Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka
kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian
neonatal 16 per 1000 kelahiran hidup. Namun sampai saat ini sasaran tersebut
belum tercapai.
Menurut data survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun2007 :

Angka kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000


kelahiran hidup

Angka kematian Bayi 26,9 kematian/1000 kematian hidup

Angka kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup

Angka kematian Ibu Hamil dan saat melahirkan masih mencapai


228/100.000 kelahiran hidup
Padahal sasaran pembangunan menetapkan 2015 angka tersebut harus ditekan
hingga mencapai 102 kematian/100.000 kelahiran hidup. Oleh sebab itu,
program kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana dilaksanakan secara
berkesinambungan dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI, AKN, AKB,
dan AKBAL.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non
klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem
tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat,
pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan
mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai
peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama
pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan
sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga
terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi
sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa
ibunya. (Asfryati, 2003, h.27).
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini.
Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi
hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya
atau menikah dengan orang lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan
anaknya. (dilampirkan oleh Zulkifli dari bambang, 1986, h.9)

2.1

Tujuan

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1.
Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat

guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,


Posyandu dan sebagainya.
2.
Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu,
dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3.
Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4.
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5.
Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

2.3 Sejarah Perkembangan


Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari
sejarah kehidupan bangsa. Setelah indonesia merdeka, pelayanan kesehatan
masyarakat ( public health services ) dikembangkan sejalan dengan tanggung
jawab pemerintah melindungi masyarakat Indonesia dari gangguan kesehatan.
Kesehatan adalah hak asasi manusia yang juga tercantum dalam UUD 1945.
Pemerintah mengembangkan infrastruktur di berbagai wilayah tanah air untuk
melaksanakan kewajiban melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan.
Program kesehatan yang dikembangkan adalah yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat (public health essential) terutama oleh penduduk miskin. Beberapa
catatan penting dibawah ini, baik sebelu maupun sesudah indonesia merdeka
dapat dijadikan tonggak sejarah perkembangan program kesehatan masyarakat
Indonesia.
Tahun 1924
masyarakat mulai
Pedesaan.

: Pengembangan program pendidikan kesehatan


dirintis untuk peningkatan sanitasi lingkungan di wilayah

Tahun 1952
: Pemgembangan balai kesehatan ibu dan anak ( KIA )
mulai dirintis dengan didirikannya Direktorat KIA di lingkungan kementrian
kesehatan RI.
Tahun 1956

: Proyek UKS mulai diperkenalkan diwilayah Jakarta.

Tahun 1959
: Program pemberantasan penyakit Malaria dimulai
dengan bantua WHO.
Tahun 1960

: UU pokok kesehatan dirumuskan.

Tahun 1969-1971
: Rencana pembangunan lima tahunan (repelita) Indonesia
mulai dibahas, Departemen Kesehatan menata kembali strategi pembangunan
kesehatan jangka panjang melalui:
1.
RAKERNAS I dilangsungkan untuk merumuskan rencana pembanguna
kesehatan jangka panjang sebagai awal repelita I.
2.

Konsep Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) mulai diperkenalkan.

Perkembangan pembangunan puskesmas sudah dirintis dalam bentuk proyek


rintisan dibeberapa wilayah Indonesia. Pemerintah membangun Puskesmas
dengan berbagai pertimbangan strategis antara lain :
1.
Untuk mencegah kecenderungan dokter-dokter bekerja di daerah
perkotaan, sedangkan masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah
pedesaan.
2.
Untuk memeratakan pelayanan kesehatan dengan mendekatkan sarana
pelayanan kesehatan kepada kelompok-kelompok penduduk yang
membutuhkannya di pedesaan. Sampai akhir tahun 60-an, sebagian besar
pelayanan kesehatan dilakukan melalui rumah sakit yang lebih banyak berlokasi
di daerah perkotaan dan bersifat konsumtif sehingga menyulitkan masyarakat,
terutama yang tinggal di desa untuk menjangkaunya. Program pencegahan
dapat lebih dikembangkan melalui program Puskesmas.
3.
Untuk lebih menekan biaya pelayanan kesehatan. Biaya pelayanan di RS
dan dokter praktik swasta yang lebih banyak bersifat kuratif ( pengobatan ) jauh
lebih mahal dibandingkan dengan program pencegahan. Pada dekade 60-an,
transportasi belum menjangkau wilayah pedesaan yang terpencil di Indonesia.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi semua orang, agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka kematian bayi (AKB), angka
kematian ibu (AKI), umur harapan hidup dan angka kematian balita (Depkes Rl,
1991). OIeh karena itu, persalinan ibu hams mendapatkan fasilitas dan partisifasi
seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat
setempat dan lainnya.
Kematian ibu atau kematian maternal saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan reproduksi yang sangat penting. Tingginya angka kematian
maternal mempunyai dampak yang besar terhadap keluarga dan masyarakat (L.
Ratna Budiarso et al, 1996). Kematian seorang wanita saat melahirkan sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup bayinya, karena bayi yang bersangkutan
akan mengalami nasib yang sama dan keluarganya bercerai berai (L. Ratna

Budiarso et al, 1990). Oleh karena itu angka kematian maternal dapat digunakan
sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat, khususnya indikator
kesehatan ibu.
Angka kematian maternal di Indonesia dewasa ini masih tinggi. Menurut data
SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan
28 % diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan.(Resty K.
2000)
Apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara maju,
maka angka kematian ibu/maternal di Indonesia adalah sekitar 3-6 kali AKI
negara ASEAN dan lebih dari 50 kali AKI negara maju (Anonimus, 1996/1997).
Pola penyakit penyebab kematian ibu 84% karena komplikasi obstetrik langsung
dan didominasi oleh trias klasik, yaitu perdarahan (46,7 %), toxemia (14,5%) dan
infeksi (8%). Kasus perdarahan yang paling banyak adalah perdarahan
postpartum akibat uri tunggal, sedangkan infeksi umunya merupakan komplikasi
akibat ketuban pecah dini, robekan jalan lahir, persalinan macet serta
perdarahan (Sarimawar Djaja et al, 1997). Faktor yang turut melatar belakangi
kematian maternal adalah usia ibu pada waktu hamil tcrlalu muda ( <> 35
tahun), jumlah anak terlalu banyak (> 4 orang) dan jarak antar kehamilan kurang
dari 2 tahun (Depkes RI, 1994).

