2. Parasetamol
Penemuan parasetamol sebagai senyawa analgetika dan antipiretik dari adanya
antara 250-350 g/ml. kadar ini tercapai dengan dosis aspirin oral 4gram perhari
untuk orang dewasa. Pada penyakit demam reumatik, aspirin masih belum dapat
digantikan oleh ains yang lain dan masih dianggap sebagai standar dalam studi
banding penyakit arthiritis rheumatoid.
Farmakokinetika
Pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorbsi dengan cepat dalam bentuk
utuh dilambung. Ttapi sebagian besar diusus halus bagian atas. Kadar tertingi
dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian. Kecepatan absorbsinya tergantung dri
kecepatan disintegrasi dan disolusi obat, pH permukaan mukosa dan waktu
pengosongan lambung. Setelah diabsorbsi salisilat segera menyebar keseluruh
jaringan tubuh dan cairan transellular sehingga ditemukan dalam cairan
senovial, cairan spinal, liur dan air susu. Obat ini dapat menembus sawar darah
otak dan sawar urin. Kira-kira 80% sampai dengan 90% salisilat plasma terikat di
albumin. Aspirin diserap dalam bentuk utuh, dihidrolisis menjadi asam salisilat
terutama dalam hati sehingga hanya kira-kira 30 menit terdapat dalam plasma.
Efek samping
Reye's syndrome : Iritasi lambung karena bersifat asam.
Efek terhadap Sistem syaraf : Nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi,
agitasi, perubahan mental, koma, paralisis, pusing, limbung, depresi,
bingung,amnesia, sulit tidur.
Efek lain : Demam, myopathy, epistaxis, kerusakan ginjal, penurunan fungsi
ginjal, meningkatkan kreatinin, hematouria, oligouria, UTI, asidosis, asidosis
metabolit, hiperfosfatemia, hipomag-nesemia, hiponatremia, hipernatremia,
hipokalemia, hiperka-lemia hiperkalsemia, abnormalitis elektrolit. Tumor lisi
sindrom sepsis, infeksi lain, Kerusakan jantung, gangguan pernafasan.
Interaksi obat
Dengan Obat Lain : Meningkatkan konsentrasi serum alopurinol sehingga dapat
meningkatkan toksisitas allopurinol.
Chlorpropamide : Meningkatkan reaksi hepatorenal, monitor hipoglikemi.
Obat lain : Cotrimoxazole : Trombositopenia Cyclosporin : Meningkatkan
konsentrasi cyclosporin dalam darah (penyesuaian dosis) .
Dengan Makanan : Makanan & susu : Menurunkan efek merugikan terhadap
saluran cerna.
Dosis
Dosis : untuk nyeri dan demam
Oral : 4 dd 0,5 1 g p.c., maksimum 4 g sehari
anak-anak sampai 1 tahun 10 mg/kg 3-4 kali sehari,
1 12 tahun 4-6 dd,
di atas 12 tahun 4 dd 320-500 mg, maksimum 2 g/hari.
Rektal : dewasa 4 dd 0,5 1 g, anak-anak sampai 2 tahun 2 dd 20 mg/kg, di atas
2 tahun 3 dd 20 mg/kg p.c.
Contoh produk yang ada dipasaran
- Aptor - Aspilets - Aspimec - Aspirin Bayer
- Astika - Bodrexin - Cardio Aspirin - Farmasal
- Procardin - Restor - Thrombo Aspilets - Ascardia
Aspirin
4. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu
kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan
diminum oleh wanita hamil dan menyusui.
Indikasi
Nyeri & radang pada penyakit artritis (rheumatoid arthritis, juvenile arthritis,
osteoarthritis) & gangguan non sendi (otot kerangka), nyeri ringan sampai berat
termasuk dismenorea, paska bedah, nyeri & demam pada anak-anak
Mekanisme kerja
Menghambat sintesis prostaglandin dgn menghambat COX-1 & COX-2
Efek samping
Gangguan saluran cerna : dispepsia, heartburn, mual, muntah, diare, konstipasi,
anoreksia dll.
Gangguan sistem saraf : sakit kepala, pusing,
Gangguan pendengaran & penglihatan : tinitus, penurunan pendengaran,
gangguan penglihatan sakit kuning, kenaikan SGOT & SGPT.
Lain-lain : retensi cairan, gagal jantung kongestif, tekanan darah meningkat,
hipotensi, aritmia, reaksi hipersenstivitas, mulut kering
Interaksi obat
Dengan Obat Lain :
Antikoagulan & antitrombotik : Meningkatkan efek samping perdarahan saluran
cerna.
Aspirin : Meningkatkan efek samping & menurunkan efek kardioprotektif dari
aspirin.
Litium : Meningkatkan konsentrasi litium dalam plasma & serum dan dapat
menurunkan klirens.
Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria, rinitis parah, angioudema
Dosis
Artritis : 400-800 mg 3-4 kali sehari (maksimun 3.2 g/hari)
Juvenile artritis : 30-40 mg/kg berat badan per hari dalam 3-4 dosis terbagi
(maksimum 50 mg/kg berat badan)
Nyeri ringan s/d sedang : 200-400 mg tiap 4-6 jam, bila perlu (max 1,2 g/hari)
Contoh produk yang ada dipasaran
- Dofen - Dolofen Forte - Farsifen - Febryn
- Fenris - Helafen - Iprox - Nofena
- Ostarin - Profen - Proris - Ribunalm Shelrofen
- Anafen
5. Na-diklofenak
Indikasi
Nyeri paska bedah, nyeri & radang pada penyakit artritis & gangguan otot
kerangka lainnya, nyeri pada gout akut dan dismenorea.
Mekanisme kerja
otak.
Ekskresi morfin sebagian besar melalui ginjal sebagian kecil di keluarkan melalui tinja dan
keringat
Indikasi
Diindikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati
dengan obat analgesic non opioid. Morfin sering digunakan nyeri yang menyertai 1) infark
miokard; 2) neoplasma; 3)kolik renal atau kolik empedu; 4) oklusio akut pembuluh darah
perifer, pulmonal atau koroner; 5) perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan
6) nyeri akibat trauma.
Efek samping
Idiosinkrasi dan Alergi. Morfin dapat menyebabkan mual dan muntaah terutama pada wanita
berdasarkan idiosinkrasi. Bentuk idiosinkrasi lain ialah timbulnya eksitasi dengan tremor, dan
jarang-jarang dillirium lebihjarang lagi konfulsi dan insomnia. Bayi dan anak kecil tidak
lebih peka terhadap alkaloid opium, asal saja dosis diperhitungkan berdasarkan berat badan,
tetapi oranng lanjut usia dan pasien Penyakit berat agaknya lebih peka terhadap efek morfin.
Toleransi
Toleransi timbul terhadap efek depresi, tetapi tidak timbul terhadap efek eksitasi, miosis dan
efek pada usus. Toleransi silang dapat timbul antara morfin, dihidromorfinon, metopon,
kodein dan heroin. Toleransi timbul setelah pemakaian 2-3 minggu, kemungkinan timbul efek
toleransi lebih besar apabila digunakan dosis besar secara teratur.
Adiksi
Disebut juga daya untuk menimbulkan adiksi berbeda-beda untuk masing-masing obat.
Bahaya terbesar terdapat di heroin menimbulkan euphoria yang kuat yang tidak disertai mual
ddan konstipasi
Contoh nama obat gol. Opioid
No Nama 8 Nama
1 Morfin 9 Hidralorfinokodon
2 Heroin 10 Oksikodon
3 Hidromorfon 11 Nalorfin
4 Oksimorfon 12 Nalokson
5 Levorvanol 13 Naltrekson
6 Levalorfan 14 Butorfanol
7 Kodein 15 Nalbufin
16 Tebain
2. Mefiridin dan Derivat Fenilpiperidin
Farmakodinamik
Bekerja terutama kerja sebagai agonis reseptor . Obat lain yang mirip dengan meperidin
ialah piminodin, ketobemidon dan fenoperidin.
Farmakokinetik
Absorbsi meferidin setelah cara pemberian apapun langsung baik, akan tetapi kecepatan
absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM. Kadar puncak dalam plasma dalam 45
menit dan kadar yang dicapai sangat berfariasi antar individu. Setelah pemberian secara oral
sekitar 50 % mengalami metabolism lintas pertama dan kadar maksimal dalam plasma
tercapai dalam 11-2 jam. Setelah pemberian IV kadarnya dalam plasma menurun secara cepat
dalam 1-2 jam pertama, kemudian penurunan berlangsung dengan lambat. Kurang lebih 60 %
meferidin dalam plasma terikat protein metabolism meferidin terutama berlangsung dihati.
Farmakologi
efek dari mefiridin serupa dengan morfin.
Indikasi
Mefridin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia pada beberapa keadaan klinis
seperti tindakan diagnostic sistoskopi, pielografiretrograd dan gastroskopi. Mefiridin
digunakan jagu untuk menimbulkan analgesia obstetric dan sebagai obat praanastetik.
Efek samping
Pusing, berkeringat, euporia, mulut kering, mual, muntah, perasaan lemahl, gangguan
penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop dan sedasi.
Sediaan dan dosis
Mefiridin : 50-100 mg ( dalam bentuk tablet dan ampul)
Alfaprodin : 60 mg ( dalam bentuk ampul 1 ml dan vial 10 ml)
Difoneksilat : 20 mg per hari dalam dosis terbagi (dalam bentuk tablet dan sirop)
Loperamid : 4 8 mg /hari
Fentanil dan Derivatnya
3. Metadon
Farmakokinetik
Setelah suntikan metadon subkutan ditemukan kadar dalam plasma yang tinggi dalam 10
menit pertama. Sekitar 90 % metadon terikat protein plasma. Metadon diabsorbsi secara baik
di usus dan dapat ditemukan diplasma setealah pemberian secara oral, kadar puncak dicapai
setelah 4 jam. Metadon cepat keluar dari darah dan menumpuk dalam paru, hati, ginjal dan
limpa. Hanya sebagian kecil yang masuk otak kadar maksimal metadon dalam otak dicapai
dalam 1-2 jam setelah pemberian parenteral dan kadar ini sejajar dengan intensitas dan lama
analgesia.
Farmakodinamik
Efek analgetik 7,5 10 mg metadon sama kuat dengan morfin, setelah pemberian berulang
kali timbul efek sedasi yang jelas, mungkin karena adanya akumulasi.
Indikasi
Analgesia : Jenis nyeri yang dapat dipengaruhi oleh metadon sama dengan jenis nyeri yang
dapat dipengaruhi morfin.
Antitusif : Metadon merupakan antitusif yang baik, efek anti tusif 1,5 -2 mg /oral sesuai
dengan 15-20 mg kodein, tetapi kemungkinan timbulnya adiksi pada metadon jauh lebih
besar dari pada kodein. Oleh karena itu sekarang metadon sudah mulai ditinggalkan sebagai
antitusif.
Efek Samping
Menyebabkan perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental terganggu, berkerigat, pruritus,
mual dan muntah. Efek samping yang jarang timbul adalah delirium, halusinasi selintas dan
urtikaria hemoragik.
Sediaan dan Dosis
Metadon : 2,5 15 mg ( dalam bentuk tablet, vial dan ampul)
4. Propoksifen
Farmakodinamik
Propoksifen terutama bekerja terikat pada reseptor meskipunkurang selektif disbandingkan
dengan morfin. Propoksifen 65-100 mg memberikan efek yang sama kuat denga 65 mg
kodein. Propoksifen menimbulka perasaan yang panas dan iritasi ditempat suntikan.
Kombinasi propoksifen dengan asetosal berefek analgesic jauh lebih baik jika masing-masing
obat diberikan secara sendiri-sendiri.
Farmakokinetik
Propoksifen diabsorbsi setelah pemberian oral maupun parenteral. Seperti kodein, efektivitas
jauh berkurang jika propoksifen diberikan secara oral. Biotransformasi propoksifen dengan
cara enbemetilasi yang terjadi dalam hati.
Indikasi
Hanya digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai nyeri sedang, yang tidak cukup baik
diredakan oleh asetosal. Kombinasi propoksifen dengan asetosal sama kuat seperti kombinasi
kodein dengan asetosal.
Efek samping
Propoksifen memberikan efek mual, anoreksia, sembelit, nyeri perut dan kantuk, kurang lebih
sama dengan kodein
Sediaan dan dosis
Propoksifen : 65 mg 4x sehari ( dalam bentuk tablet dan vial)
5. Antagonis Opioid
Obat-obat yang tergolong antagonis opioid umumnya tidak menimbulkan banyak efek
kecuali bila sebelumnya telah ada efek agonis opioid aatau bila opioid endogen edang aktif
misalnya pada keadaan stress atau syok. Nalokson merupakan prototif antagonis opioid yang
relative murni, demikian pula naltrekson yang dapat diberikan secara oral dan
memperlihatkan masa kerjalebih yang lama dari pada nalokson.
Nalorfin, levalorfan, siklazosin dan sejenisnya disamping memperlihatkan efek antagonis,
menimbulkan efek otonomik, endokrin, analgetik dan depresi nafas mirip efek yang
ditimbulkan oleh morfin. Obat-obat ini merupakan antagonis kompetitif reseptor , tetapi
juga memperlihatkan efek agonis pada reseptor-reseptor lain.
Farmakodinamik
Efek tanpa pengaruh opioid pada berbagai eksperimen bahwa nalokson memperlihatkan :
a. Menurunkan ambang nyeri pada mereka yang biasanya ambang nyerinya tinggi
b. Mengantagonis efek analgetik placebo
c. Mengantagonis analgesia yang terjadi akibat perangsangan leawat jarum akupuntur, semua
efek ini diduga berdasarkan antagonisme nalokson terhadap opioid endogen yang dalam
keadaan lebih aktif
Nalorfin dan levalorfan juga menimbulkan depresi nafas yang diduga karena kerjanya pada
reseptor K. berbeda dengan morfin, depresi nafas ini tidak bertambah dengan bertambahnya
dosis, kedua obat ini bekerja memperberat depresi nafas oleh morfin dosis kecil, tetapi
mengantagonis depresi nafas akibat morfin dosis besar.
Efek dengan pengaruh opioid frekuensi nafas meningkat dalam 1-2 menit setelah pemberian
IV, IM nalokson pada pasien dengan depresi nafas akibat agonis opioid, efek sedatef dan efek
terhadap tekanan darah juga segera dihilangkan. Antagonis nalokson terhadap efek agonis
opioid sering disertai dengan terjadinya fenomena overshoot misalnya berupa penigkatan
frekuensi nafas melebihi frekuensi sebelum dihambat oleh opioid. Fenomena ini diduga
berhubungan dengan terungkapnya (unmasking) ketergantungan fisik akut yang timbul 24
jam setelah morfin dosis besar.
Indikasi
Antagonis opioid ini diindikasikan untuk mengatasi depresi nafas akibat takar kajak opioid,
pada bayi yang dilairkan oleh ibu yang mendapat opioid sewaktu perdalinan atau akibat
tentamen suicide dengan suatu opioid. Dalam hal ini alokson merupakan obat pilihan untuk
kasus ini.
Sediaan dan Dosis
Nalorfin HCL : 0,2 mg /ml unutuk anak, 5 mg/ml untuk dewasa
Levalorvan : 1 mg/ml
Nalokson : 0,4 mg/ml
6. Agonis Parsial
a. Pentazosin
Farmakodinamik
Obat ini merupakan antagonis lemah pada reseptor tetapi merupakan agonis yang kuat pada
reseptor K dan sehingga tidak mengantagonis depresi nafas oleh morfin. Efeknya terhadap
SSP mirip dengan efek opioid yaitu nyebabkan analgesi, sedasi dan depresi nafas. Analgesi
yang timbul agaknya karna efek pada reseptor K, karena sifatnya berbeda dengan analgesi
akibat morfin. Analgesi timbul lebih dini dan hilang lebih cepat daripada morfin, setelah
pemberian secara IM analgesi mencapai maksimal dalam 30 60 menit dan berakhir setelah
2-3 jam. Setelah pemberian oral efek maksimal dalam 1 3 jam dan lama kerja agak panjang
darimpada setelah pemberian IM. Depresi nafas yang ditiimbulkannya tidak sejalan dengan
dosis, pada dosis 60-90 mg obat ini menyebabkan disporia dan efek psikotomimetik mirip
dengan morfin yang hanya dapat di antagomnis oleh aloksan. Diduga timbulnya disporia dan
efek psikotomimetik karena kerjanya pada reseptor .
Farmakokinetik
Pentazosin diserap baik melalui pemberian apa saja, tetapi karena mengalami metabolism
lintas pertama, bioavailabilytas per oral cukup berpariasi. Obat ini dimetabolisme secara
intensif di hati untuk kemmudian di ekskresi sebagai metabolit melalui urin. Pada penderita
sirosis hepatis bersihannya sangat kuat.
Indikasi
Pentazosin diindikasikan untuk mengatasi nyeri sedang tetapi kurang efektif dibandingkan
morfin untuk nyeri berat. Obat ini juga digunakan untuk medikasi pre anastetik. Bila
digunnakan untukk analgesi opstertik pentazosin dapat mengakibatkan depresi nafas yang
sebanding meferidin.
Sediaan dan Dosis
Pentazosin : 30 mg (secara IV/IM) dapat diulang tiap 3-4 jam, dosis total maksimal 360 mg/
hari
Untuk analgesi optaltik diberikan dosis tunggal 20 atau 30 mg secara IM.
Sediaan : vial 1, 1,5, 2 dan 10 ml
b. Butorfanol
Secara kimia mirip levorfanol akan tetapi profil kerjanya mirip pentazosin. Pada penderita
paska beda, suntikan 2 -3 mg butorfanol menimbulkan analgesi dan depresi nafas menyerupai
efek akibat suntikan 10 mg morfin atau 80 mg meferidin. Seperti pentazisin dan obat lain
yang dihipotesiskan bekerja pada reseptor K dan , peningkatan dosis juga disertai
memberatnya depresi nafas dan menonjol.
Farmakodinamik
Efek farmakodinamik butorfenol sama seperti pentazosin.
Efek Samping
Butorfanol menyebabkan ngantuk, mual, berkeringat kadang-kadang terjadi gangguan
kardiocaskular yaitu kalpitasi dan gangguan kulit rash.
INDIKASI butarfanol efektif mengatasi nyeri akut pasca operasi sebanding dengan morfin
eferidin atau pentazosin. Demikian pula butorfanol sama efektif dengan mefiridin untuk
medikasi preanastetik akantetapi efek sedasinya lebih kuat.
Sediaan dan dosis
Butorfanol : dewasa 1-4 mg IM atau 0,5 2 mg IV dan dapapt diulang sampai dengan 2-4
jam
KESIMPULAN
Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis terapetik meringankan atau menekan rasa nyeri,
tanpa memiliki kerja anestesi umum. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri atas dua tahap
yaitu tahap penerimaan perangsang sakit dibagian otak besar dan tahap reaksi emosional dari
individu terhadap perangsang ini.
No Nama obat Dosis Indikasi Efek samping
1 Gol.non-Narkotik
-Asam mefenamat
dosis aawal 500 mg, dilanjutkan dengan dosis 250 mg, setiap 6 jam jika
digunaUntuk dismenore penggunaan saat terjadi haid, pnggunaan tidak lebih dari 2 -3 hari.
Nyeri ringan sampai sedang Dyspepsia, diare, perdarahan gastrointestinal. Sakit kepala,
pusing, mengantuk.
-Parasetamol oral : 0.5-1 gram sehari
Anak 2 bulan : 60 mg pada demam pasca operasi
Usia < 3 bulan hanya dengan nasehat dokter.
3 bulan-1 tahun : 60-120 mg perhari Nyeri ringan Hipersensitivitas dan kelainan darah.
Penggunaan kronis dari 3-4 gram/hari, kerusakan hati, pada dosis > 6gram nekrosis hati.
Overdose bias mual, muntah dan anorexia.
-Aspirin Oral : 4 dd 0,5 1 g p.c., maksimum 4 g sehari
anak-anak 1 tahun 10 mg/kg 3-4 kal/hari
1 12 tahun 4-6 dd,
> 12 tahun 4 dd 320-500 mg, maksimum 2 g/hari.
Rektal : dewasa 4 dd 0,5 1 g, anak-anak sampai 2 tahun 2 dd 20 mg/kg, di atas 2 tahun 3 dd
20 mg/kg p.c. Nyeri ringan sampai sedang, pada dosis rendah sebagai anti koagulan. Reye's
syndrome : Iritasi lambung karena bersifat asam.
Efek terhadap Sistem syaraf : Nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi, agitasi,
perubahan mental, koma, paralisis, pusing, limbung, depresi, bingung,amnesia, sulit tidur.
-Ibuprofen
Artritis : 400-800 mg 3-4 kali sehari (maksimun 3.2 g/hari)
Juvenile artritis : 30-40 mg/kg BB/hari dalam 3-4 dosis terbagi (maksimum 50 mg/kg berat
badan)
Nyeri ringan s/d sedang : 200-400 mg tiap 4-6 jam, bila perlu (max 1,2 g/hari) Nyeri ringan
sampai sedang Dispepsia, heartburn, mual, muntah, diare, konstipasi, anoreksia dll. sakit
kepala, pusing,
tinitus, penurunan pendengaran, gangguan penglihatan sakit kuning, kenaikan SGOT &
SGPT
-Na.diklofenak
Dosis awal : 50 mg, dilanjutkan 50 mg setiap 8 jam jika perlu Nyeri ringan sampai sedang
gangguan pada saluran cerna
,tukaklambung,perdarahansalurancerna.
sakit kepala (3-9% pasien), depresi, insomnia, cemas.
(kurang dari 1% pasien) terganggu fungsi ginjal (azotemia,proteinuria,nefrotik sindrom dll),
retensi cairan, hipertensi,(3-9%pasien),asma (kurang dari 1% pasien) lekopenia,
trombositopenia, hemolitik anemia (kurang dari 1% pasien),hepatitis, sakit kuning (jarang),
peningkatan SGOT
Golongan narkotik
- Morfin dan alkaloid opium
Mefiridin : 50-100 mg
Diindikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati
dengan obat analgesic non opioid Pusing, berkeringat, euporia, mulut kering, mual, muntah,
perasaan lemahl, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop dan sedasi
2. - Metadon 2,5 15 mg (dalam bentuk tablet, vial dan ampul) Jenis nyeri yang sama dengan
nyeri pada morfin Menyebabkan perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental terganggu,
berkerigat, pruritus, mual dan muntah. Efek samping yang jarang timbul adalah delirium,
halusinasi selintas dan urtikaria hemoragik.
3. -Propoksifen
65 mg 4x sehari (dalam bentuk tablet dan vial) Hanya digunakan untuk mengobati nyeri
ringan sampai nyeri sedang Propoksifen memberikan efek mual, anoreksia, sembelit, nyeri
perut dan kantuk, kurang lebih sama dengan kodein
4. - Antagonis Opioid
Nalorfin HCL : 0,2 mg /ml unutuk anak, 5 mg/ml untukdewasa
Levalorvan : 1 mg/ml
Nalokson : 0,4 mg/ml
Antagonis opioid ini diindikasikan untuk mengatasi depresi nafas akibat ngantuk, mual,
berkeringat kadang-kadang
5. - Agonis Parsial Pentazosin: 30 mg (IV/IM) dosis total maksimal 360 mg/ hari
analgesi optaltik diberikan dosis tunggal 20 atau 30 mg secara IM. Nyeri sedang tetapi
kurang efektif dibandingkan morfin untuk nyeri berat. untuk medikasi pre anastetik. Bila
digunnakan untukk analgesi opstertik pentazosin dapat mengakibatkan depresi nafas yang
sebanding meferidin. Ngantuk, mual, berkeringat kadang-kadang terjadi gangguan
kardiocaskular yaitu kalpitasi dan gangguan kulit rash
DAFTAR PUSTAKA
1. Tan HT, dan Rahardja K. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya.
Edisi V. PT. Alex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta. 2002.
2. Tim penyusun, 2008, ISO Farmakoterapi,ISFI, Jakarta
3. Campbell, W.B. (1991). Lipid-Derived Autacoids : Eicosanoids and Platelet-Activating
Factor. Dalam: Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics. Ed 8.
Editor: Gilman, A.G. et al. New York: Pergamon Press. Vol. I. Halaman 600-602, 605-606, 61
1.
4. Pamela C, dkk, Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi 2. PT. widya medika : Jakarta
5. Ganiswarna, Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. 1995. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta
Diposkan oleh bie-bie di 08.12
Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
bie-bie
berlari dari ke gelapan menju tempat yang terang benderang, lari dari tempat yang
gersang ke tempat yang indah untuk merubah langkah hidup, melawan ketakutan
dengan segelintir keberanian, menuju kedamaian dan ketenangan
Lihat profil lengkapku
Pengikut
Daftar Blog Saya
obie
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT ANTIKANKER
5 tahun yang lalu
Arsip Blog
2011 (8)
o Februari (5)
SERVIKS
OBAT DIURETIK
ANTIBIOTIKA
OBAT-OBAT ANALGETIK
o Januari (3)
2010 (9)
2009 (42)
Ferdi DL