Anda di halaman 1dari 5

Hipotesa Bulan

Sang raja merubah fungsimu.


Perintahnya mutlak bagimu.
Raja berseru! sabit awalmu lingkaran patok hidupmu.
Hai dewi malam.....
Koordinatnya penentu elokmu.
Menjadi sayembara cahaya lekukan indahmu.
Kau berada di
Membagi

dan raja berada di

menjadi dua.

Membentuk entah bernilai.


Bukan X koma Y tapi X koma Y koma Z dari tempat berlandai

Kau kuadran kalender kami


Kurang lebih lima belas hari berevolusi.
Dua kuadran pembentuk bulan kami.
Bilangan prima yang sudah pasti.
Tiada sigma dapat dijumlah 1 dibagi 0 intervalnya.
Terbagi simetris sama rata bagai limit tak terhingga.
Kami berporos kepadamu berinjak kami variabel rotasimu.
Etalase kehidupan terang menuju kelam.

Rerata pemberian semesta alam.

Jarak menjadi hambatan pertemuanmu dewi malam.


Gerhana tanda persilangan dua proyeksi bertentangan.
Bulan......
Turunan bintang yang telah mati.
Integral bintang yang benderang.
Entah engkau bereaksi pada proyeksi ruang dimensi bima sakti.
Dari proses dialektika filsafat manusia berotak tinggi.
Hanyalah kalkulus teori bumi.
Yang anggapan satelit kami di satu galaksi.
Membentuk operasi bima sakti.

Selimut Hitam
Jeritan siang dan malam logika cacah tak didengar.
Makanan busuk bau kelakar.
Terpikir borgolan ibu pertiwi.
Punya gerakan tanpa aksi.
Gradasi biru, cokelat, kelabu dan putih
Selimut tebal tak terhindari.
Tiga bulan kami tersisi beranjak pagi hingga larut hari.
Berharap selimut kembali putih.

Ibu Negara hanya memikirkan etalase megah tanpa pembangunan.


Tak sadar.... bahwa.....
Dibalik tanah gembur nan subur kami tanam benih perih kami.
Berharap menjadi pohon faktor air mata kami.
Kami simpan nestafa, kami kuburkan duka lara.
Berharap menjadi bunga raflesia yang tercium baunya.
Semut kecil ini lapar akan tindakan.
Dari melodi statistika kehidupan.
Semut kecil ini haus akan pembuktian.
Dari himpunan penyelesaian vektor satu resultan

Salah kah kami ?


Hanya meminta tuntutan di tempat yang berkoar manifestasi.
Fatamorgana dari fraksi dimensi.
Halnya ruang tak berisi.
Oh abdi Negara.
Penyandang rajawali negeri ini.
kekuatan empat lima sayap merpati.
Hanya anginkah membuatmu terbang melanglang ?
Atau anakmu yang meminta makan ?
Dari jeruji seribu jerami berderet geometri.
Di lembah parabol kami merintih.

Ini hanyalah proses integral kehidupan.


Yang merangkak menuju kedepan.
Menjadi sejarah tanpa turunan.
Cukup kami menyadari busuknya negeri ini.
Demo sana ? demo sini ?
Kami tak lelah memikirkan ini.
Hingga paru ini kembali bersih.

Nama saya Yudistira Azimat Pamungkas, dari jurusan Teknik Sipil prodi DIII
semester 2 Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang. Dapat menghubungi saya di
0812-7314-9596. Sekian terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai