Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain
dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik
berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau
pun pada dataran transendental.
b.Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan
dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau
berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief
yang diyakini, yang sifatnya spesifik
c.Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan
apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang
mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat
diaktualkan dalam tindakan.
d.Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan
praktis.
e.Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang
dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila
proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai
dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa
proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.
f.Kebenaran struktural paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari
kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis
statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya.
Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan
mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
3.Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau
memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi
absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi,
postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan
asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan
untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun
reflektif.
4.Logika inferensi
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika
matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran
korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara
yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih
bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi
penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.
Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren
antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran
koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme metafisik Popper menampilkan
kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan
realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral
transensden. (Ismaun,200:9)
Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan
baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu,
yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu
logika induksi dan logika deduksi.
D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu
Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:
Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta
ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.
Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means.
Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide
manusia.
Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai
salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan
praktis.
Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik
dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan praktis tampil
memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila etik dimasukkan perlu ditambah
human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang lain, atau lebih diekstensikan lagi menjadi
tidak merusak lingkungan.
Pertanyaan tersebut diatas , menjadi basis dan titik awal manusia berfilsafat. Dalam
kaitan ini perlu dijelaskan bahwa sepajang sejarah kefilsafatan dikalangan filsuf
terdapat 3 hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
1. Kekaguman atau keheranan , seorang filsuf mulai berfilsafat karena adanya rasa
kagum atau rasa heran dalam pikirannya . Dalam hal ini dialami oleh Plato (filsuf
Yunani) yang mengatakan bahwa Mata kita memberi pengamatan tentang
bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini member dorongan kepada
kita untuk menyelidiki , dan dari penyelidikan ini maka awal mulai berfilsafat.
2. Keraguan atau kegensian , Agustinus dan Rene des Cartes, memulai berfilsafat
keraguan atau kegensian , sebagai sumber utama. Manuisia heran, tetapi
kemudian ia ragu-ragu, apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya yang sedang
heran ?.
Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk berpikir lebih
mendalam menyeluruh dan kritis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran
yang hakiki. Berpikir secara men dalam, menyeluruh dan kritis seperti ini disebut
berfilsafat.
3. Kesadaran atau keterbatasan , Pada diri manusia, berfilsafat kadang-kadang
dimulai apabila manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah
terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseorang merasa
bahwa ia sangat terbatas dan terikat , terutama pada waktu mengalami
penderitaan
atau keagagalan, maka dengan adanya kesadaran akan
keterbatasan dirinya tadi, maka m anusia mulailah berfilsafat.
Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang
tidak terbatas, dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.
B. Persoalan Filsafat
Ada 6 persoalan yang selalu menjadi perhatian para filsuf yaitu, :
1. Persolan tentang Ada (being), Menghasilkan cabang filsafat metafisika, istilah
ini berasal dari bahasa Yunan yaitu Meta berarti dibalik dan physika berarti
benda-benda fisik, pengetian sederhana dari metafisika yaitu kajian tentang sifat
paling dalam dan radkikal dari kenyataan . Dalam kajian ini para filsut tidak
menyatu kepada ciri-ciri khusus dari benda-benda tertentu akan tetapi para filsuf
mengacu pada ciri-ciri universal dan semua benda. Metafisika sebagai salah satu
cabang filsafat mencakut persoalan ontology, kosmologi dan antropologis , ketiga
hal tersebut memiliki titik sentral kajian tersendiri
Ontologi merupakan teori tentang sifat dasar dari kenyataan yang radikal dan
sedalam dalamnya.
Kosmologi merupakan teori tentang pearkembangan kosmos (alam semesta)
sebagai suatu sistim yang teratur.
2. Persoalan tentang pen getahuan ( Knouwledge) menghasilkan cabang filsafat
Epistemologi yaitu filsafat pengetahuan , istilah ini berasal dari akar kata
Episteme dan Logos .
Episteme berarti pengtahuan dan Logos berarti teori. Dalam rumusan yang lebih
rinci disbutkan bahwa Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang
meangkaji seacara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan
,struktur, metode dan validitas pengetahuan
3. Persoalan tentang metode (method), istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu,
metodos dengan unsur meta berarti cara, perjalanan, sesudah . Sedangkan
Hodos berarti cara perjalanan, arah.Pengertian metodologi secara umum ialah
kajian atau telaah dari penyusunan secara sistimatik dari beberapa proses yang
asas-asas logis , percobaan yang sistimatik yang menuntun suatu penilitian dan
kejian ilmiah atau sebagai penyusun ilmu-ilmu vak.
4. Persoalan tentang Penyimpulan ialah menghasilkan cabang filsafat logika
(logis),logika berasal dari istilah Yunani yaitu Logos yang berarti uraia, nalar.
Secara umum pengertian logika ialah telaah mengenai aturan-aturan penelaran
yang benar. Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir tepat
dan benar. Berpikir adalah kegiatan pikiran atau akal budi manusia. Logika dapat
di bagi menjadi : logika ilmiah dan logika kodratiah. Logika merupakan suatu
upaya untuk menjawab pertanyaan pertanyaan : adakah metode yang dapat
digunakan untuk meniliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud
pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dan
alas an yang salah?
5. Persoalan Tentang Moralitas (Morality) ini menghasilkan cabang filsafat Etika
(Ethies) istilah etika berasal dari bahasa yunani yaitu ETHOS yang berarti adat
kebiasaan, etika sebagai salah satu cabang filsafat yang menghendaki adanya
ukuran yang bersifat universal. Hal tersebut berlaku untuk semua orang dan
setiap saat, jadi tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
6. Persoalan tentang Keindahan menghasilkan cabang filsafat Estetika (aesthetics)
yang berasal dari istilah yunani aesthekos yang maknanya berhubungan dengan
panca indra. Estetika merupakan kajian kefilsafatan mengenai keindahan dan
ketidak indahan dalam pengertian yang lebih luas dalam masaalah seni dan
rasa, norma-norma nilai dalam seni.
C. Ciri dan Sifat Permasalahan Filsafat
1. Tidak menyangkut fakta. Pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan tidak
merupakan pertanyaan tentang hal-hal yang bersifat factual
2. Menyangkut keputusan-keputusan tentang nilai. Pertanyaan-pertanyaan atau
persoalan filsafat yang merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan
keputusan keputusan tentang nilai-nilai. Dalam kaitan ini dapat dirumuskan
bahwa filsafat bukanlah memikirkan tentang fakta-fakta, akan tetapi suatu
aktivitas untuk memcapai kebijaksanaan.
3. Pertayaan filsafat bersifat kritis. Salah satu tugas utama filsuf adalah
mengkaji dan menilai asumsi-asumsi mengungkapkan makna asumsi-asumsi
dan menentukan batas-batas aplikasinya.
=================
Tulisan terkait:
Pengertian Filsafat
Islamisasi Sains
Teori Nilai
Pengetahuan Manusia