2.4

Wilayah Kerja

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan
informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut
WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari
kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang
untuk selanjutnya dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana,
implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan
melaksanakan PWS KIA.
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya
seluruh sasaran maka diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau
komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh
penanganan yang memadai.

Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan
komunikasi kepada sektor terkait, khususnya lintas sektor setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA
dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis.
Pelaksanaan PWS KIA harus ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dalam
pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen program, penggerakan
sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan
jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas
dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan
desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat
propinsi dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan.
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA
diutamakan pada kegiatan pokok :
o Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
o Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
o Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara terus menerus.
o Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan
mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.
2.5 Struktur Organisasi dan Tata Kerja
1.

Pelayanan antenatal :

Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa


kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Standar minimal 5 T untuk pelayanan antenatal terdiri dari :

Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Ukur Tekanan darah

Pemberian Imunisasi TT lengkap

Ukur Tinggi fundus uteri

Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan


ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada
triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

2.

Pertolongan Persalinan

Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:


a.
Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.
b.

Dukun bayi :

Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan
yang dinyatakan lulus. Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih
oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.
c.

Deteksi dini ibu hamil berisiko :

Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :


1)

Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .

2)

Anak lebih dari 4

3)
Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau
lebih dari 10 tahun
4)

Tinggi badan kurang dari 145 cm

5)
cm

Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5

6)
Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kengenital.
7)

Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.

Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang


secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi .
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
1)

Hb kurang dari 8 gram %

2)
Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih
dari 90 mmHg
3)

Oedema yang nyata

4)

Eklampsia

5)

Perdarahan pervaginam

6)

Ketuban pecah dini

7)

Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.

8)

Letak sungsang pada primigravida

9)

Infeksi berat atau sepsis

10) Persalinan prematur


11) Kehamilan ganda
12) Janin yang besar
13) Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.
14) Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.
Risiko tinggi pada neonatal meliputi :
1)

BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram

2)

Bayi dengan tetanus neonatorum

3)

Bayi baru lahir dengan asfiksia

4)
Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah
lahir
5)

Bayi baru lahir dengan sepsis

6)

Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram

7)

Bayi preterm dan post term

8)

Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang

9)

Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

d.

Indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi

Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM


untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan yaitu :
Cakupan Kunjungan ibu hamil K4
a.

Pengertian :

Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi
kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1
kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali . Standar 5 T yang
dimaksud adalah :
1.

Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan

2.

Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah

3.

Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus

4.

Pemberian imunisasi TT

5.

Pemberian tablet besi

b.

Definisi operasional

Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai
standar K4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk
sasaran ibu hamil
c.

Cara perhitungan

Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoelh pelayanan ANC sesuai
standar K 4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
d.

Sumber data :

1.
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4
diperoleh dari catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.
2.
Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat Statistik
atau BPS kabupaten atau propinsi jawa timur.
e.
1.

Kegunaan
Mengukur mutu pelayanan ibu hamil

2.
Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan
standar dan paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC
sesuai standar K4 Perkiraan penduduk
3.
Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan
ibu hamil

2.6 Sistem Rujukan


Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemamtauan Wilayah setempatKIA (PWS-KIA) dengan batasan :
Pemamtauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaaan kegiatan KIA
serta alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sector lain yang terikat dan
dipergunakan untuk pemamtauan program KIA secara teknis maupun non teknis.
Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non
teknis, yaitu
1.
Indikator Pemantauan Teknis : Indikator ini digunakan oleh para pengelola
program dalam lingkungan kesehatan yang terdiri dari :
a.

Indikator Akses

b.

Indikator Cakupan Ibu Hamil

c.

Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

d.

Indicator penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat

e.

Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan

f.

Indicator Neonatal

2.

Indikator Pemamtauan Non teknis :

Indikatorini dimasksudnya untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun


masalah operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga di
mengerti dan mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini
dipergunakan dalam berbagai tingkat administradi, yaitu :
a.

Indikator pemerataan pelayanan KIA

Untuk ini dipilih AKSES (jangkauan) dalam pemamtauan secara teknis


memodifikasinya menjadi indicator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti
oleh para penguasa wilayah.

b.

Indikator efektivitas pelayanan KIA :

Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemamtauan secara teknnis dengan
memodifikasinya menjadi indicator efektivitas program yang lebih dimengerti
oleh para penguasa wilayah.
Kedua indicator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, perdesa serta
dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan
desa-desamana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut
yang jelas dari para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan
masyarakat serta penggalian sumber daya setempat yang diperlukan.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non
klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem
tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat,
pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.

3.2

Saran

Semoga dengan tersusunnya makalah KIA ini, memberikan manfaat bagi kita
semua, dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKA
Zulkifli dari bambang, 1986, h.9
http://creasoft.wordpress.com
http://www.slideshare.net
http://ayubiedary.blogspot.com/2013/04/perkembangan-sistem-pelayanankesehatan.html
http://kia029.blogspot.com/

Baca juga artikel ini Cara Mendapatkan Duit Dari Internet

Anda mungkin juga menyukai