.182
1.25
0.146
TENSION
0.123
1.25
0.098
AISC- H1-3
0.123
1.25
0.098
AISC- H1-3
0.115
1.25
0.092
AISC- H1-3
0.115
1.25
0.092
AISC- H1-3
0.113
1.25
0.09
AISC- H1-3
0.113
1.25
0.09
AISC- H1-3
0.088
1.25
0.071
AISC- H1-3
0.089
1.25
0.071
TENSION
0.088
1.25
0.071
AISC- H1-3
0.089
1.25
0.071
TENSION
0.069
1.25
0.056
TENSION
0.069
1.25
0.056
TENSION
0.052
1.25
0.042
TENSION
0.052
1.25
0.042
TENSION
0.05
0.05
1.25
1.25
0.04
0.04
TENSION
TENSION
2
2
42
614
611
606
603
615
607
610
602
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
H400X400X13X2
1
0.035
1.25
0.028
TENSION
0.035
1.25
0.028
TENSION
0.035
1.25
0.028
TENSION
0.035
1.25
0.028
TENSION
0.014
1.25
0.011
TENSION
0.014
1.25
0.011
TENSION
0.008
1.25
0.007
TENSION
0.008
1.25
0.007
TENSION
Beam
646
663
651
668
648
665
650
667
649
666
647
664
630
680
640
Design Property
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
Actual
Ratio
Allowab
le Ratio
Normalized
Ratio
(Actual/
Allowable)
0.585
1.25
0.468
AISC- H2-1
0.585
1.25
0.468
AISC- H2-1
0.557
1.25
0.445
AISC- H1-3
0.557
1.25
0.445
AISC- H1-3
0.55
1.25
0.44
AISC- H1-3
0.55
1.25
0.44
AISC- H1-3
0.548
1.25
0.439
AISC- H2-1
0.548
1.25
0.439
AISC- H2-1
0.533
1.25
0.426
AISC- H1-3
0.533
1.25
0.426
AISC- H1-3
0.516
1.25
0.413
AISC- H1-3
0.516
1.25
0.413
AISC- H1-3
0.498
1.25
0.398
AISC- H2-1
0.498
1.25
0.398
AISC- H2-1
0.464
1.25
0.371
AISC- H1-3
Clause
L/C
43
685
638
684
634
682
636
683
632
681
645
662
628
679
625
702
622
699
620
697
624
701
623
700
619
696
621
698
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
H900X350X16X2
5
0.464
1.25
0.371
AISC- H1-3
0.462
1.25
0.37
AISC- H2-1
0.462
1.25
0.37
AISC- H2-1
0.461
1.25
0.369
AISC- H1-3
0.461
1.25
0.369
AISC- H1-3
0.44
1.25
0.352
AISC- H1-3
0.44
1.25
0.352
AISC- H1-3
0.417
1.25
0.334
AISC- H1-3
0.417
1.25
0.334
AISC- H1-3
0.401
1.25
0.321
AISC- H1-3
0.401
1.25
0.321
AISC- H1-3
0.294
1.25
0.235
AISC- H1-3
0.294
1.25
0.235
AISC- H1-3
0.124
1.25
0.1
SHEAR -Y
0.124
1.25
0.1
SHEAR -Y
0.101
1.25
0.081
SHEAR -Y
0.101
1.25
0.081
SHEAR -Y
0.097
1.25
0.078
SHEAR -Y
0.097
1.25
0.078
SHEAR -Y
0.096
1.25
0.076
SHEAR -Y
0.096
1.25
0.076
SHEAR -Y
0.074
1.25
0.059
SHEAR -Y
0.074
1.25
0.059
SHEAR -Y
0.072
1.25
0.058
AISC- H1-3
0.072
1.25
0.058
AISC- H1-3
0.057
1.25
0.045
SHEAR -Y
0.057
1.25
0.045
SHEAR -Y
44
Beam
669
652
686
642
661
644
678
627
703
626
695
618
Design Property
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
H750X350X14X2
5
Actual
Ratio
Allowab
le Ratio
Normalized
Ratio
(Actual/
Allowable)
0.589
1.25
0.471
AISC- H2-1
0.589
1.25
0.471
AISC- H2-1
0.508
1.25
0.407
AISC- H2-1
0.508
1.25
0.407
AISC- H2-1
0.242
1.25
0.194
AISC- H2-1
0.242
1.25
0.194
AISC- H2-1
0.211
1.25
0.169
SHEAR -Y
0.211
1.25
0.169
SHEAR -Y
0.193
1.25
0.154
SHEAR -Y
0.193
1.25
0.154
SHEAR -Y
0.181
1.25
0.145
AISC- H1-3
0.181
1.25
0.145
AISC- H1-3
Clause
L/C
Beam
Design Property
Actual
Ratio
704
629
711
643
587
80
708
707
637
635
691
690
657
656
674
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
0.119
0.119
0.109
0.109
0.089
0.089
0.053
0.052
0.053
0.052
0.049
0.048
0.049
0.048
0.047
Allowab
le Ratio
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
Normalized
Ratio
(Actual/
Allowable)
0.095
0.095
0.087
0.087
0.071
0.071
0.042
0.042
0.042
0.042
0.039
0.039
0.039
0.039
0.038
Clause
AISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISC-
H1-3
H1-3
H1-3
H1-3
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
L/C
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
45
673
709
639
706
633
705
687
653
631
692
658
694
689
688
660
655
654
675
672
671
710
693
659
641
677
676
670
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
H450X200X9X14
0.047
0.043
0.043
0.041
0.041
0.038
0.039
0.039
0.038
0.037
0.037
0.036
0.036
0.036
0.036
0.036
0.036
0.035
0.034
0.032
0.03
0.03
0.03
0.03
0.026
0.026
0.026
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
0.038
0.034
0.034
0.033
0.033
0.031
0.031
0.031
0.031
0.03
0.03
0.029
0.029
0.029
0.029
0.029
0.029
0.028
0.027
0.025
0.024
0.024
0.024
0.024
0.021
0.021
0.021
AISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISC-
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H1-3
H1-3
H1-3
H1-3
H2-1
H2-1
H1-3
H2-1
H1-3
H1-3
H2-1
H1-3
H2-1
H2-1
H1-3
H1-3
H1-3
H1-3
H1-3
H2-1
H1-3
H2-1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Beam
Design Property
Actual
Ratio
559
560
570
573
567
568
571
572
99
557
558
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
0.192
0.192
0.188
0.188
0.185
0.185
0.184
0.184
0.182
0.182
0.182
Allowab
le Ratio
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
Normalized
Ratio
(Actual/
Allowable)
0.154
0.154
0.15
0.15
0.148
0.148
0.147
0.147
0.146
0.146
0.145
Clause
AISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISC-
H1-3
H1-3
H1-3
H1-3
H1-3
H1-3
H1-3
H1-3
H2-1
H2-1
H1-3
L/C
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
46
561
578
581
100
556
562
565
574
577
563
564
575
576
566
569
579
580
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
H150X150X7X10
0.182
0.18
0.18
0.178
0.178
0.174
0.174
0.174
0.174
0.171
0.171
0.17
0.17
0.159
0.159
0.158
0.158
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25
0.145
0.144
0.144
0.142
0.142
0.139
0.139
0.139
0.139
0.137
0.137
0.136
0.136
0.127
0.127
0.126
0.126
AISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISCAISC-
H1-3
H1-3
H1-3
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H2-1
H1-3
H1-3
H1-3
H1-3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
47