Anda di halaman 1dari 37

POKJA SANITASI

BAB II

KEMAJUAN PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN SANITASI
2.1. GAMBARAN WILAYAH KOTA

Kota Banjarmasin adalah


ibukota dari Provinsi Kalimantan
Selatan yang terletak di bagian
selatan Pulau Kalimantan dan
berbatasan langsung dengan Laut
Jawa. Dengan luas wilayah 98,46
Km2, kota ini dibagi menjadi 5
wilayah
secara
administrasi
kecamatan,
yaitu
Kecamatan
Banjarmasin Tengah, Banjarmasin
Barat,
Banjarmasin
Timur,
Banjarmasin
Utara
dan
Banjarmasin Selatan dengan total
52
kelurahan.
Secara
administratif kota ini merupakan
kota otonom. Peta Administrasi
Kota Banjarmasin dapat dilihat
pada Gambar 2.1.

Kota Banjarmasin terletak di


sisi Sungai Barito dan dibelah oleh
Sungai Martapura, secara umum
kondisi
morfologi
Kota
Banjarmasin
didominasi
oleh
daerah yang relatif datar dan
berada di dataran rendah. Kota
Banjarmasin merupakan kawasan
rawa yang dipengaruhi pasang
surut, dan pada musim hujan
terjadi genangan. Wilayah Kota
Banjarmasin
berada
pada
ketinggian 0,16 m di bawah
permukaan laut, berair payau,
bertopografi relatif datar, beriklim
panas (28-350C), bercurah hujan
tinggi (2.400-3.500 mm/tahun),
dan didominasi oleh
tanah
alluvial.
Wilayah
Banjarmasin
dilintasi oleh 2 sungai besar yakni
Sungai
Barito
dan
Sungai
Martapura, selain itu juga terdapat
beberapa sungai sedang dan
puluhan sungai kecil. Total sungai
yang
ada
di
Banjarmasin
berdasarkan data yang ada adalah
103 sungai, terdiri dari sungai
aktif sebanyak 72 sungai dan
tidak aktif 31 sungai. Secara
umum, tipe pasang surut yang
ada di Kalimantan Selatan adalah
tipe diurnal, di mana dalam 24
jam terjadi gelombang-pasang
satu kali pasang dan satu kali
surut. Lama pasang rata-rata 5-6
jam dalam satu hari. Berdasarkan
hasil kajian, di Kota Banjarmasin
terdapat
32
satuan
wilayah

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 1

Gambar 2.1 Peta Batas Administrasi

POKJA SANITASI

2.

genangan, dimana pada satuan


wilayah genangan ini terjadi
persoalan
disaat
air
pasang
ataupun hujan. Pada Satuan
Wilayah Genangan ini terjadi
genangan-genangan atau areal
banjir. Keadaan ini berdampak
terhadap menurunnya kualitas
lingkungan. Selain bercitra kumuh
juga menjadi sumber penyakit,
terutama yang berkaitan dengan
pencernaan.
2.1.1.

Kondisi Geologi

Ditinjau dari aspek geologi,


kondisi jenis batuan utama di Kota
Banjarmasin
tersebar
dengan
beberapa formasi batuan. Adapun
sebaran formasi batuan tersebut
adalah :
1. Formasi berai (tomb) dibentuk
oleh
batu
gamping
putih
berlapis dengan ketebalan 20
200
cm.
Formasi
ini
mengandung fosil berupa batu
koral
foreminifera
dan
ganggang
dengan
sisipan
napal berlapis (10 15 cm) dan
batu lempung kelabu berlapis
(tebal 25 74 cm)

Formasi
Dahor
(tqd)
dibentuk
oleh
batu
pasir
kwarsa
(tidak
padu),
konglomerat dan batu lempung
lunak dengan sisipan lignit
dengan ketebalan 5 10 cm.
Satuan ini menjadi dasar
endapan alluvial yang berada
di atasnya.
3. Formasi
keramaian
(kak)
dibentuk oleh perselingan batu
lanau dan batu lempung.
Formasi ini bersisipan dengan
batu
gamping
dengan
ketebalan berkisar dari 20 50
cm.
4. Formasi pudak (Kap) yang
dibentuk oleh lava ditambah
perselingan
antara
breksi/konglomerat dan batu
pasir dengan olistolit (massa
batuan asing) berupa batu
gamping,
basal,
batuan
malihan,
dan
ultramafik.
Ukuran olistolit ini berkisar
antara puluhan meter hingga
ratusan meter.
5. Formasi tanjung (Tet) dibentuk
oleh batu pasir kwarsa berlapis
(50 150 cm) dengan sisipan
batu lempung kelabu yang

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 2

POKJA SANITASI

memiliki ketebalan 30 150


cm pada bagian atas serta
batubara
hitam
mengkilap
dengan ketebalan 50 100 cm
pada bagian bawah
6. Alluvium (Qa) yang dibentuk
oleh
kerikil,
pasir,
lanau,
lempung,
dan
lumpur.
Disamping itu banyak juga
dijumpai sisa-sisa tumbuhan
serta gambut pada kedalaman
tertentu.
7. Formasi Pitanak (Kvpc) yang
disusun dan dibentuk oleh lava
yang terdiri atas struktur
bantal,
berasosiasi
dengan
breksi-konglomerat.
8. Kelompok batuan ultramafik
(Mub) disusun oleh harzborgit,
piroksenit, dan serpentinit.
2.1.2.

Kondisi Hidrologi
Secara hidrologi (terutama
air permukaan), Kota Banjarmasin
dikelilingi
oleh
sungai-sungai
besar beserta cabang-cabangnya,
mengalir dari arah utara dan timur
laut ke arah barat daya dan
selatan. Sungai-sungai tersebut
mengalir dan membentuk pola
aliran
mendaun
(dendritic
drainage patern). Sungai utama
yang besar adalah Sungai Barito
dengan cabang utama seperti
Sungai Martapura dan Sungai
Alalak, muka air Sungai Barito dan
Sungai Martapura dipengaruhi
oleh pasang surut Laut Jawa
sehingga mempengaruhi drainase
kota dan apabila air laut pasang
sebagian wilayah kota digenangi
air. Rendahnya permukaan lahan
(0,16 m di bawah permukaan laut)

menyebabkan air sungai menjadi


payau
dan
asin
di
musim
kemarau, karena terjadi intrusi air
laut.
Berdasarkan
pengukuran
sesaat yang dilakukan oleh Sub
Dinas Pengairan Dinas Pekerjaan
Umum
Provinsi
Kalimantan
Selatan,
didapat
gambaran
tentang kondisi muka air sungai
maupun
rawa
di
wilayah
Banjarmasin sebagai berikut :
1. Sungai Barito
Dari hasil pengukuran air
pasang di Sungai Barito terjadi
perbedaan muka air pada
waktu pasang dan surut di
muara Sungai Kuin 177 cm dan
ke arah hulu di muara Sungai
Alalak adalah 191 cm.
2. Sungai Martapura
Di Sungai Martapura terjadi
perbedaan muka air pasang
dan surut masing-masing di
lokasi Sungai Basirih 179 cm
dan 18 cm di atas tanah ratarata.
3. Sungai Pangeran
Sungai Pangeran adalah anak
Sungai Barito yang terletak di
sebelah
Sungai
Alalak.
Pengamatan muka air Sungai
Pangeran di dekat jembatan
Jalan S. Parman menunjukkan
fluktuasi 164 cm, sedangkan
Sungai Kuin yang terletak di
belakang Komplek Kejaksaan
menunjukkan 175 cm (4 cm di
atas muka tanah rata-rata).
4. Sungai Awang
Sungai Awang ini menunjukkan
perbedaan pasang dan surut
sekitar 116 cm.

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 3

POKJA SANITASI

Kondisi fisik alamiah Kota


Banjarmasin sebagai wilayah yang
banyak dialiri oleh sungai-sungai
besar
dan
cabang-cabangnya
mengalir dari arah utara dan timur
laut ke arah barat daya dan
selatan, menyebabkan kota ini
dikenal pula dengan julukan Kota
Seribu Sungai. Hampir semua
sungai
yang
ada
di
Kota
Banjarmasin umumnya bermuara
di Sungai Barito dan Sungai
Martapura yang kondisi alirannya
dipengaruhi pasang surut Sungai
Barito, dengan panjang ratarata
sungai kurang lebih 5 km sampai
10 km dan lebar bervariasi antara
5 m sampai 60 m. Pola aliran
sungai secara keseluruhan dapat
dikategorikan sebagai pola aliran
mendaun
(dendritic
drainage
patern),
dimana
jenis
pola
tersebut dapat dicirikan dari aliran
sungai cabang menuju sungai
utama. Tetapi untuk sungai utama
polanya
adalah
meander.
Kecepatan arus permukaan sungai
di Banjarmasin relatif lamban,
tergantung kepada kondisi pasang
surut air laut . Ketika kondisi surut
arus mengarah ke bagian hilir dan
sebaliknya ketika pasang arus
kembali ke bagian hulu. Kecepatan
arus ketika pasang berkisar antara
0,28 0,373 m/det (rata-rata
0,343 m/det), sedangkan pada
saat surut antara 0,321 0,395
m/det (rata-rata 0,363 m/det).
(Sumber RTRW Kota Banjarmasin 2012)
Kemiringan sungai di Banjarmasin
sangat
kecil,
karena
kondisi
topografi
yang
relatif
datar
dengan
arus
lamban,
serta

banyaknya
hambatan
berupa
tumbuhan air dan tumbuhan rawa
di
sekitar
sungai,
sampahsampah, endapan lumpur yang
besar dan banyaknya rumahrumah penduduk yang dibangun
di pinggir sungai. Sungai utama
yang berkelak-kelok menimbulkan
meander, dimana hal ini dapat
dicirikan dari munculnya aktivitas
erosi yang dominan ke arah
samping
(lateral),
serta
munculnya pulau-pulau kecil pada
alur Sungai Barito yang bertemu
dengan anak sungainya.
Kota Banjarmasin sendiri
memiliki kesan sebuah pulau atau
delta
yang
terbentuk
akibat
bertemunya arus Sungai Barito
dengan Sungai Martapura. Dalam
konteks
regional,
Kota
Banjarmasin memiliki peranan
yang sangat penting. Posisinya
yang strategis di bagian hilir
Sungai
Barito
menjadikan
Banjarmasin
menjadi
pusat
perdagangan dan pelabuhan yang
potensial bagi wilayah Kalimantan,
terutama bagian selatan dan
tengah (sebagai daerah lalu lintas
Trans Kalimantan).
Pergerakan
barang
dan
penumpang melalui sungai yang
menuju ke Banjarmasin atau
sebaliknya
telah
berlangsung
sejak dulu, bahkan telah menjadi
tradisi
bagi
penduduk
yang
bermukim di tepi sungai di
Kalimantan. Transportasi sungai
merupakan urat nadi perhubungan
bagi kota-kota yang terdapat di
tepi Sungai Barito, Kapuas dan
Kahayan,
terutama
ketika

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 4

POKJA SANITASI

transportasi darat dan udara


belum menjangkau daerah-daerah
tersebut. Adanya Anjir Serapat
yang
menghubungkan
Sungai
Barito dan Sungai Kapuas semakin
memperluas jangkauan pelayanan
transportasi sungai di wilayah ini.
Hubungan perdagangan dengan
wilayah Pulau Jawa dan Pulau
Sulawesi telah terjalin sejak lama
dan intensif. Frekuensi perjalanan
kapal penumpang maupun barang
dari beberapa pelabuhan utama di
Pulau Jawa (Tanjung Priok Jakarta
dan Tanjung Perak Surabaya) ke
Pelabuhan Trisakti cukup tinggi.

2.1.3.

Kondisi Demograf
Laju
pertumbuhan
Penduduk
secara
alami
dipengaruhi oleh Jumlah penduduk
lahir,
mati,
dan
migrasi.
Berdasarkan hasil Sensus laju
pertumbuhan
Penduduk
di
Wilayah
Kota
Banjarmasin
mengalami penurunan sejak dua
dasawarsa
ini.
Tercatat
laju
pertumbuhan penduduk tahun
1980-1990 sebesar 2,36% dan
turun menjadi 1,02% pada periode
tahun 1990-2000. Pada tahun
2010-2012
angka
laju
pertumbuhan penduduk tercatat
stabil masih diangka 1,02%.
Pada tahun 2012 penduduk
Kota
Banjarmasin
berjumlah
648.029
jiwa,
terdiri
dari
penduduk laki-laki 323.880 jiwa
dan 324.149 jiwa perempuan.
Berdasarkan wilayah kecamatan
maka hampir sekitar 23,33%
penduduk
Kota
Banjarmasin

berdiam
di
Kecamatan
Banjarmasin Selatan. Sedangkan
tingkat
kepadatan
penduduk
terbesar
pada
Kecamatan
Banjarmasin
Tengah
yang
mencapai 155 jiwa/km.
Laju
pertumbuhan penduduk secara
alami dipengaruhi oleh jumlah
penduduk lahir, mati, dan migrasi.

Tabel 2.1. Luas Administrasi dan


Luas Wilayah Terbangun

Sumber : BPS , Kota Banjarmasin dalam Angka,


2012.

Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan


Penduduk Tahun 2012 /
Kecamatan

Sumber : BPS , Kota Banjarmasin dalam Angka,


2012.

200
150
100
50
0

114118 155 144 113

Kepadatan Penduduk (org/Ha)

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 5

POKJA SANITASI

Tabel

2.3. Jumlah dan Kepala


Keluarga Tahun 2012 Per
Kelurahan

Sumber : BPS, Kota Banjarmasin Dalam


Angka, 2012.

2.1.4 RTRW Kota Banjarmasin


2.1.4.1 Rencana Sistem PusatPusat Pelayanan

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 6

POKJA SANITASI

Berdasarkan
kondisi
eksisting di Kota Banjarmasin,
sistem pusat pelayanan bersifat
terpusat di Banjarmasin Tengah.
Dalam rangka mewujudkan
rencana struktur ruang yang
dinamis, berkesinambungan dan
seimbangan, maka penentuan
pusat-pusat pelayanan di Kota
Banjarmasin dibagi menjadi :
a. PUSAT PELAYANAN KOTA,
Terletak di Banjamasin Tengah,
merupakan kawasan perkotaan
dengan fungsi sebagai pusat
pertumbuhan utama dan Pusat
Kegiatan Wilayah perkotaan,
dengan
orientasi
kegiatan
berupa
pemerintahan,
permukiman,
perkantoran,
perdagangan
dan
jasa,
pendidikan, Kesehatan, industri
dan pelayanan masyarakat
serta sebagai pintu gerbang
perdagangan ke luar wilayah
Kota
dengan
kelengkapan
prasarana
dan
sarana
disamping
tingkat
pertumbuhan penduduk yang
cukup tinggi.
b. SUB
PUSAT
PELAYANAN
KOTA,
Adapun
orientasi
pelaksanaan kegiatan di setiap
sub pusat kota antara lain
pemerintahan,
permukiman,
perdagangan,
pendidikan,
kesehatan, terminal angkutan
kota,
dermaga
untuk
transportasi
sungai
dan
kegiatan
lainnya
yang
mendukung
pertumbuhan
wilayah di sub pusat kota.
c. PUSAT LINGKUNGAN, Berada
pada
lingkungan
wilayah

masing-masing dan berada


pada
setiap
wilayah
kecamatan.
Pusat
unit
lingkungan
merupakan
kawasan perkotaan dengan
fungsi sebagai wilayah yang
berfungsi melayani masyarakat
yang
berada
di
wilayah
masing-masing
dengan
orientasi
kegiatan
berupa
pemerintahan,
perdagangan,
pendidikan,
Kesehatan,
permukiman,
dengan
kelengkapan prasarana dan
sarana
yang
melayani
penduduk setempat.
Rencana struktur pelayanan
kegiatan
Kota
Banjarmasin,
merupakan kegiatan fungsional
kawasan
dengan
struktur
jangkauan
pelayanan
serta
orientasi lokasi yang disesuaikan
dengan
hirarkhi
kegiatan
fungsionalnya. Kegiatan fungsional
tersebut
disesuaikan
dengan
arahan pembangunan dan posisi
Kota Banjarmasin sebagai PKN,
Kota Metropolitan Banjar Bakula
dan Kota Banjarmasin sebagai
salah satu kota yang strategis
dalam
pintu
gerbang
perekonomian
di
Kalimatan
Selatan.
Adapun kegiatan fungsional
Pusat Kota Banjarmasin, sebagai
Pusat Pelayanan Kota terdiri dari :
Kegiatan
fungsional
yang

menjadi pemicu perkembangan


ekonomi
skala
kota
yang
menunjang
dalam
skala
regional (provinsi) dan nasional.
Fungsi kegiatan permukiman
dengan skala pelayanan kota.

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 7

POKJA SANITASI

Kegiatan

perekonomian

kota seperti pasar modern dan


mall.
Kegiatan pendidikan tinggi di

Kecamatan Banjarmasin Utara


dan Kecamatan Banjarmasin
Timur.
Kegiatan kesehatan skala kota.

Kegiatan keamanan skala kota.

Kegiatan kantor pemerintahan

skala kota.
Kegiatan
fungsional

budaya skala kota.


Ruang terbuka hijau skala kota.

Kegiatan

kota.
Sirkulasi jaringan jalan arteri

primer dan kolektor sangat


terhubung dengan baik dan
kualitas yang memadai.
Infrastruktur pada skala kota.

peribadatan

skala

sosial

skala

Kegiatan fungsional Sub


Pusat Pelayanan Kota dan Pusat
Lingkungan
Kota Banjarmasin,
terdiri dari beberapa aktivitas
penting dan persyaratan minimal
yang harus ada pada sebuah
pusat unit lingkungan.
Lokasi Sub Pusat Pelayanan
Kota (SPK) terdapat di Kelurahan
Kuin Utara, Kelurahan Kuripan,
Kelurahan
Tanjung
Pagar,
Kelurahan
Teluk
Dalam
dan
Kelurahan Kuin Cerucuk.
Kawasan-kawasan
yang
berfungsi sebagai Pusat Pelayanan
Kota
(PPK)
dan
Sub
Pusat
Pelayanan
Kota
(SPK)
perlu
ditindak
lanjuti
dengan
penyesuaian RDTRK meliputi :
1. Kawasan Pusat Pelayanan Kota
(PPK)
adalah
kawasan

perencanaan RDTRK Kecamatan


Banjarmasin Tengah; dan
2. Kawasan Sub Pusat Pelayanan
Kota (SPK) terdiri atas kawasan
RDTRK Kecamatan Banjarmasin
Barat,
RDTRK
Kecamatan
Banjarmasin
Timur,
RDTRK
Kecamatan Banjarmasin Utara
dan
RDTRK
Kecamatan
Banjarmasin Selatan.
Disamping
sudah
terbentuknya
sistem
pusat
pelayanan,
Kota
Banjarmasin
sudah memiliki fungsi secara
ruang wilayah, baik pada tingkat
nasional sampai pada tingkat
provinsi. Adapun fungsi ruang Kota
Banjarmasin
adalah
sebagai
berikut ;
1. Pada
prinsipnya
Kota
Banjarmasin
mempunyai
fungsi kegiatan nasional. Hal
ini dicerminkan dengan adanya
prasarana atau sarana wilayah
yang
mempunyai
sistem
keterkaitan pelayanan secara
nasional, seperti Pelabuhan
Internasional
Trisakti,
pelayanan
lintas
provinsi,
seperti depot Pertamina, gardu
induk listrik yang merupakan
bagian dari sistem transmisi
regional, dan lain-lain. Untuk
pelayanan
kebutuhan
masyarakat,
seperti
pusat
perdagangan yang merupakan
simpul koneksi dan distribusi
lintas provinsi (nasional) tetap
dipertahankan dan diperkuat di
Kawasan Pasar Sudimampir
dan sekitarnya.
2. Dalam
rangka
mengurangi
beban
pusat
kota,
maka

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 8

POKJA SANITASI

terbentuknya
Metropolitan
Banjar
Bakula
dan
Kota
Banjarmasin sebagai pusat
pelayanan skala regional dan
nasional sangat mengapresiasi
pengembangan wilayah Banjar
Bakula Metropolitan sebagai
bagian
dari
upaya
pengurangan terhadap beban
Kota
Banjarmasin.
Pengembangan kawasan akan
dikembangkan pada kawasan
bagian
selatan
serta
mengoptimalkan pelayanan di
Wilayah Provinsi
Kalimantan
Selatan, maka pusat kegiatan
wilayah
yang
diidentifikasi
sebagai pusat perdagangan
regional di tingkat provinsi
dikembangkan di selatan yang
dilintasi oleh jalan lingkar
selatan. Jalan ini merupakan
jalur mobilitas barang dan
orang
antar
kabupaten
(sebagian antar provinsi) yang
menghubungkan
Pelabuhan
Laut
Trisakti,
Pelabuhan
Basirih
dengan
Pelabuhan
Udara Syamsudin Noor.
3. Secara faktual telah terjadi
kolaborasi fungsi dari berbagai
sektor, baik ekonomi, sosial,
budaya
dan
aspek
yang
lainnya, sehingga Pusat Kota
Banjarmasin pada kawasan
tertentu
berfungsi
menjadi
Mixed
Use
Development
(MUD).
Pusat-pusat pelayanan di
Kota Banjarmasin dikembangkan
secara hirarkis dan proporsional
dengan
tetap
mendorong
penurunan beban pusat kota

berdasarkan sebaran permukiman


dan rencana pengembangannya.
Adapun beberapa fasilitas yang
masih tetap dipertahankan dalam
skala kota, diantaranya Pasar
Sudimampir, Pasar Baru, Pasar
Cempaka, Pasar Antasari dan
sekitarnya.
Sedangkan dalam skala sub
pusat kota (wilayah kecamatan)
diantaranya akan dikembangkan
dibagian
selatan
yang
direncanakan
pada
sekitar
pertemuan Jalan Lingkar Selatan
dengan Sungai Martapura dengan
fungsi
utama
sebagai
pusat
perdagangan
grosiran-regional
dan pergudangan.
Pertimbangan
pengembangan pasar regional di
selatan ini adalah :
Sebagai
upaya
mengurangi

beban pusat kota.


Berdekatan dengan Pelabuhan

Trisakti dan rencana kawasan


pergudangan pelabuhan.
Mempunyai akses ke sungai

(S.Martapura) sebagai pilihan


untuk transportasi sungai dari
pintu masuk barang (Trisaksti,
Martapura Baru) ke kawasan
pusat kota dan wilayah lain di
Hulu Sungai Martapura.
Berada pada jalur lintas regional
(rencana jalan lingkar luar atau
Banjarmasin Outer Ring Road)
yang menghubungkan moda
angkutan
nasional,
yaitu
Pelabuhan
Trisakti,
Bandara
Syamsudin Noor dan pusat
permukiman lain di bagian
selatan
Pulau
Kalimantan
(Banjar, Banjarbaru, Batulicin,

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 9

POKJA SANITASI

Samarinda, Barito Kuala, Puruk


Cahu, Palangkaraya, dll.)
Sudah
tumbuh
kegiatan

Fasilitas Peribadatan (Masjid);

Pasar Tradisional;

Terminal Angkutan Kota; Dan

pergudangan dan perdagangan


pada kawasan tersebut.
Untuk
pusat
lingkungan
sendiri akan direncanakan berada
pada setiap wilayah dan berada
pada lahan-lahan yang kosong.
Keberadan unit lingkungan itu
sendiri,
diharapkan
mampu
melayani kebutuhan penduduk di
wilayah yang bersangkutan dan
tidak terpusat pada pusat kota.
Adapun
fasilitas
yang
akan
direncanakan pada setiap pusat
lingkungan adalah :
Kantor Pemerintah;

Dermaga

Fasilitas Kesehatan;

Lembaga

(Perbankan, Badan Perkreditan


Rakyat, Koperasi, Dll);
Fasilitas Sosial Budaya;

Fasilitas

Rekreasi;
Ruang Terbuka Hijau;

Keuangan

Olahraga

Untuk

Angkutan

Sungai.
Lokasi-lokasi
Pusat
Lingkungan
(PL)
terdapat
di
Kelurahan Alalak Utara, Kelurahan
Antasan Kecil Timur, Kelurahan
Sungai Jingah, Kelurahan Banua
Anyar, Kelurahan Pemurus Luar,
Kelurahan
Pemurus
Dalam,
Kelurahan
Kelayan
Timur,
Kelurahan
Kelayan
Selatan,
Kelurahan Basirih, Kelurahan Teluk
Dalam dan Kelurahan Alalak
Selatan.
Struktur
ruang
Kota
Banjarmasin dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

Dan

Gambar 2.2 Peta Struktur Ruang Kota Banjarmasin

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 10

POKJA SANITASI

2.1.4.2
Pola
Ruang
Kota
Banjarmasin
Pola ruang Kota Banjarmasin
direncanakan akan menjadi pola
ruang yang dinamis, dimana pada
beberapa bagian tertentu tidak
diberlakukan secara ketat, tetapi
dapat
mengakomodir
konsepkonsep ataupun pola ruang yang
lebih baik.
Dengan
pertimbangan
tersebut,
serta
memperhatikan
Pendekatan
pembentukan
pola
ruang Kota Banjarmasin, kebijakan
penataan ruang nasional (RTRWN),
RTRW Provinsi
Kalimantan
Selatan
dan
RTRW
Metropolitan
Banjar Bakula,
maka rencana
pola
ruang
Kota
Banjarmasin
yang tertuang
dalan rencana
penggunaan
lahan
dapat
dilihat
pada
Tabel
2.4.
Rencana
Penggunaan
Lahan
2032
dan Gambar 2.3 Peta Pola Ruang
Kota Bajarmasin.

