Anda di halaman 1dari 7

Sofia L Butarbutar, dkk.

ISSN 0216 - 3128

213

SIMULASI UJI STRESS CORROSION CRACKING (SCC)


MATERIAL SUS 304 PADA BERBAGAI SUHU
Sofia L Butarbutar, Anni Rahmat, Febrianto
Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir BATAN, Kawasan Puspiptek, Cisauk, Tangerang,
Email: sofia.butarbutar@yahoo.com

ABSTRAK
SIMULASI UJI STRESS CORROSION CRACKING (SCC) MATERIAL SUS 304 PADA BERBAGAI SUHU.
Telah dilakukan simulasi distribusi tegangan untuk melihat terjadinya SCC pada material SUS 304. Baja
tahan karat ini digunakan sebagai CRDM (control rod drive mechanism) housing, extension shaft, vessel
inner cladding pada reaktor Pressurized Water Reactor (PWR). Kerusakan CRDM housing dapat memicu
kecelakaan inisiasi, dan kecelakaan kehilangan pendingin, maka perlu dipahami dengan baik sehingga
dapat mengendalikan dan memitigasi proses degradasi yang terjadi pada CRDM PWR, seperti SCC.
Distribusi tegangan dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak berbasis metode elemen
hingga. Untuk simulasi dikondisikan material SUS 304 memperoleh tegangan aplikasi sebesar 490 MPa dari
alat uji korosi Constant Extension Rate Test (CERT) untuk membuka retak. Dari hasil simulasi diperoleh
bahwa semakin tinggi suhu maka tegangan semakin tinggi dan sudah terjadi kegagalan atau deformasi
plastis karena sudah di atas yield dari SUS 304. Sama seperti tegangan, semakin tinggi suhu maka
kecenderungan regangan spesimen semakin panjang. Terjadinya SCC adalah pada bagian tengah pada
bagian penampang lintang karena mengalami intensitas tegangan tertinggi. Dengan melakukan hipotesa
mengenai peluang terjadinya SCC pada tegangan dan suhu tertentu maka dapat diambil langkah langkah
untuk mengatasi atau meminimalisasinya.
Kata kunci: CRDM housing, SCC, distribusi tegangan, regangan, CERT

ABSTRACT
STRESS CORROSION CRACKING (SCC) TEST SIMULATION OF SUS 304 MATERIAL AT MANY
TEMPERATURE CONDITION. Stress distribution simulation to know the SCC occurance of SUS 304 has
been conducted. This stainless steel has been used as control rod material such as CRDM (control rod drive
mechanism) housing, extension shaft, vessel inner cladding at Pressurized Water Reactor (PWR) . Rupture of
CRDM housing could lead to initiation accident, and Loss of Colant Accident (LOCA), so it needed to well
understand how to control and to mitigate degradation process in PWR CRDM, such as SCC. Stress
distribution was done using software base on finite element method. SUS 304 material was conditioned by
appliying stress for 490 MPa by Constant Extension Rate Test (CERT) to initiate the crack. From the
simulation, known that increasing temperature result increasing stress as well and it concluded that failure
or plastic deformation is occurred because already above the yield of SUS 304. Increasing temperature also
resulted trend of strain increase as well. The SCC occurance is at the center of specimen elbow surface, it is
because the highest of stress intensity is occurred at. By doing the hypothezing due to the SCC occurring
possibility on SUS 304 material at certain stress and temperature, the step to overcome or to minimize can
be taken.
Kata kunci: CRDM housing, SCC, stress distribution, strain, CERT

PENDAHULUAN
ontrol Rod Assembly (CRA) digunakan untuk
mengendalikan reaktivitas, dan CRDM
(Control Rod Drive Mechanisms) membentuk
bagian reactor coolant pressure boundary, kerusakan CRDM housing dapat memicu kecelakaan
inisiasi, dan kecelakaan kehilangan pendingin.

Untuk dapat beroperasi sampai usia desain yang


telah ditetapkan, maka harus dijaga keandalan dan
integritas strukturnya yaitu dengan cara memahami
cara pengendalian dan pemitigasian proses
degradasi pada CRDM PWR.[1]
Baja tahan karat (stainless steel) banyak
digunakan sebagai bahan konstruksi karena tahan

Prosiding PPI - PDIPTN 2010


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 20 Juli 2010

Sofia L Butarbutar, dkk.

ISSN 0216 - 3128

214

terhadap serangan korosi, mudah dibentuk dan dapat


dilas. Sifat tahan korosi ini dikarenakan kandungan
logam kromium yang terdapat didalamnya cukup
tinggi, sehingga dapat membentuk lapisan oksida
yaitu kromium oksida yang bersifat pasif terhadap
lingkungan.[2]
SCC hanya akan terjadi apabila efek
gabungan tiga faktor hadir secara bersamaan yaitu
lingkungan yang agresif, material yang sensitif dan
tegangan tarik tinggi. Berkurangnya salah satu
faktor di atas dapat mengurangi resiko SCC.(3) SCC
juga dapat terjadi pada struktur yang menggunakan
baja tahan karat SUS 304 seperti CRDM housing
akibat kehadiran klorida dan sulfat yang berasal dari
bagian annulus, seperti yang terjadi pada Diablo
Canyon Unit 1. Selain senyawa asam di atas,
konsentrasi oksigen yang tinggi dan lingkungan
bersuhu dan bertekanan tinggi seperti pada PWR
menjadi kontributor terjadinya SCC. (1) Retak pada
CRDM housing yang disebabkan SCC mengakibatkan kebocoran sistem pendingin reaktor.
Dengan terjadinya kebocoran air pendingin, maka
asam borat yang terdapat di dalamnya yang
ditambahkan untuk perataan absorpsi neutron dapat
mengakibatkan degradasi korosi pada bejana tekan
reaktor. Permasalahan inilah yang merupakan pokok
pikiran dalam penulisan makalah ini, agar dapat
memahami pengendalian dan pemitigasian proses
degradasi yang terjadi.
Makalah ini akan mengkaji distribusi
tegangan melintang dan searah pada spesimen yang
telah dibentuk, dan melakukan hipotesa daerah yang
sensitif terhadap SCC. Distribusi tegangan
dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat
lunak berbasis metode elemen hingga. Simulasi
distribusi tegangan ini mengacu pada keadaan riil
eksperimental yaitu adanya beban aksial yang
diterima oleh spesimen dalam lingkungan yang telah
dikondisikan. Untuk dapat melakukan hipotesa
daerah yang sensitif terhadap SCC perlu diketahui
perpanjangan spesimen yang terjadi.
Simulasi yang dilakukan pada makalah ini
merupakan kegiatan praeksperimental yang nantinya
akan dilakukan pada eksperimen sehingga dapat
meminimalisasikan kesalahan, pemborosan biaya
dan dapat mengetahui metode eksperimen yang
akan dilakukan.

TEORI
Baja Tahan Karat SUS 304
Baja tahan karat tipe austenitik SUS 304
merupakan material yang luas penggunaannya,
termasuk dalam reaktor nuklir. Material ini banyak
digemari karena mempunyai ketahanan korosi, serta
memiliki kekuatan dan ketangguhan yang besar,
tahan terhadap suhu tinggi. Komposisi kimia baja
tahan karat SUS 304[4] dapat dilihat pada Tabel 1.
SUS 304 digunakan sebagai material CRDM
housing bagian atas oleh desain Westinghouse dan
Babcock & Wilcox. Baja tahan karat austenitik ini
dipadukan dengan Alloy 600 di bagian bawahnya,
seperti tampak pada Gambar 1. Lingkungan PWR
yang bersuhu tinggi menjadikan material ini rentan
terhadap SCC. Kegagalan karena kebocorankebocoran kecil di sekitar CRDM seal welds ini
mengakibatkan kebocoran sistem pendingin reaktor.

Stress Corrosion Cracking


SCC merupakan suatu bentuk korosi yang
tersembunyi, yang ditandai hilangnya kekuatan
mekanis dan dapat memicu retak cepat serta
kegagalan struktur dan komponen yang besar.[6]
SCC pada baja tahan karat diakibatkan oleh
hancurnya lapisan pasif yang dapat melindunginya
dari korosi. Pada komponen batang kendali retak
yang diakibatkan oleh SCC dapat mengakibatkan
kebocoran asam borat, yaitu senyawa kimia yang
ditambahkan dengan tujuan untuk perataan absorpsi
neutron dan lebih lanjut dapat menjadi korosi asam
borat.
Proses terjadinya SCC pada spesimen ini
diawali dengan pemberian tegangan yang
mengakibatkan terjadinya regangan plastis yang
berkelanjutan pada permukaan spesimen dan
mendorong terjadinya retak awal dan perambatan
retak. Karena berada pada lingkungan yang korosif
maka SCC tidak dapat terelakkan lagi. Karakteristik
SCC sangat dipengaruhi oleh suhu, komposisi
larutan, komposisi logam, tegangan dan struktur
logam tersebut.

Tabel 1. omposisi kimia baja tahan karat SUS 304.


Komposisi/Unsur
Kadar

Mg

Si

Cr

Ni

Fe

<0.08

0.045

0.03

19

9.25

0.1

68.495

Prosiding PPI - PDIPTN 2010


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 20 Juli 2010

Sofia L Butarbutar, dkk.

ISSN 0216 - 3128

215

Gambar 1. Oconee CRDM Nozzle Penetration.[5]

Hubungan Tegangan - Regangan dan Suhu

METODOLOGI/TATA KERJA

Suhu merupakan salah satu faktor yang dapat


mempengaruhi nilai tegangan yang bekerja pada
suatu sistem. Tegangan memiliki hubungan yang
sebanding dengan gradien suhu. Jika gradien suhu
tinggi maka tegangan pada sistem pun akan semakin
tinggi, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan
teori hubungan antara tegangan dan regangan yang
dipengaruhi oleh suhu.[7]

Pada pemodelan ini spesimen yang digunakan adalah jenis dog bone type sesuai dengan
standar ASTM E8, dengan ukuran seperti tampak
pada Gambar 2 yang disesuaikan dengan alat CERT.

[ ]

= [K ]. el

(1)

dengan :

= tegangan

= matrix kekakuan
el

[ ] = [] [th] = vektor regangan elastis


Secara teoritis suhu akan mempengaruhi regangan
pada sistem.

Constant Extension Rate Test (CERT)


CERT adalah suatu metode pengujian yang
mengaplikasikan laju ekstensi yang lambat terhadap
spesimen. Metode ini memastikan bahwa terjadi
regangan plastis yang kontinyu pada permukaan
spesimen, dan membangkitkan inisiasi dan
pertumbuhan SCC. Hasil dari pengujian ini
dievaluasi terhadap waktu terjadinya kegagalan
(retak).

Gambar 2. Bentuk specimen.[8]

Pada simulasi distribusi tegangan ini diasumsikan material solid dimana salah satu sisinya
mendapat constrain fixed berupa kekang mati (tidak
terjadi pergerakan) pada semua arah kecuali arah
tegangannya (UX,UZ). Sisi yang lain pada model
ini mendapatkan tegangan tarik yang diaplikasikan
sebesar 490 Mpa, untuk menghasilkan retak inisiasi

Prosiding PPI - PDIPTN 2010


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 20 Juli 2010

216

ISSN 0216 - 3128

sepanjang 2,2 mm untuk selanjutnya dengan kondisi


suhu dan tegangan konstan akan diamati
pertumbuhan retak. Secara skematik pembebanan
dapat dilihat pada Gambar 3.

Sofia L Butarbutar, dkk.

Pembebanan pada CERT dilakukan dengan


mengencangkan baut sampai pada batas tegangan
yang diharapkan (490 MPa). Pada eksperimen ini
untuk mengetahui tegangan pada sistem digunakan
strain gauge yang telah terpasang pada alat
pembaca. Dari eksperimen ini dapat diterjemahkan
bahwa pemberian beban diasumsikan seragam dan
memiliki arah pada sumbu Y positif. Konstrain pada
simulasi tidak diberikan pada semua arah untuk
memberikan kebebasan node-node yang ada
meregang searah dengan pembebanan.
Selain diberikan tegangan, material juga
dikondisikan berada pada enam variasi suhu yaitu
50 oC, 75 oC, 100 oC, 200 oC, 300 oC, dan 350 oC.
Dari kondisi ini akan dilihat pengaruh variasi suhu
terhadap distribusi tegangan dan regangan pada
spesimen.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 3. Geometri simulasi spesimen CERT.

Kondisi pembebanan dilakukan seperti Gambar 3


agar mendekati kondisi riil pembebanan eksperimental selama 90 jam. Sesuai dengan kerja CERT
pembebanan dilakukan satu sisi saja atau aksial
pada salah satu ujung dan ujung yang lain di
kekang/konstrain.

Hubungan Distribusi Tegangan dan Suhu


Pada permodelan struktural pemberian beban
dilakukan
secara
konstan
dengan
tujuan
menyesuaikan dengan eksperimen yang nantinya
akan dilakukan. Distribusi tegangan pada setiap titik
akan berbeda-beda dikarenakan adanya dislokasi
oleh pemberian strain. Data distribusi tegangan ini
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva hubungan distribusi tegangan tertinggi dan suhu.

Prosiding PPI - PDIPTN 2010


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 20 Juli 2010

Sofia L Butarbutar, dkk.

ISSN 0216 - 3128

217

Gambar 5. Kurva hubungan distribusi tegangan terendah dan suhu.

Pada Gambar 4 tersebut distribusi tegangan


untuk kelima kondisi yaitu pada suhu 50 oC, 75 oC,
100 oC, 200 oC, 300 oC, dan 350 oC didapatkan
tegangan tertinggi secara berurut adalah 271 MPa,
272 MPa, 329MPa, 406 MPa, 419 MPa dan 437
MPa terdapat pada bagian ujung permukaan siku
spesimen dan tegangan terendah secara berurut
adalah 9,30 MPa; 9,39 MPa; 16,12 MPa; 26,5 MPa;
28,5 MPa; dan 32,6 MPa seperti pada Gambar 5
terdapat pada bagian tengah permukaan siku
spesimen, didapatkan pola yang sama. Hal ini sesuai
dengan teori uji tarik yaitu necking terjadi tepat di
tengah gauge length akibat intensitas tegangan yang
tinggi pada bagian tengah. Pengaruh suhu 50 100
o
C pada tegangan tidak begitu signifikan, dapat
dilihat pada intensitas tegangan di setiap titik yang
sama untuk kedua kondisi (50 oC, dan 75 oC) hal ini
dikarenakan kenaikan suhu pada setiap eksperimen
belum dapat memberikan energi yang cukup bagi
material untuk berdistorsi. Sedangkan dari suhu 100
350 oC, pengaruhnya terhadap tegangan sudah
signifikan.
Akan tetapi kenaikan suhu tetap menaikan
tegangan yang terjadi walaupun tidak terlalu tinggi.
Kenaikan intensitas tegangan karena dipengaruhi
kenaikan suhu ini sesuai dengan teori hubungan
tegangan regangan yang dipengaruhi suhu yaitu
secara empiris sesuai dengan persamaan (1). Dari
persamaan tersebut dapat diketahui suhu akan
mempengaruhi regangan dikarenakan adanya
ekspansi dari atom-atom material. Ekspansi ini

diperbesar karena adanya beban dari luar yaitu


berupa beban searah .
Dari distribusi tegangan di atas maka daerah
yang berpeluang mangalami SCC adalah daerah
permukaan bagian tengah, khususnya permukaan
pada bagian siku. Pada bagian siku ini intensitas
tegangan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
lainnya, hal ini lebih dikarenakan faktor geometri.
Penampang
lintang
pada
spesimen
akan
mengakibatkan resultan beban yang ada menjadi
lebih besar jika dibandingkan dengan daerah yang
datar. Dengan adanya siku ini maka distribusi
tegangan akan menuju ke segala arah. Ini sangat
berbeda dengan daerah yang datar, pada daerah
datar distribusi tegangan terbesar hanya searah
bidang gayanya sedangkan pada bidang melintang
nilai tegangan relatif kecil.

Hubungan Regangan Dengan Suhu


Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin
tinggi suhu, regangan yang terjadi akan semakin
besar karena perubahan ukuran butir yang
disebabkan semakin bertambah besarnya jarak atom
atau ion pada struktur mikro dari material, sehingga
kerapatan atom semakin kecil. Untuk masingmasing kondisi suhu di atas, dari yang terendah
sampai yang tertinggi perpanjangan spesimen
terhadap waktu berturut-turut 0,992; 0,997; 1,00;
1,03; 1,08 dan 1,21.

Prosiding PPI - PDIPTN 2010


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 20 Juli 2010

ISSN 0216 - 3128

218

Sofia L Butarbutar, dkk.

Gambar 6. Kurva hubungan regangan (strain) dengan suhu.

6. NISHIMURA, R et al, Corrosion Science, Vol


45 No. 4, 1984.

KESIMPULAN
Dari hasil simulasi diperoleh bahwa semakin
tinggi suhu maka tegangan semakin tinggi dan
sudah terjadi kegagalan atau deformasi plastis
karena sudah di atas yield dari SUS 304 yakni 207
247 MPa. Distribusi tegangan tertinggi terdapat
pada bagian tengah penampang lintang spesimen
sedangkan distribusi tegangan terendah berada pada
bagian pinggir permukaan siku spesimen. Sama
seperti tegangan, semakin tinggi suhu maka
kecenderungan regangan spesimen semakin
panjang. Terjadinya SCC adalah pada bagian tengah
pada bagian penampang lintang karena mengalami
intensitas tegangan tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA

7. Annual Book of ASTM Standards, Standard


Specification for Stainless and Heat-Resisting
Steel and Shapes, Vol: 01.05, Steel-Bars,
Forgings, Bearing, Chain, Springs, American
Society for Testing and Material, Philadelphia,
1993.
8. SHUNSUKE
UCHIDA,
Department
of
Quantum Science and Energy Graduate School
of Engineering, Tohoku University, Mitigation
of IGSCC from Material Improvements Mar.1
(Tue), 2005.

TANYA JAWAB

1. SHAH, V.N., WARE, A.G., PORTER, A.M.,


Assessment of Pressurized Water Reactor
Control Rod Drive Mechanism Nozzle Cracking,
Rep. NUREG/CR-6245, USNRC, Washington,
DC, 1994.
2. MG Fontana CE, 3rd Ed., Mc Graw Hill Book,
Singapore.
3. Guides to Good Practice in Corrosion Control,
The National Physical Laboratory.

Darsono
Proses apa yang dilakukan terhadap spesimen?
Apakah perangkat lunak ini berupa modelling
atau kalkulasi?
Sofia Loren Butarbutar

4. Matweb, Special Metal of SUS 304.

Proses yang dilakukan terhadap spesimen adalah


diberi tegangan dan ditarik.

5. www.nrc.gov/reading-rm/doc-colle...005.html.

Berupa modelling.

Prosiding PPI - PDIPTN 2010


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 20 Juli 2010

Sofia L Butarbutar, dkk.

ISSN 0216 - 3128

Daddy
Apakah simulasi ini memperhitungkan fluks
neutron?
Apakah dengan naiknya temperature maka
kekuatan material semakin baik?
Sofia Loren Butarbutar
Tidak memperhitungkan fluks neutron karena ini
kegiatan praeksperimental yang nantinya akan

219

dilanjutkan dengan eksperimen menggunakan


autoclave tanpa ada radiasi.
Dengan naiknya temperature maka tegangan
yang terjadi pada material akan semakin tinggi.
= K el .
Hal ini sesuai dengan rumus
Apabila tegangan sudah diatas yield SUS 304
maka akan terjadi kegagalan atau deformasi
plastis.

Prosiding PPI - PDIPTN 2010


Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 20 Juli 2010

Anda mungkin juga menyukai