Anda di halaman 1dari 26

ERINA IMRONIKHA

1102011089
PBL MANDIRI

SKENARIO 3
MALARIA

LI 1 Memahami dan Memperlajari Plasmodium


LO 1.1 Definisi
Plasmodium adalah sporozoa yang tidak memiliki alat gerak atau amoeboid. (Mikrobiologi)
Sporozoa dari genus Plasmodium adalah parasite ameboid intrasel vertebrata yang
menghasilkan pigmen, dengan satu habitat dalam sel darah merah dan lainnya dalam sel
jaringan lain. (mikrobiologi Kedokteran)
Daur hidupnya: Aktif dalam bentuk tropozoit dan Pasif dengan bentuk kista.
Reproduksi Aseksual dengan schizogoni atau multiple fission dan reproduksi seksual dengan
Syngami.
Hospes definitifnya adalah nyamuk anopheles dan hospes perantara atau reservoirnya adalah
manusia.
LO 1.2 Jenis-jenis
Terdapat 4 spesies:
Plasmodium falciparum (menyebabkan Malaria tertiana maligna)
Plasmodium Vivax (menyebabkan Malaria Tertiana)
Plasmodium Malariae (menyebabkan Malaria kuartana)
Plasmodium Ovale (Malaria tertiana)\
LO 1.3 Morfologi
A. Sifat Organisme: Empat-empat plasmodium dapat menginfeksi manusia dengan sifatsifat tertentu
B. Biakan: dibiakan pada perbenihan cair yang mengandung serum, eritrosit, garamgaram anorganik, dan berbagai factor pertumbuhan dan asam-asam amino.
C. Sifat Pertumbuhan: Hb- Globulin dan hematin pigmen malaria yang khas.
Globulin dipecah enzim proteolitik

D. Variasi: variasi strain terdapat pada masing masing dari empat spesies yang
menimbulkan infeksi manusia. Variasi ditemukan pada morfologi,
E. Sediaan darah tebal :
P. vivax
Gambar
Sediaan darah
Zone merah
Besar parasit/
inti limfosit
Pigmen dalam
sitoplasma
parasit
Bentuk-bentuk
khas

P. malariae

P. ovale

Tidak uniform

Tidak uniform

ada

P. falciparum
Uniform
(langit
berbintang)
Tidak ada

Lebih kecil

Lebih besar

halus

Lebih kasar

kasar

Halus

halus

Lebih kasar

kasar

Halus

Zone merah di
sekitar parasit

Gametosit
berbentuk
pisang

Warna pigmen
jelas pada
trofozoit dan
gametosit

Zone merah

P. vivax
Membersar

P. falciparum
Tdk membesar

P. malariae
Tdk membesar

Schuffner

Maurer

Zieman

Halus

Lebih kasar

Kasar

P. ovale
Tdk membesar
James /
Schuffner
Kasar

1/3 eritrosit

1/6 eritrosit

1/3 eritrosit

1/3 eritrosit

Jarang

Sering
Cincin lebih
kasar

Jarang

Jarang

Kasar

Kasar

8 24

8 12 susunan
seperti bunga

8 10

Menggumpal,
tengguli hitam

Tengguli

Kuning
tengguli

Seperti pisang,
biru, inti padat

Bulat, biru, inti


padat, pigmen
di sekitar inti

Bulat biru, inti


padat, pigmen
di sekitar inti

Seperti pisang,

Bulat, merah,

Bulat, merah,

Tidak uniform

F. Sediaan darah tipis :

Sel eritrosit
Sitoplasma
eritrosit
Pigmen
Trofozoit muda
ukuran cincin
Infeksi multiple
Trofozoit tua
Skizon (
merozoit)
Pigmen

Makrogametosi
t
Mikrogametosit

Amoeboid
12 24
Berkumpul,
kuning
tengguli
Bulat, biru, inti
padat di
pinggir,
pigmen di
sekitar inti
Bulat, merah,

Daur
preeritrositik
Jumlah
Merozoit Hati
Hipnozoit
Daur Eritrosit
Skizon Hati
Eritrosit yang
dihinggapi
Pembesaran
eritrosit
Titik titik
eritrosit
Pigmen
Jumlah
merozoit
eritrosit
Daur dalam
nyamuk pada
27C

inti difus di
tengah, pigmen
tersebar

merah, inti
difus, pigmen
tersebar

inti difus,
pigmen
tersebar

inti difus di
tengah, pigmen
tersebar

Plasmodium
falciparum

Plasmodium
vivax

Plasmodium
ovale

Plasmodium
Malariae

5,5 hari

8 hari

9 hari

10-15 hari

40.000

10.000

15.000

15.000

48 jam
60 mikron
Muda dan
normosit

+
48 jam
45 mikron
Retikulosit dan
normosit

+
50 jam
50 mikron
Retikulosit dan
normosit muda

++

72 jam
72 mikron
Normosit

Kuning tengguli

Schuffner
(James)
Tengguli tua

Tengguli hitam

8-24

12-18

8-10

10 hari

8-9 hari

12-14 hari

26-28 hari

Maurer

Schuffner

Hitam

Ziemann

LO 1.4 Daur Hidup


-

Daur hidup keempat plasmodium pada manusia umumnya sama.

LI 2 Memahami dan Mempelajari Vektor Malaria


LO 2.1 Morfologi
1. Telur

Telur terletak 1 per 1 diatas permukaan air perahu sepasang pelampung


2. Larva

Mengapung sejajar dengan permukaan air


Membentuk badan khas Sprirakel posterior
Sepasang bulu palma anterior
Tergal plate dorsal
3. Pupa
- Memiliki tabung pernafasan lebar dan pendek
mengambil oksigen

4. Nyamuk dewasa
Palpus nyamuk jantan dan betina hampir sama denga
panjang probosisnya.

Palpus jantan berbentuk gada (club


form)
Palpus betina mengecil
Sayap bagian pinggir ditumbuhi (kosta
dan vena 1) ditumbuhi sisik sisik sayap
yang
berkelompok
membentuk
lengkungan (tumpul).
-

LO 2.2 Daur Hidup

Nyamuk anopheleni mengalami metamorforsis sempurna.telur menetas menjadi larva


yang kemudian melakukan pengelupasan kulit/eksoskelet sebanyak 4 kali;lalu tumbuh
menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina.Waktu yang
diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakan sampai menjadi dewasa bervariasi antara
2-5 minggu,tergantung pada spesies,makanan yang tersedia dan suhu udara.Tempat
perindukan anophelini bermacam-macam tergantung pada spesies dan dapat dibagi menurut
3 kawasan yaitu kawasan pantai,pedalaman,kaki gunung dan kawasan gunung.
Dikawasan pantai dengan tanaman bakau di danau pantai atau lagun(lagoon),rawa dan
empang sepanjang pantai,ditemuka anopheles sundaicus.Selain an.sundaicus,dapat juga
ditemukan an.subpitus di tempat perindukan tersebut

terutama danau di pantai dan

empang.Di kawasan pedalaman yang ada sawah,rawa,empang,saluran irigasi dan sungai


ditemukan

an.aconitus,an.barbirostis,an.farauti,an.bancofti,an.niggerimus

dan

an.sinensis.Kawasan

kaki

gunung

dengan

perkebunan

atau

hutan

detemukan

an.balabacesis,sedangkan di daerah gunung di temukan an.maculatus.


LO 2.3 Habitat
Nyamuk ini dapat berkembang biak pada musim kemarau maupun hujan jika terdapat
genang air yang bisa menjadi tempat perindukan.
Contoh : pada daerah Cilacap = An. sundaicus Kemarau
Pada Jawa = An. Aconitus Hujan

NO

VEKTOR

TEMPAT PERINDUKAN

PERILAKU NYAMUK

LARVA

DEWASA

An.sundaicus

Muara sungai yang dangkal


pada musim kemarau, tambak
ikan yang kurang terpelihara,
parit- parit di sepanjang
pantai bekas galian yang
terisi air payau, tempat
penggaraman (Bali) di air
tawar (kaltim dan Sum)

An. aconitus

Persawahan dengan saluran


irigasi, tepi sungai pada
musim kemarau, kolam ikan
dengan tanaman rumput di
tepinya

An. subpictus

An. barbirostis

Kumpulan air yang


permanan/ sementara, celah
tanah bekas kaki bnatang,
tambak ikan dan bekas galian
di pantai (pantai utara pulau
jawa)
Sawah dan saluran irigasi,
kolam, rawa, mata air, sumur

Antropofilik > zoofilik;


mengigit sepanjang malam
Tit: di dalam dan di luar
rumah

Zoofilik > antropofilik


eksofagik
mengigit
di
waktu senja sampai dengan
dini hari
Tit: di luar rumah (pit traps)
Ntropofilik > zoofilik
Mengigit di waktu malam
Tit: di dalam dan di luar
rumah (kandang)

Antropofilik (sul & NT)


zoofilik (jawa & sumatera)

eksofagik > endofagik


dan lain- lain

Mengigit malam
Tit: di luar rumah (pada
tanaman)

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

An. balanbacensis

Bekas roda yang tergenang


air, air, bekas jejak kaki
binatang yang berlumpur
yang berair, tepi sungai pada
musim kemarau, kolam atau
kali yang berbatu di hutan
atau daerah pedalaman

An. Letifer

Air tergenang (tahan hidup


ditempat asam) terutama
dataran pinggir pantai

An. farauti

Kebun kangkung, kolam,


genangan air dalam perahu,
genangan air hujan, rawarawa dan saluran air

An. punctulatus

Air di tempat terbuka dan


terkena sinar matahari, pantai
(pada musim penghujan), tepi
sungai

Antropofilik < zoofilik


endofilik mengigit malam
Tit: di luar rumah (di
sekitar kandang)
Antropofilik > zoofilik
Tit: bagian bawah atap di
luar rumah
Antropofilik > zoofilik
Eksofagikmengigit malam
Tit: di dalam dan diluar
rumah
Antrofopolik > zoofilik
Mengigit malam
Tit: di dalam rumah

An. Lodlowi

Sungai di daerah
pergunungan

Antropofilik >> zoofilik

An. koliensis

Bekas jejak roda kendaraan,


lubang- lubang di tanah yang
berisi air, saluran- saluran,
kolam, kebun kangkung dan
rawa- rwa tertutup
Sawah, kolam dan rawa yang
ada tanaman air

Zoofilik > antropofilik

An. nigerrimus

Antropofilik >> zoofilik

Mengigit malam
Tit: di dalam rumah

Mengigit
malam

pada

senja-

Tit:
di
(kandang)

luar

rumah

Zoofilik > antropofilik


12.

An. sinensis

13.

An. flavirostis

14.

An. karwari

15.

16.

17

An. Maculatus

Sawah, kolam dan rawa yang


ada tanaman air

Mengigit
malam

pada

senja-

Tit:
di
(kandang)

luar

rumah

Sungai dan mata air terutama


apabila bagian tepinya
berumput

Zoofilik > antropofilik

Air tawar yang jernih yang


terkena sinar matahari, di
daerah pergunungan

Zoofilik > antropofilik

Mata air dan sungai dengan


air jernih yang mengalir
lambat di daerah
pergunungan dan perkebunan
teh (di jawa)

Zoofilik > antropofilik

An. bancrofti

Danau dangan tumbuhan


bakung, air rawa yang
tergenang dan rawa dengan
tumbuhan pakis

An. barbumbrosus

Di pinggir sungai yang


terlindung dengan air yang
mengalir lambat dekat hutan
di dataran tinggi

Tit: belum ada laporan

Tit: di luar rumah

Mengigit malam
Tit: di luar rumah (sekitar
kandang)
Zoofilik > antropofilik
Tit: belum jelas
Bionomiknya
banyak
antropofiliknya

belum
dipelajari

LO 2.4 Pemberantasan
1. Dengan mengobati penderitanya, jadi jika penderita diobati mengurangi kemungkinan
nyamuk akan menghisap darah yang terinfeksi
2. Dengan menghindari kontak dengan vector nyamuk dengan cara memasang kawat
kasa, kelambu dan repellent

3. Mengadakan penyuluhan seperti memberitahu tentang sanisitas lingkungan yang


baik, upaya memusnakan tempat perindukan nyamuk dan penempatan kandang ternak
yang tepat.
LI. 3 Memahami dan Mempelajari Malaria
LO 3.1 Epidemiologi
-

Tersebar lebih dari 100 negara dibenua Afrika, Asia, Amerika (selatan) dan Oceania dan
kepulauan Caribia.
Morbiditas 200-300 juta dengan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun.
Negara bebas malaria antara lain Amerika Serikat, Canada, Negara Eropa kecuali Rusia,
Israel, Singapura, Hongkong, Jpana, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia vector
control yang baik.

Malaria ditemukan di daerah-daerah mulai 60 utara sampai dengan 32 selatan; dari daerah
dengan ketinggian 2.666 m (Bolivia), sampai dengan daerah yang letaknya 433 m di bawah
permukaan laut (Deaad sea).
Daerah yang sejak semula bebas malaria adalah daerah pasifik tengah dan selatan (hawaii dan
selandia baru). D i daerah- daerah tersebut, daur hidup parasit malaria tidak dapat berlangsung
karena tidak adanya vektor yang sesuai.
Di indonesia malaria ditemukan tersebar luas pada semua pulau dengan derajat dan berat infeksi
yang bervariasi. Malaria di suatu daerah dapat ditemukan secara autokton, impor, induksi,
introduksi atau reintroduksi.
Di daerah yang autokton, siklus hidup parasit malaria dapat berlangsung karena adanya manusia
yang rentan (suseptibel), nyamuk yang dapat menjadi vektor dan parasitnya. Keadaan malaria di
daerah endemi tidak sama. Derajat endemisitas dapat diukur dengan berbagai cara seperti angka
limpa (spleen rate), angka parasit (parasit rate), dan angka sporozoit (sporozoit rate), yang
disebut maliomeri.
Angka limpa adalah presentase orang dengan pembesaran limpa dalam suatu masyarakat.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu cara Hackett dan cara Schuffner.
Pembesaran limpa yang diukur dengan cara Hackett :
0 = bila pada pernapasan dalam, limfa tidak teraba
1 = bila pada pernapasan dalam, limfa teraba
2 = limpa membesar sampai batas dari garis melalui arcus costae dan pusar / umbilikulus

3 = limpa > sampai garis melalui pusar


4 = limpa > sampai batas dari garis melalui pusar dan simfisis
5 = limpa > sampai garis melalui simfisis
Daerah disebut hipo-endemik, jika angka limpa kurang daripada 10% pada anak yang berumur 29 tahun.
Meso-endemik, jika angka limpa 10-50%
Hiper-endemik, jika melebihi 50%
Holo-endemik, jika melebihi 75%
Daftar pustaka :
Gandahusada, Prof.dr.Srisasi, et al. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. 2002. Fakultas
Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Istilah yang digunakan pada epidemiologi malaria
1. Angka parasit (parasit rate) : presentase orang yang sediaan darahnya positif pada saat
tertentu dan angka ini merupakan pengukuran malariometrik.
2. Slide positivity rate (SPR) : presentase sediaan darah positif dalam periode kegiatan
penemuan kasus (case detection activities) yang dapat dilakuakan secara aktif (active
case detection = ACD) atau secara pasif (Passive case detection = PCD).
3. Annual parasite index (API) : jumlah sediaan darah positif dari jumlah sediaan yang
diperiksa per tahun dalam per mil.
4. Annual Blood examination rate (ABER) : jumlah sediaan darah yang diperiksa terhadap
malaria per tahun dibagi dalam jumlah penduduk dalam persen.
5. Epidemi (wabah) : jika pada suatu waktu jumlah penderita meningkat secara tajam.
6. Stable malaria : jika daerah itu ada transmisi yang tinggi secara terus menerus sehingga
kekebalan tubuh penduduknya tinggi dan tidak mudah terjadi epidemi.
7. Unstable malaria : jika daerah itu transmisinya tidak tetap sehingga kekebalan
penduduknya lebih rendah dan mengakibatkan mudah terjadinya epidemi.
8. Berat ringannya infeksi malaria pada suatu masyarakat diukur dengan densitas parasit
(parasite density) : jumlah rata-rata parasit dalam sediaan darah positif.
9. Berat ringannya infeksi malaria pada seseorang diukur dengan hitung parasit (parasite
count) yaitu jumlah parasit dalam 1 mm3 darah.

Sifat malaria juga dapat berbeda dari suatu daerah ke daerah lain, yang banyak tergantung pada
beberapa faktor, yaitu :
1. Parasit yang terdapat pada pengandung parasit
2. Manusia yang rentan

3. Nyamuk yang dapat menjadi vektor


4. Lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup masing-masing

LO 3.2 Etiologi
Penyebab infeksi adalah plasmodium, yang juga dapat menginfeksi burungm reptil dan
mamalia. Plasmodium ini menginfeksi eritrosit pada manusia dan mengalami pembiakan
aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu
Anopheles betina.
LO 3.3 Patogenesis dan Patologi
Infeksi pada manusia yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi ,
yang mengandung sporozoit, masuk ke dalan aliran darah manusia. Sporozoit secara cepat
(biasanya 1 jam) memasuki sel parenkim hati (tempat terjadinyastadium pertama perkembangan
pada manusia (fase eksoeritrosit). Kemudian sejumlah merozoit (progeni aseksual) mengalami
ruptur dan meninggalkan sel hati, memasuki aliran darah dan menginvasi eritrosit. Dalam
eritrosit, parasit memperbanyakdiri dengan cara memecah sel pejamu secara sinkron. Iniadalah
siklus eritrosit, dengan keturunan berturut-turut merozoit yang timbul dalam interval 48 jam (P.
vivax, P. ovale dan P falciparum) atau setiap 72 jam (P. malariae). Periode inkubasi mancakup
siklus eksoeritrosit dan sekurang-kurangnya satu siklus eksoeritrosit. Untuk P. vivax dan P.
falciparum siklus tersebut biasanya terjadi selama 10-15 haru tetapi dapat juga selama beberapa
minggu atau bulan. Merozoit tidak kembali ke eritrosit. Siklus eksoeritrosit terjadi bersamaan
dengan siklus eritrosit dan , pada P. vivax dan P falciparum menetapa sebagai hipnozoit (bentuk
istirahat) setelah parasit hilang dari darah tepi.
Selama siklus eritrosit, beberapa merozoit memasuki eritrosit dan terdiferensiasi
menjadigametosit atau betina. Parasitemia P. vivax, P. malariae dan P. ovale relatif ringan,
terutama karena mereka hanya menyukai salah satu dianatar eritrosit tua dan muda> tidak seperti
P. falciparum, yang menyukai keduanya.
LO 3.4 Manifestasi Klinis
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan spleniomegali.
Masa inkubasi berfariasi pada masing masing plasmodium. keluhan prodromal dapat terjadi
sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, anoreksia, perut tak enak.
Malaria tertiana/ m. Vivax/m. Beginda :
Inkubasi 12 17 hari, kadang kadang lebih panjang. Pada hari pertama inkubasi panas
ireguler, kadang kadang remiten atau intermiten. Pada saat tersebut perasaan dingin atau
menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas menjadi intermiten dan priodik setiap 48
jam dengan gejala klasik malaria. Serangan paroksismal biasanya terjadi waktu sore hari. Pada

minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih besar
dan panas masih berlangsung, pada akhir minggu kelima panas mulai turun secara krisis. Pada
malaria vivax, manifestais klinik dapat terjdai secara berat tapi kurang membahayakan, limpa
dapat membesar sampai derajat 4 atau 5. Mortalitas malaria vivax rendah tapi morbiditas tinggi
karena terjadi relaps
Malaria malariae/ malaria Quartana :
Masa inkubasi 10 -14 hari. Manifestasi sama seperti malaria vivax hanya berlangsung lebih
ringan, anemia jarang terjadi, spelnomegali sering terjadi walaupun pembesarannya ringan.
Serangan paroksismal terjadi tiap 3 4 hari, biasanya pada waktu sopre dan parasitemia sangat
rendah .
komplikasi yang terjadi, syndrom nefrotik di laporkan terjadi pada anak anak afrika. Di duga
komplikasi ginjal di sebabkan oleh karena deposit komplek imun pada glomerulus ginjal. Pada
pemerikasaan dapat di jumpai edema, asites, proteinuria yang banyak , hipoproteinemia, tanpa
uremia dan hipertensi
Malaria ovale :
Merupakan bentuk yang paling ringan pada semua jenis malaria. Masa inkubasi 11 16
hari, serangan proksimal 3 4 hari terjadi mala hari dan jarang lebih dari 10 hari wlaupun tanpa
terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain maka plasmodium ovale tidak
akan tampak di darah tepi,tetapi plasmodium lain yang akan di temukan. Gejala klinins hampir
dsama dengan plasmodium vivax, lebih ringan dan puncak panas lebih rendah dan
perlangsungan lebih pendek, dan dapat sembuh sepontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil
jarang terjadi dan splenomegali jarang sampai dapat diraba.
Malaria tropika/ malaria falsiparum :
Malaria tropika merpkaan bentuk yang paling berat, di tandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemia sering di jumpai dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi
9 14 hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan yang cepat, da parasaitemia yang tinggi
dan menyerang semua bentuk eritrosit. Gejalka prodromal yang sering di jumpai yaitu sakit
kepala, lesu, perasaan dingin, mual, muntah dan diare. Parasit sukar di temukan pada penderita
dengan pengobatan supresif. Panas biasanya ireguler tidak periodik, sering terajadi hipereksia
dengan temperatur di atas 400 C. Gejala lain berupa konvulsi, pneumonia aspirasi dan banyak
kerigat wlaqupun temperatur normal. Apabila infeksi memberat nadi cepat, nausea, muntah,
diare menjadi berat dan di ikuti kelainan paru(batuk). Splenomegali di jumpai lebih sering dari
hepatomegali dan nyeri pada perabaan, hati membesar di ikuti dengan adanya ikterus. Kelainan
urin dapat berupa albuminuria, hialin dan kristal yang granuler. Anemia lebih menonjol dengan
leukopenia dan monositosis.

Gejala malaria yang klasik terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria,
dialami penderita malaria vivax yaitu :

1. Stadium dingin (cold stage)


Stadium ini berlangsung 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan
perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebirubiruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
2. Stadium demam (hot stage)
Stadium ini berlangsung 2 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering,
sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu
tubuh dapat meningkat hingga 41C atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi
dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini berlangsung 2 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh
kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita
beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala
lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.
LO 3.5 Diagnosis Banding
1. Malaria tanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut:
a. Demam tifoid
b. Demam dengue
c. lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
d. Leptospirosis ringan
e. lnfeksi virus akut lainnya.
2. Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi lain :
a. Radang Otak (meningitis/ensefalitis)
b. Stroke (gangguan serebrovaskuler)
c. Tifoid ensefalopati
d. Hepatitis
e. Leptospirosis berat
f. Glomerulonefritis akut atau kronik
g. Sepsis
h. Demam berdarah dengue atau Dengue Shock Syndrome
LO 3.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik

Pasien mengalami demam 37,540 C , serta anemia yang dibuktikan dengan


konjungtiva palbebra yang pucat. Penderita sering disertai pembesaran limpa (splenomegali) dan
pembesaran hati (hepatomegali). Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai syok
yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi cepat dan lemah, serta frekuensi napas
meningkat.
Pada penderita malaria berat sering terjadi penurunan kesdaran, dehidrasi, manifestasi
perdarahan, ikterik, gangguan fungsi ginjal, pembesaran hati dan limpa, serta dapat diikuti
dengan gejala neurologis (refleks patologis dan kaku kulit)

Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada anak adalah
mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi. Pemeriksaan darah tetes tebal
(identifikasi plasmodium/tingkat parasitemia) dan tipis dengan pewarnaan Giemsa untuk
menentukan:

Ada/tidaknya parasit malaria


Spesies dan stadium Plasmodium
Kepadatan parasit
- Semi kuantitatif:
(-)
: tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+)
: ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++)
: ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++) : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan
darah tipis (eritrosit).

a. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria


Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat
penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak
mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka
diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan
melalui :

a) Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit
malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan
mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan
perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5
menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat
dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran
700-1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal
dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung
parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter
darah.
b) Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila
dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai
hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang
mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah
menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa
penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishmans,
atau Fields dan juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada
beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang
cukup baik.
b. Tes Antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat
cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan
alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes
sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara
immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat
mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi P.falciparum atau
P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes
ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
c. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect
fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria
atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi
terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap
sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain
indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radioimmunoassay.
d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai
cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah
parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana
penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.

LO 3.7 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Diganosis pasti dibuat dengan ditemukannya parasit malaria dalam pemeriksaan
mikroskopis laboraturium.
1. Gejala klinis
R - Anamnesis
R Keluhan utama sering kali muncul adalah demam lebih dari 2 hari,mengigil dan
berkeringat(trias malaria). Demam pada keempat jenis mlaria berbeda sesuai dengan
proses skinogoninya.
Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna)
Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale. Sama dengan P. Vivax,
berselang 1 hari
Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana. Menyerang berselang 2
hari.
Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana
maligna). Terjadi setiap hari.
Sumber penyakit harus ditelusuri, apakah pernah bepergian di daerah endemik malaria
dalam 1 bulan terakhir. Apakah pernah tinggal di daerah endemik, apakah pernah
menderita penyakit ini sebelumnya dan aakah meminum obat malaria.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboraturium
LO 3.8 Tatalaksana
a.

b.

A. Berbasis Masyarakat
Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan melalui
penyuluhan kesehatan , pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye
masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk, PSN).
Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air
atau menimbun atau mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat
air tergenang.
Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah
penularan

c.

Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomic anopheles seperti waktu
kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan reswistensi terhadap insektisida.
B. Berbasis Pribadi
1. Pencegahan gigitan nyamuk ;
a. Tidak keluar rumah antara senja dan malan hari, bila keluar sebaiknya menggunakan
kemeja dan celana panjang berwarna terang
b. Menggunakan repelan yang mengandung dimetilfalat atau zat antinyamuk lainnya.
c. Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa antinyamuk
pada ventilasi pintu dan jendela
d. Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide-treated mosquito net,
ITN)
e. Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat nyamuk bakar
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemic, meliputi ;
a. Pola daerah dimana plasmodiumnya masih sensitive terhadap klorokuin, diberikan
klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk orang dewasa, seminggu 1
tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daeh sampau 4 minggu setelah meninggalkan
tempat tersebut.
b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan supresif, yaitu
dengan meflokuin 5mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100mg/hari atau sulfadoksin
500mg/pirimetamin 25 mg (SuldoxR), 3 tablet sekali minum.
3. Pencegahan dan pengobatan pada wanita hamil
a. Klorokuin, bukan kontraindikasi
b. Profilaksis dengan klorokuin 5mg/kgBB/minggu dan proguanil 3mg/kgBB/hari untuk
daerah yang masih sensitive klorokuin
c. Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat kehamilan untuk daerah
dimana plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin.
d. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.
4. Informasi tentang donor darah
Calon donor yang datang ke daerah endemic dan berasal dari daerah nonendemik serta tidak
menunjukkan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan darahnya selama 6 bulan
sejak dia datang. Calon donor tersebut, apabila telah diberi pengobatan profilaksis malaria dan
telah meneteap di daerah itu 6 bulan atau lebih serta tidak menunjukkan geaka klinis, maka
diperbolehkan menjadi donor selama 3 tahun. Banyakpenelitian melaporkan bahwa donor dari
daerah endemic malaria merupakan sumber infeksi.
LO 3.9 Pengobatan

1.Malaria vivax
Prinsip dasar pengobatan malaria vivaks adalah pengobatan radikal
y a n g d i t u j u k a n terhadap stadium hipnozoit di sel hati dan stadium lain yang berada di
eritrosit.P.v i v a x y a n g m u l a i r e s i s t e n t e r h a d a p k l o r o k u i n y a n g d i b e r i k a n
selam tiga hari disertai p r i m a k u i n s e l a m a 1 4 h a r i . D e n g a n c a r a
i n i , m a k a p r i m a k u i n a k a n b e r s i f a t s e b a g a i skizontisida darah selain
membunuh hipnozoit di sel hat. Obat lain yang sebagai alternativeyang dapt ddiberikan
adalah attesunat-amodikuin, dihidroartemisinin-piperakuin, atau non-altemisinin seperti
meflokuin dan atovaquone-proguanil.
2.Malaria malariae
Penderita malaria malariae dapat diobati dengan pemberian klorokuin basa
yang akanm e n g e l e m i n a s i s e m u a s t a d i u m d i s i r k u l a s i d a r a h . P.m a l a r i a e
s e n s i t i v e t e r h a d a p o b a t antimalaria baru seperti artemisin dan pironaridin.
3.Malaria falsiparum
Penderita malaria falsiparum tanpa komplikasi sebaiknya diberikan
d r u g o f c h o i c e kombinasi artemisin, misalnya artesunat amodikuin (masing-masing
3 hari) per oral tanpamenunggu penderita jatuh dalam malaria berat, dosis artesunat
adalah 4 mg/kgbb/hari selam3 hari, sedangkan amodikuin basa 10 mg/kgbb/hari
selama 3 hari. Kombinasi artemisinlainnya adalah artemer-lumefantrine selama 3
hari dan dihidroartemisin-piperakuin selama2 a t a u 3 h a r i . B i l a t e r j a d i
k e g a g a l a n p e n g o b a t a n d a p a t d i b e r i k a n k o m b i n a s i k i n a d a n doksisiklin.
Dosis kina adalah 3x10 mg/kgbb/hari dan doksisiklin 100 mg/kgbb/hari, msing-masing
selam 7 hari.
Pada penderita malaria falciparum berat dapat diberikan suntikan
s o d i u m a r t e s u n a t (intramuscular dan intravena) atau artemeter
(intramuskular) selama 5-7 hari. Dosisi awalartesunat 2,4 mg/kgbb i.m diikuti
1,2 mg/kgbb setiap 24 jam, selama 6 hari. Dosis awalartemeter 3,2 mg/kb i.m.
pada hari ke-1, diikuti 1,6 mg/kgbb sampai hari ke-6. Pemberian lebih lanjut
dengan pemberian kombinasi kina dan doksisiklin per oral dapatdipertimbangkan bila
dikuatirkan terjadi rekrundensensi (kekambuhan disebabkan oleh proliferasi
stadium eritrosit). Peningkatan gametosit setelah pemberian artemisinin
bukanmerupakan indikasi terjadinya kegagalan pengobatan.

Obat Antimalaria
a. Klorokuin dan turunannya ( klorokuin, amodiakuin, dan hidroksiklokuin)
Farmakodinamik:
Aktivitas antimalaria: hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit.
Efektivitasnya sangat tinggi terhadap plasmodium vivax, plasmodium malariae,
plasmodium ovale, dan terhadap strain plasmodium falciparum yang sensitive
klorokuin. Demam akan hilang dalam 24 jam dan sediaan hapus darah, umumnya
negative dalam waktu 48-72 jam.
Mekanisme kerja obat : menghambat aktifitas polymerase heme plasmodia.
Resistensi terhadap klorokuin ditemukan pada plasmodium falciparum yang
melibatkan berbagai mekanisme genetic yang kompleks
Farmakokinetik:
Absorbsi: setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan adanya makanan
mempercepat absorbsi ini.
Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam. Kira-kira 55% dari jumlah
obat dalam plasma akan terikat pada non-diffusible plasma constituent.
Metabolisme: berlangsung lambat sekali.
Ekskresi: metabolit klorokuin (monodesetilklorokuin dan bisdesitilklorokuin)
diekskresi melalui urine.
Efek samping:
Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal.
Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadang kala menimbulkan sakit kepala,
penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit, rambut putih, dan perubahan gambaran
EKG.
Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat menimbulkan toksisitas
terutama pada system kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan
fungsi miokard, yang pada akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.
Kontra indikasi:
Pada pasien dengan penyakit hati, atau pada pasien dengan gangguan saluran
cerna.
Tidak dianjurkan dipakai bersama fenilbutazol atau preparat yang mengandung
emas karna menyebabkan dermatitis.
Tidak dianjurkan dipakai bersama meflokuin karna akan meningkatkan resiko
kejang.
Tidak dianjurkan dipakain bersama amiodaron atau halofantrin karna akan
meningkatkan resiko terjadinya aritmia jantung.
b. Pirimetamin

Turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak terasa, tidak larut dalam air,
dan hanya sedikit larut dalam asam klorida.
Farmakodinamik:
Merupakan skizontosid darah yang bekerja lambat.
Waktu paruhnya lebih panjang dibanding proguanil.
Dalam bentuk kombinasi, pirimetamin dan sulfadoksin digunakan secara luas
untuk profilaksis supresi malaria, terutama yang disebabkan oleh strain
plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
Mekanisme kerja: pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reduktase
plasmodia yang bekerja dalam rangkainan reaksi sintesis purin, sehingga
penghambatannya menyebabkan gagallnya pembelahan intipada pertumbuhan
skizon dalam hati dan eritrosit.
Kombinasi dengan sulfonamide memperlihatkan sinergisme karna keduanya
mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan.
Resistensi pada pirimetamin dapat terjadi pada penggunaan yang berlebihan dan
jangka lama yang
menyebabkan terjadinya mutasi pada gen-gen yang
menghasilkan perubahan asam amino sehingga mengakibatkan penurunan afinitas
pirimetamin terhadap enzim dihidrofolat reduktase plasmodia .
Farmakokinetik:
Absorbs: melalui saluran cerna, barlangsung lambat tetapi lengkap.
Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 4-6 jam.
Ditimbun terutama di ginjal, paru, hati, dan limpa.
Ekskresi: lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari dan metabolitnya diekskresi
melalui urine.
Efek samping:
Dengan dosis besar dapat terjadi anemia makrositik yang serupa dengan yang
terjadi pada asam folat.

c. Primakuin
Turunan 8-aminokuinolon
Farmakodinamik:
Efek toksisitasnya terutama terlihat pada darah.
Aktifitas antimalaria: dalam penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale, karna
bentuk laten jaringan plasmodia ini dapat dihancurkan oleh primakuin.
Golongan 8-aminokuinolon memperlihatkan efek gametosidal terhadap ke4 jenis
plasmodium terutama plasmodium falciparum.
Mekanisme antimalaria: mungkin primakuiin berubah menjadi elektrolit yang
bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas anti

malaria melalui pembentuka oksigen reaktif atau mempengaruhi transportasi


electron parasit.
Farmakokinetik:
Absorbs: setelah pemberian oral, primakuin segera diabsorbsi.
Distribusi: luas ke jaringan.
Pada pemeriksaan dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam
3jam dan waktu paruh eliminasinya 6 jam.
Metabolism: berlangsung cepat. Metabolism oksidatif primakuin menghasilkan 3
macam metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak
toksik, sehingga metabolit lain memiliki aktivitas hemolitik yang lebih besar dari
primakuin.
Ekskresi: hanya sebagian kecil dari dosis yang dberikan yang diekskresi ke urine
dalam bentuk asal.
Efek samping:
Yang paling berat adalah anemia hemolitik akut pada pasien yang mengalami
defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (g6pd).
Dengandesis yang lebih tinggi dapat timbul spasme usus dan gangguan lambung.
Dosis yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan sianosis.
Kontra indikasi:
Pada pasien sistemik yang berat yang cenderung mengalami granulositopenia
misalnya arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus.
Tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat menimbulkan
hemolisis dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang.
Tidak diberikan pada wanita hamil.

d. Kina dan Alkaloid sinkoma


Kina dan kuinidin serta sinkonin dan sinkonidin
Kuinidin 2 kali lebih kuat dari pada kina, kekuatan 2 alkaloid lainnya hanya
setengah dari kina.
Kuinidin sebagai antimalaria lebih kuat dari kina, tetapi juga lebih toksik.
Farmakodinamik:
Kina beserta pirimetamin dan sufadoksin masih merupakan regimen terpilih untuk
plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
Kina terutama berefek skizontosid darah dan juga berefek gametosid terhadap
plasmodium vivax dan plasmodium malariae.
Untuk terapi supresi dan serangan klinik, obat ini lebih toksik dan kurang efektif
dibanding dengankan dengan klorokuin.

Mekanisme kerja : bekerja didalam organel (vakuol makanan) plasmodium


falciparum melalui penghambatan aktivitas heme polymerase, sehingga terjadi
penumpukan substrat yang bersifat sitotoksik yaitu heme.
Farmakokinetik
Absorbs: baik terutama melalui usus halus bagian atas.
Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah suatu dosis tunggal.
Distribusi: luas, terutama ke hati dan melalui sawar uri, tetapi kurang ke paru,
ginjal, dan limpa.
Metabolism: didalam hati
Ekskresi: hanya kira-kira 20% yang di ekskresi dalam bentuk utuh di urine
Waktu paruh eliminasi kina pada orang sehat 11 jam, sedangkan pada pasien
malariae berat 18 jam.
Efek samping
Dosis terapi kina dapat menyebabkan sinkonisme yang tidak terlalu memerlukan
penghentian pengobatan. Gejalanya mirip salsilimus yaitu tinnitus, sakit kepala,
gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual.
Pada keracunan yang lebih berat terlihat gangguan gastrointestinal, saraf,
kardiovaskular, dan kulit. Lebih lanjut lagi terjadi gangguan ssp, seperti bingung,
gelisah, dan delirium. Pernapasan mula-mula dirangsang, lalu dihambat: kulit
menjadi dingin dan sianosis: suhu kulit dan tekanan darah menurun: akhirnya
pasien meninggal karna henti napas.
Pada wanita hamil yang menderita malaria terjadi reaksi hipersensitivitas kina
yang menyebabkan black water fever dengan gejala hemolisis berat,
hemoglobinemia, dan hemoglobinurin.
Indikasi: Untuk terapi malaria plasmodium falciparumyang resisten
terhadap klorokuin

LO 3.10 Komplikasi
Komplikasi Penyakit Malaria (Malaria Berat)
Malaria Serebral
Merupakan komplikasi paling berbahaya. Ditandai dengan penurunan kesadaran (apatis,
disorientasi, somnolen, stupor, sopor, koma) yang dapat terjadi secara perlahan dalam beberapa
hari atau mendadak dalam waktu hanya 1-2 jam, sering disertai kejang. Penilaian penurunan
kesadaran ini dievaluasi berdasarkan GCS.

Diperberat karena gangguan metabolisme, seperti asidosis, hipoglikemi, gangguan ini dapat
terjadi karena beberapa proses patologis.
Diduga terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia otak. Sumbatan
karena eritrosit berparasit sulit melalui kapiler karena proses sitoadherensi dan sekuestrasi
parasit. Tetapi pada penelitian Warrell, menyatakan bahwa tidak ada perubahan cerebral blood
flow, cerebro vascular resistence, atau cerebral metabolic rate for oxygen pada pasien koma
dibanding pasien yang telah pulih kesadarannya.
Kadar laktat pada cairan serebrospinal (CSS) meningkat pada malaria serebral yaitu >2.2
mmol/L (1.96 mg/dL) dan dapat dijadikan indikator prognostik: bila kadar laktat >6 mmol/L
memiliki prognosa yang fatal.
Biasanya disertai ikterik, gagal ginjal, hipoglikemia, dan edema paru. Bila terdapat >3
komplikasi organ, maka prognosa kematian >75 %.
Gagal Ginjal Akut (GGA)
Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi prerenal karena dehidrasi (>50%), dan hanya 5-10 %
disebabkan oleh nekrosis tubulus akut. Gangguan fungsi ginjal ini oleh karena anoksia yang
disebabkan penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan mikrovaskular akibat
sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.
Apabila berat jenis (BJ) urin <1.01 menunjukkan dugaan nekrosis tubulus akut; sedang urin yang
pekat dengan BJ >1.05, rasio urin:darah > 4:1, natrium urin < 20 mmol/L menunjukkan dehidrasi
Secara klinis terjadi oligouria atau poliuria. Beberapa faktor risiko terjadinya GGA ialah
hiperparasitemia, hipotensi, ikterus, hemoglobinuria.
Dialisis merupakan pengobatan yang dapat menurunkan mortalitas. Seperti pada
hiperbilirubinemia, anuria dapat berlangsung terus walaupun pemeriksaan parasit sudah negatif
Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, mungkin disebabkan karena sekuestrasi
dan sitoadheren yang menyebabkan obstruksi mikrovaskular. Ikterik karena hemolitik sering
terjadi. Ikterik yang berat karena P. falsiparum sering penderita dewasa hal ini karena hemolisis,
kerusakan hepatosit. Terdapat pula hepatomegali, hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum
albumin dan peningkatan ringan serum transaminase dan 5 nukleotidase. Ganggguan fungsi hati
dapat menyebabkan hipoglikemia, asidosis laktat, gangguan metabolisme obat.
Edema Paru sering disebut Insufisiensi Paru

Sering terjadi pada malaria dewasa. Dapat terjadi oleh karena hiperpermiabilitas kapiler dan atau
kelebihan cairan dan mungkin juga karena peningkatan TNF-. Penyebab lain gangguan
pernafasan (respiratory distress): 1) Kompensasi pernafasan dalam keadaan asidosis metabolic;
2) Efek langsung dari parasit atau peningkatan tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di
otak; 3) Infeksi sekunder pada paru-paru; 4) Anemia berat; 5) Kelebihan dosis antikonvulsan
(phenobarbital) menekan pusat pernafasan.
Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan penderita dewasa dalam
pengobatan quinine (setelah 3 jam infus kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1) Cadangan glukosa
kurang pada penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan absorbsi glukosa karena
berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3) Meningkatnya metabolisme glukosa di jaringan;
4) Pemakaian glukosa oleh parasit; 5) Sitokin akan menggangu glukoneogenesis; 6)
Hiperinsulinemia pada pengobatan quinine.
Metabolisme anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan produksi laktat yang akan
memperburuk prognosis malaria berat
Haemoglobinuria (Black Water Fever)
Merupakan suatu sindrom dengan gejala serangan akut, menggigil, demam, hemolisis
intravascular, hemoglobinuria, dan gagal ginjal. Biasanya terjadi pada infeksi P. falciparum yang
berulang-ulang pada orang non-imun atau dengan pengobatan kina yang tidak adekuat dan yang
bukan disebabkan oleh karena defisiensi G6PD atau kekurangan G6PD yang biasanya karena
pemberian primakuin.
Malaria Algid
Terjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan sistolik <70 mmHg, disertai gambaran klinis keringat
dingin, atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >1 C, kulit tidak elastis, pucat. Pernapasan
dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun, sering tekanan sistolik tak terukur dan nadi yang
normal.
Syok umumnya terjadi karena dehidrasi dan biasanya bersamaan dengan sepsis. Pada
kebanyakan kasus didapatkan tekanan darah normal rendah yang disebabkan karena vasodilatasi.
Asidosis
Asidosis (bikarbonat <15meq) atau asidemia (PH <7.25), pada malaria menunjukkan prognosis
buruk. Keadaan ini dapat disebabkan: 1) Perfusi jaringan yang buruk oleh karena hipovolemia
yang akan menurunkan pengangkutan oksigen; 2) Produksi laktat oleh parasit; 3) Terbentuknya

laktat karena aktifitas sitokin terutama TNF-, pada fase respon akut; 4) Aliran darah ke hati
yang berkurang, sehingga mengganggu bersihan laktat; 5) Gangguan fungsi ginjal, sehingga
terganggunya ekresi asam.
Asidosis metabolik dan gangguan metabolik: pernafasan kussmaul, peningkatan asam laktat, dan
pH darah menurun (<7,25) dan penurunan bikarbonat (< 15meq).
Keadaan asidosis bisa disertai edema paru, syok gagal ginjal, hipoglikemia. Gangguan lain
seperti hipokalsemia, hipofosfatemia, dan hipoalbuminemia.
LO 3.11 Prognosis
a. Plasmodium vivaks
Prognosis malaria vivaks biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Bila tidak
diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih. Ratarata infeksi malaria vivaks tanpa pengobatan berlangsung 3 yahun, tetapi pada
beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, terutama karena relaps.
b. Plasmodium malariae
Tanpa pengobatan malariae dapat berlangsung sangat lamadan rekurens pernah
tercatat 30-50 tahun sesudah infeksi.
c. Plasmodium ovale
Malaria ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Plasmodium falciparum
Jika berat prognosis buruk dan jika tidak ada komplikasi prognosisnya cukup baik
bila dilakukan pengobatan dengan segera dan observasi hasil pengobatan
LI 4 Memahami dan Mempelajari Cara memberantas malaria di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai