Anda di halaman 1dari 5

Kesenangan dan Kesusahan

Dalam hidup kita sehari-hari, dua hal berbeda yang silih berganti adalah
adalah kesenangan dan kesusahan. Bahkan menurut beberapa orang, kalau
hidup itu indah karena perbedaan tersebut. Bayangkan kalau orang senang
terus atau susah terus, tentu bukan sesuatu yang baik. Ketika kita senang,
maka kita diharapkan ingat ketika dulu pernah susah. Dan ketika kita susah
ingatlah bahwa suatu saat akan ada kesenangan. Hal ini seperti firman Allah
SWT:

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,


sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS Alam Nasyrah 56)
Hal penting yang perlu diperhatikan bagaimana sifat dasar seorang manusia
dalam menghadapi kedua hal tersebut. Allah SWT berfirman:

Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya


berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan
apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. (QS. Al Israa 83)
Dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan sifat manusia terhadap kesenangan
terlebih dahulu karena ujian terhadap kesenangan adalah lebih berat.
Dari Amr bin Auf r.a. berkata: Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin alJarrah r.a. ke Bahrain untuk menagih pajak penduduk. Kemudian ia kembali
dari Bahrain dengan membawa harta yang sangat banyak dan kedatangan
kembali Abu Ubaidah itu terdengar oleh sahabat Anshar maka mereka pun
shalat Shubuh bersama Rasulullah saw. Kemudian setelah selesai shalat
mereka menghadap Rasulullah saw maka beliau tersenyum melihat mereka
kemudian bersabda, Mungkin kamu telah mendengar kedatangan Abu
Ubaidah yang membawa harta banyak?Jawab mereka, Benar, ya
Rasulullah. Lalu Nabi saw bersabda, Sambutlah kabar baik dan tetaplah
berpengharapan baik untuk mencapai semua cita-citamu. Demi Allah, bukan
kemiskinan yang aku khawatirkan atas kamu, tetapi aku khawatir kalau
terhampar luas dunia ini bagimu, sebagaimana telah terhampar untuk
orang-orang yang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-lomba
sebagaimana mereka berlomba-lomba, sehingga membinasakan kamu
sebagaimana telah membinasakan mereka. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada saat inipun bisa kita lihat. Seorang miskin apabila dia tidak sabar maka
yang dicuri adalah hape atau sepeda motor. Sedang orang yang menjadi
tersangka KPK telah didakwa dengan korupsi sampai miliard rupiah. Hal ini
menunjukkan orang tidak tahan dengan kesenangan dan kemewahan. Atau
hal ini tersebut dalam Al Quran tentang orang yang mendapat musibah di
lautan akan berdoa kepada Allah, tetapi lupa ketika sudah sampai darat.

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang
kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan,
kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih (QS. Al
Israa 67)
Secara psikologis, seorang muslim apabila ditimpa musibah maka dia akan
mendekat kepada Allah SWT dan bersabar, sedang orang yang berhasil
biasanya memiliki ego bahwa keberhasilan itu adalah karena hasil jerih
payahnya.
Kembali kepada sifat manusia jika mendapat kebahagian seperti yang tertera
pada QS. Al Israa 83. Jika mendapatkan kesenangan maka dia memiliki dua
kecenderungan yaitu berpaling dari Allah SWT dan sombong terhadap
manusia. Jika kesuksesan terjadi pada orang yang tidak beriman maka akan
memperkuat keyakinannya bahwa tidak perlu percaya kepada Allah SWT
untuk meraih kesuksesan. Mereka akan mencibirkan kaum Muslim yang rajin
sholat tapi kehidupannya masih miskin. Sedang bila keberhasilan pada orang
munafik, maka mereka berkata Buat apa sholat? Toh saya masih bisa
mendapatkan rizki dari Allah. Memang Allah SWT melimpahkan rizqi pada
setiap manusia di dunia ini tanpa pandang bulu apakah mereka beriman
atau mengingkari.
Bagi seorang muslim, keberhasilan masih membuat dia melaksanakan sholat
dan ibadah lain. Tapi ada hal lain yang mungkin tidak kalah bahayanya, yaitu
adanya perasaan sombong terhadap apa yang didapatkannya. Apa sombong

itu? Rasulullah SAW pernah bersabda:

Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia (HR.


Muslim)
Hal ini yang sering sulit untuk dihindari. Orang yang sukses terkadang sulit
untuk menerima kebenaran yang disampaikan oleh orang lain, apalagi dari
orang yang lebih muda, lebih miskin atau lebih rendah derajatnya. Penolakan
kebenaran tersebut biasa dibarengi dengan merendahkan orang lain, karena
dia menganggap dialah yang lebih tinggi, lebih berhasil dan lebih berkuasa.
Demikianlah, kita semoga kita selalu bisa menjaga hati dalam setiap
keadaan.

Alangkah menakjubkannya kehidupan seorang mukmin. Sungguh seluruh


kehidupannya baik. Hal itu tidak dimiliki melainkan oleh mukmin. Jika
dikaruniai kebaikan; maka ia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika
ditimpa keburukan; maka ia bersabar, dan itu baik untuknya (HR. Muslim)
Dan memang kita harus siap dalam setiap kondisi, seperti yang disampaikan
oleh sahabat Umar bin al-Khaththab: Kalaulah sabar dan syukur itu ibarat
dua ekor unta, maka aku tidak peduli unta mana yang aku
kendarai (Uddatus Shobirin wa Dzakhiratus Syakirin hal.144).
Wallahu alam.

Anda mungkin juga menyukai