Disusun Oleh:
NENENG VITRIYAH (C1013064)
Pembimbing Klinik
: Uus Usmanto, Amk
Pembimbing Akademik
: Arif Rakhman MAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAMADA SLAWI
Jln.Cut Nyak Dhien No.16 Desa Kalisapu Kab TEGAL 52416
Telp. (0283) 6197570, 6197571
2016
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Subdural hematoma
Perdarahan di ruang subdural antara durameter dengan araknoid.
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut
dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena/jembatan vena
yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit.
Periode akut terjadi dalam 48 jam 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat
terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Gejala yang terjadi yaitu :
a) Nyeri kepala
b) Bingung
c) Mengantuk
d) Menarik diri
e) Berpikir lambat
f) Kejang
g) Odem perut
3. Subaraknoid hematoma
Perdarahan di ruang subaraknoid antara araknoid dengan piameter.
Perdarahan didalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah
dan permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.
Gejala yang terjadi yaitu :
a) Nyeri
b) Penurunan kesadaran
c) Hemiparese
d) Dilatasi pupil ipsilateral
e) Kaku kuduk
4. Hematoma intraserebral
Perdarahan pada jangka otak karena pecahnya pembuluh darah arteri,
kapiler, vena. Gejala yang terjadi yaitu :
a) Nyeri kepala
b) Penurunan kesadaran
c) Perubahan tanda-tanda vital
E. PATOFISOLOGI
1. CEDERA KEPALA RINGAN
Cedera kulit kepala: Karena bagian ini banyak mengandung pembuluh
darah, kulit kepala berdarah bila mengalami cedera dalam. Kulit kepala
juga merupakan tempat masuknya infeksi intrakranial. Trauma dapat
menimbulkan abrasi, kontisio, laserasi atau avulsi.
2. CEDERA KEPALA SEDANG
Fraktur tengkorak: Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang
tengkorak disebabkan oleh trauma. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa
kerusakan otak. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan
dampak
tekanan
yang
kuat.
Fraktur
tengkorak
diklasifikasikan
terbuka/tertutup. Bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup
dura tidak rusak. Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada sekitar
fraktur dan karena alasan yang kurang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa
pemeriksaan dengan sinar X, fraktur dasar tengkorak cenderung melintas
sinus paranasal pada tulang frontal atau lokasi tengah telinga di tulang
temporal, juga sering menimbulkan hemorragi dari hidung, faring atau
telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva. Fraktur dasar tengkorak
dicurigai ketika CSS keluar dari telinga dan hidung.
Cidera otak: Kejadian cedera Minor dapat menyebabkan kerusakan
otak bermakna. Otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai
derajat tertentu yang bermakna sel-sel cerebral membutuhkan supalai
darah terus menerus untuk memperoleh makanan. Kerusakan otak tidak
dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah yang mengalir
tanpa henti hanya beberapa menit saja dan kerusakan neuron tidak dapat
mengalami regenerasi.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
CT-Scan : untuk menentukan tempat luka atau jejas, mengevaluasi
2.
3.
4.
5.
gangguan strukrutal
MRI : mengidentifikasi kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi
X-Ray : mendeteksi dan mengidentifikasi fraktur
AGP : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan sirkulasi
Cerebral Anglography : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral,
6.
CSS.
7.
Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan
8.
9.
patologis.
10.
BAER (Brain Auditory Evoked Respon: menentukan fungsi korteks
11.
mendeteksi
obat
yang
mungkin
H. PENATALAKSANAAN
Semua terapi diarahkan untuk mempertahankan hemastatis otak dan
mencegah kerusakan otak sekunder. Tindakan ini mencakup stabilisasi
kardiovaskuler dan fungsi pernafasan untuk mempertahankan perfusi serebral
adekuat. Hemoragi terkontrol, hipovotemia diperbaiki, dan nilai - nilai gas
darah dipertahankan pada nilai yang diinginkan.
1. Pedoman Resusitasi dan Penilaian Awal
a) Menilai jalas nafas : Bersihkan jalas nafas dari debris atau muntahan,
lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan
memasang kolar servikal, pasang guedel bila ditolerir, jika pasien
cedera orofasial mengganggu jalan nafas, maka pasien harus
diintubasi.
b) Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan atau
tidak. Jika tidak beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien
bernafas spontan, selidiki dan atasi cedera dada berat seperti
pneumotorak. Pasang oksimetri nadi jika tersedia dengan tujuan
menjaga saturasi oksigen minimun 95%.
c) Menilai sirkulasi : otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi.
Hentikan semua perdarahan dengan menekan arterinya, perhatikan
secara khusus adanya cedera intraabdomen atau dada, ukur dan catat
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pasang alat pemantau dan
EKG. Pasang jalur intravena yang besar, ambil darah vena untuk
meperiksaan darah perifer lengkap, ureum, elektrolit, glutosa dan
analisa gas darah arteri.
d) Menilai tingkat kesadaran : Cedera kepala ringan (GCS13-15), Cedera
kepala sedang (GCS 9-12), Cedera kepala berat (GCS 3-8).
e) Mengontrol TIK pada cedera kepala : Tinggikan kepala tempat tidur
sampai 30 derajat, pertahankan kepala dan leher pasien dalam
kesejajaran sentral (tidak memutar), memberikan medikasi yang
diserarkan untuk menurunkan TIK (misal : diuretik, kortikosteroid),
mempertahankan suhu tubuh normal, hiperventilasi pasien pada
ventilasi mekanik : memberikan O2, mempertahankan pembatasan
cairan, memberikan sedasi untuk menurunkan kebutuhan metabolik.
2. Glasgow Coma Scale (GCS)
a) Kekuatan otot
Kekuatan otot diuji melalui pengkajian kemampuan pasien untuk
melakukan fleksi dan ekstremitas sambil dilakukan penahanan.
Beberapa dokter mempunyai lima angka untuk menilai ukuran
kekuatan otot. Nilai 5 adalah indikasi terhadap kekuatan konstraksi
maksimal, nilai 4 untuk kekuatan sedang, nilai 3 indikasi kekuatan
hanya cukup untuk mengatasi kekuatan gravitasi, nilai 2 menunjukkan
kemampuan untuk menggerakkan tapi tidak dapat mengatasi kekuatan
gravitasi, nilai 1 mengindikasikan kekuatan kontraksiminimal, dan 0
mengindikasikan ketidakmampuan sama sekali dalam melakukan
kontraksi.
b) Keseimbangan dan koordinasi
Pengaruh serebelum pada sistem motorik terliaht pada kontrol
keseimbangan dan koordiasi. Koordinasi tangan dan ekstremitas atas
dikaji dengan cara meminta pasien melakukan gerakan cepat,
berselang-seling dan ini manunjuk satu titik ke titik lain. Pertama
pasien diminta untuk menepukkan tangan ke paha secepat mungkin ,
masing-masing tagan diuji secara terpisah. Kemudian pasien
diinstruksikan untuk membalikkan tangan dari posisi telentang ke
posisi
telungkup
dengan
gerakan
cepat.
Selanjutnya
pasien
penekanan.
Palpasi
dan
catat
kekuatan
otot
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA KEPALA
A. PENGKAJIAN
Data fokus yang perlu dikaji:
a) Riwayat kesehatan meliputi: keluhan utama, kapan cidera terjadi,
penyebab cidera, riwayat tak sadar, amnesia, riwayat kesehatan yang lalu,
dan riwayat kesehatan keluarga.
b) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi dan
sensori
(pemeriksaan
panca
indera:
status
hipermetabolik.
11 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma/ laserasi kulit kepala
12 Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah.
C. RENCANA KEPERAWATAN
E. Diagn
osa
D.
H. Intervensi
hasil
F. Kepera
watan
I. 1
J. Perfusi
jaringa
n tak
efektif
(spesif
ik
serebra
l) b.d
aliran
arteri
dan
atau
K. NOC:
L. 1. Status sirkulasi
M. 2. Perfusi
rangsangan
Monitor TIK klien dan respon neurologis
3
4
5
6
7
8
terhadap aktivitas
Monitor intake dan output
Pasang restrain, jika perlu
Monitor suhu dan angka leukosit
Kaji adanya kaku kuduk
Kelola pemberian antibiotik
Berikan posisi dengan kepala elevasi 30-40O
jaringan serebral
N. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama .x 24
jam, klien mampu
mencapai :
vena
terputu
s,
dengan
batasa
n
karak-
diharapkan
- Tidak ada ortostatik hipotensi
- Tidak ada tanda tanda PTIK
Perfusi jaringan serebral, dengan
indicator :
- Klien mampu berkomunikasi
teristik
:
-
kemampuan
Klien menunjukkan perhatian,
Perubahan respon
motorik
Perubahan status
mental
Perubahan respon
informasi
Klien mampu membuat
pupil
Amnesia retrograde
(gang-guan memori)
membaik
2
3
4
5
6
7
pupil
Monitor tingkat kesadaran klien
Monitor tanda-tanda vital
Monitor keluhan nyeri kepala, mual, dan muntah
Monitor respon klien terhadap pengobatan
Hindari aktivitas jika TIK meningkat
Observasi kondisi fisik klien
Q. Terapi Oksigen (3320)
1
2
3
4
humidifier
Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya
pemberian oksigen
6
7
oksigen
Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen
selama aktivitas dan tidur
R. 2
S. Nyeri
akut
b.d
dengan
agen
injuri
T. NOC:
U. 1. Nyeri terkontrol
batasa
n
karakt
eristik:
-
W. 3. Tingkat
kenyamanan
X.
nyeri.
Observasi respon ketidaknyamanan secara verbal
tepat.
Gunakan strategi komunikasi yang efektif untuk
Y. Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama . x 24
jam, klien dapat :
V. 2. Tingkat Nyeri
fisik,
dengan
5
6
nyeri.
Evaluasi keefektifan penggunaan kontrol nyeri
Monitoring perubahan nyeri baik aktual maupun
potensial.
Sediakan lingkungan yang nyaman.
non verbal
Respon autonom
dilatasi pupil)
Tingkah laku ekspresif (gelisah, me-
nangis, merintih)
Fakta dari observasi
Gangguan tidur (mata
sayu, menye-ringai,
penyebab
Mengenal onset nyeri
Tindakan pertolong-an non
farmakologi
Menggunakan anal-getik
Melaporkan gejala-gejala
dengan indikator:
- Melaporkan nyeri
- Frekuensi nyeri
- Lamanya episode nyeri
- Ekspresi nyeri; wa-jah
- Perubahan respirasi rate
- Perubahan tekanan darah
- Kehilangan nafsu makan
Tingkat kenyamanan, dengan
dll)
indicator :
- Klien melaporkan kebutuhan
ungkapan nyeri.
Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi sebelum
Manajemen pengobatan
(2380)
1
2
3
4
5
AB.
2
3
4
6
7
pemberian analgetik.
Kelola jadwal pemberian analgetik yang sesuai.
Evaluasi efektifitas dosis analgetik, observasi
tanda dan gejala efek samping, misal depresi
pernafasan, mual dan muntah, mulut kering, &
konstipasi.
Kolaborasi dgn dokter untuk obat, dosis & cara
pemberian yg diindikasikan.
Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan
AC.
AD.
De
AE.
fisit
NOC:
AF.Perawatan diri :
self
AG.
care
b.d
Toiletting,
dengan
berpakaian)
kelelah
AH.
an,
AJ. Aktifitas:
(mandi, Makan
Setelah diberi
8
9
motivasi perawatan
nyeri
selama .x24
AK.
AL.
Aktifitas:
jam, ps mengerti
cara memenuhi
ADL secara
selama perawatan
Sediakan pakaian di tempat yang mudah
3
4
5
dijangkau
Bantu berpakaian yang sesuai
Jaga privacy klien
Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
bertahap sesuai
kemam-puan,
dengan kriteria :
-
AM.
-
AN.
AO.
PK
AQ.
Setelah
dilakukan tindakan
pening
keperawatan
katan
selama .x 24 jam
tekana
dapat mencegah
atau
intrakr
meminimalkan
anial
komplikasi dari
b.d
peningkatan TIK,
proses
dengan kriteria :
desak
ruang
akibat
AR.
1
2
3
4
2
3
Kesadaran
stabil (orien-asi
baik)
penum
Pupil
isokor, diameter
cairan
1mm
di
dalam
otak
(Carpe
nito,
1999)
AP.Batasa
n
karakt
eristik
:
Penurunan kesadar-an
(gelisah, disorientasi)
pukan
/ darah
AS.
AT.
Reflek baik
AU.
AV.
posisi
Konsul dengan dokter untuk pemberian pe-lunak
6
7
Tidak mual
8
hingga 10 detik
Hiperoksigenasi dan hiperventilasi klien se-
Tidak muntah
Perubahan motorik
pupil menurun
Muntah
Klien mengeluh mual
Klien mengeluh
pandangan kabur dan
diplopia
serebral)
17 Steroid (menurunkan permeabilitas kapiler,
membatasi edema serebral)
18 Pantau status hidrasi, evaluasi cairan masuk dan
keluar)
AW.
DAFTAR PUSTAKA
AX.
AY.
AZ.
BA.
BB.
BC.
BD.
BE.