Tabel 2.4 Rencana Penggunaan


Lahan 2032
No
.
A.

Fungsi
Kawasan Lindung
1. Ruang Terbuka Hijau
a. Pertanian Berkelanjutan
b. Ruang Terbuka Hijau

B.

2. Cagar budaya
Kawasan Budidaya
1.
Perumahan,
yang
meliputi :
a. Kepadatan tinggi
b. Kepadatan sedang
c. Kepadatan rendah
2. Perdagangan dan Jasa
3. Perkantoran
4. Industri
5. Pergudangan
6. Pariwisata
7. Kawasan Terbuka Non
Hijau
a. Sungai
b. Halaman dan Jalan
8.
Kawasan
Peruntukan
Lainnya :
a. Pendidikan
b. Kesehatan
c. Peribadatan
d. Pelabuhan
e. Pertanian
f. Pertahanan Negara
g. TPA
Total

Luasan
(Ha)

396,83
1.623,5
2
5,64

160,91
1.018,0
8
3.594,5
4
538,81
48,08
496,4
225,15
28,55

861,7
139

86,66
22,25
6,07
305,82
217,23
33,73
37,02
9.846

Gambar 2.3 Pola Ruang Kota


Banjarmasin

2.1.4.3
Rencana Penanganan Sanitasi Berdasarkan RTRW
Kota Banjarmasin
A. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum Kota
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air minum bagi
masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah sebagai berikut :

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 11

POKJA SANITASI

Dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum, baik secara


fisik, kimia dan biologis serta cukup secara kuantitas untuk memenuhi
segala kebutuhan yang diperlukan terutama pada jam puncak. Kapasitas
sumber air harus dapat menjamin kontinuitas suplai air dan cadangan
yang cukup terutama pada jam puncak dan hari maksimum serta
cadangan air bagi kebutuhan pemadam kebakaran dan keperluan
khusus lainnya.
Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah pelayanan
harus dapat terjamin kontiniutasnya dengan tekanan yang cukup, serta
dengan akses dan tarif yang terjangkau.
Rencana sistem penyediaan air minum untuk Kota Banjarmasin
meliputi :
a. Instalasi pengolahan air minum (IPA) A.Yani Km. 3 di Kelurahan Kuripan
dengan kapasitas 500 liter/detik dan instalasi pengolahan air minum
(IPA) Pangambangan di Kelurahan Pengambangan dengan kapasitas
1.000 liter/detik.
b. Rencana penambahan kapasitas IPA A.Yani dan IPA Pangambangan
menjadi 3.500 liter/detik.
c. Rencana sistem penyediaan air minum dengan swadaya murni dari
masyarakat bagi wilayah yang belum mendapat pelayanan sistem
jaringan perpipaan air minum.
d. Rencana sistem sambungan langsung yang dapat melayani seluruh
kawasan perumahan, seluruh pusat kegiatan komersil, industri maupun
pusat pemerintahan.
e. Rencana sistem sambungan kran/hidran umum melayani seluruh
kawasan perkotaan dan pengelolaannya dapat dilakukan oleh suatu
badan usaha atau diserahkan kepada masyarakat dengan membentuk
kelompok pemakai air.
f. Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum mengacu kepada
rencana pengembangan SPAM regional Banjar Bakula.
g. Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) untuk menjaga kualitas,
kuantitas, kontiniuitas dan keterjangkauan denga konsep hidrologi huluhilir untuk sumber air dan proses dari operator sampai kepada
konsumen.

B. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota


Sebagian besar air limbah yang menimbulkan masalah lingkungan
adalah air limbah permukiman dan industri.
Limbah rumah tangga
umumnya dibuang langsung ke genangan air yang merupakan dasar dari
rumah. Kendati sudah menggunakan septic tank, namun bagian dasarnya
tidak kedap. Sementara itu limbah industri yang umumnya berada di
sempadan sungai menjadi penyumbang terbesar terhadap penurunan
kualitas air sungai. Oleh karena itu pengembangan IPAL untuk permukiman

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 12

POKJA SANITASI

menjadi prioritas utama untuk dibangun. Selanjutnya, sesuai dengan


kebijakan Pemerintah Kota Banjarmasin, kegiatan industri berat akan
direlokasi ke luar kota.
Dalam hal ini juga direkomendasikan untuk
merelokasi industri yang mencemari sungai dan udara ke luar kota. Sistem
pengolahan air limbah untuk Kota Banjarmasin meliputi:
a.
IPAL Lambung Mangkurat dengan kapasitas 1.000 m3/hari, IPAL
Pekapuran Raya dengan kapasitas 2.500 m3/hari, IPAL HKSN/Hasan Basri
dengan
Gambar Peta 2.4 Rencana Jaringan IPAL
kapasitas
5.100 m3/hari
dan
1
unit
IPLTL (Instalasi
Pengolahan
Lumpur Tinja
dan
Lindi
Sampah)
Basirih
dengan
kapasitas
2.000 m3/hari.
b.
Pembangunan
sarana septic
tank komunal
untuk permukiman masyarakat prioritas utama, sebanyak 901 unit yang
tersebar di 7 (tujuh) kelurahan meliputi ; Kelurahan Mantuil, Kelurahan
Kelayan Selatan, Kelurahan Tanjung Pagar, Kelurahan Pemurus Dalam,
Kelurahan Sungai Lulut, dan Kelurahan Banua Anyar.
c.
Pengembangan sarana IPAL berlokasi di Kelurahan Antasan Besar,
Kelurahan Teluk Dalam, Kelurahan Kelayan Tengah, Kelurahan Karang
Mekar, Kelurahan Melayu (Kaw. Veteran dan sekitarnya), Kelurahan
Kuripan, Kelurahan Antasan Kecil Timur, Kelurahan Belitung Laut,
Kelurahan Pemurus Baru, Kelurahan Pemurus Luar, dan Kelurahan Telaga
Biru.
Sedangkan untuk rencana pengembangan sistem pengolahan air
limbah terpusat di Kawasan Sungai Andai untuk kawasan Banjarmasin
Utara, Banjarmasin Barat, dan sebagian Banjarmasin Tengah; dan di TPA
Basirih untuk kawasan Banjarmasin Timur, Banjarmasin Selatan, dan
sebagian Banjarmasin Tengah.
C.

Rencana Sistem Persampahan Kota


Jumlah penduduk Kota Banjarmasin
pada Tahun 2032 akan
mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Implikasi perkembangan
penduduk ini adalah bertambahnya jumlah timbulan sampah, maka

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 13

POKJA SANITASI

diperlukan penambahan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan


yang antara lain meliputi alat angkut sampah, kontainer/TPS, sistem
transfer depo dan TPA.
Arahan rencana sistem pengelolaan persampahan sampai dengan
saat ini masih terpusat di TPA yang terletak di Kelurahan Basirih Kecamatan
Banjarmasin Selatan, sambil menunggu penanganan TPA secara regional.
Rencana pengelolaan persampahan akan dilakukan dengan pengelolaan
sampah secara regional yang juga akan melibatkan serta bekerjasama
dengan kabupaten/kota yang berdekatan dengan Kota Banjarmasin.
Rencana pengembangan sistem persampahan kota meliputi :
a. Pengembangan metode pengelolaan TPA yang akan dikembangkan
menjadi SPA (Stasiun Peralihan Antara)
b. TPS akan dikembangkan menjadi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
3R (TPST 3R) di setiap kelurahan
c. Pengembangan sistem jaringan persampahan kota yang akan
disinergikan dengan pengembangan persampahan regional
Kota
Metropolitan Banjar Bakula
Pengadaan prasarana sampah (TPS, TPA) secara merata dan
proporsional menjadi penting, karena sampah merupakan salah satu
persoalan utama yang dihadapi Kota Banjarmasin, terutama sampah
domistik. Penyediaan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di
setiap lingkungan akan menjadi bagian dari pendidikan lingkungan. Hal ini
terkait dengan kewajiban setiap orang, kelompok, perusahaan, agar
mengelola sampahnya secara bertanggung jawab (UU No. 18/2008 tentang
Pengelolaan Sampah).

D.

