Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FORMUA ASLI
Cera Flava
Suppositoria Analgetik-Antipiretik
A. RANCANGAN FORMULA
Tiap 3 g mengandung
Aspirin
21,66 %
5
%
tokoferol
0,05 %
Ol. Cacao
76,17 %
B. MASTER FORMULA
Nama Produk
: SUPAS Suppositoria
Nama Pabrik
: PT. PRABE
Tanggal Formulasi
: 06 Februari 2015
Tanggal Produksi
: 09 Februari 2015
No. Reg
: DKL 1500100353 A1
No. Batch
: B 001003
Jumlah Produk
:2
Tanggal Produksi
09 Februari 2015
No.Reg : DKL
Asisten
1500100353 A1
No. Batch : B 001003
Nama Bahan
Aspirin
Kegunaan
Zat Aktif
Pengeras
Antioksidan
Basis
Dosis
21,66 %
5%
0,05 %
76,17 %
002-CF
Cera Flava
003- T
tokoferol
004-OC
Ol. Cacao
Batch
1,3 g
0,3 g
0,003 g
4,57 g
C. STUDI PREFORMULASI
a. Uraian sifat fisika-kimia
- Alasan Pemilihan zat aktif
Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar.
Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dari asam
organik dengan substitusi pada gugus hidroksil misalnya asetosal. Sehingga zat
aktif yang digunakan yaitu Asetosal. (Farmakologi terapi : 234)
Aksi sistemik sering digunakan sebagai tempat absorpsi. Obat yang
digunakan melalui rektum dalam bentuk suppositoria untuk mendapatkan efek
sistemiknya terdiri dari aspirin untuk aktivitas analgetik dan antipiretik. (Ansel:
578)
Adapun alasan pemilihan konsentrasi zat aktif yaitu aspirin dapat
diberikan secara rektal dengan supositoria. Diulang setiap 4 sampai 6 jam sesuai
dengan kebutuhan klinis, untuk maksimal 4 g sehari. Dosis sebagai supositoria
adalah 450-900 mg setiap 4 jam sampai maksimal 3,6 g sehari (Martindale 36:
23 ) dan suppositoria rektum zat aktif aspirin dalam satu suppositoria 65, 130,
162, 195, 325, 650, 975 mg dan 1,3 g. Sehingga zat aktif yang digunakan yaitu
-
30 36 (Ansel : 580)
Alasan penambahan tokofero
Alpa tokoferol diakui sebagai sumber vitamin E. Alpha-tokoferol adalah
senyawa yang sangat lipofilik, dan meruaka pelarut yang sangat baik untuk
banyak obat yang sukar larut. Alpha-tokoferol merupkan prduk farmasi berbasis
lemak dan biasanya digunakan konsentrasi berkisar 0,001-0,05 % v/v. Sehingga
-
digunakan 0,05 % karena dilihat dari efek sistemik yang dgunakan (Exp : 31)
Alasan penambahan Cera flava
Apabila dipaaskan pada suhu tinggi, lemak coklat akan mencair seperti
minyak, tetapi akan kehilangan inti konstannya yang berguna untuk memadat,
lemak coklat akan mengkristal dalm bentuk kristal menstabil seperti minyak. Jika
didinginkan dibawah suhu 15 untuk menaikkan titik lelehnya kedalam lemak
coklat dapatditambahkan cera flava atau cetasium. Penambahan cea flava dapat
menambahnkan daya serap lemak coklat terhadap lemak air coklat cepat
membeku saat pengisian massa suppositoria kedalam cetakan suppo dan
menyusutkan pada saat penddinginan sehingga terbentuk pendinginan sehingga
terbentuk lubang di atas massa akan ditambahkan cera flava dengan konsentrasi 5
% agar tidak menjadi lemak. Penambahan cera flava tidak boleh lebih dari 6 %
karena akan menghasilkan campuran yang memiliki titik lebur diatas 37 dan
apabila diatas 4 % akan menghasilkan titik lebur dibawah 33
Uraian Bahan
Aspirin (FI Ed III : 43)
Nama Resmi
: ACIDUM ACETYLSALICYLICUM
Nama Lain
: Asam asetilsalisilat, asetosal, aspirin
Rumus Molekul
: C9H8O4
Berat Molekul
: 180,16
Pemerian
: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tida berbau atau hampr tidak
Kelarutan
Inkampabilitas
sendiri, melarutkan obat ini tetapi solusi yang dihaslkan menghidrolisis cepat
membentuk garam asam asetat dan salisislat. Gula dan gliserin telah terbukti
menghambat komposisi. Sangan lambat membebaskan kalium asam hidriodic atau
Stabilitas
Penyimpanan
Dosis
Khasiat
Pemerian
Kelarutan
Inkampabilitas
Stabilitas
Penyimpanan
Pemerian
Kelarutan
efektif.
: harus disimpan dalam gas inert, dalam kedap udara wadah di tempat yang sejuk
dan kering terlindung dari cahaya
Dosis
: 0,001 % - 0,05 %
Khasiat
: Antioksidan
Oleum cacao (FI Edisi III : 453)
Nama Resmi
: OLEUM CACAO
Nama Lain
: Lemak coklat
: lemak padat, putih kekuninga, bau khas aromatik, rasa khas lemak, agak rapuh.
:Sukar larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam kloroform p, dalam eter p dan
dalam eter minyak tanah p.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat
: Analgetikum, Antipiretikum
Cera flava (FI Ed III : 140)
Nama Resmi
: CERA FLAVA
Nama Lain
: Malam kuning
Pemerian
Rumus Molekul
: C11H12C12N2O5
Berat Molekul
: 680,8
:Zat padatt, coklat kekuningan, bau enak seerti madu, agak rapuh jika dingin,
Kelarutan
menjadi elastik jika hangat dan bekas patahan buram dan berbutir-butir.
: Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%), larut dalam
Stabilitas
kloroform p, dalam eter p hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri.
Inkampabilitas
: tidak kompatibel dengan oksidator.
:Ketika lilin yang dipanaskan diatas 1508 esterifikasi terjasi dengan akibat
penurunan nilai asam dan elefasi titik lebur. Lilin kuning stail bila disiman dalam
wadah tertutup atau terlindung dari cahaya
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat
: Zat tambahan (pengeras suppositoria).
b. Uraian farmakologi
- Aspirin (Martindale 36 Hal 20-25)
1. Indikasi
Antipiretik, Dosis salisilat untuk dewasa ialah 325 mg-650 mg, diberikan
secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk anak 15-20 mg/kgBB, diberikan tiap 4-6 jam.
Berdasarkan asosiasi penggunaan aspirin dengan Sindroma Reye, aspirin
dikonsentrasikan sebagai antipiretik pada anak di bawah 12 tahun.
Analgesik, salisilat bermanfaat untuk mengobati nyeri tidak spesifik
misalnya sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan mialgia. Dosis sama
seperti pada penggunaan untuk antipiretik.
2. Dosis
Aspirin dapat diberikan secara rektal dengan supositoria. Dosis lisan biasa
aspirin sebagai analgesik dan antipiretik adalah 300-900 mg, diulang setiap 4
sampai 6 jam sesuai dengan kebutuhan klinis, untuk maksimal 4 g sehari. Dosis
sebagai supositoria adalah 450-900 mg setiap 4 jam sampai maksimal 3,6 g sehari.
(Martindale : 23)
3. Mekanisme kerja
Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara OAINS, yaitu aspirin
mengasetilasi secara ireversibel (sehingga menginaktifkan) siklooginase. OAINS
lainnya, termasuk salisilat, merupakan penghambat siklooksigenase reversibel.
Aspirin di-deasetilasi secara cepat oleh esterase dalam tubuh yang menghasilkan
salisilat, yang berefek ati inflamasi, antipireti, dan analgesik. Efek antipiretik dan
E. Metode kerja
1.
2.
3.
4.
5.
gelatin yang mengandung gliserin dan tipe PEG mempunyai viskositas yang jauh
lebih tinggi dibandingkan viskositas minyak cokelt. e. Kerapuhan. Supositoria
yang dibuat dari minyak cokelat sangat elastis dan tidak mudah pecah. Busa-busa
lemak sintetik dengan derajat hidrogenasi yang tinggi dengan kandungan stearat
yang tinggi, dengan kandungan padatan yang lebih tinggi pada teperatur kamar
biasanya lebih rapuh. Pecahnya supositoria yang dibuat dengan basis seperti itu
seringkali disebabkan oleh pendinginan yang sangat cepat dari basis yang encair
dalam suatu cetakan yang sangat dingin. f. Kerapatan. Untuk menghitung jumlah
obat tiap supositoria, kerapatan basis tersebut harus diketahui. Volume ruang
cetakan ditetapkan sehingga berat masing-masing supositoria tergantung rapatan
massa. Pengetahuan tentang berat supositoria dapat diperoleh dari cetakan tertentu
seri-seri kerapatan basis yang dipilih, kemudian bahan-bahan aktif cetakan
tertentu serta kerapatan basis yang dipilih dapat ditambahkan pada basis dalam
jumlah sedemikian sehingga obat dalam jumlah tertentu pasti terdapat dalam
masing-masing supositoria yang mencair. g. Penyusutan volume. Fenomena ini
terjadi dalam sebagian supositoria cair setelah didinginkan dalam cetakan. Hasilhasil ditunjukkan dalam dua cara berikut: - pelepasan massa keluar dari cetakan.
Ini disebabkan oleh peracikan massa keluar dari sisi cetakan, menghapuskan
perlunyazat-zat yang lepas dari cetakan - pembentukan lubang penyusutan pada
ujung terbuka cetakan tersebut. Ciri yang tidak dikehendaki ini menyebabkn
bobot supositoria lebih kecil dan penampilannya tidak sempurna. h. Pelumas atau
zat pelepas dari cetakan. Minyak cokelat menempel pada cetakan supositoria
karena volume penyusutan rendah sehingga supositoria ini sukar dilepaskan dari
cetakan, sehingga berbagai pelumas atau zat pelepas dari cetakan harus digunakan
untuk mengatasi kesulitan ini. i. Faktor pengganti dosis. Jumlah dosis yang diganti
oleh bahan-bahan aktif dalam formulasi supositoria dapat dihitung. Faktor
pengganti F diturunkan dari persamaan : F = 100 (E-G) + 1 (G) . (X) j.
Pengawasan bobot dan volume. Jumlah bahan aktif dalam supositoria tergantung
pada : - konsentrasi dalam massa tablet - volume ruang cetakan - bobot jenis basis
tersebut - volume antara cetakan, mesin cetak yang baik dapat menjaga ruang
volume masing-masing tidak lebih dari 2% harga yang diinginkan - variasi bobot
antara supositoria karena tidak konsistennya proses pembuatan, pergerakan yang
tidak merata. k. Ketengikan dan antioksidan. Ketengikan disebabkan oleh
antioksidasi dan penguraian berturut-turut dari lemak tidak jenuh menjadi aldehid
jenuh dan tidak jenuh dengan bobot molekul sampai pertengahan (C3-Cn),
berbagai keton dan asam, yang mempunyai bau kuat dan tidak menyenangkan.
Makin rendah kandungan asam lemak jenuh dalam suatu basis supositoria, makin
besar daya tahan basis terhadap pengembangan ketengikan. 2. Scoviles:384
Walaupun, secara umum, satu dari beberapa prosedur dapat dikerjakan dalam
pembuatan supositoria, penambahan substansi tertentu yang ditambahkan pada
minyak cokelat dapat mengubah karakteristiknya atau dengan beberapa alasan
dapat menimbulkan masalah dalam peracikan. Tindakan pencegahan harus
diambil atau prosedur umum harus diubah pada keadaan berikut: 1. Ketika
penambahan bahan lain menurunkan titik lebur dari minyak cokelat 2. Ketika
penambahan bahan lain menaikkan titik lebur dari minyak cokelat 3. Ketika
penambahan bahan yang tidak larut 4. Ketika digunakan pelarut 5. Ketika
digunakan sejumlah besar volume dari bahan obat a. Penurunan titik leleh. Titik
leleh minyak cokelat turun dengan penambahan minyak menguap dan bahan
tertentu yang larut minyak seperti kamfer, kloralhidrat, kreosot, fenol dan salol.
