Anda di halaman 1dari 5

3.

6 Metode Pengumpulan Data


3.6.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mendapatkan data
mengenai kemampuan awal siswa yang menjadi sampel penelitian, yaitu
mengumpulkan daftar nama siswa dan nilai semester gasal yang selanjutnya
dianalisis untuk menentukan homogenitas populasi.
3.6.2 Metode Tes
Metode tes digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar siswa.
Instrumen yang digunakan dalam metode tes berupa soal-soal tes. Tes diberikan
sebelum perlakuan dalam bentuk pretest dan sesudah perlakuan dalam bentuk
posttest pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pretest bertujuan
untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, sedangkan posttest bertujuan
mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.
3.6.3 Metode Observasi
Metode observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai peningkatan
keterampilan proses sains pada siswa ketika diberi perlakuan. Jenis observasi
yang digunakan disini adalah observasi sistematis, dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi sebagai instrumen pengamatan. Lembar
observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang diamati dan kolom skor.
Pengamat melakukan penskoran keterampilan proses sains dengan memberikan
skor mulai dari skala 1 sampai dengan 4.
2.1 Model Problem Based Learning
2.1.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)
PBL merupakan model pembelajaran yang melatih dan mengembangkan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah
autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir
tingkat tinggi (Shoimin, 2014: 129). Kemudian Dutch,1994 sebagaimana dikutip
oleh Amir (2009 :21) menyatakan bahwa PBL merupakan metode instruksional
yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam
kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. PBL mempersiapkan
mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta
menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. Berdasarkan pendapatpendapat tersebut maka dapat disimpulkan PBL merupakan model pembelajaran
yang berbasis pada masalah yang merupakan strategi instruksional dengan
mengemukakan masalah-masalah konseptual yang terstruktur kepada siswa
sehingga siswa berusaha untuk menemukan solusi yang bermakna. Masalahmasalah yang disajikan berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan solusi
yang diperoleh dari pemecahan masalah akan menjadi pengetahuan baru bagi
siswa. Pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk memberikan
pemahaman yang lebih kepada siswa terkait suatu materi tertentu.
Langkahlangkah yang diambil dalam memecahkan masalah akan menjadi
pengalaman 11 yang diperoleh dengan pemikirannya sendiri. Salah satu
alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya
keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam
memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah (PBL).

Keterampilan berpikir melatih siswa menyusun strategi-strategi untuk


memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, pembelajaran akan
menjadi lebih bermakna bagi siswa.
2.1.2 Karakteristik Problem Based Learning Karakteristik model pembelajaran
Problem Based Learning adalah: 1) permasalahan menjadi starting point dalam
belajar; 2) permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan
belajar dan bidang baru dalam belajar; 3) pemanfaatan sumber pengetahuan
yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan
proses yang esensial dalam PBL; 4) belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan
kooperatif; 5) pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah
sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan; 6) PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa
dan proses belajar. (Rusman, 2011: 232 233).
12 2.1.3 Teori yang Melandasi Problem Based Learning (PBL) Dalam
perkebangannya, pembelajaran PBL dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme,
teori perkembangan kognitif, dan teori belajar penemuan Jerome Burner.
1) Teori Belajar Konstruktivisme Bagi siswa agar benar-benar memahami dan
dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatunya sendiri, dan berusaha dengan susah payah
dengan ide-idenya sendiri. Menurut teori kontruktivisme ini, prinsip yang paling
penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Tetapi siswa juga harus membangun
sendiri pengetahuannya di dalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan kepada siswa
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa
menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. 2) Teori Perkembangan Sosial Kognitif Terdapat beberapa pendekatan
yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Satu diantara teori
tersebut adalah teori konstruksi pemikiran sosial. Teori perkembangan sosial
kognitif pertama kali dikenalkan oleh Vygotsky. Teori ini lebih berpusat pada
argumen bahwa relasi sosial dengan masyarakat dan budayalah yang
membentuk pengetahuan seseorang. Sementara itu Trianto (2007: 25)
berpendapat bahwa interaksi sosial dengan 13 teman sebaya khususnya
berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang akhirnya
membuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Teori Perkembangan Sosial Kognitif,
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara
aktif membangun sistem makna melalui pengalaman-pengalaman dan interaksiinteraksi sosial mereka. 3) Teori Penemuan Jerome Bruner Teori yang paling
melandasi pembelajaran PBL adalah teori belajar penemuan (discovery learning)
yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1966. Bruner menganggap
bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif
oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha
sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1989). Bruner
menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui pertisipasi secar aktif
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk

memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimeneksperimen yang


mengijinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
2.1.4 Kelebihan Problem Based Learning Kelebihan model pembelajaran Problem
Based Learing adalah: 1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan
memecahkan masalah-masalah dalam situasi nyata. 14 2) Siswa memiliki
kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar. 3)
Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa
dengan menghafal atau menyimpan informasi. 4) Terjadi aktivitas ilmiah pada
siswa melalui kerja kelompok. 5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber
pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi. 6)
Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. 7) Siswa
memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi
atau presentasi hasil pekerjaan mereka. 8) Kesulitan belajar siswa secara
individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
(Shoimin, 2014: 132)

2.1.5 Kekurangan Problem Based Learning Kekurangan model pembelajaran


Problem Besed Learning adalah: 1) bagi siswa yang malas, tujuan dari
pembelajaran tersebut tidak dapat dicapai; 2) membutuhkan banyak waktu dan
dana; 3) tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan model PBL 4)
dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keberagaman siswa yang tinggi akan
terjadi kesulitan dalam pembagian tugas (Putra, 2013 : 84) 15 2.1.6 Langkahlangkah Problem Based Learning Langkah-langkah model pembelajaran Problem
Based Learning dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Langkah-Langkah PBL Fase
Indikator Tingkah Laku Guru 1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan
pembelajaran,
Strategi Pembelajaran yang saya gunakan dalam pembelajaran getaran adalan Strategi
Pembelajaran Empirik dimana strategi ini lebih menekankan aktivitas yang dilakukan oleh
para peserta didik selama masa pembelajaran yaitu dengan melaksanakan metode
praktikum dan diskusi.
Model Pembelajaran yang digunakan pada materi getaran CTL dengan eksperimen
Media Pembelajaran yang digunakan alat praktikum IPA tentang getaran
Strategi pembelajaran dibedakan atas 7 jenis yaitu :
1. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE),
2. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI).
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM).
4. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB),
5. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK).
6. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan
7. Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)

Strategi pembelajaran yang akan saya lakukanuntuk getaran adalah Strategi Pembelajaran Inkuiri
(SPI). Sebab pada kegiatan pembelajaran ini menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Model Pembelajaran yang digunakan pada materi getaran CTL dengan eksperimen

I . Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI).


adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa . Strategi pembelajaran ini juga sering
dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heurisken yang berarti saya
menemukan.(wina sandjaya;196)
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan yang berorientasi pada siswa.
strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki banyak keunggulan,
diantaranya yaitu :
(1) SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna.
(2) SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
(3) SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern
yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
(4) Keuntungan lainnya adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajat bagus tidak
akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri.
Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya
diri.
Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala :
Guru mengharapkan siswa agar apat menemukan sendiri dari suatu permasalahan yang ingin
dipecahkan.
Jika bahan pelajaran tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah
kesimpulan yang perlu pembuktian.
Jika proses belajar berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata- rata memiliki kemauan dan
kemampuan berpikir.
Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Prinsip Prinsip Penggunaan SPI
SPI merupakan pendekatan yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak.
Perkembangan itu menurut piaget dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:

1. Maturation / kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses
pertumbuhan fisik yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan system
saraf. Pertumbuhan otak merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kemampuan
berpikir ( intelektual ) anak.
2. Physical experience : Yaitu tindakan tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda
benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu
memungkinkan dapat mengembangkan aktifitas / daya pikir.
Contoh pengimplementasi dalam matematika yaitu ketika serorang guru mengajak muridnya untuk
melakukan praktek menemukan rumus luas permukaan bola.
3. Social experience : Yaitu aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman
sosial anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang
lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain disamping aturannya sendiri .
Ada dua aspek pengalaman sosial yang dapat membantu perkembangan intelektual anak yaitu :
Pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa yang diperoleh melalui
percakapan, diskusi dan argumentasi dengan orang lain.
Melalui pengalaman sosial anak akan menggurangi egosentricnya. Sedikit demi sedikit akan timbul
kesadaran bahwa orang lain berbeda dengan dirinya dan dapat mengembangkan konsep mental
misalnya seperti kerendahan hati, toleransi, kejujuran etika, moral dan lain lain.
4. Equilibiration : Yaitu proses penyesuian pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru
yang ditemukannya. Contoh: mencari rumus luas permukaan bola dengan menggunakan rumus luas
lingkaran.
Dalam penggunaan SPI terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru :

Strategi TPCK (Technological pedagogical content knowledge) dalam penelitian


ini dapat diterapkan pada pokok bahasan getaran dan gelombang
Strategi TPCK diterapkan agar siswa berperan aktif menemukan sendiri konsepkonsep yang ada serta peningkatan pencapaian kompetensi fisika siswa pada
hasil belajar ranah kognitif terutama pada aspek pemahaman (C2) siswa
terhadap materi getaran dan gelombang
demonstrasi getaran dengan menggunakan ayunan sederhana setelah itu siswa
dibimbing guru untuk mengoperasikan
media pembelajaran yang di dalamnya terdapat simulasi getaran sehingga siswa
mampu memahami konsep getaran dan mampu menjawab LKS yang telah
diberikan guru. Pertemuan kedua guru melakukan demonstrasi bentuk
gelombang dengan menggunakan tali dan slinki selanjutnya siswa
mengoperasikan media pembelajaran yang di dalamnya terdapat simulasi
jalannya gelombang transversal dan longitudinal, kemudian siswa menjawab
LKS. Akhirnya, siswa mampu memahami konsep getaran dan gelombang serta
siswa berani mempresentasikan hasil diskusinya. Harris et al (200

Anda mungkin juga menyukai