Anda di halaman 1dari 14

Perkembangan Ekonomi Terkini 2013:IV

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2013 lebih lambat. Hal ini sesuai
dengan perkiraan GAMA Leading Economic Indicator dan hasil konsensus proyeksi
indikator makroekonomi yang diolah oleh tim Macroeconomic Dashboard.
Hasil konsensus tersebut memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar
5,57% 0,28% di kuartal III-2013. Keakuratan prediksi GAMA LEI dan hasil konsensus
Macroeconomic Dashboard terbukti selaras dengan data yang dirilis oleh Badan Pusat
Statistik bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2013 tercatat sebesar 5,62%
(y-o-y), melambat dibandingkan kuartal II-2013 yang tumbuh sebesar 5,83% (y-o-y).
Faktor penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2013 adalah
pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan BI rate, serta tingginya inflasi.
Nilai tukar rupiah di bulan Juni 2013 berada di level IDR 9.929 per USD menjadi IDR
11.977 per USD pada bulan Oktober 2013 berdampak terhadap perdagangan Indonesia.
Sementara itu, kenaikan BI rate dari 6% pada Juni 2013 menjadi 7,25% pada September 2013
berpengaruh terhadap investasi biaya produksi. Selain itu, daya beli masyarakat juga
terpengaruh dengan tingginya kenaikan inflasi dari 5,90% (y-o-y) pada Juni 2013 menjadi
8,37% (y-o-y) pada Oktober 2013.
Gambar 1: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009 2013* (y-o-y, dalam %)
Tahun 2013 merupakan puncak keterpurukan perekonomian Indonesia setelah

krisisfinansial global

Sumber: BPS dan CEIC (2013)


*= kuartal 3 tahun 2013

Dari sisi lapangan usaha, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada kuartal
III-2013 adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Real Estate dan Jasa
Perusahaan, serta Konstruksi.
Namun dibandingkan kuartal sebelumnya, ketiga sektor tersebut tumbuh melambat.
Pada kuartal III-2013 sektor Pengangkutan dan Komunikasi tercatat tumbuh sebesar 10,46%
(y-o-y), padahal pada kuartal sebelumnya mampu tumbuh mencapai 11,45% (y-o-y).
Sementara itu, sektor Real Estate dan Jasa Perusahaan tumbuh 8,09% (y-o-y) pada kuartal III2013, sedikit melambat dibandingkan kuartal II-2013 yang tercatat sebesar 8,11% (y-o-y).
Sektor Konstruksi di kuartal III-2013 tumbuh sebesar 6,24%, turun dibandingkan kuartal

sebelumnya yang tumbuh mencapai 6,46% (y-o-y). Secara umum, hampir seluruh sektor pada
sisi pengeluaran tumbuh melambat kecuali sektor Jasa-jasa yang tumbuh sebesar 5,62% (y-oy) pada kuartal III-2013, meningkat dibandingkan kuartal II-2013 yang tercatat mencapai
4,48% (y-o-y).
Dari sisi pengeluaran, faktor utama penyebab melemahnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia adalah merosotnya laju investasi dalam negeri.
Hal ini seiring dengan meningkatnya suku bunga dan melemahnya nilai tukar rupiah
yang menurunkan laju pertumbuhan investasi. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan serta
kondisi perekonomian global yang masih dibayangi ketidakpastian yang tinggi turut
berdampak atas melemahnya pertumbuhan investasi nasional. Pada kuartal III-2013
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB/investasi) tumbuh sebesar 2,85% (q-to-q), merosot
signifikan dibandingkan kuartal II-2013 yang mencapai 5,22% (q-to-q). Adapun
dibandingkan secara tahunan (y-o-y), pertumbuhan pada kuartal III-2013 ditopang oleh
Konsumsi Pemerintah yang tumbuh 8,83%, Konsumsi Rumah Tangga tumbuh mencapai
5,48%, PMTB tumbuh sebesar 4,51%, dan Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 5,26%,
serta Impor Barang dan Jasa tumbuh 3,8%.
Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Pengeluaran, Tahun 2009 2013* (y-o-y, dalam %)
Perekonomian Indonesia melemah seiring melambatnya pertumbuhan investasi