Perluasan efek dari bahan-bahan ini pada titik leleh tergantung pada bahan itu
sendiri an jumlah bahan yang ditambahkan. Seringkali sulit untuk membenarkan
dan pada kasus ini bagus untuk membuat supositoria dengan proses panas dan
membiarkan supositoria dituang pada cetakan beku. Penambahan spermaseti atau
lilin juga dapat meningkatkan titik leleh, jadi supositori dapat dibuat dengan
metode tangan. Jermstad dan Frethein menemukan bahwa kurang dari 18%
spermaseti menurunkan titik leleh inyak cokelat, tapi saat 20% ditambahkan hasil
titik leleh dari campuran sama dengan minyak cokelat murni. Diatas 28%
spermaseti meningkatkan titk leleh di atas suhu tubuh. Lilin juga dapat digunakan
untukmeningkatkan titik leleh dari supositoria, tapi karena seringkali keras maka
tidak disukai dibanding spermaseti. Kurang dari 3% lilin menurunkan titik leleh
minyak cokelat, sedag lebih dari 5% meningkatkannya di atas 370C. Oleh karena
itu, sekitar 4% yang digunakan. Agar dalam pencampuran tidak menyebabkan
titik lelehmenjadi terlalu tinggi, dilakukan pengujian dengan menempatkan
beberapa massa pada air dengan suhu 370C, jika idak meleleh, spermasetid dan
lilin digunakan sedikit. 3-5% lilin juga meningkatkan absorpsi air pada basis tanpa
peningkatan titik leleh dari massa supositoria. Sampai 50% larutan berair dapat
bercampur pada basis yang terdiri dri 5% lilin dan 95% minyak cokelat. b.
Peningkatan titik leleh. Perak nitrat dan timbal asetat merupakan bahan kimia
yang dapat meningkatkan titik leleh minyak cokelat di atas suhu tubuh.
Penambahan sejumlah kecil minyak kacang atau beberapa minyak sejenis akan
menurunkan titik lebur di bawah suhu tubuh. c. Cairan yang tidak larut dengan
minyak cokelat. Hal ini mungkin dapat menjadi berair atau alkohol digunakan
sebagai bahan obat dalam supositoria, atau mungkin bahan itu sendiri, seperti
ichtammol. Jika jumlah bahan yang tidak larut ditambahkan sedikit, supositoria
dapat dibuat denga metode panas atau dengan pengempaan. Jika jumlah besar
bahan yang tidak larut digunakan, cenderung untuk memisah dan menghasilkan
ketidakpuasan. Bahkan ketika sejumlah kecil digunakan dengan etode panas,
harus dibuat dengan hati-hati untuk mencega pemisahan dengan endinginkan
supositoria pada titik beku dan mengaduknya dengan cepat sebelum supositoria
dituang. Metode cetak tangan, tidak diragukan lagi merupakan metode pilihan
untuk bahan yang tidak larut dengan lemak cokelat, karena bahan lebih seragam
campurannya dapat disiapkan dan pemisahan dapat lebih cepat dicegah. d.
Penggunaan pelarut. Ketika ekstrak pilular digunakan, harus dilunakkan dan
dibuat enjadi semicair dengan memberikan beberapa tetes alkohol. Dengan cara
lain, serbuk ekstrak tidak perlu menggunakan pelarut dan karena itu lebih disukai.
Beberapa bahan sebagai bahan celup dan campuran protein perak yang dapat
dilunakkan atau dilarutkan dengan menggunakan sejumlah kecil air atau alkohol
cair. Jumlah larutan yang digunakan harus sesedikit ungkin, lemak bulu domba
berguna sebagai bahan tambahan pada supositoria mengandung sejumlah besar
ekstrak atau larutan berair karena sifatnya yang menyerap cairan. Hal ini berefek
pada titik lebur pada minyak tetapi sedikit. Penggunaan sedikit pati juga
memberikan kekuatan pada supositoria tipe ini. Jika ekstrak pilular dari belladona
digunakan, harus dilunakkan dengan beberapa tetes alkohol 65%. Jika serbuk
ekstrak digunakan, mungkin dapat ditangani seperti serbuk lain. Morfin sulfat
harus dilarutkan dalam 1 ml air hangat dan diambil dengan sejumlah kecil lanolin
untuk memastikan distribusi yang baik dari alkaloid. e. Volume besar dari bahan
obat pada kasus ini, relatif sejumlah besar bahan obat ditentukan, hal ini kadang
sulit untuk menentukan massa plastis yang cukup untuk membuat supositoria
dalam beberapa metode. Hal ini sulit untuk dikoreksi dengan penambahan
sejumlah kecil lemak bulu domba dan denga pembuatan supositoria dengan
metode tangan. Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef
Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef