Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sindroma Metabolik merupakan kelainan metabolik kompleks yang diakibatkan oleh
obesitas. Sindroma metabolik berhubungan erat dengan obesitas, resistensi insulin, dislipidemia
dan hipertensi. Hal yang paling penting, harus segera mengenali sedini mungkin gejala gangguan
metabolik sebelum seseorang jatuh ke dalam beberapa komplikasi1,2
Data epidemiologi menyebutkan prevalensi sindroma metabolik dunia adalah 20-25%.
Hasil penelitian Framingham Offspring Study menemukan bahwa pada responden berusia 26-82
tahun terdapat 29,4% pria dan 23,1% wanita menderita sidroma metabolik (Ford ES, 2004).
Sedangkan penelitian di Perancis menemukan prevalensi sindroma metabolik sebesar 23% pada
pria dan 21% pada wanita . Data dari Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI)
menunjukkan prevalensi sindoma metabolik sebesar 13,13% 3
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 di Indonesia menunjukkan peningkatan
beberapa penyakit yang berhubungan dengan sindroma metabolik, antara lain prevalensi
penyakit jantung 7,2%, hipertensi 31,7%, sedangkan Diabetes Mellitus (DM) 5,7%, sedenterial
48,2%, obesitas 19,1% dan obes sentral 18,8%. Menurut tipe daerah tampak lebih tinggi di
daerah perkotaan (23,6%) dibandingkan daerah perdesaan (15,7%).

Prevalensi sindroma

metabolik cenderung meningkat seiring meningkatnya obesitas maupun obes sentral. 3


Sindroma metabolik juga terkait dengan prevalensi penyakit degeneratif. Selama ini
faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab sindroma metabolik terkait dengan obesitas,
antara lain, pola makan, kurang olahraga, kelainan metabolisme, mekanisme neuroendokrin,
psikologi, obat-obatan, faktor sosial ekonomi dan gaya hidup serta faktor genetika5.

Hasil Riskesdas tahun 2007 di Indonesia menunjukkan prevalensi masyarakat yang


kurang mengonsumsi buah sayur berdasarkan kriteria WHO sebesar (93,6%) dan konsumsi buah
sayur proporsinya semakin rendah dengan semakin rendahnya sosial ekonomi.
Data Sensus penduduk nasional 2004 menunjukkan penduduk umur 15 tahun ke atas
85% kurang beraktivitas fisik dan hanya 6% penduduk yang cukup beraktivitas fisik. Penduduk
wanita yang kurang beraktivitas fisik 87%, lebih tinggi daripada penduduk laki-laki. Sedangkan
penduduk di perkotaan yang kurang beraktifitas fisik adalah sebanyak 83%, lebih tinggi daripada
penduduk di pedesaan. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi kurang aktifitas
fisik sebesar 48,2% dan terdapat kecenderungan prevalensi kurang aktifitas fisik semakin tinggi
dengan meningkatnya status ekonomi.
Faktor psikologi dapat menimbulkan terjadinya obesitas karena adanya emosional yang
tidak stabil (unstabil emotional). Hal tersebut menyebabkan individu cenderung untuk
melakukan pelarian diri (self mechanism defence). Bentuk pelarian diri bisa berupa mengonsumsi
makanan yang mengandung kalori dan kolesterol tinggi dalam jumlah yang berlebihan. 8
tujuan dari penulisan referat ini, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
sindroma metabolik. Masyarakat diharapkan mengetahui faktor resiko

terjadinya sindroma

metabolik sehingga akan berprilaku hidup sehat. Sama halnya yang telah dijelaskan di paragraph
pertama, bahwa hal yang paling penting adalah mencegah agar tidak jatuh ke dalam keadaan
sindroma metabolik.

Kerangka teori referat sindroma metabolik

I.
II.

III.

Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
Tinjauan pustaka
A. Definisi sindroma metabolik
B. Epidemilogi sindroma metabolik
C. Etiologi dan Patofisiologi sindroma metabolik
D. Faktor resiko sindroma metabolik
E. Kriteria dan diagnosis sindroma metabolik
F. Tata laksana sindroma metabolik
Penutup
A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai