Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Dewasa IV dengan judul Mioma Uteri.
Dalam penulisan makalah ini didukung oleh berbagai pihak. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tri Mulia Herawati. S.Kp., M.Kep selaku
dosen pembimbing Keperawatan Dewasa III.
Harapan kami makalah ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan untuk
menambah ilmu pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan terhadap penderita
Mioma Uteri.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembelajaran ilmu keperawatan medikal bedah.
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
BAB I...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN....................................................................................... 3
1.1
LATAR BELAKANG......................................................................3
1.2
TUJUAN MAKALAH.....................................................................4
BAB II..................................................................................................... 5
TINJAUAN TEORITIS................................................................................. 5
2.1
DEFINISI..................................................................................... 5
2.2
ETIOLOGI.................................................................................... 5
2.3
PATHWAY.................................................................................... 8
2.4
KLASIFIKASI............................................................................... 9
2.5
MANIFESTASI KLINIS...................................................................9
2.6
KOMPLIKASI............................................................................. 10
2.7
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK......................................................11
2.8
PENATALAKSANAAN.................................................................12
2.9
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................14
BAB III.................................................................................................. 22
TINJAUAN KASUS.................................................................................. 22
3.1
PENGKAJIAN............................................................................. 22
3.2
DATA PENUNJANG.....................................................................28
3.3
PENATALAKSANAAN.................................................................28
3.4
DATA FOKUS............................................................................. 29
3.5
ANALISA DATA..........................................................................30
3.6
DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................32
3.7
RENCANA KEPERAWATAN..........................................................33
3.8
PELAKSANAAN KEPERAWATAN.................................................35
3.9
EVALUASI................................................................................. 38
BAB IV.................................................................................................. 44
PENUTUP............................................................................................... 44
4.1
KESIMPULAN............................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 45
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Derajat kesehatan salah satunya didukung dengan kaum wanita yang
memperhatikan kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak pada
berbagai aspek kehidupan. Salah satu masalah kesehatan pada kaum wanita
yang insidensinya terus meningkat adalah mioma uteri. Mioma uteri
menempati urutan kedua setelah kanker serviks berdasarkan jumlah angka
kejadian penyakit. Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara pasti,
diduga merupakan penyakit multifaktor karena memiliki banyak faktor dan
resikonya meningkat seiiring dengan bertambahnya usia. Mioma Uteri adalah
suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari otot
polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma
jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama
wanita usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang
dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan
prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
Pada tahun 2010 kejadian mioma uteri terbanyak masih pada kelompok
umur >35 tahun yaitu sebanyak 43 orang (63,2%) dan 45 orang (66,2%)
terjadi pada multipara. Periode Januari 2011 Mei 2011 angka kejadian
mioma uteri yaitu 39 orang (35,8%) dari 109 kasus ginekologi yang dirawat.
Angka tersebut lebih tinggi bila dibandingkan penderita ca cerviks yang
hanya 21 orang (19,3%), penderita kista ovarium 13 orang (11,9%), penderita
menometroragi 12 orang (11%) serta penyakit ginekologi lainnya sebanyak
24 orang. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, insidensi mioma uteri pada
tahun 2011 ini pun terjadi pada kelompok umur >35 tahun sebanyak 28 orang
(71,8%) dan terjadi pada wanita multipara yaitu sebanyak 26 orang (66,7%).
Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche (Dewi,
2009)
serta
dapat
mengetahui
cara
memberikan
Asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan
dikenal
dikenal
2.2 ETIOLOGI
Etiologi Mioma belum pasti diketahui. Peningkatan reseptor estrogen dan
progesteron pada jaringan mioma uteri mempengarui pertumbuhan tumor.
Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan
fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen
sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil
setelah menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gejala kista meliputi :
1. Gaya hidup tidak sehat (konsumsi makanan yang mengandung banyak
lemak dan kurang serat, zat tambahan pada makanan, kurang olahraga,
merokok dan konsumsi alkohol, terpapar dengan polusi dan agen
infeksius, stress).
2. Faktor genetik.
Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker yaitu
yang disebut protoonkogen yang karena suatu sebab tertentu misalnya
karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia
tertentu atau karena radiasi protoonkogen ini dapat berubah menjadi
onkogen, yaitu zat pemicu kanker.
Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:
1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007).
Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan
haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar
10% (Joedosaputro, 2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada
jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
(Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal
ini mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi
melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali
2.3 PATHWAY
(NANDA 2015)
Herediter, pola hidup,
hormonal
Myoma Uteri
Myoma submukosum
(tumbuh menjadi polip
dilahirkan melalui serviks)
Myoma subserosum
Resiko infeksi
Tanda/ gejala
Tindakan pembedahan
(histerektomi)
Pembesaran uterus
Hb rendah
Resiko kekurangan
volume cairan
Penekanan organ
sekitar
Resiko syok
Perlukaan
Pendarahan pervagina
Kerusakan integritas
jaringan
Ansietas
Hilangnya uterus
ovarium
Estrogen berkurang
Produksi kewanitaan
menurun
Libido seksual
menurun
Disfungsi seksual
Retensi urin
Penekanan syaraf
Nyeri
Konstipasi
2.4 KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana
mereka tumbuh.
a. Lokasi
1. Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi
2. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali
tanpa gejala
b. Klasifikasi
1. Mioma Intramural
Merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh
di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu
miometrium.
2. Mioma Subserosa
Merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling
luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma ini
bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari
induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga
peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid
Ditemukan kedua
terbanyak.
3. Mioma Submukosa
Merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt (Chelmow,
2005).
adalah:
endometrium
-pengaruh
sampai
ovarium
sehingga
adenokarsinoma
terjadilah
endometrium
hiperplasia
-permukaan
endometrium yang lebih luas dari biasa -atrofi endometrium di atas mioma
submukosum. -miometrium tidak dapat berkontraksi optimal kerana
adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik (Prawirohardjo,
2007)
2. Nyeri terutama saat menstruasi. Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30%
pasien mioma uteri dan perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita
dengan mioma uteri dengan atau tanpa perdarahan abnormal, didapat data
bahwa wanita dengan perdarahan abnormal secara bermakna menderita
mioma intramural (58% banding 13%) dan mioma submukosum (21%
banding 1%) dibanding dengan wanita penderita mioma uteri yang
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi Mioma Uteri menurut Wiknjosastro, (2007) yaitu:
1. Degenerasi ganas
Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
10
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis, sehingga terjadi sindrom
abdomen akut. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.
3. Nekrosis dan infeksi
Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dialirkan ke vagina. Dalam hal ini
kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh
tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.
4. Perdarahan sampai terjadi anemia.
5. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
6. Pengaruh mioma terhadap kehamilan .
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
h. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
i. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
j. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus
Mioma Uteri untuk menegakkan diagnosisnya adalah :
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit turun.
2. USG (Ultrasonografi)
Terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
11
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar
paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma
Uteri
secara
khas
menghasilkan
gambaran
ultrasonografi
yang
2.8 PENATALAKSANAAN
Penanganan bergantung pada intensitas gejala, ukuran, serta lokasi tumor,
dan usia pasien, paritas, status kehamilan, keinginan mempunyai anak, serta
kondisi kesehatan secara umum. Pilihan terapi meliputi tindakan nonbedah
dan tindakan bedah. Terapi farmakologi umumnya tidak efektif dalam jangka
waktu yang lama bagi tumor fibroid. (Kowalak, 2011). Di samping metode
observasi, metode nonbedah meliputi:
1. Preparat agonis GnRH untuk dengan cepat mensupresi pelepasan
gonadotropin hipofisis yang menimbulkan hipoestrogenemia berat,
berkurangnya volume uterus hingga 50 % (efek puncaknya tercapai
12
serta
berkurangnya
perdarahan
selama
pembedahan
dan
tubuh
4) System perkemihan (B4)
: retensi urin
14
: merasa lemah
15
F. Pemeriksaan penunjang
1) USG
Pemeriksaan
USG
menghasilkan
gambaran
yang
16
Pengkajian
Pantau jumlah, warna dan frekuansi kehilangan cairan
Pantau perdarahan yang dikeluarkan melalui daerah vagina
Pantau status hidrasi (misalnya kelembapan mukosa oral,
17
Aktivitas lain:
1) Tentukan jumlah cairan yang masuk selama 24 jam, hitung
asupan yang diinginkan sepanjang siang sore, dan malam hari.
2) Pengaturan cairan (NIC): tentukan asupan oral (misalnya, berikan
cairan oral yang disukai pasien; letakkan pada tempat yang
mudah dijangkau; dan berikan air segar), sesuai dengan keinginan
3) Pasang kateter urin bila perlu
4) Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan
c) Gangguan eliminasi urin/retensi urin berhubungan dengan penekanan
pada kandung kemih
Tujuan / Kriteria Evaluasi NOC:
1) Pasien dapat menunjukkan pengosongan kandung kemih dengan
2)
3)
4)
5)
Intervensi NIC :
1) Kaji kemampuan mengidentifikasi kemampuan untuk berkemih
2) Pantau asupan dan haluaran cairan
3) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga: instruksikan pasien dan
keluarga untuk mencatat haluaran urin bila diperlukan.
Aktivitas kolaboratif
Rujuk ke perawatan terapi enterostoma utnuk instruksi kateterisasi
intermitten mandiri menggunakan prosedur bersih setiap 4-6 jam pada
saat terjaga, rujuk apda spesialis kontinensia urin jika diperlukan
Aktivitas lain:
1) Lakukan program pelatihan pengosongan kandung kemih
(bladder training)
2) Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan yang adekuat
tanpa menyebabkan kendung kemih over-distensi
3) Perawatan retensi urin (NIC): berikan privasi untuk eliminasi,
stimulasi reflek kandung kemih dengan menmpelkan es ke
18
19
oral
7) Aktivitas kolaboratif: rujuk pasien dan keluarga ke layanan social
untuk perawatan di rumah, gunakan ahli fisioterapi dan terapi
okupasi sebagai sumber-sumber dalam merencanakan tindakan
perawatan pasien (misalnya, untuk menyediakan perlengkapan
adaptif)
Aktivitas lain:
1) Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene oral,
bantu pasien hanya jika diperlukan
2) Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan
3) Akomodasi pilihan dan kebutuhan klien seoptimal mungkin
(misalnya, mandi rendam vs. shower, waktu mandi, dll.)
4) Bantuan perawatan diri : Mandi/Higiene (NIC): berikan bantuan
sampai pasien benar-benar mampu melakukan perawatan diri,
letakkan sabun, handuk, deodorant, alat cukur, dan peralatan lain
yang dibutuhkan disamping tempat tidur atau kamar mandi;
fasilitasi pasien untuk menyikat gigi jika perlu.
5) Cukur pasien, jika diindikasikan
6) Tawarkan untuk mencuci tangan setelah eliminasi dan sebelum
4)
makan.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian
Tanggal masuk
Ruang/Kelas
Nomer Register
Diagnosa Medis
: 02 Juni 2016
: 01 Juni 2016 pukul 17.00
: Belimbing / II
: 59-82-06
: Mioma Uteri
1. IDENTITAS KLIEN
A. Nama Klien
B. Jenis Kelamin
C. Usia
D. Status Perkawinan
E. Agama
F. Suku bangsa
G. Pendidikan
H. Bahasa yang digunakan
I. Pekerjaan
J. Alamat
K. Sumber Biaya
L. Sumber Informasi
: Ny S
: Perempuan
: 54 tahun
: Menikah
: Kristen
: WNI
:
: Indonesia
:
: Jln. ABD Rahman Soleh RT01/01 NO.16
: Asuransi
2. RESUME
Klien datang ke UGD pukul 14.12 dengan keluhan utama keluar
peranakan sejak 3 minggu yang lalu klien mengalami nyeri klien rencana
histerektomi tanggal 02 juni 2016 pukul 08.00 sudah masuk ruang
operasi, sudah diberi ceftriaxone 1 gr. Kembali kerungan belimbing pukul
12.30 terpasng ivfd RL 500cc terpasang kateter. Klien mengeluh takut,
nyeri, cemas karena muntah 1x cair setelah post op karena efek anastesi.
3. RIWAYAT KEPERAWATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang:
1) Keluhan Utama
: Nyeri
2) Kronologi Keluhan
:
a) Faktor pencetus
: Luka insisi
21
b) Timbulnya keluhan
c) Lamanya
d) Upaya mengatasi
: Mendadak
: 1detik
: Tarik nafas dalam, Kompres air
hangat
B. Riwayat kesehatan masa lalu.
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya (termasuk kecelakaan): Pernah
dirawat tahun 2005 dengan dx: GE
2) Riwayat Alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan): Tidak Ada
3) Riwayat pemakaian obat : Tidak Ada
4) Riwayat kesehatan keluarga (genogram dan keterangan tiga
generasi dari klien)
C. Riwayat kesehatan keluarga (genogram dan keterangan tiga generasi
dari klien)
D. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi
faktor resiko : Tidak Ada
E. Riwayat Psikososial dan Spiritual
:
1) Adakah orang terdekat klien
: Suami
2) Interaksi dalam keluarga
:
a) Pola komunikasi
: Terbuka
b) Pembuat keputusan
: Bersama
c) Kegiatan kemasyarakatan
: Tidak Ada
3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga : Keluarga cemas,
4) Masalah yang mempengaruhi klien
: Tidak Ada
5) Mekanisme koping terhadap stress
( ) pemecahan masalah
( ) minum obat
( ) makan
( ) cari pertolongan
( ) tidur
( ) lain-lain (misal:marah,diam)
6) Persepsi klien terhadap penyakitnya
a) Hal yang sangat dipikirkan saat ini
: Ingin cepat pulang
b) Harapan setelah menjalani perawatan : Cepat sembuh
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : Nyeri sehingga
terganggu melaksanakan aktifitas.
7) Sistem nilai kepercayaan :
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : Tidak Ada
b) Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : Solat
8) Kondisi
lingkungan
rumah
(lingkungan
rumah
22
yang
: () Normal ( ) Keruh/Berkabut
( ) Terdapat Perdarahan
6) Sklera
: () Ikterik ( ) Anikterik
7) Pupil
8) Otot-Otot Mata
: Tidak
( ) Tidak :....
( ) Aphonia
( ) Dyphasia
E. Sistem Pernafasan
1) Jalan nafas
2) Pernafasan
: Bersih
: Tidak sesak
23
: Tidak
: 20xMenit
: Teratur
: Spontan
: Dangkal
: Tidak
: Tidak
:
: Tidak
:
:
: Vesikuler
: Tidak
: Tidak
F. Sistem Kardiovaskuler
1) Sirkulasi Peripher
a) Nadi : 70x/menit
Irama : teratur
Denyut : kuat
b) Tekanan Darah
c) Distensi vena jugularis
d) Temperatur Kuli
e) Warna Kulit
f) Pengisian kapiler
: 130/80mmHg
: Kanan Tidak
Kiri Tidak
: Hangat
: Pucat
: <3 detik
g) Edema
: Tidak
2) Sirkulasi Jantung
a) Kecepatan denyut apikal
b) Irama
c) Kelainan bunyi jantung
d) Sakit dada
: ........... x/menit
:
: Tidak Ada
: Tidak Ada
G) Sistem Hematologi
1) Pucat
: Ya
2) Perdarahan
: Tidak
: Tidak
: Compos Mentis
: E: 4 M:6 V:5
24
: Tidak
: Tidak Ada
: Normal
: Tidak
I) Sistem Pencernaan
1) Keadaan mulut :
a) Gigi
b) Penggunaan gigi palsu
c) Stomatitis
d) Lidah kotor
e) Salifah
f) Muntah
g) Nyeri daerah perut
h) Skala nyeri
i) Lokasi dan karakter nyeri
j) Bising usus
k) Diare
l) Konsitipasi
m) Hepar
: Tidak
: Tidak
: Tidak
: Tidak
: Normal
: Tidak
: Ya, Lokasi kemdon
: 4-6
: Seperti ditusuk-tusuk
: 12 x/menit
: Tidak
: Tidak
: Tidak teraba
n) Abdomen
: Supel
J) Sistem endokrin
1) Pembesaran kelenjer tiroid
2) Nafas bau keton
: Tidak
: Tidak
3) Luka ganggren
: Tidak
K) Sistem Urogenital
Balance cairan
ml
Perubahan pola kemih
B.a.k
Distensi/ketegangan kandung kemih
Keluhan sakit pinggan
Skala nyeri
:
: Warna kuning jerni
:
: Tidak
:-
L) Sistem Integumen
1)
2)
3)
4)
5)
Turgor kulit
Temperatur kulit
Warna kulit
Keadaan kulit
Kelainan kulit
: Elastis
: Hangat
: Pucat
: Baik
: Tidak
25
6) Keadaan rambut
: Baik
M) Sistem Muskuloskeletel
Kesulitan dalam pergerakan
Sakit pada tulang,sendi, kulit
Fraktur
Kekuatan otot
: Tidak
: Tidak
: Tidak
: 4444
4444
4444
4444
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
: 12,8
: 37
: 8,5
: 377
: 17
: 6,8
: 13
: 10
3.3 PENATALAKSANAAN
1. Medis:
a. Co Amoxiclav 3x1 (po)
b. Asam mefenamat 3x1 (po)
c. Ceftriaxone 1 gr (inj)
2. Cairan : ivfd RL 500cc 20tts/menit
3. Diet : biasa
3.4 DATA FOKUS
Nama Pasien : Ny.S
Diagnosa
Nama Perawat
: Mioma uteri
: .........
Data subyektif
Klien mengatakan nyeri pada bagian
Data obyektif
Keadaan umum : sakit sedang
luka insisi
26
Q: seperti ditusuk
R: perut bawah
S: 6
T; hilang timbul
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : normocepal, pertumbuhan
rambut merata
Mata: konjungtuva anemis, sklera
anikterik
Mulut: mukosa bibir basah
Jantung : Bj I/ Bj II (+)
Thorak paru: dada simetris, suara nafas
vaskuler
Abdomen: supel
Ekstremitas atas : terpasang ivfd RL
500cc 20tts/menit
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
GCS : E : 4 M:6 V:5
Kekuatan otot :
4444
4444
4444
4444
Data penunjang :
HB: 12,8
HT : 37
ureum : 17
L : 8,5
kreatinin: 6,8
T: 377
SGOT : 13
SGPT : 10
Terapi
27
Lo Amoxiclan 3x1
Asam mefenamat 3x1
Ceftriaxone 1 gr
Diit : biasa
Data
Masalah
.
1
ureum : 17
L : 8,5
kreatinin: 6,8
T: 377
SGOT : 13
SGPT : 10
2
Resiko infeksi
28
RR: 20x/menit
S: 36C
Skala nyeri 6
3.
lengket
DO: KU: sakit sedang
Kesadaran : composmentis
TD: 130/80 mmHg
N: 70x/menit
RR: 20x/menit
S: 36C
Klien terlihat tidak nyaman karena
badan lengket
29
3.
30
Nama jelas
No
1.
Diagnosa
keperawatan
hasil
(P&E)
Gangguan
Setelah dilakukan
nyaman nyeri
intervensi selama
histerektomi
nyeri berkurang
dengan KH:
- TTV klien dalam
batas normal
- Klien mengatakan
nyeri berkurang
- Klien tampak rileks
Rencana keperawatan
Resiko infeksi
b.d tindakan
Setelah dilakukan
infasif
intervensi selama
1. Kaji tanda-tanda
vital
2. Monitor tanda dan
3.
Defisit
Keperawatan
dan sistemik
3. Batasi pengunjung
infeksi
-Klien dapat
bila perlu
4. Pertahankan
menunjukan
tindakan antiseptic
kemampuan
mencegah infeksi
diri b.d
Kelemahan
Fisik
Setelah dilakukan
intervensi selama
3x24 jam diharapkan
perawatan diri
31
Evaluasi
terpenuhi dengan KH
-Klien merasa
nyaman
- Kebutuhan
perawatan diri
terpenuhi
melakukan
perawatan diri
3. Bantu klien dalam
perawatan diri
4. Libatkan keluarga
dalam perawatan diri
32
No. Dx
Jam 11.00
Dx 1
Jam 8.00
Pemeberian
Co Amoxiclav 3x1 (po)
Jam 13.00
Ceftriaxone 1 gr (inj)
Dx 2
3 Juni 2016
Jam 10.00
Membantu Proses
Eliminasi (BAB)
Jam 08.15
Dx 3
33
Paraf dan
nama jelas
Dx 1,2,3
Jam 08.30
Dx 1
Jam 11.30
-
4 juni 2016
Jam 8.30
Pemeberian
Co Amoxiclav 3x1 (po)
Ceftriaxone 1 gr (inj)
Jam 08.30
-
Membantu Mengganti
pakaian
Dx 2
Mengukur tanda-tanda
vital
TD : 120/80 mm/Hg
N : 80 x/m
RR : 21x/m
S : 37 C
Jam 08.30
Dx 3
Dx 1,2,3,
Jam 12.15
34
Dx 1
Pemeberian
Co Amoxiclav 3x1 (po)
Ceftriaxone 1 gr (inj)
Pemberian cairan RL
500cc
Membantu Proses
Eliminasi (BAB)
Dx 2
Dx 3
35
3.9 EVALUASI
Hari/tgl/jam
Dx
Paraf/nama
jelas
2 juni 2016
Dx 1
TTV
TD : 130/80 mm/Hg
N : 70x/m
RR : 20x/m
S : 36 C
Skala Nyeri :
kebisingan
Atur posisi nyaman klien
TTV
TD : 130/80 mm/Hg
N : 70x/m
RR : 20x/m
S : 36 C
Hema 1 :
Hb : 12,8 g/dL
Dx 3
Ht : 37 vol %
36
L ; 8,5 ribu/ul
T : 377 ribu/ul
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
-
infeksi
Bersihkan area sekitar luka
operasi
Dx 1
TTV
TD : 130/80 mm/Hg
N : 70x/m
RR : 20x/m
S : 36 C
Klien tampak menggaruk-
garuk badannya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
- Bantu klien dalam perawatan
-
diri
Libatkan keluarga dalam
perawatan diri
TTV
TD : 120/80 mm/Hg
N : 70x/m
RR : 21x/m
S : 36 C
Skala Nyeri :
37
Dx 3
kebisingan
Atur posisi nyaman klien
TTV
TD : 120/80 mm/Hg
N : 70x/m
RR : 21x/m
S : 36 C
Dx 1
infeksi
Bersihkan area sekitar luka
operasi
TTV
TD : 120/80 mm/Hg
N : 70x/m
RR : 21x/m
S : 36 C
Klien tampak menggaruk-
Dx 2
38
garuk badannya
A ; Masalah belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Bantu klien dalam perawatan
-
diri
Libatkan keluarga dalam
perawatan diri
Dx 3
TTV
TD : 120/80 mm/Hg
N : 80 x/m
RR : 21x/m
S : 37 C
Skala Nyeri :
kebisingan
Atur posisi nyaman klien
TTV
TD : 120/80 mm/Hg
N : 80 x/m
39
RR : 21x/m
S : 37 C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
-
infeksi
Bersihkan area sekitar luka
operasi
S:
-
dan bau
Klien mengatakan badan gerah
TTV
TD : 120/80 mm/Hg
N : 80 x/m
RR : 21x/m
S : 37 C
Klien tampak menggaruk-
O:
garuk badannya
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Bantu klien dalam perawatan
-
diri
Libatkan keluarga dalam
perawatan diri
5)
40
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada pembahasan laporan kasus ini dalam pengkajian penulis menggunakan
metode wawancara pasien dan keluarga. Pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam
memperoleh data pasien. Melalui pemeriksaan diperoleh data yang valid dan
sesuai kenyataan yang ada pada pasien saat itu. Sedangkan wawancara bila tidak
terarah dan tidak fokus membutuhkan waktu yang lama dan bisa saja mengatakan
yang tidak sebenarnya. Pengkajian pasien juga diperoleh dengan melihat status
perkembangan kesehatan di ruangan. Data yang diambil adalah pemeriksaan
penunjang dan pemeriksaan laboratorium.
4.2 Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan denganluka post histerektomi.
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial,
digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (International Association for the
Study of Pain) awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari enam bulan. Nyeri dapat didiagnosis berdasarkan
laporan pasien karena skala nyeri mencapai angka 6kadang. Nyeri dapat juga
menjadi etiologi yaitu faktor yang berhubungan untuk diagnosis keperawatan
yang lain.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan infasif. Dalam Kamus
Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi
mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera
41
42
4.1 KESIMPULAN
Diagnosa yang diambil kelompok pada kasus ini adalah Gangguan Rasa
Nyaman (Nyeri) dengan skala nyeri 6.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus ini adalah Operasi
Histerektomi.
43
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Bobak, Lowdermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi keempat.
Jakarta:EGC.
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract
in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing.
Chelmow
D.
2005.
Gynecologic
Myomectomy
2009.
Kti
Kejadian
mioma
uteri.
45