Sumber: BPS dan CEIC (2013)


*= kuartal 3 tahun 2013

Pelemahan ekonomi nasional turut memberikan dampak atas melambatnya


penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data yang dilansir BPS, jumlah angkatan kerja di
Indonesia meningkat dari 118,05 juta orang pada Agustus 2012 menjadi 118,09 juta orang di
bulan Agustus 2013. Dari jumlah tersebut, penduduk yang bekerja pada Agustus 2013 tercatat
sebesar 110,80 juta orang, menurun sebesar 10.000 orang dibandingkan pada bulan Agustus
2012 yang mencapai 110,81 juta orang. Akibatnya angka pengangguran pada Agustus 2013
mengalami peningkatan sebanyak 150.000 orang dari 7,24 juta orang (6,14%) pada Agustus
2012 menjadi 7,39 juta orang (6,25%) pada Agustus 2013.
Gambar 3: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka di
Indonesia, Februari 2005 - Agustus 2013 (dalam %)
Jumlah pengangguran meningkat 150.000 orang pada Agustus 2013
dibandingkan Agustus 2012

Sumber: BPS (2013)

Dilihat dari struktur lapangan pekerjaan utama, pada bulan Agustus 2013
dibandingkan Agustus 2012 penurunan jumlah tenaga kerja terjadi pada sektor pertanian,
industri pengolahan, dan konstruksi. Jumlah tenaga kerja di sektor pertanian turun dari 38,88
juta orang pada Agustus 2012 menjadi 38,07 juta orang pada Agustus 2013. Sementara itu,
jumlah tenaga kerja di sektor industri turun dari 15,37 juta orang pada Agustus 2012 menjadi
14,88 juta orang di tahun berikutnya. Sedangkan peningkatan jumlah tenaga kerja terjadi
pada sektor perdagangan, transportasi, pergudangan, dan komunikasi, serta sektor keuangan
dan jasa kemasyarakatan
Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia mencatat pertumbuhan terendah dalam 4 tahun pada kuartal
ketiga tahun ini seiring dengan pelemahan ekspor dan lesunya tingkat permintaan domestik.
PDB kuartal ketiga (Juli-September) 2013 tumbuh 5,62%, turun dari 5,8% di kuartal kedua.
Pelemahan ekspor terjadi akibat turunnya permintaan dari negara-negara tujuan utama ekspor
serta penurunan harga komoditas. Sementara tingkat permintaan domestik terimbas kenaikan
harga BBM dan tingkat suku bunga. Kenaikan harga bensin premium sebesar 44% dan solar
sebesar 22% di pertengahan tahun ini mengakibatkan kenaikan ongkos transportasi dan tarif
listrik. Di bulan September, Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB
Indonesia dari sebelumnya 5,8-6,2% menjadi 5,5-5,9%.
Grafik 4: Pertumbuhan PDB Indonesia per Kuartal 2008-2012

Seperti negara-negara berkembang lainnya, Indonesia juga terpukul akibat keluarnya


dana investor seiring dengan meningkatnya ekspektasi bahwa U.S. Federal Reserve akan
mulai mengurangi pelonggaran kuantitatifnya dan kemungkinan akan menaikkan suku bunga
lebih cepat dari yang selama ini diperkirakan. Khusus mengenai Indonesia, aliran dana asing
keluar dipicu oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia serta melebarnya defisit
transaksi berjalan (current account deficit), yang pada gilirannya telah membuat Rupiah
terdepresiasi cukup tajam tahun ini. Data kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar USD
terhadap Rupiah per 31 Des 2012 adalah 9.670 sementara per 22 November 2013 mencapai
11.706, sehingga dengan demikian YTD 2013 Rupiah telah terdepresiasi sekitar 21%.
Aksi Bank Indonesia yang secara agresif menaikkan suku bunga diharapkan dapat
meredam impor dan mempertahankan nilai tukar Rupiah. Sejak Mei 2013 tercatat Bank
Indonesia telah menaikkan suku bunga sebanyak 5 kali dengan total kenaikan 175 basis poin:
Tabel 3: Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Telah Naik 175 bps Sejak Mei 2013

Sumber: Bank Indonesia


Tahun ini Bank Indonesia juga telah menandatangani perjanjian kerjasama bilateral
swap (Bilateral Currency Swap Arrangement/BCSA) dengan 3 bank sentral senilai total
US$37 milyar: PBOC China (US$15 milyar), Bank of Korea (US$10 milyar) dan Bank of
Japan (US$12 milyar). Dalam siaran persnya, Bank Indonesia menyatakan bahwa kerjasama
ini diharapkan dapat membantu stabilisasi pasar keuangan serta memperkuat kerjasama
ekonomi dan keuangan bilateral dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
Saat ini penulis menilai bahwa isu makroekonomi yang paling penting adalah seputar
defisit transaksi berjalan. Indonesia telah mengalami defisit transaksi berjalan selama 8
kuartal berturut-turut, mulai dari kuartal keempat 2011. Meski defisit transaksi berjalan yang
pada kuartal kedua 2013 sebesar 4,4% dari PDB telah menyempit menjadi 3,8% dari PDB di
kuartal ketiga 2013, namun besaran ini masih belum dapat memperbaiki sentimen pasar
terhadap Indonesia. Idealnya, defisit transaksi berjalan dapat dijaga di level maksimum 3%
dari PDB. Menteri Keuangan Chatib Basri awal bulan November 2013 mengatakan bahwa
defisit transaksi berjalan bisa ditekan hingga 3,3-3,5% dari PDB, seiring dengan
berkurangnya impor akibat pelemahan permintaan konsumen.
Jika menilik komponennya, sektor migas masih merupakan penyumbang terbesar
defisit transaksi berjalan. Data neraca perdagangan menunjukkan bahwa defisit neraca
perdagangan migass pada kuartal ketiga 2013 adalah sebesar US$5,856 milyar, melebar
dibandingkan posisi defisit di kuartal kedua sebesar US$5,294 milyar. Untuk itu perlu
kebijakan pemerintah yang tanggap untuk mengatasi ketergantungan pada impor migas.
Sayangnya sampai tulisan ini dibuat, kebijakan pemerintah per 22 Agustus 2013 - antara lain
berupa konversi ke biodiesel - masih belum terealisasikan.
Tabel 4: Neraca perdagangan Indonesia (US$ milyar)

* hingga Sep 2013


** angka positif menandakan surplus, angka negatif menandakan defisit
Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS), dimuat di Kompas 2 November 2013

Terkait pengurangan subsidi BBM yang berujung pada kenaikan harga BBM di
pertengahan tahun, laju inflasi Indonesia naik cukup signifikan tahun ini yaitu sebesar 7,66%
sejak awal tahun. Meski demikian, puncak inflasi telah terlihat, di mana dengan dampak
kenaikan harga BBM bersubsidi sudah tercermin dalam inflasi Jun 2013 - Aug 2013 dan
harga pangan mulai turun, para ekonom memperkirakan inflasi akan kembali ke pola
normalnya dalam beberapa bulan ke depan, kembali ke kisaran target inflasi yang ditetapkan
Bank Indonesia sebesar 3,5-5,5%.
Tabel 5: Laju Inflasi Bulanan Indonesia 2013

Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS), dimuat di Kompas 2 November 2013

Grafik 5: Laju Inflasi Tahunan Indonesia (%)

* target pemerintah
Sumber: Biro Pusat Statistik dan APBN 2014, dimuat di Kontan Edisi Khusus November 2013.

Meskipun tahun depan adalah tahun politik bagi Indonesia sehubungan dengan akan
diadakannya pemilihan umum legislatif dan presiden, namun banyak kalangan menilai
kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia tidak akan signifikan. Bank Indonesia
memprediksi bahwa kontribusi pemilu 2014 terhadap pertumbuhan ekonomi hanyalah 0,130,19% (vs. 0,23-0,26% pada pemilu 2009). Hal ini dikarenakan jumlah partai politik dan
jumlah calon legislatif di pemilu 2014 akan lebih sedikit dibandingkan dengan pada pemilu
2009. Pada pemilu 2014 nanti jumlah calon legislatif adalah 100% jumlah kursi di DPR,
sedangkan pada pemilu 2009 sebesar 120%. Jumlah partai politik peserta pemilu pun
berkurang drastis dari 38 pada pemilu 2009 menjadi 12 pada pemilu 2014 nanti.
Kesimpulan

Setelah krisis finansial global di tahun 2008, perekonomian dunia belum


menunjukkan laju pertumbuhan yang berarti. Bahkan, laporan World Economic
Outlook terbarunya yang dirilis di bulan Oktober 2013, International Monetary Fund
(IMF) merevisi turun tingkat pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2013 menjadi
2,9% untuk tahun 2013 dan 3,6% untuk tahun 2014 dari proyeksi sebelumnya di
bulan Juli 2013 sebesar masing-masing 3,2% dan 3,8%.

Memasuki tahun 2014, Amerika Serikat diperkirakan akan mulai tumbuh meski tidak
agresif. Beberapa indikator makroekonomi Amerika Serikat juga sudah menunjukkan
perbaikan, meski belum semuanya kuat.

Pertumbuhan ekonomi sudah mulai nampak di zona Euro namun masih sangat lemah.
Angka pengangguran juga sangat tinggi dan ketegangan sosial-politik masih
menghambat momentum reformasi di sana. Ke depannya, langkah-langkah untuk
mengembalikan kesehatan sektor finansial dan memperkuat infrastruktur keuangan
sangat penting bagi stabilitas finansial dan guna mendukung pemulihan ekonomi.
Lebih lanjut, dukungan untuk menaikkan tingkat permintaan dalam jangka pendek
serta reformasi struktural secara lebih mendalam diperlukan untuk meningkatkan daya
saing dan potensi output guna pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Meski program stimulus Abenomics di Jepang telah membantu melemahkan nilai


tukar yen sehingga meningkatkan daya saing Jepang untuk ekspor, namun masih
banyak masalah struktural yang belum bisa sepenuhnya diatasi.

Meski banyak kalangan belakangan ini mengkhawatirkan perekonomian China akan


mengalami hard landing di tahun depan, namun kemungkinan kecil terjadi mengingat
China memiliki ketahanan ekonomi yang tangguh. Bahkan tahun depan pemerintah

China sepertinya sengaja mengerem laku pertumbuhan ekonominya untuk mencegah


overheating yang menciptakan gelembung aset (asset bubble) terutama di sektor
properti. Lebih lanjut Kongres Partai Komunis yang baru berakhir tanggal 15
November lalu menetapkan serangkaian program reformasi ekonomi dan sosial yang
boleh dikatakan paling berani dalam 3 dekade terakhir.

Meskipun data makroekonomi Indonesia akhir-akhir ini tercatat lemah, penulis


memperkirakan perbaikan di masa mendatang. Defisit neraca perdagangan
diperkirakan menurun dalam beberapa bulan ke depan ditengarai pelemahan mata
uang, serta harga BBM dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.

Inflasi di Indonesia diperkirakan akan stabil seiring dengan turunnya harga bahan
pangan mentah yang akan menjaga inflasi tetap rendah selama beberapa bulan ke
depan.

Meskipun tahun depan adalah tahun politik bagi Indonesia sehubungan dengan akan
diadakannya pemilihan umum legislatif dan presiden, namun banyak kalangan
menilai kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia tidak akan signifikan. Hal ini
dikarenakan jumlah partai politik dan jumlah calon legislatif di pemilu 2014 akan
lebih sedikit dibandingkan dengan pada pemilu 2009.

Sumber : http://www.portalreksadana.com/node/633

PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2013
Lapangan Usaha

Tahun 2013
1

3 4 Jumlah

1.PERTANIAN,
PETERNAKAN,KEHUTANAN,PERIKANAN

322
331
- 639.40 156.70

653
796.10

a. Tanaman Bahan Makanan

174
159
- 958.20 924.50

334
882.70

b. Tanaman Perkebunan

30
46
- 276.70 620.50

76
897.20

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya

38
39
- 415.00 359.30

77
774.30

d. Kehutanan

12
14
- 204.20 491.30

26
695.50

e. Perikanan

66
70
- 785.30 761.10

137
546.40

2.PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

244
230
- 304.20 423.40

474
727.60

a. Minyak dan Gas Bumi

95
89
- 806.90 530.70

185
337.60

b. Pertambangan Bukan Migas

116
106
- 271.20 973.90

223
245.10

c. Penggalian

32
33
- 226.10 918.80

66
144.90

3.INDUSTRI PENGOLAHAN

507
525
- 130.40 403.30

1 032
533.70

a. Industri Migas

63
65
- 972.90 375.70

129
348.60

1) Pengilangan Minyak Bumi

33
35
- 084.80 028.70

68
113.50

2) Gas Alam Cair

30
30
- 888.10 347.00

61
235.10

b. Industri bukan Migas

443
460
- 157.50 027.60

903
185.10

1) Makanan, Minuman dan Tembakau

152
161
- 084.90 737.50

313
822.40

2) Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki

40
42
- 629.70 766.60

83
396.30

3) Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya

23
23
- 326.70 482.70

46
809.40

4) Kertas dan Barang Cetakan

18
17
- 116.80 860.50

35
977.30

5) Pupuk, Kimia & Barang dari Karet

57
55
- 512.60 515.70

113
028.30

6) Semen & Barang Galian bukan Logam

15
15
- 148.20 743.00

30
891.20

7) Logam Dasar Besi & Baja


8) Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya
9) Barang lainnya
4.LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH

- -

18
270.80

124
130
- 475.90 950.30

255
426.20

156.50

9
114.30

2
706.20

2
857.00

- -

17
18
- 547.00 589.40

5
563.20
36
136.40

a. Listrik
b. Gas Kota
c. Air Bersih

11
12
- 249.60 304.50
4
695.90

4
636.30

1
601.50

1
648.60

- - -

23
554.10
9
332.20
3
250.10

5.KONSTRUKSI

217
228
- 960.50 309.70

446
270.20

6.PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

303
318
- 047.70 131.40

621
179.10

a. Perdagangan Besar dan Eceran

244
257
- 093.60 514.20

501
607.80

- -

18
410.10

c. Restoran

50
50
- 163.00 998.20

101
161.20

7.PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

145
152
- 961.50 121.70

298
083.20

a. Pengangkutan

75
79
- 615.30 800.50

155
415.80

1) Angkutan Rel

619.60

2) Angkutan Jalan Raya

40
41
- 108.80 489.20

b. Hotel

3) Angkutan Laut
4) Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan

8
791.10

9
619.00

691.00 - -

4
901.00

5
340.20

2
333.00

2
409.30

- - -

1
310.60
81
598.00
10
241.20
4
742.30

5) Angkutan Udara

16
18
- 989.60 477.70

35
467.30

6) Jasa Penunjang Angkutan

10
11
- 663.30 393.10

22
056.40

b. Komunikasi

70
72
- 346.20 321.20

142
667.40

8.KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA


PERUSAHAAN

162
166
- 538.90 482.00

329
020.90

a. Bank

52
54
- 670.30 284.20

106
954.50

b. Lembaga Keuangan Bukan Bank

21
21
- 566.80 716.30

43
283.10

c. Jasa Penunjang Keuangan

1
230.80

1
233.70

- -

2
464.50

d. Real Estate

56
57
- 205.40 514.10

113
719.50

e. Jasa Perusahaan

30
31
- 865.60 733.70

62
599.30

9.JASA - JASA

223
239
- 811.60 444.40

463
256.00

a. Pemerintahan Umum

114
128
- 341.40 293.20

242
634.60

1) Adm. Pemerintahan & Pertahanan

70
78
- 639.10 849.60

149
488.70

2) Jasa Pemerintahan Lainnya

43
49
- 702.30 443.60

93
145.90

b. Swasta

109
111
- 470.20 151.20

220
621.40

1) Sosial Kemasyarakatan

43
44
- 707.70 239.20

87
946.90

- -

12
566.60

3) Perorangan dan Rumah Tangga

59
60
- 578.50 529.40

120
107.90

PDB

2 144
2 210
- 941.20 062.00

4 355
003.20

PDB Tanpa Migas

1 985
2 055
- 161.40 155.60

4 040
317.00

2) Hiburan dan Rekreasi

6
184.00

6
382.60

Sumber : http://bps.go.id/pdb.php?kat=2&id_subyek=11&notab=0

Anda mungkin juga menyukai