Anda di halaman 1dari 28

PENDEKATAN

DALAM KAJIAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

Makalah Seminar Kelas


Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Hari : Selasa
Tanggal :
2013
Dosen Pengampu : Dr. Naqiyah Muhtar, M.Ag.

Oleh :
Masruri
NIM : 1323402036

PROGRAM PASCASARJANA
STAIN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
(MPI)
2013
ABSTRAK
PENDEKATAN
DALAM KAJIAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

Oleh : Masruri
NIM : 1323402036
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Studi Islam pada Program Pascasarjana STAIN Purwokerto program studi
Manajemen Pendidikan Islam semester 1 tahun 2013. Makalah disampaikan oleh
mahasiswa dalam perkuliahan Metodologi Studi Islam dengan menggunakan
model seminar kelas.
Makalah ini berusaha membahas tentang pendekatan dalam kajian sejarah
peradaban Islam. Materi tersebut diperoleh dengan cara mengkaji dari beberapa
bahan bacaan, modul kuliah dan informasi di internet yang disusun untuk bisa
dibaca dan dipahami oleh mahasiswa.
Dari kajian materi tersebut diperoleh tentang pengertian Sejarah Peradaban
Islam dan Pendekatan yang dapat digunakan dalam Kajian Sejarah Peradaban
Islam. Sejarah Peradaban Islam yaitu gambaran produk aktivitas kehidupan umat
Islam pada masa lampau yang benar-benar terjadi dalam aspek politik, ekonomi,
dan tekhnologi yang bersumberkan pada nilai-nilai ajaran Islam dan merupakan
identitas ummat Islam sejak masa lampu. Pendekatan yang dapat digunakan
antara lain historis, sosiologis, filologis dan antropologis. Menurut pendekatan
historis segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu
terjadi, dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Pendekatan Sosiologis mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara
terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup ini serta
kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup
bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Obyek dari pendekatan
filologi ini adalah warisan-warisan keagamaan, berupa naskahnaskah klasik dalam bentuk manuskrip. Pendekatan ini akan
mampu mengungkap corak pemikiran serta isi dari suatu naskah
atau suatu kandungan teks untuk kemudian ditransformasikan ke
dalam bahasa konteks kekinian. Pendekatan anatropologis dalam
memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama
dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan
masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan
memberikan jawabannya. Dalam penelitian antropologi agama, dapat ditemukan
adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan
politik.
Kata kunci : pendekatan, sejarah peradaban Islam, pedekatan historis, sosiologis,
filologis, antropologis

PENDEKATAN
DALAM KAJIAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

A. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama samawi terakhir sebagai penutup semua
agama yang telah ada. Islam merupakan agama rahmatal lil alamin untuk
semua umat manusia yang dibawakan oleh nabi Muhammad SAW melalui
wahyu dari Allah SWT. Islam adalah agama yang dipeluk oleh banyak orang
di dunia. Sejak awal pertumbuhannya di Mekah hingga perkembangannya ke
seluruh dunia, jumlah umat Islam saat ini mencapai lebih dari 1,6 miliar jiwa
atau sekitar 23.4 persen dari total penduduk dunia. Pertumbuhan jumlah umat
Islam ini akan terus meningkat dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah
Muslim dunia sekitar 2.2 miliar jiwa atau sekitar 35 persen pada tahun
tersebut1.
Berkenanan dengan hal itu, studi Islam bagi umat Islam adalah hal
yang sangat penting dilakukan, baik untuk kebaikannya di dunia, maupun di
akhirat nanti. Untuk kebaikan umat Islam di dunia, ia bermanfaat bukan hanya
untuk menjalani hari-harinya dengan sebaik mungkin peradaban, tetapi juga
untuk menapaki masa depan peradabannya yang gemilang. Sedangkan untuk
untuk kebaikannya di akhirat, ia bermanfaat sebagai pembelajaran yang sangat
berharga baginya agar tidak terjerumus ke dalam jurang neraka. Untuk
mengetahui Islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan
1

Lihat selengkapnya hasil penelitian ini pada http://www.anashir.com/2012/05/102159/46553/10-negara-dengan-jumlahpenduduk-muslim-terbesar-di-dunia

Studi Islam dan telah ada bersama dengan adanya agama Islam. Seiring
dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari studi
Islam diberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk menggunakan
akal pikirannya secara maksimal untuk mempelajarinya, namun jangan sampai
penggunaannya melampaui batas dan keluar dari rambu-rambu ajaran Allah
SWT.
Sejarah Peradaban Islam merupakan salah satu bidang kajian studi
Islam yang banyak menarik perhatian para peneliti baik dari kalangan Muslim
maupun non Muslim. Dengan mempelajari sejarah Islam, kita memungkinkan
mengetahui masa-masa atau zaman kejayaan Islam, sehingga memungkinkan
kita untuk bangga dan percaya diri sebagai umat Islam dan mengambil Itibar.
Demikian pula masa-masa kemunduran Islam dapat kita ketahui, dan kita
dapat mengambil pelajaran dan pengalaman agar tidak terulang kembali serta
kita dapat menentukan langkah ke depan demi menemukan jalan alternatif
demi kejayaan Islam. Menyadari hal ini maka bidang kajian sejarah peradaban
Islam merupakan suatu bidang kajian yang cukup signifikan untuk dipelajari.

B. PERMASALAHAN
Dari latar belakang diatas, dimunculkan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah pengertian Sejarah Peradaban Islam ?
2. Bagaimanakah Pendekatan dalam Kajian Sejarah Peradaban Islam ?
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Sejarah Peradaban Islam
a) Pengertian Sejarah

Sejarah berasal dari bahasa Arab dari kata Syajarotun artinya pohon.
Kalau kita telaah secara sistematis memang sejarah hampir sama
dengan pohon yakni mempunyai cabang dan ranting, bermula dari
sebuah bibit, kemudian tumbuh dan berkembang, lalu layu dan
tumbang2. Pengertian yang lain, sejarah adalah kejadian dan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau atau peristiwa penting
yang benar-benar terjadi3. Definisi ini lebih menekankan pada materi
peristiwa tanpa mengaitkan dengan aspek yang lainnya. Sedangkan
dalam pengertian yang lebih luas, sejarah adalah gambaran masa lalu
tentang aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang
disusun berdasarkan fakta dan interpretasi terhadap objek peristiwa
masa lampau4.
Dari sisi epistimologis sejarah yang dalam bahasa arabnya disebut
tarikh, mengandung arti ketentuan masa atau waktu. Ada pula sebagian
orang yang mengajukan pendapat bahwa sejarah sepadan dengan kata
syajarah yang berarti pohon (kehidupan), riwayat, atau kisah, tarikh,
ataupun history dalam bahasa Inggris. Dengan demikian sejarah berarti
gambaran masa lalu tentang aktivitas kehidupan manusia

sebagai

makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan interpretasi

2 http://tatangjm.wordpress.com/sejarah-peradaban-islam/
3 Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992)887
4 Sidi Gazalba,Azas Kebudayaan Islam,(Jakarta; Bulan Bintang 1978) 2

terhadap obyek peristiwa masa lampau, yang kemudian itu disebut


sejarah kebudayaan5.
Sedangkan secara terminologi sejarah diartikan sebagai sejumlah
keadaan dan peristiwa yang terjadi dimasa lampau dan yang benarbenar terjadi pada individu dan masyarakat. Adapun inti pokok dari
persoalan

sejarah

pada

dasarnya

selalu

berhubungan

dengan

pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan


keseluruhan keadaan masyarakat. Untuk itu sejarah bukanlah peristiwaperistiwa itu sendiri melainkan tafsiran-tafsiran dari peristiwa, dan
pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata yang
menjadi seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam waktu dan
tempat tertentu6. Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau
kejadian-kejadian yang sungguh terjadi pada masa

lampau yang

seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Agama Islam terlalu luas


cakupannya, maka sejarah Islam pun menjadi luas cakupannya. Di
antaranya

berkaitan

dengan

sejarah

proses

pertumbuhan,

perkembangan, dan penyebaran Islam, tokoh-tokoh yang melakukan


perkembangan dan penyebaran agama Islam, sejarah kemajuan dan
kemunduran yang dicapai umat Islam dalam berbagai bidang, seperti
dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan,
arsitektur, politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi, dan
5 Dudung abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,(Jakarta; LOGos, 1999),2-3
6 Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,(Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II,) 40-55, Terjemahan

Tarikhuna

fi dzouil al Islam, penerjemah Nabhan Husein

lain sebagainya.
Dengan demikian, sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian
yang benar-benar terjadi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan Islam dalam berbagai aspek. Dalam kaitan ini, maka
muncullah berbagai istilah yang biasanya digunakan untuk sejarah itu,
di antaranya: Sejarah Islam, Sejarah Kebudayaan Islam dan Sejarah
Peradaban Islam .
b) Pengertian Peradaban Islam
Asumsi dasar yang bisa kita bangun, bahwa peradaban berasal dari kata
adab yang dalam pengertian ini mengandung pengertian tata krama,
perilaku atau sopan santun. Dengan demikian peradaban adalah segenap
prilaku sopan santun dan tata krama yang diwujudkan oleh umat
Muslim dari waktu ke waktu baik dalam realitas politik, ekonomi dan
sosial lainnya. Secara harfiah peradaban Islam itu terjemahan dari
bahasa Arab al-khadlarah al-Islamiyah, atau al-madaniyah al
Islamiyah7

atau

al-tsaqofah

al

Islamiyah,

yang

sering

juga

diterjemahkan dengan kebudayaan Islam. Dalam bahasa Inggris ini


disebut culture, adapula yang menyebutnya civilization. Di Indonesia,
Arab dan Barat masih banyak yang mensinonimkan antara peradaban
dengan kebudayaan.
Disisi yang lain, akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang
secara literal berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota
berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota
7 Ahmad Syalaby, Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,(Kairo; . cetakan ke IV,

1978), 10

(cultural of the city). Di kalangan penulis Arab, sendiri.perkataan


tamaddun digunakan-kalau tidak salah-untuk pertama kalinya oleh Jurji
Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami
(Sejarah Peradaban Islam), terbit tahun 1902-1906. Sejak itu perkataan
tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat Islam8. Di dunia
Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang
dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddon dan madaniyat.
Namun di Turki orang dengan menggunakan akar madinah atau madana
atau madaniyyah menggunakan istilah medeniyet dan medeniyeti.
Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata
hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima
umat Islam non-Arab yang kebanyaan lebih menyukai istilah tamaddun.
Di benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengetian
kultur, sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhib.
Kata peradaban sering kali dikaitkan dengan kebudayaan, bahkan
banyak

penulis

barat

yang

mengidentikan

kebudayaan

dan

peradaban Islam. Sering kali peradaban Islam dihubungkan dengan


peradaban Arab, meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam tetap bisa
dibedakan. Adapun yang membedakan antara kebudayaan tersebut
adalah dengan adanya peningkatan peradaban pada masa jahiliyah yang
berasal dari kebodohan. Hal ini pada akhirnya berubah ketika Islam
datang yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW di Arab. Sehingga
pada masanya kemudian Islam berkembang menjadi suatu peradaban
8 Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga modern, (Yakarta;Rajagrafindo, 2004), VII - IX

yang menyatu dengan bangsa Arab, bahkan berkembang pesat kebagian


belahan dunia yang lainnya, Islam tidak hanya sekedar agama yang
sempurna melainkan sumber peradaban Islam.Peradaban merupakan
kebudayaan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dimana kebudayaan tersebut tidak hanya berpengaruh di daerah
asalnya, tapi juga mempengaruhi daerah-daerah lain yang menjadikan
kebudayaan tersebut berkembang.

Dengan merujuk pada narasi diatas, maka dapat dikonsepsikan bahwa


Sejarah Peradaban Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan
umat Islam pada masa lampau yang benar-benar terjadi dalam aspek
politik, ekonomi, dan tekhnologi yang bersumberkan pada nilai-nilai
ajaran Islam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Peradaban Islam
merupakan identitas ummat Islam sejak masa lampu.
2. Pendekatan dalam Kajian Sejarah Peradaban Islam
a.

Pengertian Pendekatan
Secara etimologi pendekatan adalah derivasi kata dekat, artinya tidak
jauh, setelah mendapat awalan pe dan akhiran an maka artinya (a)
proses, perbuatan, cara mendekati (b) usaha dalam rangka aktivitas
penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau
metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.
Pendekatan dari sudut terminologi adalah cara pandang atau paradigma
yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
dalam memahami agama.

Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa pendekatan terhadap


objek pengkajian perlu dimasyarakatkan guna mendapatkan keterangan
ilmiah seiring dengan tuntunan zaman9.
b. Pendekatan dalam Sejarah Peradaban Islam
1. Macam-macam Pendekatan.
Secara umum ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam
melakukan studi Islam, yaitu pendekatan doktriner dan pendekatan
ilmiah.
Pendekatan doktriner dalam studi Islam adalah pendekatan dengan
melihat Islam sebagai sebuah doktrin agama yang harus dipraktikkan
secara ideal. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan
normatif. Sedangkan pendekatan ilmiah adalah pendekatan dengan
melihat Islam sebagai sebuah ilmu10.
Kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya
sendiri, sehingga menjawab pertanyaan di atas, sebagaimana yang
dinyatakan A. Mukti Ali dalam bukunya yang berjudul Metode
Memahami Agama Islam, kedua pendekatan tersebut harus
digunakan. Dalam hal ini ia mengatakan: .mempelajari Islam
dengan segala aspeknya tidaklah cukup dengan metode ilmiah saja
yaitu metode filosofis, ilmu-ilmu alam, historis dan sosiologis saja.
Demikian juga memahami Islam dengan segala aspeknya itu tidak

9 Lebih lanjut lihat di http://www.referensimakalah.com/2012/01/definisi-pendekatan_7827.html


10

Lebih lanjut lihat di http://aip-aly-arfan.blogspot.com/2013/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

bisa hanya dengan jalan doktriner saja. Menurut pendapat saya,


pendekatan ilmiah dan doktriner harus digunakan bersama11.
Senada dengan itu, Amin Abdullah berpandangan bahwa dalam studi
Islam, yang diperlukan bukan hanya pendekatan doktriner, yang
dalam hal ini ia mengistilahkannya dengan pendekatan teologis
filosofis, tetapi juga pendekatan ilmiah yang menurutnya dibagi
menjadi dua, yaitu pendekatan linguistik-historis dan pendekatan
sosiologis antropologis. Dalam hal ini ia berasumsi bahwa ilmu
apapun,

termasuk

ilmu

tentang

Islam

yang

memiliki

kompleksitasitasnya sendiri tidak dapat berdiri sendiri. Begitu ilmu


pengetahuan tertentu mengklaim dapat berdiri sendiri, merasa dapat
menyelesaikan persoalan secara sendiri, tidak memerlukan bantuan
dan sumbangan dari ilmu yang lain, maka self sufficiency ini cepat
atau lambat akan berubah menjadi narrow-mindedness untuk tidak
menyebutnya fanatisme partikularitas disiplin keilmuan. Dari dasar
pemikiran seperti inilah, ia pun menghadirkan paradigma integratifinterkonektif sebagai jawaban atas pertanyaan filosofis di atas12.
Pada awalnya pendekatan ilmiah yang mungkin dilakukan dalam
studi Islam terbatas pada pendekatan filosofis dan historis saja.
Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, pendekatan yang
mungkin dilakukan dalam studi Islam juga ikut berkembang. Selain
kedua pendekatan, filosofis dan historis, sedikitnya ada 5 (lima)
11

H. A. Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (PT Bulan Bintang, Cet. 1, 1991), hal.32.

12 Untuk lebih jelas tentang paradima ini, lihat karya Amin Abdullah yang berjudul Islamic Studies di Perguruan Tinggi:
Pendekatan Integratif-Interkonektif, (Pelajar, Cet. I, Februari 2006). hal. Iii

pendekatan lain yang mungkin dilakukan, yaitu pendekatan


antropologis,

pendekatan

sosiologis,

pendekatan

psikologis,

pendekatan fenomenologis dan pendekatan politis13.


a.Pendekatan Filosofis
Secara etimologi, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti
cinta dan kata shopos yang beraati ilmu atau hikmah. Jadi, filsafat
berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Selain itu, filsafat dapat
pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab
dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman
manusia. Secara terminologi, filsafat adalah berfikir secara
mendalam, sistematik, radikal dalam rangka mencari kebenaran,
hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Pendekatan filosofis
penting dilakukan sedikitnya karena beberapa sebab berikut :
1. Agar seseorang dapat menggunakan pemikiran atau rasio
seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya.
Sehingga seseorang terlatih untuk terus berfikir dengan
menggunakan kemampuan berfikirnya.
2. Dapat digunakan dalam memahami agama, dengan maksud
agar mendapatkan hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama,
agar dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.
3. Agar seseorang merasakan hikmahnya hidup

secara

berdampingan dengan orang lain.

13 Lebih lanjut lihat di http://aip-aly-arfan.blogspot.com/2013/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

10

b.

Pendekatan Sejarah
Pendekatan historis adalah salah satu upaya melakukan studi
Islam dengan menumbuhkan perenungan untuk memperoleh
hikmah dengan cara mempelajari sejarah nilai-nilai Islam yang
berisikan kisah dan perumpamaan.

c.Pendekatan Antropologis
Antropologi berasal dari Bahasa Yunani anthropos artinya
manusia/orang, dan logos yang berarti wacana. Secara
terminologi, antropologi adalah adalah ilmu yang mempelajari
tentang segala aspek dari manusia terdiri dari aspek fisik dan non
fisik dan berbagai pengetahuan tentang kehidupan lainnya yang
bermanfaat. Pendekatan antropologis adalah salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat praktik keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dan jika pendekatan
antropologis dilakukan dalam studi Islam dapat diartikan sebagai
salah satu upaya memahami Islam dengan cara melihat wujud
praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Melalui pendekatan ini Islam tampak akrab dan dekat
dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya
menjelaskan dan memberikan jawabannya.
d.

Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang
keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta gejala
sosial lainnya yang saling berkaitan. Pendekatan sosiologis

11

dilakukan dengan menyoroti dari sudut posisi manusia yang


membawanya kepada sebuah perilaku. Pendekatan Sosiologis
digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami Islam.
Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak studi Islam dapat
dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa
bantuan dari sosiologi.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam
masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang
menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan
maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta
berubahnya

perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula

kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada


cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Dari defenisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu
yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap
dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang
saling berkaitan. Dengan ilmu itu suatu fenomena sosial dapat
dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya
hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang
mendasari terjadinya proses tersebut. Melalui pendekatan
sosiologis, Islam dapat dipahami dengan mudah karena ia
diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam al-Quran misalnya,
kita jumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia
lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan kesengsaraan. Semua itu

12

jelas

baru dapat

dijelaskan

apabila

yang

memahaminya

mengetahui sejarah sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan14.


e.Pendekatan Psikologis
Psikologi berasal dari Bahasa Yunani psych yang berarti jiwa
dan logis yang berarti ilmu. Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari jiwa. Dan jika pendekatan psikologi dilakukan dalam
studi Islam maka hal itu mengandung arti paradigma atau cara
pandang dalam memahami Islam dengan mempelajari jiwa
seseorang dengan cara melihat gejala perilaku yang dapat diamati.
Dalam Islam banyak sekali pengambaran batin. Seperti iman,
taqwa kepada Allah. Perilaku seseorang dapat dilihat dari sesuatu
yang dia yakini. Dengan pendekatan psikologis ini, maka akan
diketahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan
diamalkan serta sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam
jiwa seseorang.
f. Pendekatan Fenomenologis
Fenomenologi adalah sebuah studi Islam dalam bidang filsafat
yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena.
Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan agama dengan
cara membandingkan berbagai macam gejala dari bidang yang
sama antara berbagai macam agama.
Tokoh fenomenologi adalah Edmund Hussert dan Alfred Schulta,
mereka mengungkapkan bahwa Diam merupakan tindakan untuk
14 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2010), h. 35-36

13

mengungkapkan pengertian sesuatu yang sedang diteliti, dengan


diam akan mengetahui perilaku orang lebih lanjut.
Tujuan fenomenologi :
1. Menginterprestasikan suatu teks berkenaan dengan persoalan
agama dengan setepat-tepatnya.
2. Merekonstruksi
suatu
kompleks

tempat

suci

kuno/menerangkan permasalahan suatu cerita dari mitos.


3. Memahami struktur dan organisasi dari suatu kelompok
masyarakat religius dengan kehidupan sekitar.
g.

Pendekatan politis
Teori politik normatif adalah cara untuk membahas lembaga
sosial, khususnya berhubungan dengan kekuasaan publik, dan
tentang hubungan antar individu di dalam lembaga politik disebut
juga sebagai moral/etika. Perlawanan menghadapi penjajah
merupakan pergerakan politik Islam yang kemudian menjadi
pembentukan negara Indonesia. Pendekatan politis dalam studi
Islam adalah salah satu upaya memahami Islam dengan cara
menanamkan nilai-nilai Islam pada lembaga sosial agar timbul
motivasi/keinginan untuk meraih kebahagiaan dan kesejahteraan
serta perdamaian pada masyarakat.

2. Pendekatan untuk Sejarah Peradaban Islam.


a. Pendekatan sejarah atau historis.
Pendekatan sejarah atau historis adalah suatu ilmu

yang

didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan


unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari
peristiwa tersebut. Menurut ilmu

ini segala peristiwa dapat

14

dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa


sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut15.
Melalui pendekatan sejarah seseorang akan diajak menukik dari
alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari
keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau
keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang
ada di alam empiris dan historis. Pendekatan ini amat dibutuhkan
dalam memahami agama. Begitu juga dengan Islam karena agama
itu sendiri turun dalam situasi yang kongkret bahkan berkaitan
dengan kondisi sosial

kemasyarakatan. Sejarah hanya sebagai

metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapat


meyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung
timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk
menentukan inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik
sebelum dicampuri yang lain. Dalam menggunakan data historis
maka akan dapat menyajikan secara detail dari situasi sejarah
tentang sebab akibat dari suatu persoalan agama16. Melalui
pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan
yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.
Disini seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konsep
historisnya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan
orang yang memahaminya. Misalnya seseorang yang ingin
15 Atang Abdul Hakim. Metodologi Studi Islam. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2000).hlm. 64
16 Taufik Abdullah. Sejarah dan Masyarakat. (Jakarta : Pustaka Firdaus. 1987). hlm. 105

15

memahami Al-Quran secara benar maka ia harus mempelajari


sejarah

turunnya

Al-Quran

atau

kejadian-kejadian

yang

mengiringi turunnya Al-Quran.


Dengan pendekatan historis ini masyarakat diharapkan mampu
memahami nilai sejarah adanya agama Islam. Sehingga terbentuk
manusia yang sadar akan historisitas keberadaan Islam dan
mampu memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
b. Pendekatan Sosiologis.
Sosiologis adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam
masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang
menguasai hidupnya itu. Sosiologis mencoba mengerti sifat dan
maksut hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta
berubahnya perserikatan-perserikatan hidup ini serta pula
kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada
cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia17.
Sementara itu Soerjono Soekanto mengartikan sosiologis sebagai
satuan ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan
penilaian. Sosiologos tidak menetapkan ke arah mana suatu
sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjukpetunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari
proses kehidupan bersama tersebut. Di dalam ilmu ini juga
dibahas tentang proses-proses sosial, mengingat bahwa ilmu
pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk
17 Hassan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1983), hlm. 1

16

memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama


dari manusia18. Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa sosiologi
adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan
masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala
social lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini suatu
fenomena sosila dapat dianalisa dengan faktor-faktor yang
mendorong

terjadinya

hubungan,

mobilitas

social

serta

keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.


Selanjutnya sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu
pendekatan dalam memahami agama. Hal demikian dapat
dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat
dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa
bantuan dari ilmu sosiologi. Dalam Agama Islam dapat dijumpai
peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya dapat
menjadi penguasa Mesir. Mengapa dalam melaksanakan tugasnya
Nabi Musa harus dibantu oleh Nabi Harun, dan masih banyak lagi
contoh yang lain. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat dijawab
dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu
sosial. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit
dijelaskan dan sulit pula dipahami maksudnya. Disinilah letaknya
sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami ajaran agama.
Pentingya pendekatan sosiologi dalam memahami agama
sebagaimana disebutkan di atas, dapat dipahami, karena banyak
18 Soerjono Soekanti, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV Rajawali, 1982), hlm. 18

17

sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial.


Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya
mendorong kaum agamanya. Melalui pendekatan sosiologis
agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu
sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam

Al-Quran

misalnya kita jumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan


manusia

dengan

manusia

lainnya,

sebab-sebab

yang

menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa dan sebabsebab yang menyebabkan terjadinya kesengsaraan. Semua itu
jelas

baru

dapat

dijelaskan

apabila

yang

memahaminya

mengetahui sejarah sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan.


c. Pendekatan Filologis
Dalam studi agama memang tidak dapat dipisahkan
dari aspek bahasa, karena manusia adalah makhluk
berbahasa, sementara doktrin agama dipahami,
dihayati dan disosialisasikan melalui bahasa. Salah
satu pendekatan yang bayak dilakukan oleh para
ilmuwan adalah philologycal approach, pendekatan
filologi merupakan kunci pembuka khazanah budaya
lama

yang

terkandung

dalam

naskah-naskah.

Karena itu, menurut Charles, studi filologi haruslah


diteruskan dalam studi, karena banyak naskah yang
meliputi sejarah, teologi hukum, mistik dan lainlainnya, belum diterjemahkan ke dalam bahasa

18

Eropa dan belum dikaji oleh negara-negara Islam19.


Pendekatan filologi dalam pengkajian Islam sudah
dikenal cukup lama. Pendekatan ini sangat populer
bagi para pengkaji agama terutama ketika mengkaji
naskah-naskah kuno peninggalan masa lalu. Karena
obyek dari pendekatan filologi ini adalah warisanwarisan keagamaan, berupa naskah-naskah klasik
dalam bentuk manuskrip. Naskah-naskah klasik itu
meliputi berbagai disiplin ilmu; sejarah, teologi,
hukum, mistisme dan lain-lainnya

yang belum

diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa dan belum


dimanfaatkan di negara-negara muslim. Alat untuk
mengetahui warisan-warisan intelektual Islam itu
adalah bahasa, seperti bahasa Arab, Persia, Turki
dan

Urdu20.

terkandung

Pengungkapan
di

dalam

nilai

naskah

lama

pada

yang

hakikatnya

merupakan tujuan filologi. Melalui penerapan teori


dan

metodologinya,

filologi

berupaya

untuk

mengungkapkan nilai itu kembali, serta kemudian


melestarikan wujud fisik (naskah) nya sebagai
warisan budaya. Pendekatan filologi ini memang
19 Dr.H.M.Amin Abdullah, Studi Agama; Normativitas atau Historisitas[Yogyakarta; Pustaka
Pelajar,1996], hal.41

20 Dr.H.M.Amin Abdullah, Studi Agama; Normativitas atau Historisitas[Yogyakarta; Pustaka


Pelajar,1996], hal.45

19

akan mampu mengungkap corak pemikiran serta isi


dari suatu naskah atau suatu kandungan teks untuk
kemudian

ditransformasikan

ke

dalam

bahasa

konteks kekinian. Karena penekanan dalam studi


filologi terletak pada analisa bahasa dengan seluruh
strukturnya.
manakah

Tetapi

studi

pengkajian

filologi

kitab

memberikan

persoalannya

suci.

ilustrasi

ini

menjadi

diterapkan

Dalam

hal

dengan

ini,

lain
pada

Charles

mengemukakan

kajian komparasi semitik terhadap kitab suci alQuran.

Asumsi

diturunkan
serumpun

awalnya,

dengan
dengan

bahwa

menggunakan
bahasa

Semit,

al-Quran
bahasa

itu

yang

termasuk

di

dalamnya kitab suci agama Yahudi, karena al-Quran


dengan bahasa Arab yang sama serumpun dengan
bahasa Semit, maka ketika ada bahasa yang sama
dengan pola struktur bahasa sebelumnya akan
dianggap

sebagai

pinjaman

dari

bahasa

itu.

Implikasi lebih jauh akan berkaitan dengan tradisi


yang berlaku pada suatu masyarakat. Karena itu
tidak mengherankan apabila ada asumsi bahwa
sebagian bahasa al-Quran merupakan pinjaman
dari bahasa lain yang mencerminkan tradisi dari
bahasa sebelumnya. Inilah yang menurut Charles

20

menjadi masalah signifikan dalam kajian yang


bersifat filologi21. Oleh karena itu Generalisasi pada
tingkat hipotetik ini menunjukkan bahwa kerjasama
antara

para

filolog

dengan

para

cendekiawan

Muslim dalam mengembangkan keilmuan Islam


memang mutlak diperlukan. Supaya penggunaan
pendekatan filologi dalam pengkajian islam tidak
merusak kesucian islam dan agar ilmuwan islam
mampu menjawab berbagai kajian orientalis yang
berupaya melakukan distorsi pada citra Islam.
d. Pendekatan Antropologis
Pendekatan anatropologis dalam memahami agama dapat
diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara
melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab
dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan
berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata
lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu
antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam
disiplin ilmu agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana
dikatakan Dawam Raharjo, lebih mengutamakan pengamatan
langsung,

bahkan

sifatnya

partisipatif.

Dari

sini

timbul

kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi


21 Nabilah Lubis, Naskah dan Metode Penelitian Filologi [Jakarta; Forum Kajian Bahasa dan Sastra
Arab, 1996), hal. 14-15

21

pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan


sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif dan grounded,
yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya
dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori
formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana yang
dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang
menggunakan model-model matematis, banyak juga memberi
sumbangan

kepada

penelitian

historis22.

Sejalan

dengan

pendekatan tersebut, maka dalam berbagai penelitian antropologi


agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara
kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.
Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin
pada umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan
yang bersifat messianis, yang menjanjikan perubahan tatanan
sosial kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang yang kaya
lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang
sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan
pihaknya. Dengan demikian pendekatan antropologis sangat
dibutuhkan dalam memahami agama, karena dalam ajaran agama
tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat
bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.

D. PENUTUP
22 M. Dawam Raharjo, Pendekatan Ilmiah Terhadap Fenomena Keagamaan dalam M. Taufik Abdullah dan M. Rusli
Karim, Metodologi Penelitian Agama (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), hlm. 19

22

1. SIMPULAN
a. Sejarah Peradaban Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan
umat Islam pada masa lampau yang benar-benar terjadi dalam aspek
politik, ekonomi, dan teknologi yang bersumberkan pada nilai-nilai
ajaran Islam dan merupakan identitas ummat Islam sejak masa lampu.
b. Pendekatan yang dapat digunakan antara lain historis, sosiologis,
filologis dan antropologis.
c. Pendekatan historis dapat digunakan untuk melihat segala peristiwa
yang dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana,
apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Melalui
pendekatan ini seseorang akan diajak menukik dari alam idealis ke alam
yang bersifat empiris dan mendunia.
d. Pendekatan Sosiologis mencoba mengerti sifat dan maksud hidup
bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatanperserikatan hidup ini serta kepercayaannya, keyakinan yang memberi
sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan
hidup manusia.
e. Obyek dari pendekatan filologi ini adalah warisan-warisan
keagamaan, berupa naskah-naskah klasik dalam bentuk
manuskrip. Pendekatan ini akan mampu mengungkap
corak pemikiran serta isi dari suatu naskah atau suatu
kandungan teks untuk kemudian ditransformasikan ke
dalam bahasa konteks kekinian.
f. Pendekatan anatropologis dalam memahami agama dapat diartikan
sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud
praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-

23

masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan


memberikan jawabannya. Dalam penelitian antropologi agama, dapat
ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan
kondisi ekonomi dan politik.

2. SARAN
a. Ilmuwan Islam hendaknya menguasi berbagai pendekatan agar dapat
mempelajari Islam sebagi suatu ilmu yang benar dan rahmat untuk
seluruh alam.
b. Ilmuwan Islam sangat perlu mempelajari Sejarah Peradaban Islam
dengan berbagai pendekatan agar diperoleh kebenaran tentang Islam dan
dapat menumbuhkan semangat membangun umat Islam di masa
sekarang.
c. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaan
penulisan makalah ini dikemudian hari

24

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin.
Studi
Agama
;
Normativitas
Historisitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta : 1996

atau

Abdullah, Amin. Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan


Integratif-Interkonektif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Cet. I, 2006
Abdul Hakim, Atang. Metodologi Studi Islam, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung : 2000
Abdul Ghani Abdullah, Yusri. Historiografi islam ; dari klasik hingga
modern, Rajagrafindo, Jakarta : 2004
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah, LOGos, Jakarta : 1999.
Ali, Mukti. Metode Memahami Agama Islam, PT. Bulan Bintang, Jakarta
Cet. 1, 1991.
Abdullah, Taufik. Sejarah dan Masyarakat, Pustaka Firdaus, Jakarta : 1987
Gazalba, Sidi. Azas Kebudayaan Islam, Bulan Bintang, Jakarta : 1978
Lubis, Nabilah. Naskah dan Metode Penelitian Filologi, Forum
Kajian Bahasa dan Sastra Arab, Jakarta : 1996.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo, Jakarta : 2010

25

Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta :


1992.
Quthub, Sayyid. Konsepsi Sejarah dalam Islam, Pedoman Ilmu Jaya,
Jakarta : 1992, cet II, (Terjemahan Tarikhuna fi dzouil al Islam,
penerjemah Nabhan Husein)
Raharjo, M. Dawam. Pendekatan Ilmiah Terhadap Fenomena Keagamaan
dalam M. Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi
Penelitian Agama, Tiara Wacana, Yogyakarta : 1990.
Shadily, Hassan. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Bina Aksara,
Jakarta: 1983
Soekanti, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, CV Rajawali, Jakarta:1982

26

Anda mungkin juga menyukai