Anda di halaman 1dari 10

HIDROKEL

A. DEFENISI
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan
dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat
turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui
saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum
membengkak.
ANATOMI FISIOLOGI

B.

ETIOLOGI

1. Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena :
a. belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum
ke prosesus vaginalis atau
b. belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan
hidrokel.
2. Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab
sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel.
Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis atau
epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis,
maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Pembesaran skrotum dan perasaan berat.
2. Biasanya nyeri ringan kecuali di sebabkan oleh infeksi epididimis akut.
D. KLASIFIKASI

1.
a.

Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :


Hidrokel primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus
vaginalis. Prosesusvaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi
kanalis inguinalisdan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi

karena dengansendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
b. Hidrokel sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat
dalam suatu masa dandianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat
disebabkan oleh kelainantestis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena
suatu proses neoplastik.Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya
produksi cairanberlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh
saluran limfedalam lapisan luar tunika.
2. Menurut letak kantong hidrokel dari testis, yaitu :
a. Hidrokeltestis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada
anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
b. Hidrokelunikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah cranial dari testis, sehingga
pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong
hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
c. Hidrokel Komunikan Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel
besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong
E.

hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.
PATOFISIOLOGI
Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang masih
terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran mikroskopis dengan rongga
peritoneum dan berbentuk katup. Dengan demikian cairan dari rongga peritoneum dapat
masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum. Pada kehidupan
fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Ujung bawah
kantong ini mengelilingi testis dan disebut tunika vaginalis. Apabila terjadi atrofi pada ujung
proksimal dan tengah sehingga bagian distal yang mengelilingi testis tetap terbuka, maka
terjadi hidrokeltestikularis. Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus
spermatikus, juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada
undensensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama,
umumnya tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis.
Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan

sepanjang processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada
sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi tegak,
tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur semalaman.
Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorpsi cairan di kantong hidrokel.
Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis.
Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga tunika vaginalis berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi dalam sistem limfatik.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun.
Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan
teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang.
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada
pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang
terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan
ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.
G. PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM
Kelainan pada testis
(Tumor, infeksi, tauma)

Sistem sekresi terganggu atau


Reabsorsi cairan dikantung hidrokel

Produksi cairan berlebihan oleh testis

Penumpukan cairan pada testis

Obstruksi aliran limfe

Nyeri

Menekan pembuluh darah


Yang ada didalam testis

Ansietas

Ansietas

Operasi

Gangguan integritas kulit

Atrofi testis

Pembengkakan

Resiko kerusakan integritas kulit

Kurang pengetahuan
Perubahan body image

Kurang pengetahuan

Perubahan body image

Resiko infeksi
Nyeri

Resiko infeksi

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis hidrokel dapat dibuat dengan transiluminasi skrotum. Bila dilakukan
transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat benjolan terang dengan masa gelap
oval dari bayangan testis. Pemeriksan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan
transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum pasien. Dengan hasil
I.

USG berwarna keabu-abuan.


PENATALAKSANAAN MEDIS
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika
hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.

Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi,
kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan
operasi pada hidrokel adalah :
a.Hidrokel
yang
besar

sehingga

dapat

menekan

pembuluh

darah

b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari.
2. Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini
disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan
herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan

eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong
hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in
toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan
diserap, biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun.
Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dlakukan
anestesi umum ataupun regional (spinal). Tindakan lain adalah dengan aspirasi jarum (disedot
pakai jarum). Cara ini nggak begitu digunakan karena cairan hidrokelnya akan terisi kembali.
Namun jika setelah diaspirasi kemudian dimasukkan bahan pengerut (sclerosing drug)
mungkin bisa menolong.
J. KOMPLIKASI
1. Hematom pada jaringan skrotum yang kendor
2. Kalau tidak ditangani segera, penumpukan cairan ini bisa mengganggu kesuburan dan fungsi
seksualnya.
3. Infeksi testis.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien yang mencakup nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaaan.
2.Anamnese
Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah ukuran
pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada keadaan emosional
(menangis,ketakutan).
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut dan tidak
nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara :
a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi hidrokel berwarna merah
terang, dan hernia berwarna gelap.
b. Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di scrotum, dan hernia di
lipatan paha.
c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia terdapat suara
bising usus.
d. Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia terasa kenyal.
e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.
f. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada hernia tidak.
4. Kaji sistem perkemihan
5. Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase

6. Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum, sorot dari


bawah ; bila sinar merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan ( bila warnanya
redup ).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan skrotum
b. Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum berhubungan dengan adanya gesekan dan
B.

peregangan jaringan kulit skrotum.


c. Perubaan body image : citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk skrotum.
d. Ansietas pada orangtua berhubungan dengan kondisi anaknya dan kurang pengetahuan
merawat anak.
2. Post operasi
a. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post op.
b.Deficit pengetahuan orangtua berhubungan dengan nkondisi anak : prosedur pembedahan,
perawatan post op,program pentalaksanaan.
c.Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Pre op
a. Dx.1
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, rasa tidak nyaman berkurang bahkan hilang dengan
Kriteria hasil :
1) Pembengkakan skrotum berkurang
2)Klien

merasa

nyaman,

nyeri

klien

berkurang

bahkan

hilang

3) Skala nyeri 0-3


Intervensi Keperawatan :
a)

Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang dialami klien sesuai dengan PQRST.
Rasional : mengidentifikasi nyeri akibat gangguan lain.

b) Catat petunjuk nnonverbal seperti gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati saat
beraktifitas dan meringis.
Rasional : mendeskripsikan tingkat nyeri
c) Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman atau tekhnik relaksasi misalnya duduk
dengan kaki agak dibuka dan nafas dalam.
Rasional : mengurangi sensasi nyeri.
d) Berikan tindakan nyaman massage punggung, mengubah posisi dan aktifitas senggang.
Rasional : mengurangi sensasi nyeri.
e) Observasi dan catat pembesaran skrotum ( bila perlu ukur tiap hari), cek adanya keluhan nyeri.
Rasional : menjadi acuan dalam perrkembangan terapi yang sudah diberikan.
f) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

Rasional : mengurangi sensasi nyeri.

b.

Dx.2

Tujuan :Diharapkan setelah dilakukan intervensi, kerusakan integritas kulit tidak terjadi.

eria hasil : Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran.

rvensi Keperawatan :
a) Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan kemerahan sekitar area pembesaran ( lipatan
paha ).
Rasional: mengetahui lebih dini gejala kerusakan kulit untuk dilakukan intervensi
b)
c)
d)
e)

selanjutnya.
Berikan salep atau pelumas.
Rasional : mencegah kerusakan kulit.
Kurangi aktifitas klien selama sakit.
Rasional : mencegah kerusakan yang lebih parah.
Berikan posisi yang nyaman : abduksi.
Rasional: memberikan sirkulasi bagi aliran darah.
Anjurkan
klien
menggunakan
pakaian

yang

longgar

terutama

celana.

Rasional : mencegah iritasi yang lebih parah.


c.Dx.3
Tujuan: Diharapkan setelah dilakuakan intervensi, klien tidak merasa bahwa penyakitnya adalah suatu
penderitaan, dan pada bayi, orangtua harus memahami bahwa penyakit ini dapat
disembuhkan.
Kriteria hasil : Keluarga sabar menghadapi kondisi anaknya.
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas seubungan
dengan situasi saat ini
Rasional: mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
b)Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau
perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.
Rasional: indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi.
c)
Tentukan
tahap
berduka.
Perhatikan
tanda
depresi
berat/lama.
Rasional : identifikasi tahap yang pasien sedang alami memberikan pedoman untuk mengenal
dan menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukan intervensi lanjut.
d) Akui kenormalan perasaan.
Rasional : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu orangtua pasien untuk menerima perilaku
dan mengatasinya secara efektif.
e) Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang
cacat.

Rasional: menyampaikan harapan untuk mengatur situasi dan membantu perasaan harga diri dan orang
lain.
f) Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan tetap sabar menghadapi
kondisi anaknya.
Rasional: memperkuat keyakinan keluarga dan memberikan semangat yang mempertahankan harga diri
keluarga dan menghindari kecemasan yang berlebihan.
d. Dx. 4
Tujuan :Diharapkan setelah dilakukan intervensi, orangtua memahami, dan mengerrti tentang prognosa

dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya.


eria hasil : cemas yang dialami orangtua klien berkurang bahkan hilang.
rvensi Keperawatan :
a) Beritahu dan jelaskan tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya.
Rasional: menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.
b) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap anaknya sebelum tindakan dilakukan.
Rasional: menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.
c)Libatkan orangtua dalam perawatan terhadap anaknya.
Rasinal: mengindari persepsi yang salah dan membantu menghilangkan kecemasan pada anak.
d) Berikan informasi bahwa penyakit ini dapat hilang dengan sendirinya.
Rasional: menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang prosedur.

2. Post operasi
a. Dx.1
Tujuan : diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi
a hasil : Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemeraha-merahan, gatal, panas, perubahan fungsi.
Intervensi Keperawatan :
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walupun menggunakan sarung tangan
steril.
Rasional : mengurangi kontaminasi silang
b)
Batasi
penggunaan
alat
atau
c)

prosedur

invasive

jika

memungkinkan

Rasional : mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organisme
Gunakan teknik steril pada waktu penggatian balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan,

misalnya Jalur invasive


Rasional : mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi nosokomial
d) Gunakan sarung tangan/pakaian pada waktu merawat luka yang terbuka/antisipasi dari kontak
langsung

dengan

sekresi

ataupun

ekskresi

Rasional : mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi silang.

b. Dx.2
Tujuan: Diharapkan setelah diberikan intervensi, klien memahami dan mengerti tentang prosedur

pembedahan, perawatan setelah operasi dan pengobatanya.


ria hasil : klien menyatakan pemahamannya proses penyakit, pengobatan dan potensial komplikasi.
Intervensi keperawatan:

a) Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi.


Rasional: mencegah komplikasi lanjut dari pergerakan dan aktivitas yang berlebihan.
b) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodic
Rasional : mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan, dan lekas kembali pulih
c)

normal.
Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali

ke dokter untuk mengangkat jahitan/ pengikat.


Rasional : pemahaman meningkatkan kerjasama dengana program terapi, meningkatkan penyembuhan
dan program perbaikan.
d) Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh peningkatan nyeri;
edema/eritema luka, adanya drainase, demam.
Rasional: upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi serius contoh lambatnya penyembuhan.
c. Dx.3
Tujuan : Diharapkan setelah diberikan terapi, nyeri klien berkurang bahkan hilang.
Kriteria hasil: skala nyeri 0-3 dan kllien tidak menangis serta gelisah.
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri
dengan cepat.
Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
b) Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.
Rasional : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi.
c) Dorong ambulasi dini.
Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ.
d) Berikan aktivitas hiburan.
Rasional: focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping.
e) Berikan analgetik sesuai indikasi.
Rasional: intervensi terapi lain contoh batuk dan ambulasi.
D. EVALUASI
1. Pre operasi
a) Nyeri klien berkurang bahkan hilang.
b) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
c) Perubahan body image dan harga diri rendah tidak terjadi pada keluarga.
d) Orangtua tidak cemas.
2. Post operasi
a) Tidak terjadi infeksi.
b) Klien memiliki pengetahuan tentang prosedur perawatan dan pengobatan.
c) Nyeri klien tidak berlangsung lama.
DAFTAR PUSTAKA
-

Didi, Hidrokel, www.generalhealth.com., 2008


Rifki, M., Hidrokelektomi, www.bedahumum.wordpress.com., 2008
Anonim, Masa Skrotum, www.medicastore.com., 2005
Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, 2003 : 140-145, 186

Anda mungkin juga menyukai