Rencana Sistem Drainase Kota


Sistem drainase kota perlu dikembangkan secara teknis pada setiap
sisi jalan, melakukan sodetan atau membangun saluran air yang
menghubungkan antar blok perumahan/bangunan yang tergenang serta
mengintegrasikan pembangunan sistem drainase kota dengan sumber daya
air (satuan pengelolaan genangan air), sehingga sirkulasi air menjadi
mengalir dan mengurangi genangan tinggi dan lama pada saat musim
hujan. Disamping itu akan dilakukan normalisasi sungai-sungai yang ada

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 14

POKJA SANITASI

dan dalam pengelolaan drainase ini akan mempergunakan sistem folder


atau pompanisasi.
Gambar Peta 2.5 Rencana Sistem Drainase

2.2. KONDISI SANITASI KOTA


BANJARMASIN
2.2.1 Air Limbah Domestik
Tabel 2.4 Kemajuan Pelaksanaan SSK - Komponen Air
Limbah Domestik

Adanya

penurunan

sebanyak 50,40% terhadap BABS


sehingga untuk saat ini penduduk
yang

melakukan

BABS

ada

di

pinggiran sungai sebanyak 20%

untuk

itu

diperlukan

adanya

sosialisasi secara terus menerus.


Penanganan
domestik

di

Kota

Air

Limbah

Banjarmasin

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 15

POKJA SANITASI

lebih

pesat

dibanding

dengan

Kab/Kota yang ada di Kalimantan


Selatan

karena

di

Kota

Banjarmasin pengelolaan limbah


domestik sudah dikelola oleh PD
PAL dan KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat)

dengan

pelayanan

sebagai berikut :
Sistem
Pengelolaan

Unit
Layanan
Truk Tinja
3 Unit ;
- 2 unit
(4m3)
- 1 Unit
(3 m3)

Pengangkutan
Tinja

Peng
elola
PD
PAL

Pengolahan - IPAL
Terpusat/Skala
PD
6 Lokasi
Wilayah (sistem
PAL
Offsite Perpipaan)
Sistem Komunal 5 Lokasi
KSM
IPAL
Sistem Komunal 18 Lokasi
KSM
MCK/MCK++
Sumber : PD PAL Kota Banjarmasin
Tahun 2012
Perusahaan Daerah

Pengelolaan Air

Limbah telah mengelola 6 lokasi IPAL


terpusat wilayah dengan Kapasitas
sebagai berikut :

Sumber : PD PAL Kota Banjarmasin Tahun


2012

Cakupan penanganan Air Limbah Kota


Banjarmasin yang dilaksanakan PD PAL
3,95% dan layanan pengelolaan air
N
o

Nama IPAL Terpusat

Jumlah air
limbah
terolah
m3/hari

Kapasitas
pengolahan

Luas area
layanan

Jumlah
pelanggan

m3/hari

Ha.
286

unit
1,459

1 IPAL Lambung Mangkurat


2 IPAL Pekapuran raya
3 IPAL HKSN/ Hasan Basri

474
525

1,000
2,500

256

1,615

426

5,000

854

1,312

4 IPAL Basirih
5 IPAL Tanjung Pagar

139

2,000

870

429

43

2,000

540

132

6 IPAL Sungai Andai

33

3,000

648

100

1,640

15,500

3,454

5,047

TOTAL

limbah

dengan

sebesar

0,75%.

pengelolaan

program
Cakupan

air

sanimas
pelayanan

limbah

Kota

Banjarmasin dapat dilihat pada Gambar

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin |II- 16

2.2.2 Pengelolaan persampahan


Tabel 2.5 Kemajuan Pelaksanaan SSK - Komponen Persampahan
Saat ini pelayanan sampah di Kota Banjarmasin
sudah tersebar di
5
(Lima)
Kecamatan. Kota
Banjarmasin
mempunyai
1
TPA
yaitu TPA Basirih
dengan luas 39,5
Ha
dan luas area
terpakai 34,5 Ha
dengan
sistem
Open dumping /Controlled Landfill dengan 3 alat berat yang
bekerja dengan 16 sel TPA aktif sehingga mampu
mengelola sampah yang masuk sebesar 540 s/d 793
ton/hari.
Cakupan pelayanan
61% dari jumlah penduduk Kota
Banjarmasin yaitu 387. 530 Jiwa. Sampah yang dibuang
sembarangan termasuk di sungai 38%, sehingga perlu trik
untuk penanganan sampah saat ini.
Kondisi TPA Basirih yang berada di atas rawa
menyebabkan tidak maksimal dalam fungsi pengelolaanya,

hal ini diantisipasi dengan adanya TPS - 3R dan bank


sampah yang dikelola oleh KSM.
Untuk TPST 3R ada 8 Unit yang tersebar di 5 Kecamatan
yaitu untuk Kecamatan Banjarmasin Utara ada 4 Unit yang
berada di Kelurahan Surgi Mufti 1 unit, di Kelurahan Sungai
Miai 2 Unit dan di Kelurahan Sungai Andai 1 Unit. Untuk
Kecamatan Banjarmasin selatan di Kelurahan Basirih
selatan 1 unit, untuk Kecamatan Banjarmasin Tengah 1 unit
di Kelurahan Kelayan Luar, untuk Kecamatan Banjarmasin
Barat 1 unit di Kelurahan Kuin Krucuk dan untuk Kecamatan
Banjarmasin Timur 1 unit di Kelurahan Sungai Lulut.
Sedangkan untuk TPS Sementara ada 96
Unit yang
tersebar di 5 (lima) kecamatan.
Sedangkan untuk cakupan pengangkutan sampah
yang diangkut antara 50% - 70% ada di 39 Kelurahan
sedangkan yang pengangkutan 70% - 90% ada di 13
Kelurahan untuk lebih jelasnya dapat di lihat di Gambar 2.5
Peta Cakupan Sampah di bawah ini.

2.2.3 Drainase
Tabel 2.6 Kemajuan Pelaksanaan SSK - Komponen Drainase

Genangan air yang ada di Kota Banjarmasin


dipengaruhi oleh pasang surut sungai karena letak Kota
Banjarmasin
di
bawah
permukaan
laut
untuk
mengantisipasi ini harus ada sistem drainase yang
terkoneksi dengan baik. Saluran drainase yang dibangun di
Kota Banjarmasin dari panjang total 105.727 m yang dalam
kondisi baik sejumlah 63,79% , 39,47% dalam kondisi
sedang, dan yang tidak berfungsi 10,34%. Berdasarkan
kelas fungsinya, drainase yang berfungsi sebagai saluran
sekunder 55,17% dan berfungsi sebagai saluran tersier
43,10%.

Sistem drainase kota perlu dikembangkan secara


teknis pada setiap sisi jalan, melakukan sodetan atau
membangun saluran air yang menghubungkan antar blok
perumahan/bangunan
yang
tergenang
serta
mengintegrasikan pembangunan sistem drainase kota
dengan kantong sumber daya air (satuan pengelolaan
genangan air), sehingga sirkulasi air menjadi mengalir dan
mengurangi tinggi dan lama genangan pada saat musim
hujan. Pemeliharaan sistem drainase dilakukan secara rutin
untuk mengurangi genangan tinggi dan lama pada saat
musim hujan.
Saluran
drainase
sangat
berguna
untuk
memperlancar keluar masuknya air (tata air) dan
diperlukan untuk menghindari terlalu tingginya genangan
dan luapan air pasang surut serta banjir musiman yang
akan mengganggu proses arus transportasi pada
umumnya.
Dalam rangka mengendalikan genangan air pada
musim hujan dan banjir musiman, di wilayah Kota
Banjarmasin
telah dilaksanakan pembangunan saluran
drainase
dan
normalisasi
sungai.
Permasalahan

berkurangnya fungsi saluran drainase dengan berjalannya


waktu disebabkan pendangkalan saluran dan tumbuhnya
gulma di saluran sehingga menyebabkan pendangkalan
akibat sedimentasi.
Saluran drainase yang direncanakan merupakan
saluran terbuka yang berfungsi untuk menampung aliran
permukaan. Jaringan drainase terbagi atas jaringan primer,
jaringan sekunder dan jaringan tersier.
Sungai di Kota Banjarmasin berfungsi sebagai saluran
drainase primer dan sekunder bahkan tersier, total panjang
sungai dan anak sungai yang tersebar di Kota Banjarmasin
sepanjang 185.303 m dengan rincian sungai besar
sepanjang 48.271 m, sungai sedang sepanjang 87.296 m
dan sungai kecil sepanjang 49.736 m.
Jaringan primer berfungsi untuk menampung aliran
permukaan dengan daerah tangkapan yang luas. Jaringan
primer merupakan drainase alam yaitu aliran sungai dan
anak sungai. Kota Banjarmasin ditinjau dari Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan panjang 6.361 m

Saluran sekunder berfungsi untuk menampung aliran


air permukaan yang berasal dari jaringan tersier dan
mengalirkannya ke jaringan primer dengan panjang 76.007
m, sedangkan saluran tersier berfungsi menampung aliran
air permukaan dari suatu kawasan seperti kawasan
permukiman, kawasan pertokoan, dan kawasan industri
kemudian mengalirkannya ke jaringan sekunder dengan
panjang 23.359 m.
Genangan dengan tinggi 30-50 cm dan lama
genangan 3-5 jam seluas 769 Ha sedangkan luas total
genangan keseluruhan mencapai 6.821,6 Ha atau 57% dari
luas area permukiman Kota Banjarmasin.
Cakupan drainase kota Banjarmasin yang mencapai
50 % hanya di satu kelurahan, sedangkan 0 -10% ada di
10 Kelurahan dan 41 Kelurahan didominasi oleh cakupan
drainase 25% sehingga 31%. Wilayah rawan banjir dengan
luas area 1600 Ha, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.6 Cakupan Drainase Kota Banjarmasin.

2.3

2.3 Area Beresiko dan Permasalahan Sanitasi

2.4

Area berisiko dan permasalahan sanitasi adalah area


yang perlu ditangani segera berdasarkan dari hasil
analisa Pokja sanitasi Kota Banjarmasin diperoleh
analisa sebagai berikut :
2.5
2.3.1 Area berisiko dan Permasalahan Air Limbah
Domestik
2.6
Berdasarkan analisa data studi EHRA
yang telah dilakukan oleh Pokja sanitasi Kota
Banjarmasin diperoleh area beresiko Air Limbah
Domestik pada tabel dan gambar peta di bawah ini:
2.7
2.8

1
n Tengah
2.18 2.19 Banjarmasi
2
n Tengah

Luar
2.20 Kertak
Baru Ulu

2.22 2.23 Banjarmasi


3
n Tengah

2.24 Kertak
Baru Ilir

Tabel 2. 7 Area Beresiko Air Limbah Domestik tiap


Kelurahan

2.9

2.10
2.11 KECAMAT
N
AN

2.14 2.15 Banjarmasi

2.12 KELUR
AHAN

2.16 Kelayan

2.26
2.27 KECAMAT
N
AN

2.13 A
r
e
a
B
e
ri
si
k
o
R
e
n
d
a
h
2.17

2.30
1
2.34
2
2.38
3
2.42
4

2.31 Banjarmasi
n Utara
2.35 Banjarmasi
n Tengah
2.39 Banjarmasi
n Tengah
2.43 Banjarmasi
n Tengah

2.28 KELUR
AHAN

2.32 Pangera
n
2.36 Mawar
2.40 Pekapur
an Laut
2.44 Sungai
Baru

A
r
e
a
B
e
ri
si
k
o
R
e
n
d
a
h
2.29 A
r
e
a
B
e
ri
si
k
o
S
e
d
a
n
g
2.33 Ar
e
a
B
er
isi
ko
S

2.46 2.47 Banjarmasi


6
n Timur
2.50 2.51 Banjarmasi
7
n Timur
2.54 2.55 Banjarmasi
8
n Timur

2.58
2.59 KECAMAT
N
AN

2.62
1
2.66
2
2.70
3
2.74
4
2.78
5
2.82
6
2.86
7
2.90
8
2.94
9

2.63 Banjarmasi
n Barat
2.67 Banjarmasi
n Barat
2.71 Banjarmasi
n Barat
2.75 Banjarmasi
n Barat
2.79 Banjarmasi
n Barat
2.83 Banjarmasi
n Barat
2.87 Banjarmasi
n Barat
2.91 Banjarmasi
n Barat
2.95 Banjarmasi
n Barat

2.98 2.99 Banjarmasi


10
n Selatan
2.1022.103
Banjar
11
masin

2.48 Sungai
Lulut
2.52 Banua
Hanyar
2.56 Pemurus
Luar

2.60 KELUR
AHAN

2.64 Teluk
Tiram
2.68 Telawan
g
2.72 Telaga
Biru
2.76 Pelambu
an
2.80 Belitung
Selatan
2.84 Belitung
Utara
2.88 Kuin
Selatan
2.92 Kuin
Cerucuk
2.96 Basirih
2.100
Pem
urus
Dalam
2.104
Tanj
ung

e
d
a
n
2.61 A
r
e
a
B
e
ri
si
k
o
n
Ti
n
g
gi

2.65 Ar
e
a
B
er
isi
ko
Ti
n
g
gi

Selatan
2.107
Banjar
2.106
masin
12
Selatan
2.111
Banjar
2.110
masin
13
Selatan
2.115
Banjar
2.114
masin
14
Selatan
2.119
Banjar
2.118
masin
15
Selatan
2.129
Banjar
2.128
masin
16
Selatan
2.133
Banjar
2.132
masin
17
Selatan
2.136
2.137 KECA
N
MATAN
2.141
Banjar
2.140
masin
18
Selatan
2.145
Banjar
2.144
masin
19
Selatan
2.149
Banjar
2.148
masin
20
Selatan
2.153
Banjar
2.152
masin
21
Selatan
2.157
Banjar
2.156
masin
22
Tengah
2.161
Banjar
2.160
masin
23
Tengah
2.165
Banjar
2.164
masin
24
Tengah
2.1682.169
Banjar

Pagar
2.108
Pem
urus
Baru
2.112
Kela
yan
Timur
2.116
Mant
uil
2.120
Muru
ng Raya
2.130
Kela
yan
Tengah
2.134
Kela
yan
Dalam
2.138 KEL
URAHA
N
2.142
Peka
uman
2.146
Kela
yan
Barat
2.150
Kela
yan
Selatan
2.154
Basir
ih
Selatan
2.158
Gad
ang
2.162
Mela
yu
2.166
Anta
san
Besar
2.170
Sebe

2.121
2.122
2.123
2.124
2.125
2.126
2.127
Area
B
er
isi
ko
Ti
n
g
gi

masin
Tengah
2.173
Banjar
2.172
masin
26
Tengah
2.177
Banjar
2.176
masin
27
Tengah
2.181
Banjar
2.180
masin
28
Timur
2.185
Banjar
2.184
masin
29
Timur
2.189
Banjar
2.188
masin
30
Timur
2.193
Banjar
2.192
masin
31
Timur
2.197
Banjar
2.196
masin
32
Timur
2.201
Banjar
2.200
masin
33
Timur
25

2.205
Banjar
2.204
masin
34
Utara
2.209
Banjar
2.208
masin
35
Utara
2.213
Banjar
2.212
masin
36
Utara
2.217
Banjar
2.216
masin
37
Utara
2.221
Banjar
2.220
masin
38
Utara
2.2242.225
Banjar
39
masin

rang
Mesjid
2.174
Pasa
r Lama
2.178
Teluk
Dalam
2.182
Peka
puran
Raya
2.186
Kara
ng
Mekar
2.190
Kebu
n Bunga
2.194
Kurip
an
2.198
Sung
ai Bilu
2.202
Peng
ambang
an
2.206
Anta
san
Kecil
Timur
2.210
Surgi
Mufti
2.214
Sung
ai Miai
2.218
Kuin
Utara
2.222
Alala
k
Selatan
2.226
Alala
k Utara

Utara
2.229
Banjar
2.228
masin
40
Utara
2.233
Banjar
2.232
masin
41
Utara
2.237
Banjar
2.236
masin
42
Utara

2.230
Alala
k
Tengah
2.234
Sung
ai Andai
2.238
Sung
ai Jingah

2.240
2.241 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.7
Peta Area Beresiko Limbah
2.242
2.243 Permasalahan Air Limbah Domestik
2.244 Permasalahan air limbah domestik yang ada di Kota
Banjarmasin ini sangat beragam antara lain sebagai
berikut :
1) Peraturan-peraturan memang
sudah ada, tetapi
masyarakat masih banyak yang tidak tahu, karena
kurangnya sosialisasi ke masyarakat.
2) Perda Sungai sudah diterbitkan pada tahun 2006, tetapi
hasil dari sosialisasi terhadap perda tersebut, sampai
saat ini belum ada.
3) Perlu penegakan dalam pelaksanan IMB yang
mengharuskan warga mempunyai tangki septik standar
dan ada petugas yang akan memberikan sosialisasi
mengenai persyaratan teknis tangki septik yang benar
dan memenenuhi persyaratan.
4) Kondisi tanah dengan muka air tanah yang tinggi,
sehingga
memerlukan
teknologi
khusus
untuk
pengolahan air limbah. Tangki septik pada umumnya

memerlukan lahan kering untuk peresapan air,


sedangkan di kota Banjarmasin hampir tidak ada lahan
kering (selain hasil urugan). Sehingga penggunaan
tangki septik dengan peresapan sangat tidak bisa
direkomendasikan, terlebih lagi untuk penggunaan
cubluk.
5) Kurangnya kepedulian masyarakat akan pentingnya
pengelolaan air limbah rumah tangga/ permukiman.
6) Kebiasaan bermukim di bantaran sungai merupakan
perilaku yang sulit diubah, karena merupakan
kebiasaan/budaya sejak berpuluh bahkan mungkin
beratus tahun secara turun temurun.

7) Adanya pemahaman yang keliru pada penanganan


limbah cair, kondisi tingkat ekonomi masyarakat yang
masih rendah, sehingga pengelolaan air limbah terkesan
seadanya/sembarang. Banyak air buangan yang
disalurkan langsung ke saluran drainase/badan air atau
sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Masyarakat
menganggap
hal
tersebut
sudah
biasa,
tidak
bermasalah dan lebih mudah untuk dijalankan.
8) Kondisi septik tank yang tidak memadai dan yang dibuat
seadanya saja sangat memberikan dampak kontaminasi
bakteri E-Coli yang cukup besar terhadap air tanah.
2.245

2.246
2.3.2 Area berisiko dan Permasalahan Persampahan
2.247 Tabel 2.8 Area Beresiko Persampahan

2.248
2.249
N

KECAM
ATAN

2.253
Banjar
2.252
masin
1
Barat
2.257
Banjar
2.256
masin
2
Barat
2.261
Banjar
2.260
masin
3
Selatan
2.265
Banjar
2.264
masin
4
Selatan
2.269
Banjar
2.268
masin
5
Selatan
2.273
Banjar
2.272
masin
6
Selatan
2.277
Banjar
2.276
masin
7
Selatan
2.281
Banjar
2.280
masin
8
Selatan
2.285
Banjar
2.284
masin
9
Tengah
2.2882.289
Banjar
10
masin

2.250 KEL
URAHA
N

2.254
Teluk
Tiram
2.258
Tela
wang
2.262
Mant
uil
2.266
Tanju
ng
Pagar
2.270
Muru
ng Raya
2.274
Peka
uman
2.278
Kela
yan
Selatan
2.282
Basir
ih
Selatan
2.286
Kert
ak Baru
Ilir
2.290
Pem
urus

2.251
Area
B
e
ri
si
k
o
2.255
Area
B
e
ri
si
k
o
R
e
n
d
a
h

Timur
2.293
Banjar
2.292
masin
11
Timur
2.297
Banjar
2.296
masin
12
Timur
2.301
Banjar
2.300
masin
13
Timur
2.305
Banjar
2.304
masin
14
Utara
2.309
Banjar
2.308
masin
15
Utara
2.313
Banjar
2.312
masin
16
Utara

2.316
2.317
KECAMA
N
TAN

2.321
Banjar
2.320
masin
1
Barat
2.325
Banjar
2.324
masin
2
Barat
2.329
Banjar
2.328
masin
3
Barat
2.3322.333
Banjar
4
masin
Barat

Luar
2.294
Kara
ng
Mekar
2.298
Sung
ai Lulut
2.302
Banu
a
Hanyar
2.306
Pang
eran
2.310
Kuin
Utara
2.314
Sung
ai Andai

2.318
KELU
RAHAN

2.322
Belit
ung
Selatan
2.326
Belit
ung
Utara
2.330
Kuin
Selatan
2.334
Kuin
Cerucuk

2.319
Area
B
e
ri
si
k
o
2.323
Area
B
e
ri
si
k
o
S
e
d
a

2.337
Banjar
2.336
masin
5
Barat
2.341
Banjar
2.340
masin
6
Selatan
2.345
Banjar
2.344
masin
7
Selatan
2.349
Banjar
2.348
masin
8
Selatan
2.353
Banjar
2.352
masin
9
Tengah
2.357
Banjar
2.356
masin
10
Tengah
2.361
Banjar
2.360
masin
11
Tengah
2.365
Banjar
2.364
masin
12
Tengah
2.369
Banjar
2.368
masin
13
Tengah
2.373
Banjar
2.372
masin
14
Tengah
2.377
Banjar
2.376
masin
15
Tengah
2.381
Banjar
2.380
masin
16
Tengah
2.385
Banjar
2.384
masin
17
Tengah
2.389
Banjar
2.388
masin
18
Tengah
2.3922.393
Banjar
19
masin

2.338
Basir
ih
2.342
Kela
yan
Tengah
2.346
Kela
yan
Dalam
2.350
Kela
yan
Barat
2.354
Kela
yan Luar
2.358
Peka
puran
Laut
2.362
Sung
ai Baru
2.366
Kert
ak Baru
Ulu
2.370
Gad
ang
2.374
Mela
yu
2.378
Anta
san
Besar
2.382
Sebe
rang
Mesjid
2.386
Pasa
r Lama
2.390
Maw
ar
2.394
Peka
puran

n
g

Timur
2.397
Banjar
2.396
masin
20
Timur
2.401
Banjar
2.400
masin
21
Timur
2.405
Banjar
2.404
masin
22
Utara
2.409
Banjar
2.408
masin
23
Utara
2.413
Banjar
2.412
masin
24
Utara
2.417
Banjar
2.416
masin
25
Utara
2.421
Banjar
2.420
masin
26
Utara

2.424
2.425
KECAMA
N
TAN

2.429
Banjar
2.428
masin
1
Barat
2.433
Banjar
2.432
masin
2
Barat
2.437
Banjar
2.436
masin
3
Selatan
2.441
Banjar
2.440
masin
4
Selatan
2.4442.445
Banjar
5
masin

Raya
2.398
Sung
ai Bilu
2.402
Peng
ambang
an
2.406
Surgi
Mufti
2.410
Alala
k
Selatan
2.414
Alala
k Utara
2.418
Alala
k
Tengah
2.422
Sung
ai Jingah

2.426
KELU
RAHAN

2.430
Pela
mbuan
2.434
Telag
a Biru
2.438
Pem
urus
Dalam
2.442
Pem
urus
Baru
2.446
Kela
yan

2.427
Area
B
e
ri
si
k
o
2.431
Area
B
e
ri
si
k
o
Ti
n
g
gi

Selatan
2.449
Banjar
2.448
masin
6
Tengah
2.453
Banjar
2.452
masin
7
Timur
2.457
Banjar
2.456
masin
8
Timur
2.461
Banjar
2.460
masin
9
Utara
2.465
Banjar
2.464
masin
10
Utara

Timur
2.450
Teluk
Dalam
2.454
Kebu
n Bunga
2.458
Kurip
an
2.462
Anta
san
Kecil
Timur
2.466
Sung
ai Miai

2.468
2.469 Permasalahan Persampahan
1) Produksi sampah setiap orang rata-rata terus meningkat
seiring
dengan
meningkatnya
tingkat
ekonomi
penduduk, disamping itu populasi penduduk kota secara
keseluruhan bertambah.
2) Komposisi sampah rumah tangga dan komersial selalu
berubah dengan kecenderungan komponen sampah
basah relatif berkurang, sedangkan kertas, kaca, plastik,
logam, dan berbagai macam benda lain bertambah.
3) Masih ditemukan pembuangan sampah ditempat
terbuka, sehingga menimbulkan bau kurang sedap,
mengganggu estetika, menimbulkan banjir, menjadi

tempat berkembang biaknya vektor penyakit dan tikus


yang dapat mengancam kesehatan masyarakat.
4) Masih ditemukan sebagian kecil warga kota yang
membuang sampah secara sembarangan, tanpa berfikir
bagaimana
sampah
tersebut
akan
dipindahkan/diangkut.
5) Masih ada warga kota yang secara sengaja membuang
sampah ke saluran air dengan maksud agar cepat
hanyut.
Namun
pada
kenyataannya
sampah
mengendap dan menyumbat saluran drainase serta
mengganggu aliran sungai.
2.470
2.471
2.472
2.473
6) Transfer station yang diharapkan dapat mempercepat
pengangkutan sampah, ternyata masih berfungsi
sebagai tempat pembuangan sampah sementara (TPS),
karena jumlah container dan truk pengangkut masih
sangat kurang.
7) Ketersediaan alat angkut untuk mengangkut sampah
dari sumber, tempat pembuangan sementara (TPS), dan
transfer depo ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tidak
sebanding dengan jumlah sampah yang dihasilkan dari
seluruh Kota Banjarmasin.

8) Pengangkutan sampah ke TPA (Tempat Pembuangan


Akhir) masih menggunakan kendaraan yang konstruksi
dan sarananya belum seluruhnya memperhatikan resiko
pencemaran lingkungan disepanjang perjalanan.
9) Lokasi TPS sebagian besar menempati lahan yang tidak
memenuhi persyaratan untuk difungsikan sebagai TPS.
10)
Sulitnya pembebasan lahan untuk lokasi TPST 3R.
11)
Pengelolaaan lindi (leachate) dan gas yang
dihasilkan dari TPA belum sempurna sehingga dapat
mencemari air permukaan, air tanah, dan udara.
12)
Pembuangan sampah secara sembarangan yang
dapat menyebabkan gangguan terhadap lingkungan
masih dilakukan oleh sebagian warga.
13)
Belum ada upaya pengurangan timbunan sampah di
TPA dalam skala besar yang dapat memperpanjang usia
pakai TPA tersebut.
14)
Masyarakat belum mengetahui tentang limbah padat
B3 yang dihasilkan dari rumahtangga seperti batu
baterai dan obat-obatan kadaluwarsa.

15)
Pengelolaan sampah masih dilakukan secara parsial
oleh banyak lembaga (tidak terpadu).
16)
Pengawasan terhadap sistem pengelolaan sampah
masih lemah dalam sarana maupun mekanismenya.
17)
Mereka yang menerima manfaat dari sistem
pengelolaan sampah secara formal belum seluruhnya
membayar jasa pelayanan/retribusi. Sistem tarif
dikembangkan ala kadarnya, dan pungutan jasa
pelayanan/retribusi tidak terkumpulkan sepenuhnya.
18)
Peraturan daerah UU No. 18/2008 tentang
Pengelolaan Sampah belum cukup efektif untuk
mengatur persampahan, dan penegakan hukumnya
belum berjalan.
19)
Partisipasi swasta dalam pengelolaan sampah belum
berkembang secara optimal.
2.474 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.8
Peta Area Beresiko Persampahan.

2.475
2.3.3 Area Berisiko dan Permasalahan Drainase
2.476 Tabel 2.9 Area Beresiko Drainase
2.477
2.478 KECA
N
MATAN
2.482
Banjar
2.481
masin
1
Barat
2.486
Banjar
2.485
masin
2
Barat
2.490
Banjar
2.489
masin
3
Selatan
2.494
Banjar
2.493
masin
4
Selatan
2.498
Banjar
2.497
masin
5
Selatan
2.502
Banjar
2.501
masin
6
Selatan
2.506
Banjar
2.505
masin
7
Selatan
2.510
Banjar
2.509
masin
8
Selatan
2.514
Banjar
2.513
masin
9
Tengah
2.518
Banjar
2.517
masin
10
Tengah
2.5212.522
Banjar
11
masin

2.479 KEL
URAHA
N
2.483
Tela
ga Biru
2.487
Pela
mbuan
2.491
Pem
urus
Dalam
2.495
Tanj
ung
Pagar
2.499
Pem
urus
Baru
2.503
Mant
uil
2.507
Kela
yan
Barat
2.511
Basir
ih
Selatan
2.515
Peka
puran
Laut
2.519
Sung
ai Baru
2.523
Kert
ak Baru

2.480 A
REA
BER
ESI
KO
2.484
A
rea
Beri
siko
Ren
dah

Tengah
2.526
Banjar
2.525
masin
12
Tengah
2.530
Banjar
2.529
masin
13
Tengah
2.534
Banjar
2.533
masin
14
Tengah
2.538
Banjar
2.537
masin
15
Tengah
2.542
Banjar
2.541
masin
16
Tengah
2.546
Banjar
2.545
masin
17
Timur
2.550
Banjar
2.549
masin
18
Timur
2.554
Banjar
2.553
masin
19
Timur
2.558
Banjar
2.557
masin
20
Timur
2.562
Banjar
2.561
masin
21
Timur
2.566
Banjar
2.565
masin
22
Timur
2.570
Banjar
2.569
masin
23
Utara
2.574
Banjar
2.573
masin
24
Utara
2.578
Banjar
2.577
masin
25
Utara
2.5812.582
Banjar

Ulu
2.527
Mela
yu
2.531
Sebe
rang
Mesjid
2.535
Pasa
r Lama
2.539
Kert
ak Baru
Ilir
2.543
Maw
ar
2.547
Pem
urus
Luar
2.551
Kebu
n Bunga
2.555
Kuri
pan
2.559
Peng
ambang
an
2.563
Sung
ai Lulut
2.567
Ban
ua
Hanyar
2.571
Surg
i Mufti
2.575
Pang
eran
2.579
Sung
ai Miai
2.583
Sung

masin
Utara
2.586
Banjar
2.585
masin
27
Utara
26

2.589
2.590 KECA
N
MATAN
2.594
Banjar
2.593
masin
1
Barat
2.598
Banjar
2.597
masin
2
Barat
2.602
Banjar
2.601
masin
3
Barat
2.606
Banjar
2.605
masin
4
Barat
2.610
Banjar
2.609
masin
5
Barat
2.614
Banjar
2.613
masin
6
Selatan
2.618
Banjar
2.617
masin
7
Selatan
2.622
Banjar
2.621
masin
8
Selatan
2.626
Banjar
2.625
masin
9
Selatan
2.630
Banjar
2.629
masin
10
Selatan
2.634
Banjar
2.633
masin
11
Selatan
2.6372.638
Banjar

ai Andai
2.587
Sung
ai Jingah
2.591 KEL
URAHA
N
2.595
Teluk
Tiram
2.599
Belit
ung
Utara
2.603
Kuin
Selatan
2.607
Kuin
Cerucuk
2.611
Basir
ih
2.615
Kela
yan
Timur
2.619
Muru
ng Raya
2.623
Kela
yan
Tengah
2.627
Kela
yan
Dalam
2.631
Peka
uman
2.635
Kela
yan
Selatan
2.639
Kela

2.592 A
REA
BER
ESI
KO
2.596
A
rea
Beri
siko
Sed
ang

masin
Tengah
2.642
Banjar
2.641
masin
13
Tengah
2.646
Banjar
2.645
masin
14
Timur
2.650
Banjar
2.649
masin
15
Timur
2.654
Banjar
2.653
masin
16
Timur
12

2.658
Banjar
2.657
masin
17
Utara
2.662
Banjar
2.661
masin
18
Utara
2.666
Banjar
2.665
masin
19
Utara
2.670
Banjar
2.669
masin
20
Utara
2.673
2.674 KECA
N
MATAN
2.678
Banjar
2.677
masin
1
Barat
2.682
Banjar
2.681
masin
2
Barat
2.686
Banjar
2.685
masin
3
Tengah
2.6892.690
Banjar
4
masin
Tengah

yan
Luar
2.643
Anta
san
Besar
2.647
Peka
puran
Raya
2.651
Kara
ng
Mekar
2.655
Sung
ai Bilu
2.659
Anta
san
Kecil
Timur
2.663
Kuin
Utara
2.667
Alala
k Utara
2.671
Alala
k
Tengah
2.675 KEL
URAHA
N
2.679
Tela
wang
2.683
Belit
ung
Selatan
2.687
Gad
ang
2.691
Teluk
Dalam

2.676 A
REA
BER
ESI
KO
2.680
A
rea
Beri
siko
Ting
gi

2.694
Banjar
2.693
masin
5
Utara

2.695
Alala
k
Selatan

2.697
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.9 Peta Area Beresiko Drainase
2.698
2.699
Secara umum permasalahan drainase di Kota Banjarmasin dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Topografi Kota Banjarmasin yang merupakan daerah datar dengan ketinggian permukaan tanah minus (-) 0,16 m di bawah
permukaan laut, sehingga akan selalu terjadi genangan air baik disebabkan oleh turunnya hujan maupun pada saat air
pasang. Pengaruh pasang air laut/sungai juga mempersulit keluarnya air hujan dari daerah genangan.
2. Perkembangan kota yang pesat dan dinamis (pembangunan perumahan, pasar, pertokoan serta ruko-ruko) yang tidak lagi
memperhatikan keberlangsungan fungsi daerah resapan. Dengan berubahnya fungsi kawasan/daerah resapan (retarding)
atau kantong-kantong air menjadi kawasan perumahan, pertokoan/ ruko serta kawasan komersil lainnya mengakibatkan
bertambahnya volume air limpasan.
3. Belum tercukupinya panjang saluran dan dimensi drainase dibandingkan dengan keperluan debit air yang akan dibuang.
Dan sebagian besar tidak memenuhi persyaratan teknis, dengan kata lain saluran drainase kota belum terstruktur dengan
baik (primer, sekunder, dan tersier). Selain itu pembangunan drainase banyak yang tidak memenuhi syarat, sehingga
saluaran yang menjadi out let saluran drainase tidak berfungsi dengan baik, hal ini memperparah terjadinya genangan air
di jalan maupun di daerah permukiman.
4. Kesadaran masyarakat yang sangat rendah hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang
sampah di sungai (saluran alam) dan saluran drainase kota sehinggga mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan.

2.700

Anda mungkin juga menyukai