BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka
kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian
neonatal 16 per 1000 kelahiran hidup. Namun sampai saat ini sasaran tersebut
belum tercapai.
Menurut data survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun2007 :
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tujuan
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1.
Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
Tahun 1952
: Pemgembangan balai kesehatan ibu dan anak ( KIA )
mulai dirintis dengan didirikannya Direktorat KIA di lingkungan kementrian
kesehatan RI.
Tahun 1956
Tahun 1959
: Program pemberantasan penyakit Malaria dimulai
dengan bantua WHO.
Tahun 1960
Tahun 1969-1971
: Rencana pembangunan lima tahunan (repelita) Indonesia
mulai dibahas, Departemen Kesehatan menata kembali strategi pembangunan
kesehatan jangka panjang melalui:
1.
RAKERNAS I dilangsungkan untuk merumuskan rencana pembanguna
kesehatan jangka panjang sebagai awal repelita I.
2.
Budiarso et al, 1990). Oleh karena itu angka kematian maternal dapat digunakan
sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat, khususnya indikator
kesehatan ibu.
Angka kematian maternal di Indonesia dewasa ini masih tinggi. Menurut data
SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan
28 % diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan.(Resty K.
2000)
Apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara maju,
maka angka kematian ibu/maternal di Indonesia adalah sekitar 3-6 kali AKI
negara ASEAN dan lebih dari 50 kali AKI negara maju (Anonimus, 1996/1997).
Pola penyakit penyebab kematian ibu 84% karena komplikasi obstetrik langsung
dan didominasi oleh trias klasik, yaitu perdarahan (46,7 %), toxemia (14,5%) dan
infeksi (8%). Kasus perdarahan yang paling banyak adalah perdarahan
postpartum akibat uri tunggal, sedangkan infeksi umunya merupakan komplikasi
akibat ketuban pecah dini, robekan jalan lahir, persalinan macet serta
perdarahan (Sarimawar Djaja et al, 1997). Faktor yang turut melatar belakangi
kematian maternal adalah usia ibu pada waktu hamil tcrlalu muda ( <> 35
tahun), jumlah anak terlalu banyak (> 4 orang) dan jarak antar kehamilan kurang
dari 2 tahun (Depkes RI, 1994).
2.4
Wilayah Kerja
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan
informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut
WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari
kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang
untuk selanjutnya dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana,
implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan
melaksanakan PWS KIA.
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya
seluruh sasaran maka diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau
komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh
penanganan yang memadai.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan
komunikasi kepada sektor terkait, khususnya lintas sektor setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA
dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis.
Pelaksanaan PWS KIA harus ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dalam
pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen program, penggerakan
sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan
jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas
dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan
desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat
propinsi dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan.
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA
diutamakan pada kegiatan pokok :
o Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
o Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
o Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara terus menerus.
o Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan
mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.
2.5 Struktur Organisasi dan Tata Kerja
1.
Pelayanan antenatal :
2.
Pertolongan Persalinan
Dukun bayi :
Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan
yang dinyatakan lulus. Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih
oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.
c.
2)
3)
Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau
lebih dari 10 tahun
4)
5)
cm
Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5
6)
Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kengenital.
7)
2)
Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih
dari 90 mmHg
3)
4)
Eklampsia
5)
Perdarahan pervaginam
6)
7)
8)
9)
2)
3)
4)
Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah
lahir
5)
6)
7)
8)
9)
d.
Pengertian :
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi
kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1
kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali . Standar 5 T yang
dimaksud adalah :
1.
2.
3.
4.
Pemberian imunisasi TT
5.
b.
Definisi operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai
standar K4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk
sasaran ibu hamil
c.
Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoelh pelayanan ANC sesuai
standar K 4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
d.
Sumber data :
1.
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4
diperoleh dari catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.
2.
Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat Statistik
atau BPS kabupaten atau propinsi jawa timur.
e.
1.
Kegunaan
Mengukur mutu pelayanan ibu hamil
2.
Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan
standar dan paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC
sesuai standar K4 Perkiraan penduduk
3.
Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan
ibu hamil
Indikator Akses
b.
c.
d.
e.
f.
Indicator Neonatal
2.
b.
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemamtauan secara teknnis dengan
memodifikasinya menjadi indicator efektivitas program yang lebih dimengerti
oleh para penguasa wilayah.
Kedua indicator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, perdesa serta
dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan
desa-desamana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut
yang jelas dari para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan
masyarakat serta penggalian sumber daya setempat yang diperlukan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non
klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem
tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat,
pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
3.2
Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah KIA ini, memberikan manfaat bagi kita
semua, dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Zulkifli dari bambang, 1986, h.9
http://creasoft.wordpress.com
http://www.slideshare.net
http://ayubiedary.blogspot.com/2013/04/perkembangan-sistem-pelayanankesehatan.html
http://kia029.blogspot.com/