Anda di halaman 1dari 14

TUGAS BERSTRUKTUR

PENGASUH

DOSEN

Manajemen Investasi

Syariah

H. Iman Setya Budi, SHI., MEI.

Saham Syariah (Islamic Stock)

Oleh
Kelompok 3
Adnan

1101160259

Juhanah
Norlaila Hayati

1101160206
1101160228

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
BANJARMASIN
2014
KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw
beserta keluarga dan para sahabat beliau, serta pengikut beliau hingga akhir
zaman.
Alhamdulillah, atas karunia dan rahmat yang diberikan kepada
penulis, sehingga makalah ini dapat disusun dan diselesaikan berdasarkan
waktu yang telah diberikan. Makalah ini berjudul Saham Syariah (Islamic
Stock).
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak H. Iman Setya Budi, SHI, MEI. selaku dosen pengasuh mata
kuliah Manajemen Investasi Syariah yang telah memberikan pengetahuan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca bisa memberikan
kritik dan saran-saran yang membangun dan memotivasi penulis untuk lebih
baik lagi dalam membuat makalah.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun yang menulis.
Amin yarabbal alamiin.
Banjarmasin, 18 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................

ii

Daftar Isi .....................................................................................................

iii

BAB I: PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang ..........................................................................

B.

Rumusan Masalah .....................................................................

C.

Tujuan Penulisan .......................................................................

BAB II: PEMBAHASAN

A.

Definisi Saham Syariah .............................................................

B.

Fatwa DSN tentang Saham Syariah ..........................................

C.

Jenis-Jenis Saham ......................................................................

D.

Syarat-Syarat Saham Sesuai Syariah .........................................

E.

Perbedaan Saham Syariah dan Saham Konvensional ................

F.

Daftar Saham sesuai Syariah ......................................................

4
6
8
9

BAB III: PENUTUP


Kesimpulan ....................................................................................... 11
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Perkembangan kehidupan saat ini sangat sangat amat berkembang pesat,
terutama dalam hal perekonomian. Banyak inovasi-inovasi yang dilakukan
manusia demi untuk memenuhi kebutuhannya. Dikarenakan setiap manusia
memerlukan harta untuk mencukupi segala yang dibutuhkan dalam hidupnya.
Salah satunya adalah melalui kegiatan investasi dipasar modal, khususnya saham.
Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
saham patungan sebagai suatu alat untuk meningkatkan modal jangka panjang.
Para pembeli saham membayarkan uang pada perusahaan melalui bursa efek dan
mereka menerima sebuah sertifikat saham sebagai tanda bukti kepemilikan
mereka atas saham-saham dan kepemilikan mereka dicatat dalam daftar saham
perusahaan. Para pemegang saham dari sebuah perusahaan merupakan pemilikpemilik yang disahkan secara hukum dan berhak untuk mendapatkan bagian dari
laba yang diperoleh perusahaan dalam bentuk deviden.

B.

Rumusan Masalah

Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini adalah lebih menitik
beratkan kepada saham syariah, dan tidak membahas instrumen pasar modal
lainnya.
1.

Apa saham syariah itu?

2.

Bagaimana fatwa DSN tentang saham syariah?

3.

Apa saja jenis-jenis saham?

4.

Apa saja syarat-syarat saham yang sesuai syariah?

5.

Apa perbedaan saham syariah dan saham konvensional?

6.

Bagaimana daftar saham yang sesuai syariah itu?

C.

Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen investasi syariah serta
bahan diskusi untuk menambah ilmu pengetahuan tentang saham syariah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Definisi Saham Syariah


Saham Syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan
suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara
pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.[1] Dalam Islam,
saham pada hakikatnya merupakan modifikasi sistem patungan (persekutuan)
modal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah.[2]

B.

Fatwa DSN tentang Saham Syariah


Selain Fatwa DSN-MUI No.5 tahun 2000 tentang Jual Beli Saham. Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) menyetujui penerbitan
fatwa tentang hak memesan efek terlebih dahulu:[3]

Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu


Syariah
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) merupakan produk pasar
modal yang keberadaannya diperlukan guna mengembangkan industri pasar
modal secara umum. Dalam Fatwa No. 20 dan 40 belum memuat secara khusus

tentang HMETD karena itu DSN-MUI memandang perlu menetapkan fatwa


tentang HMETD syariah yaitu fatwa No.65 pada tanggal 6 Maret 2008.
Fatwa No. 65 menetapkan bahwa emiten boleh menerbitkan HMETD syariah
dengan berpedoman bahwa HMETD syariah adalah hak yang melekat pada saham
yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang memungkinkan para
pemegang saham yang ada untuk membeli efek baru; termasuk saham, efek yang
dapat dikonversikan menjadi saham dan dan waran, sebelum ditawarkan kepada
pihak lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan dan harga pelaksanaan HMETD
syariah adalah harga yang telah ditetapkan oleh emiten bagi pemegang HMETD
syariah untuk membeli efek yang baru diterbitkan selama periode yang ditetapkan.
Selain itu, pemegang HMETD syariah boleh mengalihkan HMETD syariah
kepada pihak lain dengan memperoleh imbalan dan harga pelaksanaan yang
ditawarkan dalam HMETD syariah didasarkan atas prinsip waad (janji) yang
dinyatakan bersifat mengikat bagi emiten dan harus mencerminkan kondisi yang
sesungguhnya dari aset yang menjadi dasar penerbitan efek tersebut dan/atau
sesuai dengan mekanisme pasar yang teratur, wajar dan efisien serta tidak
direkayasa.
Penerbitan fatwa itu dilakukan dengan menggunakan pendapat fiqh
jumhur ulama, dengan penerbitan fatwa tersebut, perkembangan pasar modal
syariah khususnya saham syariah diharapkan dapat berjalan lebih pesat.[4]
C.

Jenis-Jenis Saham
Saham yang umum dikenal adalah saham biasa, karena saham biasa
merupakan salah satu jenis efek yang paling banyak diperdagangkan di pasar
modal.[5] Selain dari saham biasa, saham memiliki macam dan jenis yang cukup
beragam, berikut adalah beberapa tipe macam saham:[6]

1.

Saham yang Dicap (assented shares)

2.

Saham Tukar

3.

Saham Tanpa Suara

4.

Saham Tanpa Pari

5.

Saham Preferen Unggul

6.

Saham Preferen Tukar

7.

Saham Preferen Partisipasi

8.

Saham Preferen Kumulatif

9.

Saham Pendiri (founders shares)

10. Saham Pegawai (employee stock plan)


11. Saham Bonus
Secara umum saham yang beredar pada Bursa Efek Jakarta dapat ditinjau
dari beberapa segi:[7]
1)

Ditinjau dari segi bentuknya saham dapat dikategorikan sebagai berikut:

a.

Saham Atas Nama (Nominal Shares), yaitu saham yang menyebut nama
pemiliknya. Pencatatan saham ini dicatat dalam daftar khusus. Para ahli fikih
kontemporer yang menghalalkan saham jenis ini sependapat bahwa penyebutan
nama pemilik saham pada dokumen saham menetapkan kepemilikan pemiliknya
dan memberikan perlindungan atas haknya. Hal ini berarti saham jenis ini
diperbolehkan secara fikih Islam.

b.

Saham Atas Unjuk (Bearer Shares), yaitu saham yang tidak menyebut nama
pemiliknya. Ahli fikih kontemporer memandang saham ini batal. Karena
ketidaktahuan siapa pembelinya. Ketidaktahuan ini akan melenyapkan hak
pembelinya. Seperti ketika dicuri berpindah kepemilikannya kepada penemunya,
dan lain sebagainya. Bagaimanapun, sebaiknya saham seperti ini dihindari, karena
akan menimbulkan problema tentang kepemilikannya atau pemulangannya
kembali apabila hilang.

2)

Dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi sebagai
berikut:[8]

a.

Saham Biasa (Ordinary Shares), merupakan saham yang menempatkan


pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

b.

Saham preferen (Preference Shares), merupakan saham yang memiliki


karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan
pendapatan tetap, tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti dikehendaki
investor.

3)

Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan sebagai


berikut:[9]

a.

Saham Unggulan, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil
dan konsisten dalam membayar dividen.

b.

Saham Pendapatan, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun
sebelumnya.

c.

Saham Pertumbuhan, yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki


pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang
mempunyai reputasi tinggi.

d.

Saham Spekulatif, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

e.

Saham Siklikal, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi
makro maupun situasi bisnis secara umum.

D.

Syarat-Syarat Saham Sesuai Syariah


Kriteria pemilihan saham syariah didasarkan pada peraturan Bapepam-LK
nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, pasal 1.b.7.
Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa efek berupa saham yang diterbitkan
oleh emiten atau perusahaan publik tidak bertentangan dengan prinsip syariah.[10]
Syarat suatu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dikatakan
syariah adalah sebagai berikut:

1.

Jenis usaha, produk barang/jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan
perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) atau perusahaan publik yang
menerbitkan saham syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah.

2.

Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah wajib untuk
menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas
saham syariah yang dikeluarkan.

3.

Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah wajib


menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan
memiliki Syariah Compliance Officer (fatwa DSN No. 40/2003) dalam
menjelaskan identifikasi perusahaan yang dapat ikut dalam saham islami
mengajukan beberapa syarat yaitu:

a.

Emiten/perusahaan tersebut tidak berkaitan dengan riba.

b.

Perusahaan tersebut tidak memuat atau memproduksi barang atau jasa yang
dilarang oleh syariah.

c.

Perusahaan tidak bertindak secara berlebihan terhadap faktor-faktor produksi


alam yang diberikan Allah.

d.

Perusahaan tidak mempermainkan harga sekehendaknya, perusahaan tersebut


tidak menghalangi terjadinya free market.

e.

Perusahaan tersebut mempunyai sosial responsibility yang tinggi sehingga


punya kepedulian terhadap umat.
Adapun kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
antara lain:[11]

1.

Perjudian dan kegiatan lain yang tergolong judi;

2.

Perdagangan yang dilarang syariah, antara lain:

a.

Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang atau jasa;

b.

Perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu (bai najasy).

3.

Jasa keuangan ribawi, antara lain:

a.

Bank berbasis bunga;

b.

Perusahaan pembiayaan berbasis bunga.

4.

Jual beli yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) atau judi (maysir),
seperti asuransi konvensional;

5.

Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, atau menyediakan:

a.

Barang atau jasa yang haram zatnya (haram li dzatihi);

b.

Barang atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li ghairihi) yang
ditetapkan oleh DSN-MUI.

6.

Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap.

Dari enam kriteria di atas, perusahaan yang tidak bisa masuk dalam
kategori bidang usaha syariah misalnya bank dan asuransi konvensional,
perusahaan rokok, dan perusahaan yang memproduksi, mendistribusikan, dan
menjual minuman keras.[12]
E.

Perbedaan Saham Syariah dan Saham Konvensional


Perbedaan antara saham syariah dan saham konvensional adalah sebagai
berikut:

1.

Saham yang ditransaksikan secara konvensional, tidak memperhatikan apakah


transaksi tersebut bersifat spekulatif atau tidak dan demikian juga dengan jenis
instrumen yang ditransaksikan tidak melihat apakah emitennya mengikuti secara
syariah ataupun tidak.

2.

Sementara saham syariah, emiten atau instrumennya haruslah mengikuti prinsip


syariah. Adapun instrumen maupun saham yang sesuai syariah tersebut dapat
mengacu pada fatwa MUI yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
Bagi yang ingin menerapkan syariah dalam transaksi keuangannya, cukup
pilih lembaga keuangan syariah sesuai dengan kebutuhannya. Tidak perlu
memperdebatkan antara apakah hal itu termasuk yang syariah atau konvensional.
Karena hal itu pastinya sudah ada yang mengurusinya yakni MUI, tugas kita
adalah menjalankannya dan memberikan masukan-masukan untuk perbaikan.

F.

Daftar Saham Sesuai Syariah


Berikut ini adalah daftar saham yang sesuai syariah yang ada di Jakarta
Islamic Index (JII), yaitu sebagai berikut:[13]
Daftar Saham yang Masuk dalam Perhitungan Jakarta Islamic Index (JII)
Periode 1 Desember 2013 s.d. 31 Mei
2014

(Lampiran Pengunguman no.: peng-00673/BEI.PSH/112013 tanggal 28 November 2013)

No.
1.

Kode
Nama Saham
AALI Astra Agro Lestari Tbk.

Keterangan
Tetap

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

ADRO
AKRA
ASII
ASRI
BMTR
BSDE
CPIN
EXCL
HRUM
ICBP
INDF
INTP
ITMG
JSMR
KLBF
LPKR
LSIP
MAPI
MNCN
MPPA
PGAS
PTBA
PWON
SMGR
SMRA
TLKM
UNTR
UNVR
WIKA

Adaro Energy Tbk.


Corporindo Tbk.
Astra Internasional Tbk.
Alam Sutera Realty Tbk.
Global Mediacorn Tbk.
Bumi Serpong Damai Tbk.
Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
XL Axiata Tbk.
Harum Energy Tbk.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Indofood Sukses Makmur Tbk.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Indo Tambangraya Megah Tbk.
Jasa Marga (Persero) Tbk.
Kalbe Farma Tbk.
Lippo Karawaci Tbk.
PP London Sumatra Indonesia Tbk
Mitra Adiperkasa Tbk.
Media Nusantara Citra Tbk.
Matahari Putra Prima Tbk
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
Pakuwon Jati Tbk.
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Summarecon Agung Tbk.
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
United Tractors Tbk.
Unilever Indonesia Tbk.
Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap

Daftar Saham yang Keluar dari Perhitungan Jakarta Islamic Index (JII)
Periode 1 Desember 2013 s.d. 31 Mei 2014
(Lampiran Pengumuman No: Peng-00673/BEI.PSH/11-2013 tanggal 28
November 2013)
No
1.
2.
3.

Kode
ANTM
BKSL
INCO

Nama Saham
Aneka Tambang (Persero) Tbk.
Sentul City Tbk.
Vale Indonesia Tbk.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saham Syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan
suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara
pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Saham yang umum
dikenal adalah saham biasa, karena saham biasa merupakan salah satu jenis efek
yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal.
Kriteria pemilihan saham syariah didasarkan pada peraturan Bapepam-LK
nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, pasal 1.b.7.
Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa efek berupa saham yang diterbitkan
oleh emiten atau perusahaan publik tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:

Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah, Yogyakarta, UII Press Yogyakarta,


2009.
Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal
Syariah, Jakarta, Kencana, 2008.
Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta, Rineka
Cipta, 2008.
Tjiptono Darmaji & Hendi M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan Tanya Jawab, Jakarta, Salemba Empat, 2012.
Wiku Suryomurti, Super Cerdas Investasi Syariah; Hidup Kaya Raya,
Mati Masuk Surga, Jakarta, Qultum Media, 2011.
TIM Kajian Fatwa, Kajian tentang Fatwa DSN-MUI Mengenai Penerapan
Prinsip-Prinsip di Bidang Pasar Modal, Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, 2011.
Internet:
Muhammad

Iqbal

Dailani, Saham

Syariah,http://makalahvall.blogspot.com/2013/05/makalah-saham-syariahislamic-stock_21.html.
http://sharianomics.wordpress.com/2010/11/25/definisi-sahamsyariah.html.
http://pusatis.com/investasi-saham/daftar-saham/indeks-konstituen/jakartaislamic-index-jii.html.

[1] http://sharianomics.wordpress.com/2010/11/25/definisi-sahamsyariah.html, diakses pada hari Rabu 26 Maret 2014, jam 06:06 wita.
[2] Burhanududdin S, Pasar Modal Syariah, (Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta, 2009), h.48.

[3] TIM Kajian Fatwa, Kajian tentang Fatwa DSN-MUI Mengenai


Penerapan Prinsip-Prinsip di Bidang Pasar Modal, (Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan,
2011).
[4] Muhammad

Iqbal

Dailani, Saham

Syariah,http://makalahvall.blogspot.com/2013/05/makalah-saham-syariahislamic-stock_21.html. diakses pada hari minggu 20 April 2014, jam 09:53 wita.
[5] Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), Cet. Ke-3, h. 58.
[6] Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal
Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 62-63.
[7] Ibid.
[8] Tjiptono Darmaji & Hendi M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 6.
[9] Ibid., h. 8.
[10] Wiku Suryomurti, Super Cerdas Investasi Syariah; Hidup Kaya
Raya, Mati Masuk Surga, (Jakarta: Qultum Media, 2011), h. 129.
[11] Ibid.
[12] Ibid., h. 130.
[13] http://pusatis.com/investasi-saham/daftar-saham/indekskonstituen/jakarta-islamic-index-jii.html. diakses pada hari Sabtu tanggal 19 April
2014, Jam 12:11 wita.

Anda mungkin juga menyukai