5. Patofisologi
Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak,
organisme dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit
kecil dalam beberapa jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan
memberikan manifestasi infeksi sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan
target awal infeksi, pada pemeriksaan menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari
pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan cerebrospinal (CSF).
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati,
penyakit ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat
mengakibatkan neurosifilis meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan
sumsum tulang belakang mengalami kerusakan sehingga terjadi kondiri
parenchymatousneurosifilis.Terlepas dari tahap penyakit dan lokasi lesi,
hispatologi
dari
sifilis
menunjukkan
tanda-
tanda
6. Klasifikasi
Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus, antara lain:
a. Sifilis Stadium I : Terjadi efek primer berupa papul, tidak nyeri (indolen).
Sekitar 3 minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal
medial.Timbul lesi pada alat kelamin, ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil,
puting susu, jari dan anus, misalnya pada penularan ekstrakoital.
b. Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris,
anoreksia, nyeri pada tulang, leher, timbul macula, papula, pustul, dan rupia.
Kelainan selaput lendir, dan limfadenitis yang generalisata.
c. Sifilis Stadium III :Terjadi guma setelah 3 7 tahun setelah infeksi.Guma
dapat timbul pada semua jaringan dan organ, membentuknekrosis sentral
juga ditemukan di organ dalam, yaitu lambung, paru-paru, dll. Nodus di
bawah kulit (dapat berskuma), tidak nyeri.
d.
Sifilis Kongenital :
1) Sifilis Kongenital Dini :Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu)
setelah bayi dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika,
papul, skuma, secret hidung yang sering bercampur darah, adanya
osteokondritis pada foto roentgen.
2) Sifilis Kongenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7 9
tahun dengan adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian,
gigi Hutchinson, paresis, perforasi palatum durum, serta kelainan tulang
tibia dan frontalis.
3) Sifilis Stigmata :Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya
radier, gigi Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan
penonjolan tulang frontal kepala (frontal bossing).
yakni
kerusakan
pembuluh
darah
serebru,
infark
dan
3)
7. Gejala Klinis
a. Sifilis primer: Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai
oleh Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada
tempat sesudah masuknya Treponema pallidum. Papula segera berkembang
menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut
chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang
soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia
disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre
biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup dan sangat
menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya
sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 6
minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang
tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
b. Sifilis Sekunder : Terjadi sifilis sekunder, 210 minggu setelah chancre
sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi
ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang
meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga
berkembang pada daerah yang lembab di sekitar anus dan vagina, terjadi
kondilomata lata (plak seperti veruka, abuabu putih sampai eritematosa).
Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan pada membran
mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit
seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia,
penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta
limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata
sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa.
Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi lesi mukokutan.
Kondiloma, pelunakan tulang tulang panjang, paralisis dan rinitis yang
persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau
dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan
syaraf pusat misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli
akibat kelainan syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig
mata tulang dan gigi, saddel nose, saber shin ( tulang kering terbentuk
seperti pedang ) dan kadang kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai.
Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan
yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan.
(Soedarto, 1990).