meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan. Pasti timbul
pertanyaan, bagaimana cara mempersiapkan mahasiswa agar menjadi calon pemimpin yang
siap pakai? Tentu jawabannya adalah dengan memperkaya pengetahuan yang ada terhadap
masyarakatnya. Selain itu, mempelajari berbagai kesalahan yang ada pada generasi
sebelumnya juga diperlukan sehingga menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan diri.
Ada satu pertanyaan yang menggelitik bagi saya, mengapa bernama iron stock? Bukan
golden atau silver stock? Hal ini masuk akal, karena sifat besi itu sendiri yang berkarat dalam
jangka waktu lama, sehingga diperlukan pengganti besi-besi sebelumnya. Filosofi ini dapat
dibenarkan, karena manusia yang disimbolkan sebagai besi tentu akan mati dan kehilangan
tenaganya, maka dari itu dibutuhkan generasi manusia baru sebagai pengganti yang lebih
baik.
Social Control
Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres atau ganjil dalam
masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa dengan gagasan dan ilmu yang dimilikinya memiliki
peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Mengapa harus
menjadi social control? Kita semua tahu, bahwa mahasiswa itu sendiri lahir dari rahim
rakyat, dan sudah seyogyanya mahasiswa memiliki peran sosial, peran yang menjaga dan
memperbaiki apa yang salah dalam masyarakat.
Saat ini di Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah hanya memikirkan dirinya
sendiri dalam bertindak. Usut punya usut, pemerintah tidak menepati janji yang telah
diumbar-umbar dalam kampanye mereka. Kasus hukum, korupsi, dan pendidikan merajalela
dalam kehidupan berbangsa bernegara. Inilah potret mengapa mahasiswa yang notabene
sebagai anak rakyat harus bertindak dengan ilmu dan kelebihan yang dimilikinya. Lalu
bagaimana cara agar mahasiswa dapat berperan sebagai kontrol sosial? Mahasiswa harus
menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada keadaan rakyat yang mengalami penderitaan,
ketidakadilan, dan ketertindasan. Kontrol sosial dapat dilakukan ketika pemerintah
mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan rakyat, maka dari itu mahasiswa bergerak
sebagai perwujudan kepedulian terhadap rakyat.
Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih
substansial lagi yaitu diskusi, kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli
terhadap rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan bantuan baik
secara moril dan materil bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Moral Force
Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force? Mahasiswa dalam
kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi
masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat
sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang
lebih tinggi.
Kini, peran mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan mahasiswa
yang berorientasi pada kehidupan hedonisme. Amanat dan tanggung jawab yang telah
dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah ditinggalkan begitu saja. Jika ini
terjadi, kegiatan mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat, hal ini pasti akan
menyebabkan generasi pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral force sangat dibutuhkan
bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar memiliki goal menjadikan negara dan
bangsa ini lebih baik.
Mahasiswa dengan segala keunikan dan kelebihannya masih sangat rentan, sebab posisi
mahasiswa yang dikenal sebagai kaum idealis harus berdiri tegap di antara idealisme mereka
dan realita kenyataan. Realita ini yang ada dalam masyarakat, di saat mahasiswa tengah
berjuang membela idealisme mereka, tenyata di sisi lain realita yang terjadi di masyarakat
semakin buruk. Saat mahasiswa berpihak pada realita, ternyata secara tak sadar telah
meninggalkan idealisme dan ilmu yang seharusnya di implementasikan. Inilah yang menjadi
paradoks mahasiswa saat ini.
Posisi mahasiswa di masyarakat juga masih dianggap sebagai kaum ekslusif, kaum yang
hanya bisa membuat kemacetan di kala aksi, tanpa sekalipun memberikan hasil yang konkret,
yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan kata lain, perjuangan dan peran mahasiswa
saat ini telah kehilangan esensinya sehingga masyarakat sudah tidak menganggap peran
mahasiswa sebagai suatu harapan. Inilah paradigma yang seharusnya diubah, jurang lebar
antara masyarakat dan mahasiswa harus dihapuskan. Penulis berpendapat, bahwa peran
mahasiswa saat ini seyogyanya memiliki kesinergisan masyarakat dimana mahasiswa
bernaung sebagai anak rakyat, semoga.
Wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga, untuk negeri tercinta
semoga dapat memotivasi kalian, wahai para mahasiswa.