Kesenangan Dan Kesusahan
Kesenangan Dan Kesusahan
Dalam hidup kita sehari-hari, dua hal berbeda yang silih berganti adalah
adalah kesenangan dan kesusahan. Bahkan menurut beberapa orang, kalau
hidup itu indah karena perbedaan tersebut. Bayangkan kalau orang senang
terus atau susah terus, tentu bukan sesuatu yang baik. Ketika kita senang,
maka kita diharapkan ingat ketika dulu pernah susah. Dan ketika kita susah
ingatlah bahwa suatu saat akan ada kesenangan. Hal ini seperti firman Allah
SWT:
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang
kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan,
kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih (QS. Al
Israa 67)
Secara psikologis, seorang muslim apabila ditimpa musibah maka dia akan
mendekat kepada Allah SWT dan bersabar, sedang orang yang berhasil
biasanya memiliki ego bahwa keberhasilan itu adalah karena hasil jerih
payahnya.
Kembali kepada sifat manusia jika mendapat kebahagian seperti yang tertera
pada QS. Al Israa 83. Jika mendapatkan kesenangan maka dia memiliki dua
kecenderungan yaitu berpaling dari Allah SWT dan sombong terhadap
manusia. Jika kesuksesan terjadi pada orang yang tidak beriman maka akan
memperkuat keyakinannya bahwa tidak perlu percaya kepada Allah SWT
untuk meraih kesuksesan. Mereka akan mencibirkan kaum Muslim yang rajin
sholat tapi kehidupannya masih miskin. Sedang bila keberhasilan pada orang
munafik, maka mereka berkata Buat apa sholat? Toh saya masih bisa
mendapatkan rizki dari Allah. Memang Allah SWT melimpahkan rizqi pada
setiap manusia di dunia ini tanpa pandang bulu apakah mereka beriman
atau mengingkari.
Bagi seorang muslim, keberhasilan masih membuat dia melaksanakan sholat
dan ibadah lain. Tapi ada hal lain yang mungkin tidak kalah bahayanya, yaitu
adanya perasaan sombong terhadap apa yang didapatkannya. Apa sombong