Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Pengertian Islam
Kata Islam menurut pandangan umum yang berlaku, biasanya mempunyai konotasi
dengan dan diartikan sebagai agama Allah. Agama, artinya jalan. 1[1] Agama Allah berarti jalan
Allah, yaitu jalan menuju kepada-Nya dan bersumber daripada-Nya. Allah adalah Tuhan seru
sekalian alam, Tuhan yang menciptakan, menguasai, mengatur alam semesta ini.
Islam adalah agama Allah; yang berarti Islam adalah jalan menuju kepada Allah dan yang
bersumber daripada-Nya.
Secara etimologis, kata Islam memang memiliki banyak pengertian, antara lain:
a. Kata Islam yang berasal dari kata kerja aslama, yuslimu, dengan pengertian menyerahkan
diri, menyelamatkan diri, taat, patuh dan tunduk.
b. Dari segi kata dasar salima, mengandung pengertian antara lain selamat, sejahtera, sentosa,
bersih dan bebas dari cecat/cela.
c. Jika dilihat dari kata dasar salam, maka akan berarti damai, aman, dan tenteram.
Jadi penegrtian Islam dapat disimpulkan sebagai berikut: menempuh jalan keselamatan,
dengan jalan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan melaksanakan dengan penuh
kepatuhan dan ketaatan akan segala ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang ditetapkan olehNya, untuk mencapai kesejahteraan dan kesentausaan hidup dengan penuh keamanan dan
kedamaian.
2. Kepercayaan
Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahdatin ("dua kalimat
persaksian"), yaitu "asyhadu an-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan
rasuulullaah" - yang berarti "Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi
bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah". Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian
mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang
Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).
Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur'an kepada Muhammad sebagai
Khataman Nabiyyin (Penutup Para Nabi) dan menganggap bahwa al-Qur'an dan Sunnah (setiap
perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber fundamental Islam.
Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai
pembaharu dari keimanan monoteistik dari Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi lainnya (untuk lebih
lanjutnya, silakan baca artikel mengenai Para nabi dan rasul dalam Islam). Tradisi Islam
menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan
kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun
kedua-duanya.
Umat Islam juga meyakini al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang
disampaikan oleh Allah kepada Muhammad. melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna
dan tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah [2]:2). Allah juga telah berjanji akan menjaga
keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman dalam suatu ayat.
Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk
mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil
dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar adanya. Umat
Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami
perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa alQur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitabkitab sebelumnya.
Umat Islam juga meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan
Allah sejak masa Adam adalah agama tauhid, dengan demikian tentu saja Ibrahim juga menganut
ketauhidan secara hanif (murni imannya) maka menjadikannya seorang muslim. Pandangan ini
meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai
Nabi Ibrahim as. Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli
Kitab atau Ahlul Kitab.
Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, Sunni (85%)
dan Syiah (15%). Perpecahan terjadi setelah abad ke-7 yang mengikut pada ketidaksetujuan atas
kepemimpinan politik dan keagamaan dari komunitas Islam ketika itu. Islam adalah agama
pradominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebagian besar Afrika dan Asia. Komunitas besar
juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia. Terdapat juga sebagian
besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia, seperti Eropa Barat. Sekitar 20% Muslim
tinggal di negara-negara Arab, 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, negara Muslim
terbesar berdasar populasi.
3. Islam Sebagai Gejala Alami yang Universal
Kekuatan besar, semua hukum yang meresap, yang memerintah dan yang mengatur
seluruh dan bagian-bagian serta yang menyusun alam semesta ini, mulai dari noda debu yang
terkecil sampai kepada galaksi raksasa yang hebat di langit yang tinggi, adalah hukum Tuhan,
pencipta dan pengatur alam semesta ini.
Karena seluruh makhluk dan seluruh alam semesta ini tunduk dan patuh kepada hukumhukum Tuhan, maka secara harfiyah seluruh alam semesta ini beserta segala isi yang ada di
dalamnya adalah muslim, mengikuti dan melaksanakan Islam, karena Islam adalah tidak lain
kecuali berarti kepatuhan dan penyerahan diri kepada Allh, Tuhan semesta alam.
Jadi bumi, matahari, bulan, bintang-bintang dan semua benda-benda langit lainnya
semuanya adalah muslim. Udara, air, panas, batu, pohon-pohonan dan binatang serta segala
sesuatu yang ada dan menjadi isi alam semesta ini, adalah muslim, karena mereka patuh kepada
Tuhan semesta alam dan mengikuti hukum-hukum-Nya.2[3]
Islam itu pada hakikatnya adalah jalan hidup yang alami, jalan hidup yang sesuai dengan
menurut kenyataan, jalan hidup yang menurut hukum-hukum dan proses alamiah, dan jalan
hidup menurut aturan dan hukum-hukum yang ditetapkan oleh Tuhan.
4. Islam Sebagai Agama Universal dan Eternal
Sebagai agama yang terakhir, Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW (sebagai
utusan terakhir) berfungsi sebagai rahmatan lilalamin yaitu rahmat dan nikmat bagi seluruh
alam, utamanya bagi kehidupan manusia. Sebagai risalah yang terakhir, islam memiliki nilai
universal dan eternal, sesuai dengan kebutuhan manusia. Islam memiliki bentuk ajaran yang
lebih sempurna dibanding dengan ajaran sebelumnya.
Untuk memenuhi semua kebutuhan kehidupan manusia, Islam memiliki tiga inti ajaran
yang merupakan inti dasar dalam mengatur kehidupan manusia. Secara umum dasar-dasar ajaran
Islam itu meliputi aqidah, syariah dan akhlaq. Dasar-dasar tersebut menunjukkan sifat
universalitas dan eternalitas Islam.
1) Aqidah
2
Ditinjau dari ajarannya, Islam mengatur berbagai aspek kehidupan pada manusia yang
meliputi :
1.
Hubungan manusia dengan Allah (Hablum Minallah).
Sesuai firman yang berbunyi :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku.
(QS.51: 56)
2.
Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).
Sesuai firman yang berbunyi :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. (QS.5:2).
3.
Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.
Sesuai firman yang berbunyi :
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmuran.
(QS.11:61)
Pemaknaan konsep ajaran Islam dilakukan dengan tiga pokok yaitu :
1.
Yaitu kerendahan diri dan tunduk kepada Allah dengan tauhid, yakni mengesakan Allah
dalam setiap peribadahan kita. Tidak boleh menunjukan satu saja dari jenis ibadah kita kepada
selainNya. Karena memang hanya Dia yang berhak untuk diibadahi. Dia lah yang telah
menciptakan kita, memberi rezeki kita dan mengatur alam semesta ini, pantaskah kita tujukan
ibadah kita kepada selainNya, yang tidak berkuasa dan berperan sedikitpun pada diri kita?
Semua yang disembah selain Allah tidak mampu memberikan pertolongan bahkan terhadap diri
mereka sendiri sekali pun. Allah berfirman:
Apakah mereka mempersekutukan dengan berhala-berhala yang tak dapat menciptakan
sesuatu pun? Sedang berhala-berhala itu sendiri yang diciptakan. Dan berhala-berhala itu tidak
mampu memberi pertolongan kepada para penyembahnya, bahkan kepada diri meraka sendiripun
berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan. (QS. al Araf: 191-192)
Semua yang disembah selain Allah tidak memiliki sedikitpun kekuasaan di alam semesta
ini. Allah berfirman:
Dan orangorang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa apa walaupun setipis
kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu? dan kalau mereka
mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu, dan pada hari kiamat mereka
akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu
sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (QS. Fathir: 13-14)
2.
Orang yang beriman tidak boleh memiliki pilihan lain apabila Allah dan RasulNya telah
menetapkan keputusan. Allah berfirman:
Dan tidaklah patut bagi lakilaki yang beriman dan tidak pula perempuan yang beriman,
apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguh dia
telah sesat dengan kesesatan yang nyata. (QS. alAhzab: 36).
Orang yang beriman tidak membantah ketetapan Allah dan RasulNya akan tetapi mereka
menaatinya lahir maupun batin. Allah berfirman,:
Sesungguhnya jawaban orang orang beriman, bila mereka diseru kepada Allah dan
RasulNya agar Rasul menghukum di antara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami
patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An Nur: 51)
3.
ajaran
Islam
terdiri
dari
pokok,
yang
meliputi
Al-Qur'an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192).
Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur'an masuk ke dalam hati kita. Perubahan
perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Qur'an, maka alQur'an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut
terjadi pada diri Rasululullah SAW, ketika al-Qur'an diturunkan kepada beliau. Ketika
Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab: Kaana khuluquhul quran;
akhlak Nabi adalah al-Qur'an.
Al-Qur'an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur'an dihafalkan dan ditulis oleh banyak
sahabat. Secara turun temurun al-Qur'an itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang
banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur'an terpelihara, sebagai
wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Qur'an. (QS 15:9).
Membaca al-Qur'an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda: Aku
tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim
satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat (al-Hadist).
b. As-Sunnah
As-Sunnah atau disebut juga Hadist adalah : segala perkataan, perbuatan, dan apa-apa yang
diperbolehkan oleh Nabi Muhammad SAW.
c. Ijtihad
Yaitu penggunaan akal (dalil aqli) untuk menemukan suatu keputusan hukum yang tidak
diterapkan secara eksplisit dalam Al-quran dan As-sunnah.
2.Aqidah Islam
Kepatuhan terhadap ajaran islam, atau keterikatan seorang muslim dengan Islam meliputi:
a. Iman, yaitu meyakini ajaran Islam
b. Amal, yaitu melaksanakan ajaran Islam
c. Ilmu, yaitu mempelajari Islam
d. Dawah/jihad, yaitu menyebarluaskan agama Islam dan membelanya
e. Sabar, yaitu tabah dalam ber-Islam
3.Syariah
Syariah adalah sistem hukum yang didasari Al-Quran, As-Sunnah, atau Ijtihad. Seorang
pemeluk Agama Islam, berkewajiban menjalankan ketentuan ini sebagai konsekwensi dari keIslamannya. Menjalankan syariah berarti melaksanakan ibadah. Dalam hal ini tidak hanya yang
bersifat ritual, seperti yang termaktub dalam Rukun Islam, seperti: bersyahadat, shollat, zakat,
puasa, dan berhaji bagi yang mampu. Akan tetapi juga meliputi seluruh aktifitas (perkataan
maupun perbuatan) yang dilandasi keiman terhadap Allah SWT.
KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain.
Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat menyelematkan dunia
yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai
krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya.
Tidak mudah membahas karakteristik ajaran islam, karena ruanglingkupnya sangat luas,
mencakup berbagai aspek kehidupan umat islam. Untuk mengkaji secara rinci semua
karakteristik ajaran islam perlu di telusuri, mulai dari risalah Allah terakhir dan menjadi agama
yang diridloi Allah, untuk dunia dan seluruh umat manusia sampai datangnya hari kiamat.
Karakteristik yang dimiliki islam, yakni karakteristik ilmu dan kebudayaan, pendidikan, sosial,
ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, dan disiplin ilmu. Karakteristik ajaran islam adalah
suatu karakter yang harus dimiliki oleh umat muslim dengan bersandarkan Al-Qur'an dan
Hadist dalam berbagai bidang ilmu,kebudayaan, pendidikan.sosial, ekonomi, kesehatan,
politik, pekerjaan, disiplin ilmu,dan berbagai macam ilmu khusus. Karakteristik ini banyak
terdapat di dalam sumber-sumber ajaran Al-Quran dan Al-Hadits. Kedua sumber ini telah
menjadi pedoman hidup bagi setiap umat Islam. Aspek-aspek sumber kehidupan ini diberi
karakter tersendiri dalam berbagai ilmu pengetahuan, ekonomi, social, politik, pekerjaan,
kesehatan, dan disiplin ilmu untuk sepanjang masa.
Islam dalam potret yang ditampilkan Muhammad Iqbal bernuansa filosofis dan sufistik.
Islam yang ditampilkan Fazlur Rohman bernuansa histories dan filosofis.Islam yang
ditampulkan pemikir dari Iran seperti Ali Syariati, Sayyed Husain Nasr, dan Murthada
Muthahari banyak menguasai pemikiran filsafat modern dan ilmu social yang berasal dari barat
Pembahasan
Istilah karakteristik ajaran islam terdiri dari dua kata: karakteristik dan ajaran islam. Kata
karakteristik dalam kamus bahasa Indonesia, diartikan sesuatu yang mempunyai karakter atau
sifat yang khas. Islam dapat diartikan agama yang diajarkan nabi Muhammad SAW yang
berpedoman pada kitab suci al qur'an dan diturunkan di dunia ini melalui wahyu allah SWT.
Berarti karakteristik jaran islam dapat diartikan sebagai ciri yang khas atau khusus yang
mempelajari tentang berbagai ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai
bidang agama, muamalah (kemanusiaan), yang didalamnya temasuk ekonomi, social, politik,
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan, dan disiplin ilmu.
Karakteristik ajaran islam terdiri dari berbagai bidang disiplin ilmu. Bidang-bidang
tersebut adalah sebagai berikut:
1. bidang ilmu dan kebudayaan
kebudayaan adalah penjelmaan (manifestasi) akal dan rasa manusia. Ini berarti
manusilah yang menciptakan kebudayaan. Kebudayaan islam, berarti menyaring
kebudayaan yang tidak melenceng dari ajaran islam agar tetap berjalan antara
kebudayaan dengan ajaran agama maka harus pula dipelajari tentang pengertian
kebudayaan dan islam itu sendiri. Menurut bahasa, kata kebudayaan berasal dari bahasa
sangsekerta, yaitu budh yang berarti akal kemudian dari kata budh itu berubah menjadi
kata budhi dan jamaknya budaya. Dalam bahasa arab kata kebudayaan itu disebut atstsaqafah dalam bahasa inggris kebudayaan ini disebut culture.
Dalam bidang ilmu dan kebudayaan, islam mengajarkan kepada pemeluknya
untuk bersikap terbuka, sekalipun islam bukan timur dan barat. Ini tidak berarti islam
harus menutup diri dari keduanya dalam sejarah, islam mewarisi peradapan yunaniromawi di barat dan peradapan Persia, India, cina di timur. Dari abad ke-7 sampai abad
ke-15, ketika perdapan besar di barat dan timur tenggelam, islam bertindak sebagai
pewaris utamanya untuk kemudian di ambil alih oleh peradapan barat jadi, dalam ilmu
dan kebudayaan, Islam menjadi mata rantai sangat penting dalam sejarah peradapan
dunia .
2. bidang sosial
karakteristik islam di bidang sosial ini termasuk yang paling menonjol, Karena
seluruh bidang ajaran islam dalam bidang sosial ditujukan untuk menyejahterakan
mnusia. Namun khusus dalam bidang sosial ini, islam menjunjung tinggi sifat tolong
menolong, saling mensehati, tentang hak dan kesabarn, kesetiakawanan, egaliter
(kesamaan derjat), tenggang rasa, dan kebersamaan. Ukuran tinggi derajat manusia dalam
pandangan islam bukan di tentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, warna kulit,
bahasa, dan jenis kelamin yang berbau rasialis. Tetapi ditentukan oleh ketakwaannya
yang ditujukan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia.
3. Bidang ekonomi
Karkteristik ajarn islam selanjutnya dapt dipahami dari konsepsinya dalambidang
kehidupan yang harus dilakukan. Urusan dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan
akherat, kehidupan akherat dapat dicapai dengan dunia.
Pandangan islam mengenai kehidupan dibidang ekonomi itu dicerminkan dalam ajaran
fiqih yang menjelaskan tentang bagaimana menjalankan sesuatu usaha ataupun ajaran
islam mengenai berzkat juga dalam konteks berekonomi.
4. Bidang kesehatan
Kesehatan berasal dari kata sehat yang merupakn sehat jasmani dan rohani, sehat lahir
dan batin. Dalam kamus bahasa Indonesia kesehatan diartikan sebagai hal yang harus
dijaga olkeh setiap manusia agar tetap hidup sehat. Islam sangat memperhatikan
kesehatan dengan cara: pertama, mengajak dan menganjurkan untuk menjaga kebersihan
diri dn lingkungan. Kedua, mempertahankan kesehatn yang dimiliki seseorang agar tetap
sehat. Ajaran islam tentang kesehatn berpedoman pada prinsip pencegahan lebih baik dari
pada mengobati (al-wiqoyah khoir minal al-I"laf) berkenaan dengan konteks kesehatan
ini ditemukan sekian banyak petunjauk kitab suci dan sunah nabi SAW yang pada
dasarnya mengarah pada upaya pencegahan. Untuk menuju upaya pencegahn tersebut,
islam menekankan segi kebersihan lahir batin. Kebersihan lahir batin dapat mengambil
bentuk kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitear badan, pakaian, makanan, dan
minuman.
5. Bidang pekerjaan
Karakteristik ajaran islam lebbih lanjut dapat dilihat dari jaranya mengenai kerja. Islam
memandng bahwa kerja sebagai ibadah kepada alloh SWT atas dasar inilah maka kerja
yang dikehendaki islam adalah kerja yang bermutu tearah pada pengabdian terhadap
alloh SWT, dan kerja bermanfaat bagi orng lain.
Islam tidk menekankan pada banyaknya pekerjaan, tetapi pada kwalitas manfaat kerja.
Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu, islam memndang kerja yang
dilakukan harus kerja yang professional, yakni kerja yang ditunjang oleh ilmu
pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan, dan kwalitasnya.
6. Bidng disiplin ilmu
Karakteristik islam mengenai disiplin ilmu sangat dibutuhkan, sebab menerapkan
disipilin,seseorang, membuat orang tersebut tetap berpegang teguh pada peraturan dan
tidak akn tergoyahkan aqidahnya. Bagai ajaran yangberkenaan dengan berbagai bidng
kehidupqn, island tampil sebagai sebuah disiplin ilmu, yyanitu ilmu keislaman.
Harun nasution menyatakan bahwaislam mempunyai berbagai aspek disip-lin ilnmu,
yanitu aspek teologi, aspek ibadah, asprk moral, aspek mistisisme, aspek sejarah, dan
aspek kebudayaan.
Tidak jarang terjadi kesalahan dalam upaya memahami Islam, sehingga berdampak pada
kesalahan sikap dalam ber-Islam ataupun dalam menyikapi Islam. Kesalahan dalam upaya
memahami Islam ini bersumber pada beberapa hal, diantaranya: Pengambilan sumber yang
salah, cara memahami yang salah, pemahaman yang parsial, atau memahami Islam dari prilaku
orang-orangnya, bukan dari sumbernya, dll
Sumber Ajaran
Islam dari Allah. Sumber ajarannya juga dari Allah. Maka sumber ajaran Islam adalah wahyu
dari Allah, yaitu Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Kesalahan utama dalam upaya memahami Islam kadang terletak pada pijakannya. Mengambil
pijakan yang salah, maka hasilnya-pun bisa salah. Seandainya-pun betul, maka hanya merupakan
suatu kebetulan.
Diantara kesalahan dalam mengambil sumber hujjah ini adalah:
1. Berhujjah dengan hadits lemah dan palsu
Kesalahan yang sering terjadi dalam hal ini adalah mengambil hujjah (dalil) dengan hadits-hadits
lemah dan palsu. Sebagian mungkin berpendapat bahwa berhujjah dengan hadits lemah dan
palsu dalam fadha`il al-amal tidak mengapa selama tidak menyangkut masalah itikad, Namun
masalah ini juga bisa melahirkan kesalahan dalam beragama. Siapa yang dapat memutuskan
bahwa ini lebih afdhal dari yang lain?
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasululah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang sengaja berbohong mengatas namakan
diriku, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya dari api neraka"
Tentang faedah dan kaedah dari hadits ini, Imam An-Nawawi menulis diantaranya:
"Tidak ada bedanya antara upaya berdusta dengan mengatas namakan Rasulullah dalam hal yang
mengandung hokum atau dalam hal yang tidak mengandung hokum. Misalnya dalam masalah
targhiib (anjuran untuk berbuat baik), tarhiib (ancaman dari berbuat kejelekan), mauizhah
(nasehat) atau yang lainnya. Semuanya sama-sama haram hukumnya dan termasuk dalam
katagori dosa besar"
2. Fanatisme, sehingga mengedepankan perkataan tokoh mazhabnya
Fanatisme pada mazhab atau pada orang tertentu juga berdampak dalam hal ini. Orang kadang
lebih suka berhujjah dengan apa kata gurunya, kiyainya, bahkan apa kata orang-orang dulu
(nenek moyang).
Ketika fanatisme telah merasuk, maka bagi mereka dalil bukan untuk menjadi sandaran
kebenaran, namun jadi sandaran pembenaran terhadap apa yang telah kadung diyakini
sebelumnya. Logika dibolak-balik agar apa yang telah kadung diyakini bisa menjadi benar.
Memahami Sumber
Sumber yang telah ada tidak bisa difahami semaunya. Kadang ada yang menganggap bisa
memahami Al-Qur`an dan Sunnah semaunya. Dengan dalih semua orang bisa memiliki
pendapat yang berbeda. Bagi mereka semua bebas berpendapat.
Ada yang memahami Islam dengan logika Kristen atau agama lain, sehingga lahir fiqh lintas
agama. Inilah yang kadang merusak Islam. Ada orang hindu yang memahami Islam dengan
pemahaman hindunya, Kristen dengan pemahaman Kristennya, dst
Beragamnya cara memahami justru menjadikan Islam terpecah belah, padahal Allah justru
menyeru untuk bersatu padu: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, (Q.S. Ali-Imran:103)
Lalu bagaimanakah semestinya?
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Telah berpecah belah Yahudi menjadi 71
golongan, dan telah berpecah belah Nashrani menjasi 72 golongan, dan akan terpecah belah
umatku menjadi 73 golongan, semuanya akan masuk Neraka kecuali satu. Sahabat
bertanya:Siapakah dia ya Rasulullah?, sabdanya:Barangsiapa yang menetapi apa yang aku
dan para sahabatku berada di atasnya (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibn Majah).
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: Aku berwasiat kepada kalian (untuk menetapi)
sahabatku, kemudian orang-orang setelah mereka (tabiin), kemudian orang-orang setelah
mereka (tabiu tabiin). Kemudian akan tersebar kedustaan sehinga seseorang membuat
persaksian sebelum dia diminta (H.R. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah)
Pemahaman terhadap sumber Islam (Al-Qur`an dan Sunnah) adalah dengan mengikuti
pemahaman salaf ash-shalih yang telah direkomendasikan sendiri oleh Allah dan Rasul-Nya.
Logika yang lurus
Para ulama telah menetapkan cara berfikir yang lurus dalam memahami sumber ajaran Islam.
Kaidah-kaidah Ushul Fiqh disaripatikan dari teks-teks Al-Qur`an dan hadits, diambil logika
berfikirnya agar tidak terjadi penyimpangan dan kerancuan dalam berfikir, sehingga pemahaman
juga bisa terpelihara tetap lurus.
Tidak jarang kekeliruan memahami Islam karena logika berfikir yang terbalik, umpamanya
orang yang menetapkan wajibnya syahadat kembali bagi muslim keturunan, malah mereka yang
menanyakan dalil yang menyatakan tidak perlu syahadat lagi, padahal mereka telah tahu hokum
asalnya seorang anak yang baru lahir.
Pemahaman yang Integral
Islam harus dipelajari secara integral sebagai suatu kesatuan, bukan secara parsial. Umpamanya
orang yang hanya melihat Islam dari sudut Bab Jihad, maka melihat seolah Islam itu keras dan
penuh peperangan. Orang yang melihat Islam semata dari sudut Akhlak (Bab Adab), khususnya
tentang zuhud semata dan mendalami itu saja akhirnya bisa menjadi orang yang hidup dalam
kependetaan, atau berpendapat seolah jalan zuhud ala Sufi adalah jalan terbaik.
Menempatkan sesuatu pada tempatnya
Islam adalah satu kesatuan, tidak bisa dipisah-pisahkan. Kesempurnaan Islam yang melingkupi
berbagai aspek kehidupan (syamil) tidak justru mendatangkan kebingungan. Ke-syamil-an Islam
justru agar kita bisa bersikap sesuai situasi dan kondisi yang melingkupi tanpa keluar dari
bingkai syariat.
Bukan ayatnya yang salah. Kadang juga bukan karena haditsnya yang lemah. Juga bukan
pemahamannya yang keliru, namun karena kita salah menempatkannya sehingga terjadi
kesalahan itu (Tentang ini, semoga suatu saat bisa saya tulis lebih detil dengan pembahasan
Fiqh Waqi/ memahami realita)
Tambahan
Beberapa kaidah lain dalam memehami Islam agar selamat dalam pemahaman kita tentang Islam
ini adalah:
1. kesalahan sebagian orang dalam memahami Islam kadang terjadi karena mempelajari
Islam dari kenyataan umat Islam. Sikap yang salah dari sebagian umat Islam,
keterbelakangan pendidikan, keawaman serta ketidak tahuan khususnya dalam iptek,
kadang membuat orang mengambil kesimpulan bahwa Islam itu agama yang
mengajarkan demikian. Ini terjadi karena upaya memahami Islam dari kenyataan
umatnya, bukan dari sumbernya sebagaimana disebutkan di atas. Maka, hendaknya kita
memahami Islam dari sumbernya. Kalaupun ingin melihat pada realita, maka lihatlah
pada realita ummat yang telah diakui oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu generasi Sahabat
radhiyallahu anhum.
2. Mempelajari Islam hendaklah dari kepustakaan yang ditulis para ulama Islam yang
mutabar, bukan malah melalui literature-literatur yang diterbitkan oleh orientalis atau
kaki tangan orientalis. Sungguh realita yang aneh, tidak sedikit cendikiawan kita yang
belajar Islam justru pada non-Islam, seperti Leiden University, Leipzig University
German, Arizona State University, dan McGill University.
Pengertian metodologi
Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang),
hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau lanhkah-langkah yang di tempuh
dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.
Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan,
dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading
mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik
riset.
Ketika metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah. Logos berarti studi
tentang atau teori tentang. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar kumpulan cara yang
sudah diterima(well received) tetapi berupa berupa kajian tentang metode. Dalam metodologi
dibicarakan kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak
ada perbedaan, refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam
metodologi terbuka luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka
dari itu, metodologi menjadi menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan metode tidak.[2]
Metodologi adalah ilmu cara- cara dan langkah- langkah yang tepat ( untuk menganalisa
sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara.[3]
Istilah metodologi studi islam digunakan ketika seorang ingin membahas kajian- kajian
seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam. Sebut saja misalnya kajian atas
metode normative, historis, filosofis, komparatif dan lain sebagainya. Metodologi studi islam
mengenal metode- metode itu sebatas teoritis. Seseorang yang mempelajarinya juga belum
menggunakannya dalam praktik. Ia masih dalam tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.
2.
Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari segi sisi:
a. Sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti
absolute, dan diterima apa adanya.
b. Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya
dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
c. Sebagai interaksi social, yaitu realitas umat Islam.
Bila islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islam dapat dibatasi pada tiga sisi
tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas kebenaran teks wahyu,
maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.
a.
Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yamng menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba
mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara yang terbentuk dan tumbuh serta berubahnya
perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat
tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Harus ditegaskan disini bahwa orang yang pertama kali menggagas sekaligus
memperaktikkan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu baru yang mandiri adalah ibn khaldun.
Namun, sebagian besar sosiolog memandang kontribusi ibn khaldun begitu kecil dalam
sosiologi. Mereka lebih mengakui karl max dan august comte sebagai seorang yang yang paling
berjasa bagi disiplin ilmu sosiologi.
Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena fokus
perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Teori sosiologis tentang watak agama
serta kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong di tetapkannya serangkaian
kategori-kategori sosiologis, meliputi:
1.
2.
3.
4.
Dalam al-quran terdapat tuntunan yang banyak membicarakan realitas tertinggi yang
menunjukan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima selainnya. Namun disisi lain (sosiologis),
ia juga dengan sangat toleran menerima kehadiran keyakinan lain (lakum dinukum waliyaddin).
b.
Pendekatan Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.
Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi,
dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut, dan lain sebagainya.[7]
Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu
sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social
kemasyarakatan. Dalam kontek ini Kuntowijaya telah melakukan studi yang mendalam terhadap
agama yang dalam hal ini islam menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-quran, ia
sampai pada kesimpulan bahwa dasarnya kandungan Al-quran itu menjadi dua bagian. Bagian
pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang
bersifat empirism dan mendunia. Dari kedaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan
atau keselarassan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada dalam empiris dan
historis. Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena Agama
itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial
kemasyarakatan.
c.
Pendekatan Antropologis
Pendekatan ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memahamai agama
dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Melalui perndekatan ini agama tamapak lebih akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang
dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
Dalam berbagai penelitian antropologi. Agama dapat ditemukan adanya hubungan positif
antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik golongan masyarakat yang
kurang mampu pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang mesianis,
yang menjanjikan perubahan tatanan sosial masyarakat. Sedangkan golongan orang yang kaya
lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi
lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Melalui pendekatan antropologi sosok agamayang berada pada daratan empiric akan
dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan
dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata
yang terjadi dimasyarakat
Dalam pendekatan ini kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja
dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika ingin mengubah
pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan dengan cara mengubah
pandangan keagamaan. Selanjutnya melalui pendekatan antropologis ini, kita dapat melihat
agama dalam hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian.
Salah satu konsep kunci terpenting dalam antropologi adalah modern adalah holisme,
yakni pandangan bahwa prakyik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan secara esensial
dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam masyarakat yang sedang diteliti.
Para antropologis harus melihat agama dan praktik-praktik pertanian, kekeluargaan dan politik,
magic dan pengobatan (secara bersama-sama maka agama tidak bisa dilihat sebagai system
otonom yang tidak terpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya
d.
Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah jiwa yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala
perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang tampak
lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ilmu jiwa agama
sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat, tidak akan mempersoalkan benar tidaknya
suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan
agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati,
dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama
ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan uasianya. Dengan ilmu agama akan
menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Label psikologi agama seolah menunjukan bahwa bidang ini merupakan cabang
psikologi yang concern dengan subjek agama, sejajar dengan psikologi pendidkan, atau psikologi
olahraga, atau psikologi klinis. Akan tetapi kenyataanya, psikologi agama berada di bagian luar
mainstream psikologi
Biarlah masalah mewarnai hidup kita, Sebesar apa pun, semua itu pasti akan sirna seiring kita
memohon solusi kepada Allah dengan sabar dan shalat
SATU ciri utama dunia yang tidak akan pernah hilang ialah masalah.
Siapapun yang namanya masih hidup di bumi ini pasti akan menghadapi masalah, karena
masalah ada di mana-mana, mulai dari kolong jembatan sampai istana kekuasaan. Dari anakanak hingga kakek-nenek, semua berhadapan dengan masalah. Prinsipnya setiap jiwa memiliki
masalah.
Allah Taala sebagai Pencipta Alam Semesta sudah mengetahui dan karena itu juga telah
mempersiapkan metode terbaik dalam menghadapi setiap masalah, yakni dengan sabar dan
shalat.
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah [2]: 153).
Aid Al-Qarni dalam buku fenomenalnya La Tahzan menuturkan bahwa jika Rasulullah diimpa
sebuah ketakutan, maka beliau akan segera melakukan shalat. Suatu waktu beliau berkata kepada
Bilal, Ketenanganku ada pada shalat.
Lebih lanjut Aid Al-Qarni menjelaskan, Jika hati terasa menyesak, masalah yang dihadapi terasa
sangat rumit dan tiup muslihat sangat banyak, maka bersegeralah datang ke tempat shalat, dan
shalatlah.
KH Abdullah Said, pendiri Pesantren Hidayatullah di Kalimantan Timur pernah berkata bahwa
shalat adalah media terbaik seorang Muslim mengadukan segala masalahnya kepada Allah
Taala.
Kita banyak menemukan riwayat yang menuturkan bahwa Nabi di kala shalat sungguh sangat
thumaninah dan bisa dikatakan cukup panjang, utamanya kala beliau shalat sendiri di malam
hari. Bahkan Situ Aisyah pernah menuturkan, kaki Rasulullah sampai bengkak karena lamanya
shalat beliau.
Semua itu tidak lain karena beliau sedang mengadu, memohon, dan berharap kepada Allah agar
segala rusan yang berkaitan dengan umat Islam diberikan jalan, diberikan kemudahan, diberikan
keberkahan, sehingga umat Islam bisa menjadi umat terbaik yang mampu menjadi tauladan bagi
seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Kala kita memohon kepada Allah melalui shalat, tentu sangat tidak elok jika dilakukan dengan
tergesa-gesa. Harus tenang dan sabar dalam menjalankannya.
Jadi, shalat sebenarnya bukan semata ritual, ia sumber menyedot dan menyadap kekuatan
Ilahiyah untuk setiap jiwa mampu menghadapi masalah dengan tenang, cerdas dan solutif. Sebab
dalam shalat ada masa dimana Allah sangat dekat pada seorang hamba, yakni di kala sujud.
Sedekat-dekat seorang hamba kepada Tuhannya yaitu ketika ia sujud, maka perbanyaklah
berdoa di dalam sujud. (HR. Muslim).
Dengan demikian mari kita jadikan shalat sebagai media penting dalam hidup kita untuk benarbenar dekat kepada Allah Taala untuk menemukan solusi dari setiap masalah yang kita hadapi.
Bukan sekedar ritual dan kurang begitu antusias dalam menjalankannya.
Sabar
Beriringan dengan kala kta shalat, dalam menghadapi masalah kita juga harus bersabar. Menurut
Aid Al-Qarni sabar adalah kemampuan jiwa untuk senantiasa berlapang dada, berkemauan keras,
serta memiliki ketabahan yang besar dalam menghadapi masalah kehidupan.
Bahkan tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi dengan sabar. Dengan bersabar, masalah apa
pun, insya Allah akan tersolusikan.
Seberapa pun besar permasalahan yang kita hadapi, tetaplah bersabar. Karena kemenangan itu
sesungguhnya akan datang bersama dengan kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan.
Dan, dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan. Karena janji Allah adalah kabar gembira bagi
orang-orang yang sabar.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah [2]: 155).
Dengan demikian, usah sedih, apalagi putus asa. Biarlah masalah mewarnai hidup kita, apa pun
dan sebesar apa pun. Semua itu pasti akan sirna seiring kita memohon solusi kepada Allah
dengan sabar dan shalat. Karena jika Allah sudah berjanji, mustahil Allah tidak menepatinya,
yakinlah!*