biz
moralitas, mentalitas, intelektualitas
Skematika Iron Blast Furnace, Tanur Tiup Besi Dan Reaksi Kimia
Pada aplikasi yang lebih modern, reduksi Fe2O3 dan Fe3O4 menjadi FeO selesai sebelum reduksi ke besi logam
dimulai. Hal ini memberikan kondisi pemanfaatan paling e sien terhadap pemakaian CO yang terkandung
dalam gas dan dicapai dengan penggunaan bijih yang reaktif dan berukuran kecil, seperti pellet. Untuk bijih
yang lebih kasar dan kurang reaktif, reaksi-reaksi cenderung terjadi secara overlap dan tidak e sien.
Reaksi reduksi yang terakhir adalah reduksi dari wustite menjadi besi logam. Reduksi ini hanya terjadi setelah
bijih mencapai bagian bawah dari zona stack. Pada bagian bawah stack ini temperatur telah mencapai di atas
1000 Celcius. Pada temperatur ini, reaksi permukaan kokas relatif cukup cepat sehingga dapat mereduksi
wustite menjadi besi logam. Reduksi FeO dengan kokas mengikuti reaksi berikut:
FeO + C = Fe + CO
Reaksi ini biasa juga disebut dengan reduksi langsung, walaupun secara aktual terjadi melalui fasa gas. Gas CO2
yang terbentuk dari reduksi FeO pada daerah atas stack dapat bereaksi dengan karbon untuk menyelesaikan
reaksi secara keseluruhan. Oksida besi mengalami reaksi pemurnian, yang diikuti dengan pelelehan kemudian
mencair dan akhirnya merembes sebagai cairan besi melalui lapisan kokas ke bagian bawah tungku
Pada bagian paling bawah furnace dihasilkan lelehan utama yaitu hot metal yang menempati lapisan bawah
dan di atasnya adalah lelehan slag. Beberapa reaksi juga terjadi dalam batas tertentu mengikuti reaksi berikut:
MnO + C = Mn (lelehan) + CO
SiO2 + 2 C = Si (lelehan) + 2 CO
Dalam jumlah yang sangat terbatas, Mangan oksida dan silika terreduksi menjadi Mn dan Si yang kemudian
larut dalam hot metal. Mn dan Si merupakan bagian dari komposisi elemen yang terkandung pada hot metal.
Pada daerah bawah stack, reaksi Boudouard terjadi secara simultan mengikuti reaksi sebagai berikut:
CO2 + C = 2 CO
Reaksi antara kokas dengan CO2 sering disebut juga sebagai solution loss, yang berarti sebagian karbon
bereaksi sebelum mencapai tuyeres. Kokas turun ke bagian bawah tungku sampai pada daerah udara
dipanaskan atau tempat udara panas (hot blast) masuk blast furnace. Kokas dipanaskan oleh udara panas dan
segera bereaksi untuk menghasilkan panas sebagai berikut:
C + O2 = CO2 + Panas
Reaksi berlangsung dalam kondisi karbon berlebih dan terjadi pada suhu tinggi. Reaksi ini menyebabkan
karbon dioksida mengalami reduksi kembali oleh karbon menjadi karbon monoksida sebagai berikut:
CO2+ C = 2CO
Produk reaksi ini adalah karbon monoksida yang diperlukan untuk mereduksi bijih besi seperti yang terlihat
dalam reaksi besi oksida sebelumnya.
Batu kapur turun dalam blast furnace dan tetap sebagai padatan. Batu kapur ini akan mengalami reaksi
pertamanya sebagai berikut:
CaCO3 = CaO + CO2
Reaksi ini membutuhkan energi dan dimulai pada temperatur sekitar 1600 F. Senyawa CaO terbentuk dari
reaksi ini digunakan untuk menghilangkan belerang yang terkandung dalam besi. Sulfur harus dikurangi
sebelum hot metal dibuat menjadi baja. Reaksi pengurangan sulfur ini mengikuti reaksi sebagai berikut:
FeS + CaO + C = CaS + FeO + CO
Senyawa CAS merupakan bagian dari senyawa-senyawa pembentuk terak atau slag. Terak terbentuk dari
senyawa Silika (SiO2), Alumina (Al2O3), Magnesia (MgO) atau Calcit (CaO) yang terkandung dalam bijih besi, pelet,
sinter atau coke.
Terak cari memiliki densitas lebih rendah daripada hot metal. Terak cair lalu merebes/menetes melewati
lapisan kokas ke bagian bawah tungku dan mengapung di atas besi cair karena kurang padat.
Produk lain dari proses ironmaking, selain besi cair dan terak, adalah gas panas. Gas-gas keluar dari bagian atas
tungku tiup dan diproses melalui peralatan pembersih gas. Peralatan ini akan mengeluarkan partikel yang
terbawa oleh gas. Kemudian gas yang didinginkan. Gas ini masih memiliki nilai energi yang cukup tinggi. Gas ini
digunakan dan dibakar sebagai bahan bakar dalam hot blast stoves yang digunakan untuk memanaskan
udara yang masuk ke blast furnace untuk menjadi hot blast.
Gas yang tidak dibakar di hot blast stoves dikirim ke boiler house dan digunakan untuk menghasilkan uap yang
memutar turbo blower untuk menghasilkan kompresi udara yang dikenal sebagai cold blast dan kemudian
masuk ke dalam stoves.
Pustaka:
1. Tupkary, R. H., Tupkary, V. R., 2007, An Introduction to Modern Iron Making, Third Edition, Khanna
Publishers, Nath Market, Nai Sarak, Delhi.
2. Rosenqvist, T., 2004, Principles Of Extractive Metalurgy, Second Edition, Tapir Academic Press,
Trondheim.
Gambar:
1. http://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pengolahan-bijih-besi-dengan-blast-furnacetanur-tiup