1102011089
PBL MANDIRI
SKENARIO 3
MALARIA
D. Variasi: variasi strain terdapat pada masing masing dari empat spesies yang
menimbulkan infeksi manusia. Variasi ditemukan pada morfologi,
E. Sediaan darah tebal :
P. vivax
Gambar
Sediaan darah
Zone merah
Besar parasit/
inti limfosit
Pigmen dalam
sitoplasma
parasit
Bentuk-bentuk
khas
P. malariae
P. ovale
Tidak uniform
Tidak uniform
ada
P. falciparum
Uniform
(langit
berbintang)
Tidak ada
Lebih kecil
Lebih besar
halus
Lebih kasar
kasar
Halus
halus
Lebih kasar
kasar
Halus
Zone merah di
sekitar parasit
Gametosit
berbentuk
pisang
Warna pigmen
jelas pada
trofozoit dan
gametosit
Zone merah
P. vivax
Membersar
P. falciparum
Tdk membesar
P. malariae
Tdk membesar
Schuffner
Maurer
Zieman
Halus
Lebih kasar
Kasar
P. ovale
Tdk membesar
James /
Schuffner
Kasar
1/3 eritrosit
1/6 eritrosit
1/3 eritrosit
1/3 eritrosit
Jarang
Sering
Cincin lebih
kasar
Jarang
Jarang
Kasar
Kasar
8 24
8 12 susunan
seperti bunga
8 10
Menggumpal,
tengguli hitam
Tengguli
Kuning
tengguli
Seperti pisang,
biru, inti padat
Seperti pisang,
Bulat, merah,
Bulat, merah,
Tidak uniform
Sel eritrosit
Sitoplasma
eritrosit
Pigmen
Trofozoit muda
ukuran cincin
Infeksi multiple
Trofozoit tua
Skizon (
merozoit)
Pigmen
Makrogametosi
t
Mikrogametosit
Amoeboid
12 24
Berkumpul,
kuning
tengguli
Bulat, biru, inti
padat di
pinggir,
pigmen di
sekitar inti
Bulat, merah,
Daur
preeritrositik
Jumlah
Merozoit Hati
Hipnozoit
Daur Eritrosit
Skizon Hati
Eritrosit yang
dihinggapi
Pembesaran
eritrosit
Titik titik
eritrosit
Pigmen
Jumlah
merozoit
eritrosit
Daur dalam
nyamuk pada
27C
inti difus di
tengah, pigmen
tersebar
merah, inti
difus, pigmen
tersebar
inti difus,
pigmen
tersebar
inti difus di
tengah, pigmen
tersebar
Plasmodium
falciparum
Plasmodium
vivax
Plasmodium
ovale
Plasmodium
Malariae
5,5 hari
8 hari
9 hari
10-15 hari
40.000
10.000
15.000
15.000
48 jam
60 mikron
Muda dan
normosit
+
48 jam
45 mikron
Retikulosit dan
normosit
+
50 jam
50 mikron
Retikulosit dan
normosit muda
++
72 jam
72 mikron
Normosit
Kuning tengguli
Schuffner
(James)
Tengguli tua
Tengguli hitam
8-24
12-18
8-10
10 hari
8-9 hari
12-14 hari
26-28 hari
Maurer
Schuffner
Hitam
Ziemann
4. Nyamuk dewasa
Palpus nyamuk jantan dan betina hampir sama denga
panjang probosisnya.
an.aconitus,an.barbirostis,an.farauti,an.bancofti,an.niggerimus
dan
an.sinensis.Kawasan
kaki
gunung
dengan
perkebunan
atau
hutan
detemukan
NO
VEKTOR
TEMPAT PERINDUKAN
PERILAKU NYAMUK
LARVA
DEWASA
An.sundaicus
An. aconitus
An. subpictus
An. barbirostis
Mengigit malam
Tit: di luar rumah (pada
tanaman)
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
An. balanbacensis
An. Letifer
An. farauti
An. punctulatus
An. Lodlowi
Sungai di daerah
pergunungan
An. koliensis
An. nigerrimus
Mengigit malam
Tit: di dalam rumah
Mengigit
malam
pada
senja-
Tit:
di
(kandang)
luar
rumah
An. sinensis
13.
An. flavirostis
14.
An. karwari
15.
16.
17
An. Maculatus
Mengigit
malam
pada
senja-
Tit:
di
(kandang)
luar
rumah
An. bancrofti
An. barbumbrosus
Mengigit malam
Tit: di luar rumah (sekitar
kandang)
Zoofilik > antropofilik
Tit: belum jelas
Bionomiknya
banyak
antropofiliknya
belum
dipelajari
LO 2.4 Pemberantasan
1. Dengan mengobati penderitanya, jadi jika penderita diobati mengurangi kemungkinan
nyamuk akan menghisap darah yang terinfeksi
2. Dengan menghindari kontak dengan vector nyamuk dengan cara memasang kawat
kasa, kelambu dan repellent
Tersebar lebih dari 100 negara dibenua Afrika, Asia, Amerika (selatan) dan Oceania dan
kepulauan Caribia.
Morbiditas 200-300 juta dengan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun.
Negara bebas malaria antara lain Amerika Serikat, Canada, Negara Eropa kecuali Rusia,
Israel, Singapura, Hongkong, Jpana, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia vector
control yang baik.
Malaria ditemukan di daerah-daerah mulai 60 utara sampai dengan 32 selatan; dari daerah
dengan ketinggian 2.666 m (Bolivia), sampai dengan daerah yang letaknya 433 m di bawah
permukaan laut (Deaad sea).
Daerah yang sejak semula bebas malaria adalah daerah pasifik tengah dan selatan (hawaii dan
selandia baru). D i daerah- daerah tersebut, daur hidup parasit malaria tidak dapat berlangsung
karena tidak adanya vektor yang sesuai.
Di indonesia malaria ditemukan tersebar luas pada semua pulau dengan derajat dan berat infeksi
yang bervariasi. Malaria di suatu daerah dapat ditemukan secara autokton, impor, induksi,
introduksi atau reintroduksi.
Di daerah yang autokton, siklus hidup parasit malaria dapat berlangsung karena adanya manusia
yang rentan (suseptibel), nyamuk yang dapat menjadi vektor dan parasitnya. Keadaan malaria di
daerah endemi tidak sama. Derajat endemisitas dapat diukur dengan berbagai cara seperti angka
limpa (spleen rate), angka parasit (parasit rate), dan angka sporozoit (sporozoit rate), yang
disebut maliomeri.
Angka limpa adalah presentase orang dengan pembesaran limpa dalam suatu masyarakat.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu cara Hackett dan cara Schuffner.
Pembesaran limpa yang diukur dengan cara Hackett :
0 = bila pada pernapasan dalam, limfa tidak teraba
1 = bila pada pernapasan dalam, limfa teraba
2 = limpa membesar sampai batas dari garis melalui arcus costae dan pusar / umbilikulus
Sifat malaria juga dapat berbeda dari suatu daerah ke daerah lain, yang banyak tergantung pada
beberapa faktor, yaitu :
1. Parasit yang terdapat pada pengandung parasit
2. Manusia yang rentan
LO 3.2 Etiologi
Penyebab infeksi adalah plasmodium, yang juga dapat menginfeksi burungm reptil dan
mamalia. Plasmodium ini menginfeksi eritrosit pada manusia dan mengalami pembiakan
aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu
Anopheles betina.
LO 3.3 Patogenesis dan Patologi
Infeksi pada manusia yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi ,
yang mengandung sporozoit, masuk ke dalan aliran darah manusia. Sporozoit secara cepat
(biasanya 1 jam) memasuki sel parenkim hati (tempat terjadinyastadium pertama perkembangan
pada manusia (fase eksoeritrosit). Kemudian sejumlah merozoit (progeni aseksual) mengalami
ruptur dan meninggalkan sel hati, memasuki aliran darah dan menginvasi eritrosit. Dalam
eritrosit, parasit memperbanyakdiri dengan cara memecah sel pejamu secara sinkron. Iniadalah
siklus eritrosit, dengan keturunan berturut-turut merozoit yang timbul dalam interval 48 jam (P.
vivax, P. ovale dan P falciparum) atau setiap 72 jam (P. malariae). Periode inkubasi mancakup
siklus eksoeritrosit dan sekurang-kurangnya satu siklus eksoeritrosit. Untuk P. vivax dan P.
falciparum siklus tersebut biasanya terjadi selama 10-15 haru tetapi dapat juga selama beberapa
minggu atau bulan. Merozoit tidak kembali ke eritrosit. Siklus eksoeritrosit terjadi bersamaan
dengan siklus eritrosit dan , pada P. vivax dan P falciparum menetapa sebagai hipnozoit (bentuk
istirahat) setelah parasit hilang dari darah tepi.
Selama siklus eritrosit, beberapa merozoit memasuki eritrosit dan terdiferensiasi
menjadigametosit atau betina. Parasitemia P. vivax, P. malariae dan P. ovale relatif ringan,
terutama karena mereka hanya menyukai salah satu dianatar eritrosit tua dan muda> tidak seperti
P. falciparum, yang menyukai keduanya.
LO 3.4 Manifestasi Klinis
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan spleniomegali.
Masa inkubasi berfariasi pada masing masing plasmodium. keluhan prodromal dapat terjadi
sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, anoreksia, perut tak enak.
Malaria tertiana/ m. Vivax/m. Beginda :
Inkubasi 12 17 hari, kadang kadang lebih panjang. Pada hari pertama inkubasi panas
ireguler, kadang kadang remiten atau intermiten. Pada saat tersebut perasaan dingin atau
menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas menjadi intermiten dan priodik setiap 48
jam dengan gejala klasik malaria. Serangan paroksismal biasanya terjadi waktu sore hari. Pada
minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih besar
dan panas masih berlangsung, pada akhir minggu kelima panas mulai turun secara krisis. Pada
malaria vivax, manifestais klinik dapat terjdai secara berat tapi kurang membahayakan, limpa
dapat membesar sampai derajat 4 atau 5. Mortalitas malaria vivax rendah tapi morbiditas tinggi
karena terjadi relaps
Malaria malariae/ malaria Quartana :
Masa inkubasi 10 -14 hari. Manifestasi sama seperti malaria vivax hanya berlangsung lebih
ringan, anemia jarang terjadi, spelnomegali sering terjadi walaupun pembesarannya ringan.
Serangan paroksismal terjadi tiap 3 4 hari, biasanya pada waktu sopre dan parasitemia sangat
rendah .
komplikasi yang terjadi, syndrom nefrotik di laporkan terjadi pada anak anak afrika. Di duga
komplikasi ginjal di sebabkan oleh karena deposit komplek imun pada glomerulus ginjal. Pada
pemerikasaan dapat di jumpai edema, asites, proteinuria yang banyak , hipoproteinemia, tanpa
uremia dan hipertensi
Malaria ovale :
Merupakan bentuk yang paling ringan pada semua jenis malaria. Masa inkubasi 11 16
hari, serangan proksimal 3 4 hari terjadi mala hari dan jarang lebih dari 10 hari wlaupun tanpa
terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain maka plasmodium ovale tidak
akan tampak di darah tepi,tetapi plasmodium lain yang akan di temukan. Gejala klinins hampir
dsama dengan plasmodium vivax, lebih ringan dan puncak panas lebih rendah dan
perlangsungan lebih pendek, dan dapat sembuh sepontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil
jarang terjadi dan splenomegali jarang sampai dapat diraba.
Malaria tropika/ malaria falsiparum :
Malaria tropika merpkaan bentuk yang paling berat, di tandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemia sering di jumpai dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi
9 14 hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan yang cepat, da parasaitemia yang tinggi
dan menyerang semua bentuk eritrosit. Gejalka prodromal yang sering di jumpai yaitu sakit
kepala, lesu, perasaan dingin, mual, muntah dan diare. Parasit sukar di temukan pada penderita
dengan pengobatan supresif. Panas biasanya ireguler tidak periodik, sering terajadi hipereksia
dengan temperatur di atas 400 C. Gejala lain berupa konvulsi, pneumonia aspirasi dan banyak
kerigat wlaqupun temperatur normal. Apabila infeksi memberat nadi cepat, nausea, muntah,
diare menjadi berat dan di ikuti kelainan paru(batuk). Splenomegali di jumpai lebih sering dari
hepatomegali dan nyeri pada perabaan, hati membesar di ikuti dengan adanya ikterus. Kelainan
urin dapat berupa albuminuria, hialin dan kristal yang granuler. Anemia lebih menonjol dengan
leukopenia dan monositosis.
Gejala malaria yang klasik terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria,
dialami penderita malaria vivax yaitu :
Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada anak adalah
mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi. Pemeriksaan darah tetes tebal
(identifikasi plasmodium/tingkat parasitemia) dan tipis dengan pewarnaan Giemsa untuk
menentukan:
a) Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit
malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan
mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan
perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5
menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat
dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran
700-1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal
dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung
parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter
darah.
b) Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila
dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai
hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang
mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah
menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa
penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishmans,
atau Fields dan juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada
beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang
cukup baik.
b. Tes Antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat
cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan
alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes
sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara
immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat
mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi P.falciparum atau
P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes
ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
c. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect
fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria
atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi
terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap
sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain
indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radioimmunoassay.
d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai
cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah
parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana
penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
LO 3.7 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Diganosis pasti dibuat dengan ditemukannya parasit malaria dalam pemeriksaan
mikroskopis laboraturium.
1. Gejala klinis
R - Anamnesis
R Keluhan utama sering kali muncul adalah demam lebih dari 2 hari,mengigil dan
berkeringat(trias malaria). Demam pada keempat jenis mlaria berbeda sesuai dengan
proses skinogoninya.
Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna)
Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale. Sama dengan P. Vivax,
berselang 1 hari
Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana. Menyerang berselang 2
hari.
Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana
maligna). Terjadi setiap hari.
Sumber penyakit harus ditelusuri, apakah pernah bepergian di daerah endemik malaria
dalam 1 bulan terakhir. Apakah pernah tinggal di daerah endemik, apakah pernah
menderita penyakit ini sebelumnya dan aakah meminum obat malaria.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboraturium
LO 3.8 Tatalaksana
a.
b.
A. Berbasis Masyarakat
Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan melalui
penyuluhan kesehatan , pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye
masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk, PSN).
Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air
atau menimbun atau mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat
air tergenang.
Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah
penularan
c.
Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomic anopheles seperti waktu
kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan reswistensi terhadap insektisida.
B. Berbasis Pribadi
1. Pencegahan gigitan nyamuk ;
a. Tidak keluar rumah antara senja dan malan hari, bila keluar sebaiknya menggunakan
kemeja dan celana panjang berwarna terang
b. Menggunakan repelan yang mengandung dimetilfalat atau zat antinyamuk lainnya.
c. Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa antinyamuk
pada ventilasi pintu dan jendela
d. Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide-treated mosquito net,
ITN)
e. Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat nyamuk bakar
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemic, meliputi ;
a. Pola daerah dimana plasmodiumnya masih sensitive terhadap klorokuin, diberikan
klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk orang dewasa, seminggu 1
tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daeh sampau 4 minggu setelah meninggalkan
tempat tersebut.
b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan supresif, yaitu
dengan meflokuin 5mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100mg/hari atau sulfadoksin
500mg/pirimetamin 25 mg (SuldoxR), 3 tablet sekali minum.
3. Pencegahan dan pengobatan pada wanita hamil
a. Klorokuin, bukan kontraindikasi
b. Profilaksis dengan klorokuin 5mg/kgBB/minggu dan proguanil 3mg/kgBB/hari untuk
daerah yang masih sensitive klorokuin
c. Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat kehamilan untuk daerah
dimana plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin.
d. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.
4. Informasi tentang donor darah
Calon donor yang datang ke daerah endemic dan berasal dari daerah nonendemik serta tidak
menunjukkan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan darahnya selama 6 bulan
sejak dia datang. Calon donor tersebut, apabila telah diberi pengobatan profilaksis malaria dan
telah meneteap di daerah itu 6 bulan atau lebih serta tidak menunjukkan geaka klinis, maka
diperbolehkan menjadi donor selama 3 tahun. Banyakpenelitian melaporkan bahwa donor dari
daerah endemic malaria merupakan sumber infeksi.
LO 3.9 Pengobatan
1.Malaria vivax
Prinsip dasar pengobatan malaria vivaks adalah pengobatan radikal
y a n g d i t u j u k a n terhadap stadium hipnozoit di sel hati dan stadium lain yang berada di
eritrosit.P.v i v a x y a n g m u l a i r e s i s t e n t e r h a d a p k l o r o k u i n y a n g d i b e r i k a n
selam tiga hari disertai p r i m a k u i n s e l a m a 1 4 h a r i . D e n g a n c a r a
i n i , m a k a p r i m a k u i n a k a n b e r s i f a t s e b a g a i skizontisida darah selain
membunuh hipnozoit di sel hat. Obat lain yang sebagai alternativeyang dapt ddiberikan
adalah attesunat-amodikuin, dihidroartemisinin-piperakuin, atau non-altemisinin seperti
meflokuin dan atovaquone-proguanil.
2.Malaria malariae
Penderita malaria malariae dapat diobati dengan pemberian klorokuin basa
yang akanm e n g e l e m i n a s i s e m u a s t a d i u m d i s i r k u l a s i d a r a h . P.m a l a r i a e
s e n s i t i v e t e r h a d a p o b a t antimalaria baru seperti artemisin dan pironaridin.
3.Malaria falsiparum
Penderita malaria falsiparum tanpa komplikasi sebaiknya diberikan
d r u g o f c h o i c e kombinasi artemisin, misalnya artesunat amodikuin (masing-masing
3 hari) per oral tanpamenunggu penderita jatuh dalam malaria berat, dosis artesunat
adalah 4 mg/kgbb/hari selam3 hari, sedangkan amodikuin basa 10 mg/kgbb/hari
selama 3 hari. Kombinasi artemisinlainnya adalah artemer-lumefantrine selama 3
hari dan dihidroartemisin-piperakuin selama2 a t a u 3 h a r i . B i l a t e r j a d i
k e g a g a l a n p e n g o b a t a n d a p a t d i b e r i k a n k o m b i n a s i k i n a d a n doksisiklin.
Dosis kina adalah 3x10 mg/kgbb/hari dan doksisiklin 100 mg/kgbb/hari, msing-masing
selam 7 hari.
Pada penderita malaria falciparum berat dapat diberikan suntikan
s o d i u m a r t e s u n a t (intramuscular dan intravena) atau artemeter
(intramuskular) selama 5-7 hari. Dosisi awalartesunat 2,4 mg/kgbb i.m diikuti
1,2 mg/kgbb setiap 24 jam, selama 6 hari. Dosis awalartemeter 3,2 mg/kb i.m.
pada hari ke-1, diikuti 1,6 mg/kgbb sampai hari ke-6. Pemberian lebih lanjut
dengan pemberian kombinasi kina dan doksisiklin per oral dapatdipertimbangkan bila
dikuatirkan terjadi rekrundensensi (kekambuhan disebabkan oleh proliferasi
stadium eritrosit). Peningkatan gametosit setelah pemberian artemisinin
bukanmerupakan indikasi terjadinya kegagalan pengobatan.
Obat Antimalaria
a. Klorokuin dan turunannya ( klorokuin, amodiakuin, dan hidroksiklokuin)
Farmakodinamik:
Aktivitas antimalaria: hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit.
Efektivitasnya sangat tinggi terhadap plasmodium vivax, plasmodium malariae,
plasmodium ovale, dan terhadap strain plasmodium falciparum yang sensitive
klorokuin. Demam akan hilang dalam 24 jam dan sediaan hapus darah, umumnya
negative dalam waktu 48-72 jam.
Mekanisme kerja obat : menghambat aktifitas polymerase heme plasmodia.
Resistensi terhadap klorokuin ditemukan pada plasmodium falciparum yang
melibatkan berbagai mekanisme genetic yang kompleks
Farmakokinetik:
Absorbsi: setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan adanya makanan
mempercepat absorbsi ini.
Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam. Kira-kira 55% dari jumlah
obat dalam plasma akan terikat pada non-diffusible plasma constituent.
Metabolisme: berlangsung lambat sekali.
Ekskresi: metabolit klorokuin (monodesetilklorokuin dan bisdesitilklorokuin)
diekskresi melalui urine.
Efek samping:
Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal.
Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadang kala menimbulkan sakit kepala,
penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit, rambut putih, dan perubahan gambaran
EKG.
Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat menimbulkan toksisitas
terutama pada system kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan
fungsi miokard, yang pada akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.
Kontra indikasi:
Pada pasien dengan penyakit hati, atau pada pasien dengan gangguan saluran
cerna.
Tidak dianjurkan dipakai bersama fenilbutazol atau preparat yang mengandung
emas karna menyebabkan dermatitis.
Tidak dianjurkan dipakai bersama meflokuin karna akan meningkatkan resiko
kejang.
Tidak dianjurkan dipakain bersama amiodaron atau halofantrin karna akan
meningkatkan resiko terjadinya aritmia jantung.
b. Pirimetamin
Turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak terasa, tidak larut dalam air,
dan hanya sedikit larut dalam asam klorida.
Farmakodinamik:
Merupakan skizontosid darah yang bekerja lambat.
Waktu paruhnya lebih panjang dibanding proguanil.
Dalam bentuk kombinasi, pirimetamin dan sulfadoksin digunakan secara luas
untuk profilaksis supresi malaria, terutama yang disebabkan oleh strain
plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
Mekanisme kerja: pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reduktase
plasmodia yang bekerja dalam rangkainan reaksi sintesis purin, sehingga
penghambatannya menyebabkan gagallnya pembelahan intipada pertumbuhan
skizon dalam hati dan eritrosit.
Kombinasi dengan sulfonamide memperlihatkan sinergisme karna keduanya
mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan.
Resistensi pada pirimetamin dapat terjadi pada penggunaan yang berlebihan dan
jangka lama yang
menyebabkan terjadinya mutasi pada gen-gen yang
menghasilkan perubahan asam amino sehingga mengakibatkan penurunan afinitas
pirimetamin terhadap enzim dihidrofolat reduktase plasmodia .
Farmakokinetik:
Absorbs: melalui saluran cerna, barlangsung lambat tetapi lengkap.
Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 4-6 jam.
Ditimbun terutama di ginjal, paru, hati, dan limpa.
Ekskresi: lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari dan metabolitnya diekskresi
melalui urine.
Efek samping:
Dengan dosis besar dapat terjadi anemia makrositik yang serupa dengan yang
terjadi pada asam folat.
c. Primakuin
Turunan 8-aminokuinolon
Farmakodinamik:
Efek toksisitasnya terutama terlihat pada darah.
Aktifitas antimalaria: dalam penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale, karna
bentuk laten jaringan plasmodia ini dapat dihancurkan oleh primakuin.
Golongan 8-aminokuinolon memperlihatkan efek gametosidal terhadap ke4 jenis
plasmodium terutama plasmodium falciparum.
Mekanisme antimalaria: mungkin primakuiin berubah menjadi elektrolit yang
bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas anti
LO 3.10 Komplikasi
Komplikasi Penyakit Malaria (Malaria Berat)
Malaria Serebral
Merupakan komplikasi paling berbahaya. Ditandai dengan penurunan kesadaran (apatis,
disorientasi, somnolen, stupor, sopor, koma) yang dapat terjadi secara perlahan dalam beberapa
hari atau mendadak dalam waktu hanya 1-2 jam, sering disertai kejang. Penilaian penurunan
kesadaran ini dievaluasi berdasarkan GCS.
Diperberat karena gangguan metabolisme, seperti asidosis, hipoglikemi, gangguan ini dapat
terjadi karena beberapa proses patologis.
Diduga terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia otak. Sumbatan
karena eritrosit berparasit sulit melalui kapiler karena proses sitoadherensi dan sekuestrasi
parasit. Tetapi pada penelitian Warrell, menyatakan bahwa tidak ada perubahan cerebral blood
flow, cerebro vascular resistence, atau cerebral metabolic rate for oxygen pada pasien koma
dibanding pasien yang telah pulih kesadarannya.
Kadar laktat pada cairan serebrospinal (CSS) meningkat pada malaria serebral yaitu >2.2
mmol/L (1.96 mg/dL) dan dapat dijadikan indikator prognostik: bila kadar laktat >6 mmol/L
memiliki prognosa yang fatal.
Biasanya disertai ikterik, gagal ginjal, hipoglikemia, dan edema paru. Bila terdapat >3
komplikasi organ, maka prognosa kematian >75 %.
Gagal Ginjal Akut (GGA)
Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi prerenal karena dehidrasi (>50%), dan hanya 5-10 %
disebabkan oleh nekrosis tubulus akut. Gangguan fungsi ginjal ini oleh karena anoksia yang
disebabkan penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan mikrovaskular akibat
sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.
Apabila berat jenis (BJ) urin <1.01 menunjukkan dugaan nekrosis tubulus akut; sedang urin yang
pekat dengan BJ >1.05, rasio urin:darah > 4:1, natrium urin < 20 mmol/L menunjukkan dehidrasi
Secara klinis terjadi oligouria atau poliuria. Beberapa faktor risiko terjadinya GGA ialah
hiperparasitemia, hipotensi, ikterus, hemoglobinuria.
Dialisis merupakan pengobatan yang dapat menurunkan mortalitas. Seperti pada
hiperbilirubinemia, anuria dapat berlangsung terus walaupun pemeriksaan parasit sudah negatif
Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, mungkin disebabkan karena sekuestrasi
dan sitoadheren yang menyebabkan obstruksi mikrovaskular. Ikterik karena hemolitik sering
terjadi. Ikterik yang berat karena P. falsiparum sering penderita dewasa hal ini karena hemolisis,
kerusakan hepatosit. Terdapat pula hepatomegali, hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum
albumin dan peningkatan ringan serum transaminase dan 5 nukleotidase. Ganggguan fungsi hati
dapat menyebabkan hipoglikemia, asidosis laktat, gangguan metabolisme obat.
Edema Paru sering disebut Insufisiensi Paru
Sering terjadi pada malaria dewasa. Dapat terjadi oleh karena hiperpermiabilitas kapiler dan atau
kelebihan cairan dan mungkin juga karena peningkatan TNF-. Penyebab lain gangguan
pernafasan (respiratory distress): 1) Kompensasi pernafasan dalam keadaan asidosis metabolic;
2) Efek langsung dari parasit atau peningkatan tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di
otak; 3) Infeksi sekunder pada paru-paru; 4) Anemia berat; 5) Kelebihan dosis antikonvulsan
(phenobarbital) menekan pusat pernafasan.
Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan penderita dewasa dalam
pengobatan quinine (setelah 3 jam infus kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1) Cadangan glukosa
kurang pada penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan absorbsi glukosa karena
berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3) Meningkatnya metabolisme glukosa di jaringan;
4) Pemakaian glukosa oleh parasit; 5) Sitokin akan menggangu glukoneogenesis; 6)
Hiperinsulinemia pada pengobatan quinine.
Metabolisme anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan produksi laktat yang akan
memperburuk prognosis malaria berat
Haemoglobinuria (Black Water Fever)
Merupakan suatu sindrom dengan gejala serangan akut, menggigil, demam, hemolisis
intravascular, hemoglobinuria, dan gagal ginjal. Biasanya terjadi pada infeksi P. falciparum yang
berulang-ulang pada orang non-imun atau dengan pengobatan kina yang tidak adekuat dan yang
bukan disebabkan oleh karena defisiensi G6PD atau kekurangan G6PD yang biasanya karena
pemberian primakuin.
Malaria Algid
Terjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan sistolik <70 mmHg, disertai gambaran klinis keringat
dingin, atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >1 C, kulit tidak elastis, pucat. Pernapasan
dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun, sering tekanan sistolik tak terukur dan nadi yang
normal.
Syok umumnya terjadi karena dehidrasi dan biasanya bersamaan dengan sepsis. Pada
kebanyakan kasus didapatkan tekanan darah normal rendah yang disebabkan karena vasodilatasi.
Asidosis
Asidosis (bikarbonat <15meq) atau asidemia (PH <7.25), pada malaria menunjukkan prognosis
buruk. Keadaan ini dapat disebabkan: 1) Perfusi jaringan yang buruk oleh karena hipovolemia
yang akan menurunkan pengangkutan oksigen; 2) Produksi laktat oleh parasit; 3) Terbentuknya
laktat karena aktifitas sitokin terutama TNF-, pada fase respon akut; 4) Aliran darah ke hati
yang berkurang, sehingga mengganggu bersihan laktat; 5) Gangguan fungsi ginjal, sehingga
terganggunya ekresi asam.
Asidosis metabolik dan gangguan metabolik: pernafasan kussmaul, peningkatan asam laktat, dan
pH darah menurun (<7,25) dan penurunan bikarbonat (< 15meq).
Keadaan asidosis bisa disertai edema paru, syok gagal ginjal, hipoglikemia. Gangguan lain
seperti hipokalsemia, hipofosfatemia, dan hipoalbuminemia.
LO 3.11 Prognosis
a. Plasmodium vivaks
Prognosis malaria vivaks biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Bila tidak
diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih. Ratarata infeksi malaria vivaks tanpa pengobatan berlangsung 3 yahun, tetapi pada
beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, terutama karena relaps.
b. Plasmodium malariae
Tanpa pengobatan malariae dapat berlangsung sangat lamadan rekurens pernah
tercatat 30-50 tahun sesudah infeksi.
c. Plasmodium ovale
Malaria ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Plasmodium falciparum
Jika berat prognosis buruk dan jika tidak ada komplikasi prognosisnya cukup baik
bila dilakukan pengobatan dengan segera dan observasi hasil pengobatan
LI 4 Memahami dan Mempelajari Cara memberantas malaria di Indonesia