Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN DISEMINASI AWAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Manajemen


Keperawatan di Ruang Kemuning dan Dahlia RSU Karsa Husada Batu

Oleh :
Maretta Sekar Dewi

150070300011001

Rani Indrawati

150070300011013

Wisam Wafi Kurniawan

150070300011018

Dicky Syahrulloh Bakhri

150070300011019

Ifa Rahmawati

150070300011023

Ratih Kumalasari

150070300011025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai
tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan. Pada suatu
instansi membutuhkan seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan
ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola kegiatan. Manajemen
merupakan serangkaian aktivitas (termasuk perencanaan, pengambilan keputusan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber
daya organisasi (manusia, financial, fisik dan informasi) dengan maksud mencapai
tujuan organisasi secara efisien dan efektif (Griffin, 2004).
Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya (Sabarguna, 2008). Suatu rumah sakit memerlukan pengorganisasian untuk
melancarkan jalan sukses. Organisasi rumah sakit memiliki pemimpin dan staf yang
bergerak di bidangnya agar organisasi di rumah sakit mampu mejalankan
pelayanan yang optimal.
Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan mempunyai banyak
aktifitas penting, antara lain bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara efektif
dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah staf keperawatan
dan fasilitas yang ada. Untuk diperlukan pembagian tugas, kerja sama, dan
koordinasi sehingga semua pasien mendapatkan pelayanan yang optimal. Oleh
karena itu menejer keperawatan perlu menetapkan kerangka kerja, yaitu dengan
cara: mengelompokan dan membagi kegiatan yang harus dilakukan, menentukan
jalinan hubungan kerja antara tenaga dan menciptakan hubungan antara kepalastaf melalui penugasan,delegasi dan wewenang.
Dalam model pengembangan praktik keperawatan profesional peran dan
fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat penting sehingga kompetensi
kepemimpinan dan manajemen yang mutlak dibutuhkan karena kemampuan itu
manajer kepala ruang akan diuji untuk menata pengorganisasian staf dan
menentukan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien sebagai refleksi
pelaksanaan praktik keperawatan profesional.
Peran dan fungsi kepala ruang sangatlah penting dalam melakukan
pengaturan organisasi dalam sebuah bangsal di suatu rumah sakit. Peran dan

fungsi kepala ruang antara lain mengidentifikasi masalah, merencanakan fungsi


ketenagaan,

merencanakan

pengorganisasian,

melakukan

pengarahan

dan

melakukan pengendalian organisasi. Sedangkan menajer sendiri yang berarti


seseorang yang tanggung jawab utamanya adalah melakukan proses manajemen
dalam suatu organisasi memiliki tugas dan fungsi antara lain peran interpersonal,
peran pemberi informasi serta peran pengambilan keputusan.
Mengingat pentingnya fungsi manajemen dalam menjamin kelancaran dan
keberhasilan pelayanan keperawatan, maka konsep manajemen keparawatan perlu
diwujudkan secara nyata dalam tatanan praktek guna menjamin efisiensi, efektifitas,
dan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien teruatam untuk
keselamatan pasien Patient Safety. Keamananan adalah prinsip yang paling
fundamental dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan sutau tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya diambil sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan denga resiko
pasien, pelaporan da analisis insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes, 2009).
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
dibidang keperawatan, maka tuntutan profesionalisme semakin meningkat. Melihat
fenomena tersebut maka kualitas mutu pelayanan kesehatan terutama di rumah
sakit harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Model Metode
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Nursalam, 2011). Pada MAKP memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan
komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan
kepada anggota tim dan pelanggan. Jenis MAKP yang diterapkan sangat
bergantung dari visi misi Rumah Sakit, dapat diterapkannya proses keperawatan,
memperhatikan kepuasan perawat dan pasien serta komunikasi dan kolaborasi
yang jelas antar petugas kesehatan.
Untuk mempermudah tercapai suatu tujuan dari organisasi dibutuhkan suatu
ilmu yang disebut dengan Manajemen. Manajemen merupakan suatu ilmu tentang
upaya manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya yg dimilikinya untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen proses perencanaan


(Planning), pengorganisasian (Organizing) pengarahan (Actuating), pengawasan
(Controlling) usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdayasumberdaya organisasi lain agar mencapai tujuan organisasi yg telah ditetapkan
Berdasarkan hal tersebut kami dari kelompok 5 Profesi Ners akan belajar
mengidentifikasi dan menganalisa proses dari 5M (Man, Money, Method, Materials
and Machine, dan Market) hingga perencanaan (Planning), pengorganisasian
(Organizing), pengarahan (Actuating), pengawasan (Controlling) usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan manajemen keperawatan di
Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia RSU Karsa Husada Batu.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan
diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi dan melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan prinsip
1.2.2

manajemen keperawatan profesional.


Tujuan Khusus
a. Mampu

melakukan

pengkajian

terhadap pelaksanaan asuhan

keperawatan yang dilaksanakan di Ruang Kemuning dan Ruang


Dahlia RSU Karsa Husada Batu.
b. Mampu menganalisis atau mengidentifikasi 5M (Man, Money,
Methode,

Material

and

Machine)

dan

situasi

manajemen

keperawatan yang ada di Ruang Kemuning - Ruang Dahlia RSU


Karsa Husada Batu.
c. Mampu mengidentifikasi permasalahan manajemen keperawatan
yang ada di Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia RSU Karsa Husada
Batu.
d. Mampu menentukan prioritas masalah berdasarkan permasalahan
yang teridentifikasi.
e. Mampu membuat tujuan dan rencana pemecahan masalah (plan of
action) untuk mengatasi permasalahan yang diprioritaskan.
f.

Mampu melaksanakan kegiatan yang direncanakan pada plan of


action yang telah disepakati bersama unit terkait

g. Mampu mengevaluasi hasil kegiatan yang telah direncanakan.

h. Mampu merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa


upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerja sama
dengan unit terkait di rumah sakit.
i.

Melaksanakan

seminar

evaluasi

hasil

pelaksanaan

kegiatan

manajemen keperawatan Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia RSU


Karsa Husada Batu.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Rumah Sakit
Penerapan model praktek asuhan keperawatan profesional diharapkan
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, terutama pelayanan
1.3.2

keperawatan.
Bagi Ruang Kemuning Dahlia
Dapat dijadikan sebagai sarana

dukungan,

masukan,

atau

pengembangan fungsi manajemen ruangan guna mempertahankan dan


meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di Ruang Kemuning dan
Dahlia pada khususnya, serta kualitas pelayanan rumah sakit pada
1.3.3

1.3.4

umumnya.
Bagi Institusi Pendidikan
a. Mengembangkan teori manajemen di dunia klinik.
b. Mendidik mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang diajarkan pada
preklinik untuk menerapkan di klinik.
Bagi Mahasiswa
a. Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa
MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional).
b. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang manajemen
keperawatan.
c. Mahasiswa dapat mengaplikasikan serta mengintegrasikan konsep
manajemen

keperawatan

dalam

tatanan

praktek

klinik

dan

pengembangan wawasan pengetahuan atau teori manajemen melalui


penerapan fungsi manajemen di ruangan.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM KARSA HUSADA
2.1.

Gambaran Umum danSejarah Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu


Rumah Sakit ini didirikan sejak tahun 1912 pada masa penjajahan Belanda

dengan pelayanan Rawat Jalan untuk penyakit paru yang berlokasi di Kota Batu.
Selanjutnya, pada tahun 1934 tepatnya tanggal 20 Maret 1934 dibuka ruang
perawatan (Rawat Inap) yang diresmikan oleh Mas Soemarto (Patih Kabupaten
Malang), JA Seven (Poning Master),de Ruyter de Wild (Voorith Bob) dan dikenal
dengan nama Sanatorium. Pada masa penjajahan Belanda Sanatorium dikuasai
oleh Pemerintah Belanda dan dijadikan Rumah Sakit Belanda. Setelah Indonesia
merdeka Sanatorium diserahkan ke Pemerintah Republik Indonesia, khususnya
Pemerintah Propinsi Jawa Timur dengan nama Rumah Sakit Paru Batu.
Rumah Sakit Paru Batu mendapatakan penetapan akreditasi dengan 5
pelayanan pada tahun 2011 dan berubah namun pada awal maret 2015 dengan
nama Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu. Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu terletak di Jalan A. Yani No. 10-13 Batu Malang. Berdasarkan Peraturan
Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 37 Tahun 2000 dan Keputusan Gubernur
Nomor 26 Tahun 2002 Rumah Sakit Umum Karsa Husada ditetapkan sebagai salah
satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur yang
berlokasi di Kota Batu. Sementara itu pada tanggal 4 Juli 2007 berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: YM.02.04.3.3.3228,
Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu mendapatkan ijin penyelenggaraan Rumah
Sakit Khusus. Pada tanggal 29 Desember 2009 Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum daerah (BLUD) dengan keputusan
nomor: 118/259/kpps/013/2009.
2.1.1

Visi RumahSakit Umum Karsa Husada Batu


Visi Rumah Sakit Karsa Husada Batu adalah Menjadi Rumah Sakit Pilihan

Utama Masyarakat.
2.1.2

Misi Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu


Misi Rumah Sakit Karsa Husada Batu adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan aman, ramah dan berkualitas.
b. Mewujudkan pelayanan unggulan respirasi paripurna.
c. Mengembangkan manajemen dan sumber daya berbasis teknologi
informasi/iptek berwawasan wisata (hospital tourism).
d. Menyelenggarakan penelitian pengembangan, pendidikan dan pelatihan
di bidang pelayanan kesehatan.

e. Meningkatkan kesejahteraan karyawan berdasarkan profesionalisme dan


kepuasan pelanggan.
2.1.3

Luas Lahan
Rumah Sakit Umum Karsa Husada (RS Paru Batu) memiliki luas tanah
41.490 m2 dan luas lahan bangunan 12.344 m2dengan rincian sebagai
berikut:
Tanah Sebelah Barat (Jl. Abdul Rahman No.02 Batu) :
1.Luas Tanah
2.Luas Bangunan

: 27.120 m2
: 3.995 m2

Tanah Sebelah Timur (Jl. A. Yani No.10-13, Batu) :

2.1.4
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
3.
4.

1. Luas tanah
: 14.370 m2
2. Luas Bangunan : 9.567 m2
3. Luas Bangunan : 11.882,01 m2
Fasilitas Pelayanan
Instalasi Rawat Darurat
Instalasi Rawat Jalan
Poli Penyakit Dalam
Poli Bedah
Poli Syaraf
Poli Paru
Poli Mata
Poli THT
Poli Anak
Poli Kandungan
Poli Orthopedi
Poli Komplementer
Poli Gigi
Poli Anestesi
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Penunjang

a. Laboratorium
b. Farmasi
c. Radiologi
d. Konsultasi Gizi
Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu (Rumah Sakit Paru Batu)
mempunyai kapasitas tempat tidur klien sebanyak 104 tempat tidur. Untuk
Saat ini Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu (Rumah Sakit Paru Batu)
digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa DIII Keperawatan dan DIII
Kebidanan, Profesi Ners (S1 Keperawatan), S1 Gizi, serta Co-as (Profesi
Dokter) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

2.2.

Gambaran Umum Ruang Kemuning - Dahlia Rumah Sakit Karsa Husada


Batu
Ruang

KemuningDahlia

sebelumnya

berdiri

masing-masing

dalam

management ruangannya, baru pada awal maret 2015 ruangan ini tergabung dalam
1 management ruangan. Ruang kemuning adalah ruang perawatan pasien Paru
NonTB yang ada di Rumah Sakit Karsa Husada Batu. Ruangan ini terdiri dari 6
ruangan pasien dan terdapat 18 tempat tidur. Di ruangan juga terdapat nurse station
sebagai tempat perawat berkumpul untuk melakukan kegiatan Keperawatan.
Terdapat pantry untuk perawat dan pegawai istirahat dan makan. Ruang Dahlia
adalah ruang TB dengan pasien dengan penyakit paru infeksius atau disebut juga
sebagai ruang isolasi. Pada Ruang dahlia terdapat 4 ruangan pasien yang memiliki
13 tempat tidur, di ruangan ini terdapat nurse station, gudang, ruang sputum, dan
ruang cuci alat medis.
Pada Ruang Kemuning dan Dahlia Rumah Sakit Karsa Husada Batu ini
terdapat 4 perawat S1 dan 12 perawat D3. Pergantian shift dilakukan 3 kali dengan
menerapkan model bed side dimana perawat yang bertugas shift ini mendapat
informasi dan operan langsung dari perawat yang bertugas pada shift sebelumnya.
Mekanisme pre conference dan post conference saat ini belum bisa berjalan
Koor
Yan Kepjumlah tenaga yang minimal. Rumah Sakit Karsa Husada Batu juga
dikarenakan
Ns. Sujud Priono, S.Kep, M.Kes Ns
memiliki program studi lanjut untuk tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Dengan peningkatan kualitas yang
diberikan tenaga kesehatan akan memberikan mutu dan pelayanan yang baik
kepada masyarakat. Peningkatan mutu dan citra dari rumah sakit nantinya juga
berdampak pada tingkat kepercayaan dari pasien baik baru maupun pasien lama.

Ruang Kemuning dan Dahlia Rumah Sakit Karsa Husada Batu memiliki
struktur organisasi sebagai berikut :

Administrasi
Wiwit

Katim Dahlia

NaningDwi V., Amd.


Kortim Dahlia
Nanin Dwi Vinta, Amd. Kep.

Kep

TAMAN
TERAS
Ka. Instalasi Rawat Inap
dr. Dyah R, Sp.PD

PJ/Kepala Ruangan
Mahfud Surya, S. Kep. Ns
Administrasi
Sih Lini Pur

Kortim Kemuning
Winarno, Amd. Kep.
Ruang
Kelas I Kelas IIKelas utama
I utama
Kelas
II KaRu
Denah Ruang Kemuning

2
7

5
10oo00

3
8

6
11

Nurse Station

Kelas III Pria


9
12

Kelas III Wanita

Pant
Staf PelaksanaryKeperawatan
Utari Ika, Amd. Kep..
Immaculata, Amd. Kep.
Fibri Andi, Amd. Kep.
Andri Candra, Amd. Kep.
Nurindah Resliah, Amd. Kep.
Sugeng W, S. Kep. Ns
Nurindah Diani, Amd. Kep.
Oktavia, S.Kep
Afrilia, S.Kep, Ns
Anita Arimbi, Amd. Kep
Danny, Amd. Kep
Devyana, Amd. Kep
Ferawati, Amd.Kep

Denah Ruang Dahlia

Ruang Kemuning dan Dahlia berada di ujung rumah sakit, berbatasan


dengan jalan raya. Meskipun Ruang Kemuning dan Dahlia merupakan satu unit
namun secara fisik bangunnannya terpisah. Ruang Kemuning berada di seberang
ruang Dahlia terpisah oleh taman. Untuk mencapai Ruang Kemuning dari Dahlia
melewati Ruang OK paru, Ruang Komite Keperawatan dan Ruang Komite Medik.

BAB III
HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG KEMUNING-DAHLIA
1 Man
1 Kuantitas Sumber Daya Manusia
Tenaga keperawatan di Ruang Kemuning-Dahlia berjumlah 16 orang tenaga
perawat dan 2 orang tenaga administrasi. Terdiri dari S.Kep, Ns 3 orang (2 sebagai
perawat pelaksana dan 1 kepala ruangan), S.Kep 1 orang, Amd. Kep 13 orang (2
koortim dan 11 perawat pelaksana).
Tabel 3.1 Data staf Ruang Kemuning-Dahlia RSU Karsa Husada Batu
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Nama
Pak Mahfud
Pak Winarno
Nanin Dwi V.
Utari ika
Febri Andi
Immaculata
Andri Candra
Nurindah Resliah
Sugeng W.
Nurindah Diani
Devyana
Oktavia
Dani
Anita Arimbi
Afrillia
Ferawati

Jenis kepegawaian
PNS
PNS
PNS
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer
Honorer

Tingkat pendidikan
S1
D3
D3
D3
D3
D3
D3
D3
S1
D3
D3
D3
D3
D3
S1
D3

Lama bekerja
11 tahun
11 tahun
11 tahun
10 tahun
4 Tahun
5 tahun
4 tahun
5 tahun
1 tahun
1 tahun
6 bulan
1 tahun
1 tahun
5 tahun
1 tahun
5 tahun

2 Kualitas Sumber Daya Manusia


Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang Kemuning-Dahlia,
Kepala ruangan merencanakan pertemuan dengan staf Kepala ruangan melakukan
pertemuan rutin minimal 1 kali dalam satu bulan, namun kadang dilakukan 1 minggu
sekali. Apabila ada masalah atau suatu kepentingan yang harus mengumpulkan
staff maka dilakukan segera. Namun, pada dasarnya pertemuan dilakukan
situasional.
Rencana peningkatan SDM staf di ruangan Kemuning-Dahlia RSU Karsa
Husada Batu dengan pelatihan berjenjang yang diusulkan setiap tahunnya sehingga
dilakukan secara berkala.
Tabel 3.2 Data staf Ruang Kemuning-Dahlia RSU Karsa Husada Batu

N
o
1

Nama
Pak
Mahfud

Jabatan

Masa

Pendi

Kepala

kerja
11

dikan
S1

Ruangan

Tahun

Pelatihan
BLS,

Ket.

pelatihan

nasional
pembimbing

klinik,

menejemen bangsal,
menejemen pasien,
PPI
2

Pak
Winarno

Koordinator

11

Tim

Tahun

D3

dasar,

Preceptorship
Pelatihan

endoscopy, seminar
pasien

safety

dengan pencegahan
dan

pengendalian

infeksi

nosakomial,

ESQ,

leadership

training,

seminar

praktik keperawatan,
pelatihan
asma,

senam
workshop

broadcasting,
keselamatan

dan

management resiko
3

Koordinator

11

Dwi V.

Tim

tahun

Endoscopy,

Perawat

10

D3

Pelatihan TB
BCLS,

Tahun
4

D3

BCLS

Utari ika

D3

klinis, BCLS.
BCLS,
Pelatihan

Nanin

Febri

Pelaksana
Perawat

Andi
Immacula

Pelaksana
Perawat

Tahun
5 tahun

D3

BCLS, Pelatihan TB

ta
Andri

Pelaksana
Perawat

4 tahun

D3

BCLS

Candra
Nurindah

Pelaksana
Perawat

5 tahun

D3

BCLS

Resliah
Sugeng

Pelaksana
Perawat

1 tahun

S1

BCLS

10

W.
Nurindah

Pelaksana
Perawat

1 tahun

D3

BCLS

11

Diani
Devyana

Pelaksana
Perawat

6 bulan

D3

BTLS, BCLS, PPI,

pelaksana

K3RS,

Safety

px,

Perawat

1 tahun

D3

Servix, Rawat luka.


BLS

Dani

pelaksana
Perawat

1 tahun

D3

BLS

14

Anita

pelaksana
Perawat

5 tahun

D3

BLS

15

Arimbi
Afrillia

Pelaksana
Perawat

1 tahun

S1

BLS

Ferawati

Pelaksana
Perawat

5 tahun

D3

BLS

12
13

16

Oktavia

Pelaksana
3.1.1

Kebutuhan tenaga perawat sesuai tingkat ketergantungan pasien


Tingkat Ketergantungan Pasien
Jumlah pasien, diagnosa medis, serta tingkat ketergantungan pasien di
Ruang Kemuning-Dahlia RSU Karsa Husada Batu pada tahap pengkajian
yakni tanggal 26-29 September 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang
Kemuning-Dahlia RSU Karsa Husada Batu pada tanggal 26 September
2016
Kamar
Utama I
Utama II
Kelas I
Kelas II

Kelas III
Laki-Laki
Kelas III

Initial
Pasien
Ny. D
Tn. P
Tn. P
Tn. R
Ny. S
-

Diagnosa Medis
Ruang Kemuning
CHF + HHF
Hemoptoe
Susp. Tumor Perut
Hepatoma
COPD EA + CHD
-

Skor
Ketergantungan
M
P
M
P
P
-

Wanita

Ruang Dahlia
Utama
Ny. K
CHF + PVC + CVA
Tn. L
Pneumonia
Kelas I
Tn. R
CHF
Kelas II
Tn. S
Susp. COPD + Susp. TB
Tn. SL
Susp. TB + CHF
Kelas III
Keterangan: M : Minimal Care ; P : Parsial care ; T : Total care

T
P
P
P
P
-

Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 26


September 2016 terdapat 10 pasien, terdiri dari 5 pasien di Ruang Kemuning
dan 5 pasien di Ruang Dahlia. Sebanyak 2 orang pasien (20%) yang dirawat
memiliki tingkat ketergantungan minimal, 7 orang pasien (70%) memiliki
tingkat ketergantungan parsial, dan 1 orang pasien (10%) memiliki tingkat
ketergantungan total.
Tabel 3.4 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang
Kemuning-Dahlia RSU Karsa Husada Batu pada tanggal 27 September
2016
Kamar
Utama I
Utama II
Kelas I
Kelas II

Kelas III
Laki-Laki

Initial
Pasien
Ny. SC
Tn. B
Tn. P
Tn. P
Tn. R
-

Diagnosa Medis
Ruang Kemuning
Melena + DM
STEMI
Hemoptoe
Susp. Tumor Perut
Hepatoma
-

Skor
Ketergantungan
P
P
P
M
P
-

Ny. S
-

COPD EA + CHD
Kelas III
Wanita
Ruang Dahlia
Utama
Ny. K
CHF + PVC + CVA
Tn. L
Pneumonia
Kelas I
Tn. R
CHF
Kelas II
Tn. S
Susp. COPD + Susp. TB
Tn. SL
Susp. TB + CHF
Kelas III
Keterangan: M : Minimal Care ; P : Parsial care ; T : Total care

P
T
P
P
P
P
-

Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 27


September 2016 terdapat 11 pasien, terdiri dari 6 pasien di Ruang Kemuning
dan 5 pasien di Ruang Dahlia. Sebanyak 1 orang pasien (9%) yang dirawat
memiliki tingkat ketergantungan minimal, 9 orang pasien (82%) memiliki
tingkat ketergantungan parsial, dan 1 orang pasien (9%) memiliki tingkat
ketergantungan total.
Tabel 3.5 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang
Kemuning-Dahlia RSU Karsa Husada Batu pada tanggal 28 September
2016
Kamar

Initial
Pasien

Diagnosa Medis

Skor
Ketergantungan

Ruang Kemuning
Utama I
Utama II
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Laki-Laki

Tn. AM
Tn. D
Ny. SC
Tn. B
Tn. M
Tn. P
Tn. P
Tn. R
Tn. H

CHF + Shock Cardiogenic


Melena + DM
STEMI
Efusi Pleura Dextra
Hemoptoe
Susp. Tumor Perut
Hepatoma
COPD EA

P
P
P
P
M
P
M
P
P

Tn. AY
Tn. M
Ny. S
Ny. A
-

Susp. DHF

P
P
P
M
-

COPD EA + CHD
CHF + COPD EA
Kelas III
Wanita
Ruang Dahlia
Utama
Ny. K
CHF + PVC + CVA
Tn. L
Pneumonia
Kelas I
Tn. R
CHF
Kelas II
Tn. S
Susp. COPD + Susp. TB
Tn. SL
Susp. TB + CHF
Kelas III
Keterangan: M : Minimal Care ; P : Parsial care ; T : Total care

T
P
P
P
P
-

Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 28


September 2016 terdapat 18 pasien, terdiri dari 13 pasien di Ruang Kemuning
dan 5 pasien di Ruang Dahlia. Sebanyak 3 orang pasien (16%) yang dirawat
memiliki tingkat ketergantungan minimal, 14 orang pasien (79%) memiliki
tingkat ketergantungan parsial, dan 1 orang pasien (5%) memiliki tingkat
ketergantungan total.
Tabel 3.6 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang
Kemuning-Dahlia RSU Karsa Husada Batu pada tanggal 29 September
2016
Kamar
Utama I
Utama II
Kelas II
Kelas I
Kelas III

Initial
Pasien
Sdr. A.M
Tn. B
Tn. M
Ny. St.C
Tn. Pr
Tn. P

Diagnosa Medis
Ruang Kemuning
OF
IMA
Efusi Pleura
Melena + DM
Susp. Tumor Perut
Hemoptoe

Skor
Ketergantungan
P
P
M
P
M
M

Laki-Laki

Tn. R
Tn. M
Tn. H
Sdr. A.Y
Ny. A
-

Hepatoma

COPD + EA
S. DHF
CHF + COPD EA
Kelas III
Wanita
Ruang Dahlia
Utama
Ny. K
CHF + PVC + CVA
Tn. L
Pneumonia
Kelas I
Tn. A
S. TB
Kelas II
Kelas III
Tn. S
S. TB (+) + CHF
Keterangan: M : Minimal Care ; P : Parsial care ; T : Total care

P
P
P
P
M
T
P
M
P

Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 29


September 2016 terdapat 15 pasien, terdiri dari 11 pasien di Ruang Kemuning
dan 4 pasien di Ruang Dahlia. Sebanyak 5 orang pasien (33%) yang dirawat
memiliki tingkat ketergantungan minimal, 9 orang (60%) memiliki tingkat
ketergantungan

partial,

dan

orang

(7%)

pasien

memiliki

tingkat

ketergantungan total.
3.1.2

Penghitungan jumlah tenaga kerja di ruang Kemuning-Dahlia:


Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan Ruang Kemuning-Dahlia
periode 26-29 September 2016 dengan Metode Gillies
Waktu perawatan langsung :
Total care
: 4 x 6 jam
= 24 jam
Partial care : 39 x 4 jam
= 156 jam
Minimal care : 11 x 2 jam
= 22 jam +
Total waktu perawatan langsung = 202 jam
Waktu perawatan tidak langsung :
54 klien x 1 jam
= 54 jam
Waktu Pendidikan Kesehatan :
54 klien x 15 menit = 810 menit

= 13,5 jam

Total jam perawatan


= 269,5 jam
Rata-rata jam perawatan per hari = 269,5 : 54 = 5 jam
Kebutuhan tenaga perawat dalam satu unit :
=
A x B x 365

(365-C) x D
=

5 x 14 x 365
(365-76) x 7

25550
2023
= 13 perawat
Keterangan :
A = total jam perawatan
B = rata-rata jumlah klien dalam 1 periode
C = jumlah hari libur per tahun (Hari Minggu, Hari Raya, Cuti)
D = rata-rata jam kerja perawat per hari
a. Senin, 26 September 2016
Metode Gillies
Waktu perawatan langsung :
Total care
: 1 x 6 jam
Partial care : 7 x 4 jam
Minimal care : 2 x 2 jam
Total waktu perawatan langsung

= 6 jam
= 28 jam
= 4 jam +
= 38 jam

Waktu perawatan tidak langsung :


10 klien x 1 jam
= 10 jam
Waktu Pendidikan Kesehatan :
10 klien x 15 menit = 150 menit

= 2,5 jam

Total jam perawatan

= 50,5 jam

Kebutuhan perawat/hari : Jumlah jam perawtan/hari = 50,5 = 7 perawat


Jam efektif perawat
7
Shift pagi : 47% x 7 = 3,29 = 3 perawat
Shift siang : 35% x 7 = 2,45 = 2 perawat
Shift malam : 17% x 7 = 1,19 = 1 perawat
b. Selasa, 27 September 2016
Metode Gillies
Waktu perawatan langsung :
Total care
: 1 x 6 jam
Partial care : 9 x 4 jam
Minimal care : 1 x 2 jam
Total waktu perawatan langsung

= 6 jam
= 36 jam
= 2 jam +
= 44 jam

Waktu perawatan tidak langsung :


11 klien x 1 jam
= 11 jam
Waktu Pendidikan Kesehatan :

11 klien x 15 menit = 165 menit

= 2,75 jam

Total jam perawatan

= 57,75 jam

Kebutuhan perawat/hari : Jumlah jam perawtan/hari = 57,75 = 8 perawat


Jam efektif perawat
7
Shift pagi : 47% x 8 = 3,76 = 4 perawat
Shift siang : 35% x 8 = 2,8 = 3 perawat
Shift malam : 17% x 8 = 1,36 = 1 perawat
c. Rabu, 28 September 2016
Metode Gillies
Waktu perawatan langsung :
Total care
: 1 x 6 jam
Partial care : 14 x 4 jam
Minimal care : 3 x 2 jam
Total waktu perawatan langsung

= 6 jam
= 56 jam
= 6 jam +
= 68 jam

Waktu perawatan tidak langsung :


18 klien x 1 jam
= 18 jam
Waktu Pendidikan Kesehatan :
18 klien x 15 menit = 270 menit

= 4,5 jam

Total jam perawatan

= 90,5 jam

Kebutuhan perawat/hari : Jumlah jam perawtan/hari = 90,5 = 13 perawat


Jam efektif perawat
7
Shift pagi : 47% x 13 = 6,11 = 6 perawat
Shift siang : 35% x 13 = 4,55 = 5 perawat
Shift malam : 17% x 13 = 2,21 = 2 perawat
d. Kamis, 29 September 2016
Metode Gillies
Waktu perawatan langsung :
Total care
: 1 x 6 jam
Partial care : 9 x 4 jam
Minimal care : 5 x 2 jam
Total waktu perawatan langsung

= 6 jam
= 36 jam
= 10 jam +
= 52 jam

Waktu perawatan tidak langsung :


15 klien x 1 jam
= 15 jam
Waktu Pendidikan Kesehatan :
15 klien x 15 menit = 225 menit

= 3,75 jam

Total jam perawatan

= 70.75 jam

Kebutuhan perawat/hari : Jumlah jam perawtan/hari = 70.75 = 10 perawat

Jam efektif perawat

Shift pagi : 47% x 10 = 4.7 = 5 perawat


Shift siang : 35% x 10 = 3.5 = 3 perawat
Shift malam : 17% x 10 = 1.7 = 2 perawat
Rata-rata Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat per Hari:
Kebutuhan perawat hari Senin + Selasa + Rabu + Kamis
4
= 7 + 8 + 13 + 10
4
= 38
4
= 10 perawat
3.2. Material and Machine
3.2.1 Fasilitas untuk Pasien
Kapasitas Ruang Kemuning Rumah Sakit Karsa Husada adalah 18
Tempat Tidur. Ruang Kemuning terdiri dari 5 ruangan, yaitu R. Kelas utama
I, R. Kelas utama II, R. Kelas II, R. Kelas I, R. Kelas III. R. Kelas utama I
dan II terdiri dari 1 bed, 1 kamar mandi dalam, 1 westafel, 1 lemari, 1 tv, 1
sofa. R. Kelas I dan II terdiri dari 2 bed, 1 kamar mandi, 1 tv, 2 kursi kayu,
2 lemari. R. Kelas III terdiri dari R kelas III perempuan dan R. Kelas III lakilaki. R. Kelas III perempuan terdiri dari 6 bed, 1 kamar mandi, 6 kursi kayu,
1 tv. R. Kelas III laki-laki terdiri dari 6 bed, 2 kamar mandi, 6 kursi kayu, 1
tv.
Kapasitas ruang Dahlia ada 13 tempat tidur, terdiri dari 1 R. Kelas
Utama yang terdiri dari 1 kamar untuk 1 penderita, 1 tempat tidur, 1 kamar
mandi, 2 sofa panjang, 1 meja sofa, 1 buah lemari 3 pintu, 1 buah TV 21, 1
buah jam dinding, 1 Wastafel, toilet dengan closet duduk, shower, kotak
sampah, pegangan, lampu, ventilasi, keset. R. Kelas I sebanyak 1 ruang,
yang terdiri dari 1 kamar untuk 2 penderita, 2 tempat tidur untuk 2 pasien,
2 buah lemari kecil, 1 wastafel, 1 kamar tidur, 1 TV 21, 1 meja. R. Kelas II
dengan 1 kamar untuk 2 penderita, 2 tempat tidur untuk 2 pasien, 2 buah
lemari kecil, 1 wastafel, 1 kamar tidur, 1 meja. R. Kelas III terdapat 1 kelas
III, yang terdiri dari 1 kamar untuk 8 penderita yang diberi sekat setiap 2
tempat tidur. Kamar mandi terletak diluar, 8 lemari kecil, ada 3 alat UV
diatas pintu masuk menuju kamar.
3.2.2 Fasilitas untuk perawat
a. Nurse station
Ruang Kemuning memiliki nurse station dengan kondisi cukup rapii
dan sudah terstrukur mengenai penempatan status dan dokumen asuhan

keperawatan. Nurse station berada diantara kelas III perempuan dan kelas
III laki-laki, perawat dapat mengakses pasien dengan cepat karena
letaknya dekat. Terdapat beberapa dokumentasi diantaranya yaitu 1 buku
pemberian obat, 1 buku observasi TTV, 1 buku dokumentasi pasien sesuai
SBAR, 1 dokumen rekam medis pasien. Dalam ruangan nurse station
terdapat 4 kursi, 1 tempat obat, loker obat tiap pasien, 1 buah komputer, 1
tv, loker infus, loker plastik sampah, papan informasi dan rencana kerja,
westafel, handscrub. Terdapat juga ruang istirahat yang terdiri dari sofa dan
lemari.
Ruang Dahlia memiliki nurse station dengan kondisi cukup rapi dan
sudah terstrukur mengenai penempatan status dan dokumen asuhan
keperawatan. Nurse station berada satu ruangan dengan kelas III akan
tetapi diberi skat, jika mau ke kelas utama, I, dan II harus keluar ruangan.
perawat dapat mengakses pasien untuk kelas III dengan cepat akan tetapi
untuk kelas Utama, I, dan II agak lama karena harus keluar ruangan
terlebih dahulu. Di nurs station terdapat rekam medis, buku regristasi
retribusi, obat-obatan, APD, sampah medis dan nonmedis, kipas angis,
lemari es, kursi dan meja panjang dan TV. Untuk dokumentasi dilengkapi
dengan 1 buku dokumentasi laborat, 1 buku laporan pulang, 1 buku
kuitansi, 1 buku apotek (serah terima obat).
b. Fasilitas lain
Di depan nurse station Ruang Kemuning terdapat meja administrasi
terletak di depan R. Kelas III perempuan yang terdiri dari 3 kursi kayu, 2
kursi, 1 meja. Tersedia ruang untuk linen bersih di masing-masing ruang
Kemuning dan Dahlia, serta gudang untuk penyimpanan alat-alat seperti
kursi roda, pispot dan lain-lain.
c. Fasilitas Peralatan dan Bahan Kesehatan
Tabel 3.7 Daftar inventaris Alat Kesehatan Ruang Kemuning Bulan
September 2016 dengan Kapasitas 18 Tempat Tidur
Kondisi
Rusak

No

Nama

Jumlah

Standa

Barang

Barang

Baik

Nebulizer

ECG

Ringa
n
0

Rusak

Keteranga
n

Berat
0

Perawat
pelaksana
tidak

mengetahui
3

Kursi Roda

2/3

secara pasti
Menurut

perawat
ada

di

Dahlia
dipinjam

Manometer

12

Tensimeter

Stetoskop

Oksimetri

Menurut
perawat
ruangan
memang

Termometer

tidak punya
-

Kabel Roll

10

Suction

11

Torniquet

12

Infuse

13

Pump
Bedside

14

Monitor
Ambubag

15

Syringe

16

Pump
Timbangan

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa ada beberapa alat


medis yang biasa digunakan seperti bak instrumen sedang, pispot,
tensimeter, stetoscope, urinal, sputum pot, cucing, bengkok, hands rub,
identitas bed pasien, dan pinset anatomis tidak sesuai standart.
d. Daftar inventaris alat Kemuning
Tabel 3.8 Daftar inventaris alat rumah tangga Ruang Kemuning Bulan
September 2016 dengan Kapasitas 18 Tempat Tidur
No

Nama

Tahun

Jumla

Standa

Barang

Diperole

Keteranga

Kondisi
Bai

Rusak

n
Rusa

Ringa

k
Berat
0

Lemari

h
2001

Baran
16
g

16

n
0

Pasien
Kursi

2008

pasien
Kursi Kayu

1987

11

11

Hospital/Be

2007

d
Tempat

1985

17

17

tidur besi
Tempat

2006

tidur
7

metal/delta
Kereta

2008

linen
Bed

2009

12

12

Bed

2009

12

12

10

cabinet
Timbangan

1990

side

badan
11

besar
Standart

2003

12

infus
Standart

2004

13

infus
Standart

2002

14

infus
Standart

2007

15

infus
Standart

2009

infus
e. Fasilitas Peralatan dan Bahan Kesehatan
Tabel 3.9 Daftar inventaris Alat Kesehatan Ruang Dahlia Bulan
September 2016 dengan Kapasitas 18 Tempat Tidur
No

Nama

Jumlah

Standa

Barang

Barang

Kondisi
Rusak
Baik

Ringa
n

Rusak
Berat

Keteranga
n

Nebulizer

ECG

Troli ECG

Infuse

Pump
Bedside

Monitor
Ambubag

Tensimeter

2-3

2
Tensimeter
Raksa
1
Tensimeter
Analog

Termometer

(rusak)
1 Digital

Troli Obat

1 Raksa
-

10

Nasal

Karena tiap

Canule

pasien
sudah
dapat
masing-

11

NRBM

masing
tiap pasien
sudah
dapat
masing-

12

Manometer

13

masing
-

13

Tabung

10

13

tiap pasien

Oksigen
14

Besar
Masker
Nebulizer

sudah
dapat
masing-

masing
15

Korentang

16

Bak

Instrument
17

Besar
Bak
Instrument

18

Kecil
Gunting

19

tangan
Gunting

20

Kasa
Pinset

21

anatomis
Pinset

22

sirugis
Bengkok

23

Troli

Tindakan
f.

Daftar inventaris alat Dahlia


Tabel 3.10 Daftar inventaris alat rumah tangga Ruang Dahlia Bulan
September 2016 dengan Kapasitas 18 Tempat Tidur

No

Nama

Barang

1
2
3

Kulkas
Jam dinding

Jumla
h
Barang

nonmedis
Tempat

sampah KM
Tempat
sampah
medis

Bai
k

Keteranga

Ringa

1:1

n
0

Berat
1

kamar
1:1

kamar

Tempat
sampah

Standa

Kondisi
Rusak Rusa

1:1
kamar
1:1 KM
4:1
ruangan

Safety box

2
Tensimeter

Tempat
sampah

umum

4:1
ruangan

Raksa
3

1
Tensimeter
Analog

8
9

Sapu ijuk
Serok
sampah

2
2

2:1
ruangan
2:1
ruangan

2
2

10

(rusak)
1 Digital

1 Raksa
-

Karena tiap
pasien

Tempat tidur
pasien

13

1:1
pasien

sudah

13

dapat
masing-

11

0
Almari
pasien

12

Kursi

13

penunggu
Sofa
penunggu

13

15

1:1
pasien

1:1
pasien

13

bantal

15

Guling

16

Almari/locke

17

r perawat
Almari linen
RS

13

4
2
1

pasien

1:1
pasien
1:1
perawat
1:1
ruangan

dapat
masing-

15
1

1:1

masing
tiap pasien
sudah

14
Kasur dan

masing
-

tiap pasien
sudah

13

dapat
masing-

4
2
2

masing
-

18

Almari

19

berkas/arsip
Kom besar

20

untuk seka
Meja makan
pasien

21
22

Keset kamar
Keset kamar
mandi

23
24

1
2
1
5

Televisi

Kunci inggris

1:1
ruangan
1:1
pasien
1:1
pasien
2:!
Kamar
2:1 KM
1:
kamar
1:1
ruangan

2
2
2
0
5
3
1

g. Format Dokumentasi
1. Format dokumentasi rekam medis pasien meliputi :
RM 01
- Data sosial pasien
- Surat persetujuan rawat inap
- General consent
- Hak & kewajiban pasien & keluarga
RM 02
- Lembar ringkasan masuk & keluar RS
- Lembar penempelan surat (MRS, rujukan, dll)
- Lembar penempelan surat penting
RM 03
- Lembar asuhan medis SMF
RM 04
- Kajian awal keperawatan & kebidanan rawat inap
- Perencanaan pulang
RM 05
- Pengkajian gizi
- Skrining gizi
- Daftar masalah gizi
- Rencana awal gizi
RM 06
- Pemantauan pengobatan farmasi
- Daftar masalah farmasi
RM 07
- Lembar OK
RM 08
- Catatan perkembangan pasien terintegrasi
- Catatan perkembangan gizi
- Grafik
- Daftar pemberian obat injeksi
- Asesmen ulang nyeri
- Partograf
RM 09

- Penempelan hasil pemeriksaan penunjang


- Penempelan hasil copy resep
RM 10
- Lembar konsultasi
- Form edukasi
RM 11
- Resume medis
- Resume keperawatan
- Resume gizi
- Resume asuhan kefarmasian
- Billing biaya
2. Dokumentasi pemberian obat injeksi
Sesuai dengan nama obat dosis sesuai dengan tanggal pemberian obat
tediri dari tiap shift, jam pemberian obat, dan terdapat tanda tangan
perawat dan keluarga. Lembar dokumentasi pemberian obat injeksi
berada di nurse station.
3. Buku Operan
Format pengkajian status pasien sesuai SBAR.
Tabel 3.10 Fasilitas untuk pendokumentasian Ruang Kemuning Bulan
September 2016 dengan Kapasitas 18 Tempat Tidur
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Lembar Pendokumentasian
Form laporan insiden ke tim kp di RS
TB 05
Keselamatan pasien
Permintaan darah untuk transfusi
Lembar pemberian cairan
Clinical pathways jamkesmas
Lembar instruksi dan laporan perawatan
Pelayanan ambulans askes
Surat permintaan pemakaian ambulan
Form obat life saving jamkesmas dan jamkesda
Lembar discharge summary (ringkasan penyakit)
Lembar penjelasan
TB 06
Lembar sebab kematian
Izin penyerahan jenazah
Lembar rencana pelayanan
Dari hasil observasi, di ruang Dahlia memiliki alat proteksi diri untuk

menghindari resiko infeksi penularan penyakit. Alat proteksi diri tersebut


diantaranya adalah skort dan masker N95 yang dimiliki oleh setiap
perawat. Hanya saja lokasi skort digantung dan diletakkan disudut ruangan

tanpa sinar matahari langsung sehingga untuk perawatannya kurang


maksimal. Kebersihan skoret menjadi tanggung jawab pribadi setiap
perawat. Selama 3 hari berada di ruang Dahlia skoret belum pernah dicuci.
Untuk ruangan kelas III klien di Ruang Dahlia terdapat sekat antar 2
tempat tidur, kemudian pembagian ruangan adalah 4 wanita dan 4 pria.
Saat akan melakukan kegiatan yang membutuhkan privasi seperti ganti
pampers atau BAB/BAK di bed, sketsel yang digunakan agak tembus
pandang sehingga privasinya kurang. Proteksi diri seperti handsrub sudah
disediakan oleh ruangan untuk pasien dan keluarga pasien, kemudian
pasien dan keluarga juga diedukasi untuk selalu menggunakan masker
saat kontak atau bertemu dengan pasien akan tetapi masih banyak
keluarga pasien maupun pengunjung yang masih belum menggunakan
masker.

Di

ruang

Dahlia

terdapat

papan

daftar

jaga/shift

yang

mempermudah perawat mengetahui jadwal jaganya tetapi pengisiannya


belum dilakukan secara rutin terkadang daftar jaga tidak ditulis.
3.3 Method
Dari hasil wawancara dengan katim kemuning dan hasil observasi
tentang model asuhan keperawatan yang digunakan saat ini, didapatkan
bahwa model yang digunakan Ruang Kemuning dan Dahlia adalah model tim
modifikasi. Model ini diterapkan dengan membagi kerja menjadi 2 tim yang
kemudian memiliki 13 perawat pelaksana yang dilakukan moving kerja di
ruang Kemuning dan Dahlia. Perawat melaksanakan tindakan dengan di
pimpin oleh koortim dan dilakukan pembagian shift kerja yang di acc oleh
kepala ruangan.
Pengambilan keputusan di ruang Kemuning dan Dahlia di pegang
langsung oleh kepala Ruangan, setiap perawat pelaksana telah sadar untuk
melaporkan setiap konflik yang terjadi. Dalam penyelesaian masalah
menggunakan metode problem solving. Kepala Ruang didampingi Kepala Tim
kan terlebih dulu mengklarifikasi masalah yang terjadi kemudian penyelesaian
masalah akan dilaksanakan melalui sistem musyawarah mufakat, namun ada
kalanya kepala ruangan akan menetapkan kebijakan secara otoriter
tergantung dengan pentingnya dan sifat dari kebijakan tersebut.
Pembagian pekerjaan di Ruang Kemuning dan Dahlia RSU Karsa
Husada Batu cukup jelas, terdapat job deskripsi setiap tugas yang
dilaksanakan oleh perawat pelaksana di ruangan. Pembagian tersebut dapat
berganti sesuai dengan kondisi lapangan dan kebutuhan lapangan. Setiap

perawat pelaksana memiliki tugas yang spesifik sehingga tidak terdapat


kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan keperawatan. Pembagian
pekerjaan dilakukan langsung oleh kepala ruangan.
Pengelompokan pekerjaan di ruang kemuning dan dahlia sudah jelas.
Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien dan
menuliskan dokumentasi klien sesuai dengan SOP yang diterapkan di
ruangan, bagian administrasi bekerja sesuai dengan bagian pekerjaannya,
dan terdapat pekarya yang bertugas membantu berjalannya pelayanan di
ruangan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan komunikasi antar profesi
terlaksana. Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien dengan menggunakan SOAP.
Fungsi manajemen keperawatan diuraikan sesuai dengan jabatan dan
uraian tugasnya, yaitu sebagai berikut :
a.

Kepala Ruangan
Tabel 3.13 uraian tugas kepala ruangan
Dilakuka

Uraian Tugas

Tidak
dilakuka
n

KEPALA RUANG
1. Melaksanakan

fungsi

perencanaan

(p1)

meliputi:

a. Menyusun rencana kerja harian, mingguan,


bulanan, dan tahunan.
b. Menunjuk

perawat

v
primer

dan

tugasnya

masing-masing.

c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien


dibantu perawat primer.
d. Mengidentifikasi

jumlah

perawat

yang

dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan tingkat


ketergantungan pasien dibantu oleh perawat

primer.

e. Merencanakan

strategi

pelaksanaan

perawatan.
f.

Mengikuti

visite

dokter

untuk

mengetahui

kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang


dilakukan terhadap klien.

g. Menjaga

terwujudnya

visi

dan

misi

keperawatan dan rumah sakit.


h. Menyusun

rencana

keperawatan
kualifikasi
i.
j.

dari

untuk

kebutuhan
segi

ruang

tenaga

jumlah
rawat,

maupun

koordinasi

dengan kepala perawatan/ kepala instalasi.

Menyusun rencana kebutuhan fasilitas, alat,

dan dana keperawatan.

Menyusun jadwal dinas.

k. Menyusun jadwal cuti.


l.

Menyusun rencana pengembangan staf.

m. Menyusun

rencana

mutu.
2. Melaksanakan

kegiatan

fungsi

pengendalian

penggerakan

dan

penugasan

yang

pelaksanaan (p2) meliputi:


a. Merumuskan

metode

digunakan.

v
v

b. Merumuskan tujuan metode penugasan.

c. Membuat rincian tugas ketua tim dan perawat


pelaksana secara jelas.

d. Membuat rentang kendali.


e. Mengatur
f.

dan

mengendalikan

tenaga

keperawatan.

Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan.

g. Menyelenggarakan konferen.
h. Mengatur

dan

mengkoordinasikan

seluruh

kegiatan pelayanan di ruang rawat, melalui


kerjasama dengan petugas lain yang bertugas

diruang rawatnya.
i.

Melaksanakan

orientasi

kepada

tenaga

keperawatan baru/ tenaga lain yang akan kerja

di ruang rawat.
j.

Memberikan
siswa/mahasiswa

orientasi
keperawatan

kepada
yang

menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan


praktik.

k. Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya


meliputi: penjelasan tentang peraturan rumah

sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada


dan cara penggunaanya serta kegiatan rutin

sehari-hari.
l.

Membimbing

tenaga

keperawatan

untuk

melaksanakan asuhan keperawatan.


m. Mengadakan

pertemuan

berkala/sewaktu-

waktu dengan staf keperawatan dan petugas


lain yang bertugas diruang rawatnya.
n. Memberi

kesempatan/ijin

keperawatan

untuk

kepada

mengikuti

staf

kegiatan

ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala

instalasi/kasi perawatan.
o. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obatobatan

sesuai

kebutuhan

berdasarkan

ketentuan/kebijakan rumah sakit.


p. Mengatur

dan

mengkoordinasikan

pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan

siap pakai.
q. Mengelompokkan

pasien

dan

mengatur

penempatannya di ruang rawat menurut tingkat


kegawatan,

infeksi/non

infeksi,

untuk

kelancaran pemberian asuhan keperawatan.


r.

Meneliti

pengisian

formulir

sensus

harian

pasien di ruang rawat.


s. Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian
makanan

pasien

sesuai

dengan

program

dietnya.
t.

Menyimpan berkas catatan pasien dalam masa

perawatan diruang rawatnya dan selanjutnya


mengembalikan berkasi tersebut ke bagian
medical record bila pasien keluar/pulang dari
rumah sakit tersebut.
u. Membimbing mahasiswa keperawatan yang

v
v

menggunkan ruang rawatnya sebagai lahan


praktik.

v. Memberikan

penyuluhan

kesehatan

pada

pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar dalam


batas wewenangnya.
w. Melakukan serah terima pasien pergantian
dinas.
x. Mengatur

dan

mengendalikan

tenaga

keperawatan, membuat daftar dinas, mengatur


tenaga yang ada setiap dari dan lain-lain.
y. Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan
3. Melaksanakan
fungsi
pengawasan,
pengendalian dan penilaian (p3) meliputi:
a. Mengawasi

dan

menilai

mahasiswa

keperawatan untuk memperoleh pengalaman


belajar sesuai tujuan program bimbingan yang
telah ditentukan.
b. Melakukan

penilaian

keperawatan

kinerja

yang

tenaga

berada

dibawah

tanggungjawabnya dan mutu pelayanan.

c. Memberikan pengarahan tentang penugasan


kepada ketua tim dan perawat pelaksana.
d. Memberikan pujian kepada perawat

v
yang

mengerjakan tugas dengan baik.


e. Memberikan

motivasi

dalam

v
peningkatan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.


f.

Menginformasikan

hal-hal

yang

dianggap

penting dan berhubungan dengan askep klien.


g. Membimbing

bawahan

yang

mengalami

kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.

h. Meningkatkan kolaborasi.
i.

Melalui

komunikasi,

berkomunikasi

langsung

v
mengawasi
dengan

dan
perawat

primer mengenai asuhan keperawatan yang

diberikan kepada klien.


j.

Mengobservasi pasien baru dan mengaudit

dokumentasi asuhan keperawatan.


k. Mengevaluasi

upaya

pelaksanaan

dan

membandingkan dengan rencana keperawatan


yang telah disusun bersama.
Total
Prosentase

39
80%

10
20%

Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan kepala ruang dalam


menjalankan fungsi manajemen keperawatan dilakukan 80% sehingga dapat
dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan baik. Sehingga peran fungsi
perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugasnya.
Beberapa hal yang menjadi point penting dari uraian tugas Kepala Ruangan
diatas adalah belum optimalnya peran supervisi kepala ruangan terhadap
anggota baik secara pelaksanaan dan dokumentasi. Beberapa contohnya
adalah point supervisi dalam hal:
a. Perencanaan:
1) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dibantu perawat primer.
2) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan terhadap klien
b. Penggerakan dan Pelaksanaan
1) Membuat rentang kendali
2) Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi: penjelasan
tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang
ada dan cara penggunaanya serta kegiatan rutin sehari-hari.
3) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat

menurut

tingkat

kegawatan,

infeksi/non

infeksi,

untuk

kelancaran pemberian asuhan keperawatan.


4) Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien
sesuai dengan program dietnya.
5) Memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien/keluarga sesuai
kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya.
6) Melakukan serah terima pasien pergantian dinas
c. Pengawasan, Pengendalian, penilaian :
1) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada
dibawah tanggungjawabnya dan mutu pelayanan

2) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan


rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
b. Ketua Tim
Tabel 3.14 uraian tugas Koortim
Dilakuka

Uraian Tugas

Tidak
dilakuka
n

KETUA TIM
a. Bersama penanggung jawab ruangan/ kepala
ruangan/

perawat

mengadakan

associate/

serah

anggota

terima

tugas

tim

setiap

penggantian dinas.

b. Melakukan pembagian tugas kepada perawat


associate

dengan

mempertimbangkan

kemampuan masing-masing anggota.

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan mulai


dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

d. Mengikuti visite dokter.

e. Menciptakan suasana harmonis.

f.

Membuat laporan pasien.

g. Mengorientasikan pasien baru.


h. Membina

hubungan

saling

percaya

antara

perawat, pasien, dan keluarga.


i.

Memberikan pertolongan segera pada pasien


dengan kedaruratan.

j.

Membuat laporan pasien dan mencatat kasus dari


pasien,

kejadian

diluar

dugaan

yang

tidak

diinginkan.

k. Mengatur waktu istirahat.


l.

Melakukan ronde keperawatan bersama Kepala


Ruang dan melaporkan tentang kondisi pasien,
asuhan keperawatan yang dilakukan, kesulitan

yang dialami.
m. Bersama

perawat

pagi,

sore,

dan

malam

melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi

pelayanan

keperawatan

pasien

yang

sudah

diprogramkan dan membuat pembaharuan sesuai

dengan kebutuhan pasien.


n. Mendelegasikan

pelaksanaan

asuhan

keperawatan pada anggota tim.

o. Membuat perincian tugas anggota tim.


p. Menerima

konsultasi

dari

anggota

tim

dan

memberikan instruksi keperawatan.


q. Memimpin pertemuan tim keperawatan untuk

menerima laporan, sistem pengarahan tentang


tugas

anggota

tim,

pelaksanaan

asuhan

keperawatan, serta masalah yang dihadapi.


r.

Memelihara

komunikasi

efektif

baik

secara

vertikal maupun horizontal.


s. Melakukan penyuluhan kepada pasien/keluarga

atau kepada anggota tim.


t.

Memberi teguran dan pujian.

u. Melengkapi catatan yang telah dibuat oleh


anggota tim.

v. Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan


perawat pelaksana.
w. Mengawasi proses asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh anggota tim.
x. Membantu kepala ruangan membimbing peserta
didik.
Total
Prosentase

18
75%

6
25%

Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan Ketua TIM dalam


menjalankan fungsi manajemen keperawatan sudah dilakukan 75%.
Sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan baik. Namun
untuk meningkatkan pelayanan pasien peran fungsi Ketua TIM perlu perlu
ditingkatkan lagi terhadap hal berikut :
1. Melakukan ronde keperawatan bersama Kepala Ruang dan melaporkan
tentang kondisi pasien, asuhan keperawatan yang dilakukan, kesulitan
yang dialami.

2. Bersama perawat pagi, sore, dan malam melaksanakan, mengawasi,


dan

mengevaluasi

pelayanan

keperawatan

pasien

yang

sudah

diprogramkan dan membuat pembaharuan sesuai dengan kebutuhan


pasien.
3. Menerima konsultasi dari anggota tim dan memberikan instruksi
keperawatan.
4. Melakukan pembagian tugas kepada perawat associate dengan
mempertimbangkan kemampuan masing-masing anggota.
5. Menyusun rencana asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi.
6. Mengikuti visite dokter.
c. Perawat Pelaksana
Tabel 3.15 Uraian tugas perawat pelaksana
Uraian Tugas

Dilakukan

ANGGOTA TIM
a. Memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih yaitu:
1) Menyusun

rencana

perawatan

sesuai

2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai

dengan masalah klien.


dengan rencana.
3) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang

telah diberikan.
4) Mencatat

atau

melaporkan

semua

tindakan perawatan dan respon klien pada


catatan perawatan.
b. Melaksanakan program berikut dengan penuh
tanggung jawab:
1) Pemberian obat.

2) Pemeriksaan laboratorium.

3) Persiapan klien yang akan operasi.

c. Memperhatikan

keseimbangan

kebutuhan

fisik, mental, sosial, dan spiritual klien:


1) Memelihara

kebersihan

klien

dan

Tidak
dilakukan

lingkungan.

2) Memberikan rasa aman, nyaman kepada


klien.

3) Pendekatan dan komunikasi terapeutik.


d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental
untuk menghadapi tindakan perawatan dan

pengobatan atau diagnosis.


e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri

sesuai dengan kemampuannya.


f.

Memberikan pertolongan segera pada klien


gawat atau kritis.

g. Membantu

kepala

ruangan

dalam

1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau

ketatalaksanaan ruang secara efective:


meninggal.

2) Rujukan dan penyuluhan PKMRS.


h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat diruangan

menurut fungsinya supaya siap pakai.


i.

Menciptakan dan memelihara kebersihan,

keamanan,

kenyamanan,

dan

keindahan

ruangan.
j.

Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam


atau hari libur secara bergantian sesuai

dengan jadwal dinas.


k. Memberikan

penyuluhan

kesehatan

sehubungan dengan penyakitnya.


l.

Melaporkan

segala

sesuatu

mengenai

keadaan klien baik secara lisan maupun


tulisan.
m. Membuat laporan harian klien.
n. Operan dengan dinas berikutnya.
o. Menerima bantuan bimbingan koortim/ ka shift
dan melaksanakan pendelegasian dari kepala
ruangan.
Total
Prosentase

15
100%

0
0%

Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan perawat pelaksana dalam


menjalankan fungsi manajemen keperawatan dilakukan dengan baik 100%
sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan baik. Peran
fungsi perlu perawat pelaksana hanya perlu dipertahankan dan dijaga
konsistensi pelaksanaannya.

3.3.1 Pengorganisasian Perawatan Pasien


Metode asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Kemuning-Dahlia RS
Karsa Husada Batu adalah menggunakan metode modifikasi tim. Dalam metode
ersebut struktur organisasi dipimpin oleh seorang kepala ruangan dengan tingkat
pendidikan S1 dan Ners.
3.3.2 Klasifikasi Pasien
Pada Ruang Kemuning merupakan ruangan penyakit paru non TB dan
menjadi ruangan perawatan umum jika ruangan lainnya penuh. Ruang Kemuning
Rumah Sakit Paru Batu terdiri dari Ruang Kelas I Utama, Kelas II Utama, Kelas I,
Kelas II, Kelas III Pria, Kelas III wanita. Sedangkan Ruang Dahlia merupakan ruang
penyakit paru TB dan juga digunakan sebagai ruang isolasi, yang terdiri dari Ruang
Kelas Utama, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III.
3.3.3 Proses Pendokumentasian Proses Keperawatan
Tabel 3.16 Proses Pendokumentasian Proses Keperawatan
No

Aspek Yang Dinilai

Dilakukan

A
1

Mencatat data yang dikaji dengan pedoman

2
3

pengkajian
Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan

antara status kesehatan dengan norma dan pola


fungsi kehidupan
B
1

Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah


yang telah dirumuskan

Tidak

Merumuskan

diagnosa

keperawatan

komponen

actual/potensial
C
1
2
3

Berdasarkan diagnosa keperawatan


Disusun menurut urutan prioritas
Rumusan
tujuan
mengandung

pasien/subjek perubahan, perilaku, kondisi pasien


dan atau criteria
4

Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan

kalimat perintah, terinci dan jelas


5

Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan

pasien atau keluarga


6

Rencana tindakan menggambarkan kerjasama

tim kesehatan lain


D
1

Tindakan dilaksanakan sesuai rencana

Perawat mengobservasi respon pasien terhadap

tindakan keperawatan
3

Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi

Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat

ringkas dan jelas


E
1

Perawat mengevaluasi respon pasien sesuai

dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan


Perawat mengevaluasi respon pasien, analisa

masalah keperawatan dan rencana tindak lanjut.


F
1
2

Menulis pada format yang baku


Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan

yang dilaksanakan
Setiap
melakukan

tindakan

perawat

mancantumkan paraf/nama jelas dan tanggal jam


4

dilakukan tindakan
Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
RATA-RATA TOTAL
PRESENTASE

a) Pendokumentasian pengkajian

21
100%

0
0%

Penggunaan format pengkajian di RS Karsa Husada Batu sudah meliputi


aspek pengkajian, dari data subjektif, objektif dan lengkap dengan
pengkajian head to toe serta hasil pemeriksaan penunjang. Format
pengkajian menggunakan metode check list, sehingga perawat hanya
mencentang kotak pilihan yang sudah disediakan. Akan tetapi format
pengkajian tersebut, masih membebani kerja perawat untuk menuliskan
laporan secara manual. Pihak Rumah Sakit berharap kedepannya ada
aplikasi komputer untuk pengkajian keperawatan.
b) Pendokumentasian diagnosa keperawatan
Pada pendokumentasian diagnosa keperawatan RS Karsa Husada Batu
pada umumnya hanya dituliskan satu diagnosa prioritas. Akan tetapi dalam
penentuan diagnosa keperawatan tidak disertakan data pendukung
(subjektif dan objektif) yang detail dan fokus dalam format.
c) Pendokumentasian perencanaan keperawatan
Dalam format perencanaan keperawatan bagian tujuan dan kriteria hasil,
tidak terdokumentasikan dengan baik. Waktu pelaksanaan tujuan tidak
sesuai dengan lama rawat inap pasien di rumah sakit. Kriteria hasil yang
ingin dicapai kurang lengkap dan ada beberapa yang kurang sesuai untuk
menyelesaikan masalah keperawatan. Untuk rencana keperawatan masih
lebih banyak intervensi tindakan medis, sebaiknya dapat diperbanyak
tindakan terapi keperawatan.
d) Pendokumentasian pelaksanaan/implementasi keperawatan
Pendokumentasian pelaksanaan keperawatan dilakukan kurang benar,
karena pada jam/lama pelaksanaanya tindakan keperawatan tidak sesuai
dengan kondisi masalah pasien yang belum terselesaikan.
e) Pendokumentasian evaluasi
Pada pendokumentasian evaluasi (SOAP) banyak rekam medis pasien
yang

belum

terdokumentasi

dengan

baik.

Blue

Red!!

Catatan

perkembangan pasien banyak yang terlupakan untuk didokumentasikan.


Ada format monitor tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, dan suhu) yang
mudah pengisiannya dan mudah dipahami antara tenaga kesehatan.

3.3.4 Timbang Terima (Operan)


Dari hasil wawancara perawat pelaksanaan dan observasi yang dilakukan
selama 2 hari, di Ruang Kemuning-Dahlia Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu
didapatkan bahwa

pelaksanaan timbang terima (operan) yang dilakukan belum

secara optimal, operan hanya dilakukan oleh dari satu orang yang dinas
sebelumnya dan satu orang dari yang akan melakukan dinas selanjutnya. Dan di

dahlia tidak mubeng2. Di Ruang Kemuning dan Dahlia dilakukan operan sebanyak 3
kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam. Operan pagi dilakukan pada 7 pagi,
operan siang pada pukul 2 siang dan operan malam pada pukul 9 malam. Pada
ruang Kemuning telah dilakukan pre conference namun belum maksimal dan post
conference tidak ada karena tenaga perawat terbatas dan harus menuliskan laporan
dari semua pasien.
Tabel 3.17 ceklist operan shift
No.

Aspek yang diobservasi

hari 1

hari 2
19/04 /2016

Hari 3
20/04/2016

V (di

18/04/2016
1.

Persiapan

Buku laporan

sebelumnya
Membaca buku laporan

shift sebelumnya
Shift yang
mengoperkan

Kemuning)

menyiapkan hal-hal

yang diperlukan
Shift
yang
menerima
buku

2.

(dahlia)

akan

membawa

saku

catatan

operan/catatan harian
Kedua kelompok sudah

siap
Pelaksanaan

Kepala ruang membuka

v
v

v
v

acara
timbang terima dengan

salam
Kegiatan dimulai
dengan
menyebut/mengidentifik
asi satu persatu
(beruruta tempat
tidur/kamar)
a. Identifikasi klien :
nama, alamat, no.

register
b. Jelaskan dx medis
c. Jelaskan dx

pasien
Jelaskan tindakan

keperawatan yang telah

keperawatan sesuai

fokus
Jelaskan
kondisi/keadaan umum

dan belum dilakukan


Jelaskan hasil tindakan:
masalah teratasi, belum
tau muncul masalah

dan jelas rencana kerja


dan tindak lanjut
asuhan (mandiri atau

kolaborasi)
Memberi kesempatan
anggota shift yang
menerima operan untuk
melakukan klarifikasi/
bertanya tentang halhal atau tindakan yang

kurang jelas.
Perawat yang
menerima operan
mencatat hal-hal yang
penting pada buku

catatan
Lakukan prosedur 1-7
untuk pasien berikutnya
sampai seluruh pasien

(kemuning)

baru
Jelaskan secara singkat

diperlukan
Perawat yang
mengoperkan

menyerahkan semua
berkas catatan
keperawatan kepada
tim yang akan
menjalankan tugas
3.

berikutnya.
Penutup

V (kemuning)

V(kemuning)

Berdoa bersama yang

dipimpin oleh kepala

V (kemuning)

Kepala ruangan/ketua
tim kembali ke nurse
station

ruangan/ketua tim

Mengucapkan salam

Mengucapkan selamat

(kemuning)

beristirahat kepada
anggota tim/anggota
shift sebelumnya

Mengucapkan selamat
bekerja untuk tim/shift
berikutnya

3.3.5 Pre Confrence dan Post Confrence


Tabel 3. 18 ceklist pelaksanaan pre dan post confrence (tidak ada di
Dahlia)
hari 1
Aspek Yang Diobservasi

hari 2
19/04 /

18/04/201

2016

6
1

Semua anggota tim hadir dalam diskusi awal


(konferensi awal)

Hari 3
20/04/2016

Memberi pengarahan kepada anggota tim

laboratorium/diagnostic terbaru
Masalah keperawatan
Rencana keperawatan hari ini
Perubahan terapi medis
Rencana medis
Memberi penugasan kepada anggota tim bila

ada pasien baru


Memberi kesempatan kepada anggota tim

untuk bertanya
Memberi penek-anan pada hal-hal yang perlu

diperhatikan
Memberi kesempatan pada pendidikan pasien

Membahas pasien-pasien yang menjadi

prioritas pada shift tersebut


Menanyakan kesiapan fisik, mental anggota

dalam melakukan asuhan


Semua anggota tim menyepakati pertemuan

10

diskusi akhir
Mengucapkan selamat bekerja kepada

tentang rencana asuhan pasien pada hari


tersebut berdasarkan hasil evaluasi kemarin
dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas
malam. Hal-hal yang disampaikan oleh PP
meliputi :

Keadaan umum klien


Keluhan klien
Tanda-tanda vital dan kesadaran
Hasil pemeriksaan

anggota tim
No

Aspek Yang diobservasi

hari 1

hari 2
19/04 /

18/04/2016

Hari 3
20/04/201

2016

Semua anggota tim hadir dalam konferensi

akhir
Menanyakan hasil dari kegiatan yang sudah

dilaksanakan anggota tim terkait dengan


3

asuhan keperawatan
Mengevaluasi tentang kelengkapan

dokumentasi ASKEP, pelaksanaan program


4

dan administrasi pasien


Memberikan pujian akan apa yang telah

dilaksanakan dengan baik


Mengevaluasi hambatan yang dialami setiap

anggota tim
Memberi umpan balik kepada anggota tentang

pelaksanaan yang telah dilakukan


Mengucap terima kasih atas kerjasama

anggota tim
Semua anggota tim menyepakati pertemuan

konferensi selanjutnya.
3.3.6 Diskusi Refleksi Kasus/Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara perawat pelaksana dan observasi di Ruang Kemuning
dan Dahlia perawat belum melakukan ronde keperawatan. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya jumlah klien yang tidak sesuai dengan beban kerja perawat. Diskusi
kondisi klien hanya dlakukan antar perawat -dokter pada saat setelah visite tetapi
belum terlaksana ronde keperawatan yang membahas klien unik dengan multi
disipilin ilmu. Ronde keperawatan biasanya hanya dilakukan ketika ada mahasiswa
praktik untuk membantu mengajarkan proses ronde keperawatan yang ada di
pelayanan.
Tabel 3.19 Observasi Ronde keperawatan
No.

Aspek Yang Observasi

hari 1

hari 2
19/04 /2016

18/04/201

Hari 3
20/04/201
6

6
A.
1

PERSIAPAN
Membuat Satuan Acara Ronde untuk
kegiatan

bimbingan

(dalam

bentuk

tertulis)
Mempersiapkan tempat yang cukup

sesuai jumlah peserta ronde


Mendapatkan data mengenai kondisi

pasien yang akan dilakukan ronde


4
5

keperawatan serta meminta ijin pasien.


Menyiapkan alat yang diperlukan
Mengatur lingkungan fisik untuk ronde
keperawatan sehingga mudah dilihat

B.

dan didengar oleh peserta


PELAKSANAAN

dengan

mengucapkan salam
Menjelaskan tentang kegiatan, waktu,

tujuan ronde keperawatan


Menjelaskan tentang hasil

yang

diharapkan dari hasil ronde


Menjelaskan secara umum pasiennya

Ruangan Perawat
Membuka kegiatan

ronde

(data fokus, diagnosa keperawatan,


rencana

tindakan,

catatan

perkembangan, masalah yang belum


10

bisa dipecahkan)
Mengajak peserta

ruang

11

pasien
Ruangan Pasien
Mengucapkan salam, validasi kontrak

14

keperawatan.
EVALUASI
Ruangan Perawat
Mereview hasil diskusi di ruangan

15

pasien
Menyimpulkan

ronde

16
17

keperawatan
Memberikan pujian pada peserta
Rencana tindak lanjut setelah kegiatan

18

ronde keperawatan
Menutup kegiatan ronde keperawatan

untuk
11

ronde

menuju

keperawatan

dan

menanyakan kondisi kepada pasien


Mereview masalah yang dikeluhkan
pasien, tindakan keperawatan dan
medis yang sudah dilakukan serta

12

perkembangan kondisi pasien


Memberikan
kesempatan

untuk

bertanya dan berdiskusi pada peserta


13

yang lain, keluarga/pasien


Memberikan
pujian

pada

pasien/keluarga atas kerjasamanya


dalam melaksanakan kegiatan ronde
C

kegiatan

3.3.7 Pengelolaan Logistik dan Obat-Obatan

Dari hasil wawancara perawat pelaksana, di Ruang Kemuning dan Dahlia ini
terdapat almari penyimpanan obat. Tentang mekanisme pemberian dan alur obat
kepada pasien yaitu obat diperoleh dari keluarga yang membeli obat secara mandiri
dengan resep yang sudah diberikan kemudian langsung dibawa ke ruang
perawatan dan dimasukkan ke dalam masing-masing kotak berdasarkan identitas
pasien di almari obat.

3.3.8 Perencanaan Pulang (Discharge Planning)


Dari hasil observasi dan wawancara perawat pelaksana, di Ruang Kemuning
dan Dahlia sudah ada form ringkasan pulang/resume yang terdapat di status pasien
untuk dokter namun belum ada lembar discharge planning untuk perawat.
Sedangkan yang dibawa pulang oleh pasien adalah surat kontrol. Di ruangan juga
tidak terdapat leaflet yang merupakan bagian dari perencanaan pulang.
3.3.9 Penerimaan Pasien Baru
Tidak ada form orientasi.
Menurut hasil wawancara perawat pelaksana yang sudah dilakukan, untuk
mekanisme penerimaan pasien baru di Ruang Kemuning dan Dahlia jika pasien
datang dari poli maka pasien harus membawa kelengkapan surat-surat yang
ditunjukkan ke ruang perawatan dan kemudian langsung diberi tindakan. Jika
pasien datang dari ruang IGD maka tindakan sudah dilakukan di ruang IGD setelah
itu pasien dibawa ke ruang perawatan dengan membawa kelengkapan surat-surat
kemudian dilakukan perawatan. Dalam penerimaan pasien baru seharusnya
dilakukan pengenalan tenaga kesehatan yang merawat pasien, tata tertib rumah
sakit, KIE pengendalian infeksi (cuci tangan 6 langkah, penggunaan masker, dan
selalu menutup pintu ruangan infeksius saat keluar atau masuk, namun di Ruang
Kemuning-Dahlia belum dilakukan secara maksimal.
4
Money
1 Sistem Gaji dan Remunerasi
Sumber dana gaji pegawai PNS di Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia
Rumah Sakit Karsa Husada Batu berasal dari pemerintah dari dana APBD,
sedangkan sumber penggajian pegawai Non-PNS (BLUD) berasal dari dana BLUD
yang berasal dari rumah sakit itu sendiri berdasarkan sepengetahuan BKD. Besaran
gaji pokok yang diterima oleh pegawai PNS maupun pegawai Non-PNS diatur
berdasarkan golongan pegawai yang dilihat dari jenjang pendidikan dan lama masa
kerja. Perawat yang masih dalam fase orientasi telah mendapatkan gaji namun

belum memperoleh remunerasi karena belum masuk dalam unit atau ruang
penetapan kerja. Sedangkan perawat magang tidak memperoleh gaji.
Sedangkan untuk remunerasi dibedakan menjadi 2, yaitu tunjangan uang
makan dan uang jasa pelayanan. Untuk besar nilai tunjangan uang makan didapat
sesuai dengan golongan apabila berstatus PNS dan sesuai BLUD apabila berstatus
non PNS. Sedangkan untuk besar nilai uang jasa pelayanan dihitung sesuai jumlah
pasien di rumah sakit. Apabila jumlah pasien meningkat maka nilai uang jasa
pelayanan juga akan meningkat.
Remunerasi kepada pegawai PNS maupun BLUD didapatkan melalui
pendapatan rumah sakit salah satunya tergantung jasa pelayanan dan BOR
masing-masing unit. Remunerasi dibagi menjadi dua yaitu, remunerasi yang
digunakan bersama dan remunerasi yang dikembalikan ke unit atau ruangan
berdasarkan BOR dan beban kerja petugas yang ada di ruangan. Remunerasi yang
dikembalikan ke unit dipertimbangkan dengan beberapa indeks yaitu :
a Basic Index
b Kegawatan tindakan
c Faktor resiko tindakan
d Beban kerja
e Reforment/kehadiran
Evaluasi kinerja dilakukan secara berkala setiap akhir tahun untuk tenaga
kepegawaian non perawat terutama untuk pegawai non-PNS, sedangkan evaluasi
kinerja untuk perawat dilakukan setiap 6 bulan. Perawat yang jaga malam atau jam
lembur tidak dimasukan kedalam indeks menentukan remunerasi, namun tiga kali
shift malam akan digantikan dengan satu luaran atau libur sesuai dengan aturan
Rumah Sakit.
Gaji maupun remunerasi didistribusikan oleh rumah sakit kepada staf secara
periodik setiap bulan.
2 Sumber Pendapatan Ruangan
Pendapatan Ruang Kemuning dan Dahlia berasal dari iuran staf. Iuran diambil
dari gaji pokok staf sebesar Rp 20.000,00 dan ditarik kepada setiap staf tiap setelah
gajian. Iuran dilakukan sebulan sekali. Iuran ruangan ini di atur oleh bendahara
ruangan. Dokumentasi keuangan internal dilakukan dengan buku kas. Tiap sebulan
sekali di agendakan untuk rapat keuangan untuk membahas pemasukan dan
pengeluaran dana iuran. Iuran biasanya digunakan untuk kas ruangan, santunan
kematian / sakit untuk sesama staf maupun keluarga staf, dan untuk membeli alatalat ruangan (alat rumah tangga). Sedangkan untuk bahan medis habis pakai tiap
bulannya staf ruangan bagian administrasi akan melaporkan kebutuhan bahan

kepada kepala ruangan kemudian setelah kepala ruangan memberikan persetujuan


maka selanjutnya mengajukan proposal ke RS, kemudian RS akan melakukan
pengadaan bahan-bahan tersebut melalui bagian farmasi, kurang lebih 1 minggu
kemudian bahan dapat turun. Sedangkan untuk pengadaan alat medis yang sifatnya
tidak habis pakai atau mahal akan dilakukan pengajuan proposal pada akhir tahun
kemudian akan turun pada tahun berikutnya.
3 Tarif Rawat Inap
Tarif pelayanan kesehatan dan pelayanan penunjang Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) Rumah Sakit Karsa Husada mengacu pada PERGUB nomor 19
tahun 2015. Tarif rawat inap di Ruang Kemuning Rumah Sakit Paru Batu sebagai
berikut :
Daftar Tarif di Instalasi Rawat Inap Ruang Kemuning-Dahlia RSU Karsa
Husada (RS Paru Batu)
Jenis Layanan
Jasa akomodasi
Registrasi rawat inap
Jasa visite dokter
spesialis
Jasa visite dokter umum

Kelas III

Kelas II

inap (per kali)


Jasa konsultasi spesialis
(per kali)

Kelas

Rp 75.000 Rp 100.000 Rp 150.000

utama
Rp 200.000

Rp 10.000

Rp 10.000

Rp 10.000

Rp 10.000

Rp 60.000

Rp 60.000

Rp 80.000

Rp 100.000

Rp 30.000

Rp 30.000

Rp-

Rp -

Rp 35.000

Rp 45.000

Rp. 20.000 Rp. 20.000

Rp. 25.000

Rp 30.000

Rp 30.000

Rp 35.000

Rp 40.000

Jasa asuhan keperawatan Rp 25.000 Rp 25.000


Jasa asuhan gizi rawat

Kelas I

Rp 30.000

5
Market
1 Ruang Kemuning - Dahlia
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sangat penting sebab bila barang
yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya,
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar merupakan
faktor yang menentukan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Agar pasar dapat

dikuasai maka mutu harus sesuai dengan selera konsumen dan kemampuan
konsumen. Sehingga indikator mutu menjadi salah satu hal penting untuk
meningkatkan market atau pasar. Dan mutu suatu RS bisa dilihat dari hasil
pelayanan.
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
(jumlah penggunaan tempat tidur di rumah sakit) 100%
(jmlh tempat tidur jmlh hari dalam satu periode)
Jumlah TT = 31 TT
Jumlah pasien dirawat pada 26-29 September 2016 = 54 pasien
= 54 x 100% = 43.5%
31 x 4
Selama kurun waktu 4 hari yaitu pada hari Senin hingga Kamis, 26-29
September 2016 di dapatkan ratarata BOR 43.5%. Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Sehingga BOR di ruangan Kemuning dan
Dahlia belum sesuai dengan standar Depkes RI 2005. Semakin baik nilai BOR
menunjukkan bahwa market dari rumah sakit ternilai baik.
ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien dirawat. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum
nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Kemuning :
Tn. Pr lama dirawat 6 hari
Tn. P lama dirawat 6 hari
Tn. R lama dirawat 3 hari

Ny. St.C lama dirawat 4 hari


Tn. B lama dirawat 3 hari
Tn. M lama dirawat 4 hari
Tn. H lama dirawat 3 hari
Ny. A lama dirawat 2 hari
Tn. Mu lama dirawat 3 hari
Tn. A.M lama dirawat 2 hari
Sdr. A.Y lama dirawat 2 hari
Jumlah pasien keluar (hidup+mati) = 4
Total 38 hari
Dahlia :
Tn S lama dirawat 5 hari
Ny. K lama dirawat 6 hari
Tn. L lama dirawat 3 hari
Tn A lama dirawat 2 hari
Jumlah pasien keluar (hidup+mati) = 3
Total 16 hari
Jumlah lama dirawat Kemuning - Dahlia =
38 + 16
4+ 3

= 54 = 7.7 = 8 hari
7

Selama pengamatan hari Kamis tanggal 29 September 2016 didapatkan lama hari
perawatan di ruang Kemuning Dahlia rata-rata 8 hari. Menurut Depkes 2005 nilai
ALOS yang ideal adalah 6-9 hari sehingga ALOS di ruang Kemuning termasuk baik
dan Dahlia termasuk ideal.
TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati (dari setelah diisi ke saat terisi berikutnya). Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada 1-3 hari (Depkes, 2005).
((jumlah tempat tidur Periode) Hari Perawatan)

(jmlh pasien keluar (hidup + mati))


(31 X 3) 54
7
= 5.6 = 6 hari
Selama pengamatan pada tanggal 29 September 2016 didapatkan TOI
diruang Kemuning dan Dahlia sejumlah 6 hari yang idealnya 1-3 hari menurut
Depkes 2005, yang berarti tenggang perputaran masih belum ideal.
BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
BTO selama 1 hari pada tanggal 28 September di ruang Kemuning - Dahlia
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)
2

= 0,06 kali putaran

31
BTO selama 1 hari penggunaan bed di Ruang Kemuning - Dahlia yaitu 0,06
kali putaran dalam 1 hari. Sehingga dalam 1 tahun BTO ruang Kemuning Dahlia
sebesar 22. Idealnya dalam 1 tahun adalah 40-50 kali digunakan. Sehingga ruang
Kemuning Dahlia termasuk masih kurang.
3.5.1 Indikator Mutu Pelayanan
1. Patient Safety
a) Kegiatan pengendalian mutu
Tersedianya tempat sampah medis dan non medis.
Tersedianya bed pasien dan mempunyai side rail
Tersedianya SOP pada setiap tindakan di ruangan
Tersedianya format dokumentasi yang lengkap
Tersedianya fasilitas perawatan seperti nurse station, ruang
administrasi, ruang depo farmasi, wastafel pada masing
b)

masing ruangan.
Penggunaan APD sudah diterapkan dengan baik

Indikator pengendalian mutu


Indikator pengendalian mutu di RSU Karsa Husada
Keselamatan pasien

Perlindungan diri dengan pemakaian sarung tangan,


masker,

dan

scored

saat

akan

kontak

dengan

pasien/lingkungan pasien
Kejadian plebitis belum didokumentasikan dengan baik.

Pencatatan terakhir hanya sampai bulan Januari 2016.


Pengetahuan
Keseluruhan perawat mengetahui teknik cuci tangan 6
langkah dan 5 momen cuci tangan.
Indikator pengendalian mutu selama pengkajian
Kejadian jatuh
Terdapat 1 pasien risiko jatuh yang dirawat di R. Dahlia
karena pasien memiliki riwayat Parkinson dan saat ini
tediagnosa CVA sehingga mengalami kelemahan.
Angka Kejadian Jatuh

JumlahPasienJatuh
x100%
JumlahPasienYangBeri sikoJatuh
0 / 1x100% 0%

Kejadian alergi
Menurut wawancara yang dilakukan kepada Karu di
Ruang Perinatologi, untuk pasien dengan kejadian alergi tidak
didokumentasikan secara tertulis. Dan selama observasi 4
hari, tidak ada kejadian alergi.

JumlahPasienAlergiDe nganLabel
x100%
JumlahPasienAlergi
0
x100% 100%
0

JumlahPasienAlergiTa npaLabel
x100%
JumlahPasienAlergi
0
x100% 0%
0

Kejadian dekubitus
Dalam pengkajian selama 4 hari tidak ditemukan kejadian
dekubitus pada pasien yang dirawat di R. Kemuning maupun
R.Dahlia. Angka kejadian dekubitus dinilai berdasarkan jumlah
pasien yang mengalami dekubitus dibagi dengan jumlah pasien

beresiko

mengalami

dekubitus.

Poin

berikut

adalah

untuk

menentukan pasien yang beresiko mengalami dekubitus:


Usia lanjut (> 60 tahun)
Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu
Status gizi malnutrisi
Berbaring lama, penekanan pada satu arah
Mengalami kondisi kronik
Inkontinensia urin dan feses
Kejadian decubitus
Pasien dengan resiko tinggi decubitus
Apabila pasien memenuhi salah satu atau lebih dari poin di
atas, maka pasien

tersebut dimasukkan kriteria resiko mengalami

dekubitus. Angka kejadian dekubitus di RS Karsa Husada selama


dilakukan pengkajian selama 3 hari adalah 0%.

JumlahPasienDekubitus
x100%
JumlahPasienBerisiko Dekubitus
0
x100% 0%
0

Kejadian infeksi jarum infuse


Angka kejadian plebitis selama pengkajian 4 hari, didapatkan
terdapat

kejadian

plebitis

di

R.

Dahlia.

Untuk

pendokumentasiannya masih belum maksimal.

JumlahPasienPlebitis
x100%
JumlahPasienBerisiko Plebitis
2

x100% 3.7 4%
54

Kejadian kesalahan medikasi / Pemberian obat


Tidak ada kesalahan dalam pemberian obat dengan prosentase

0%.
Penyimpanan obat sesuai dengan nama pasien
Setelah pemberian obat, dilakukan pendokumentasian dengan cara

meminta tanda tangan kepada keluarga


Angka kejadian kesalahan medikasi di RS Karsa Husada selama
dilakukan pengkajian selama 4 hari adalah 0%.

JumlahPasienYangTerk enaKejadianTidakDiha rapkanDalamPemberianObat


x100%
JumlahPasienPadaHari Tersebut
0

x100% 0%
54

2. Tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan

pasien

ruang

Dahlia

dan

Kemuning

diukur

menggunakan kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale(SAS/SRAS) yang


berisi 20 poin pertanyaan. Total nilai tiap pasien dikelompokkan berdasarkan
skala :

Skor 20-44 normal/tidak cemas


Skor 45-59 kecemasan ringan
Skor 60-74 kecemasan sedang
Skor 75-80 kecemasan berat

Selanjutnya jika terdapat pasien yang cemas, rata-rata prosentasenya dapat


dihitung dengan rumus :
Tingkat kecemasan =

Jumlah pasien cemas (ringan/sedang/berat) x

100%
(ringan/sedang/berat)
=

Jumlah pasien yang dirawat


X%

Dari hasil pengkajian tingkat kecemasan pasien di ruang Dahlia dan


Kemuning pada tanggal 27 September 2016 diperoleh jumlah pasien
sebanyak 11 pasien dengan nilai tertinggi adalah 37, dan nilai terendah
adalah 24. Sehingga dapat disimpukan bahwa semua pasien di ruang
kemuning-dahlia tidak mengalami kecemasan (tabel hasil terlampir).
3. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan pasien terkait penyakitnya dikaji menggunakan
kuesioner tingkat pengetahuan dan dilakukan pada 16 pasien pada tanggal
29 September 2016.Pengkajian ini dilakukan untuk melihat bagaimana
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakitnya dan perawatannya. Hasil
yang diperoleh dari pengkajian dikelompokkan menjadi 3 kategori :
Skor 10 16 : pengetahuan kurang
Skor 17 23 : pengetahuan cukup
Skor 24 30 : pengetahuan baik
Dari 16 responden didapatkan bahwa sejumlah 8 pasien memiliki tingkat
pengetahuan cukup, 8 pasien memiliki tingkat pengetahuan baik. Walaupun
sudah baik, namun pada pasien dan keluarga masih perlu diberi edukasi
terkait pencegahan penularan penyakit. Sehingga perlu ditingkatkan dalam

pemberian informasi kepada pasien agar pasien dan keluarga memiliki


pengetahuan yang baik mengenai penyakit dan perawatannya (tabel hasil
terlampir).
4. Tingkat Kepuasan
Tingkat kepuasan pasien di ruang Dahlia dan ruang Kemuning dikaji
menggunakan kuesioner yang memuat 25 pernyataan dan terbagi menjadi 5
poin karakteristik yakni Keandalan (Reliability), Jaminan (Assurance),
Kenyataan

(Tangibles),

Empati

(Emphaty),

dan

Tanggung

Jawab

(Responsiveness). Kemudian dari tiap kuesioner yang diberikan, hasilnya


dihitung dan dikelompokkan menjadi :
Total nilai 25-50
: Tidak puas
Total nilai 51-75
: Puas
Total nilai 76-100 : Sangat puas

Selanjutnya rata-rata prosentasenya dapat dihitung dengan rumus :


Prosentase Tingkat Kepuasan di ruang kemuning-dahlia
= jumlah klien memiliki tingkat kepuasan (puas/sangat puas) x 100%
Jumlah

klien

yang

dirawat

10
x 100
10
=X%
Dari hasil yang diperoleh dari pengkajian tanggl 28 September 2016,
didapatkan tingkat kepuasan dengan nilai terendah adalah 64 dan nilai
tertinggi adalah 79. Dari seluruh pasien, didapatkan 12 pasien memiliki
tingkat kecemasan dalam rentang Puas (51-75) dan 4 pasien dalam rentang
sangat puas (76-100). Hasil ini menjadi acuan bagi perbaikan tingkat
layanan dan program dari rumah sakit selanjutnya. Walaupun hasil
menunjukkan tingkat kepuasan seluruhnya namun ada beberapa item yang
perlu diperhatikan oleh manajemen rumah sakit dan juga dari perawat di
ruang

kemuning-dahlia

Kedisiplinan,

Kecepatan,

untuk

meningkatkan

Keterbukaan

dalam

Informasi,

hal

Kepastian,

Ketepatan

Waktu,

Kenyamanan Ruang dan Fasilitas dan yang terakhir adalah Biaya dalam
Pelayanan. Hal ini di karenakan ada beberapa responden yang memberikan
nilai sedang dalam item-item tersebut sehingga dalam upaya peningkatan

kualitas layanan perlu adanya evaluasi dan peningkatan (hasil tabel


terlampir)
5. Tingkat kenyamanan
Tingkat kenyamanan pasien dievaluasi melalui evaluasi tingkat nyeri
yang dilakukan dengan parameter skala 1 10 (Numerical Rating Scale)
yang dilakuhkan pada tanggal 27 September 2016 didapatkan hasil
beberapa klien yang mengalami nyeri pada tingkat severe yaitu pada skala 8
dan 7. Selanjutnya klien juga mengalami nyeri pada tingkat moderet yaitu
pada skala 4, 5, dan 6. Serta 1 orang mengalami nyeri ringan di skala 3, dan
yang lainnya klien tidak merasakan nyeri. Dari hasil tersebut disimpulkan
dari 11 pasien pada tanggal 27 September 2016, terdapat 7 orang yang
mengalami nyeri, dan 4 orang tidak.
Pasien pada umumnya mengalami nyeri di karenakan respon
fisiologis klien terhadap penyakit yang dialaminya. Setiap keluhan dari klien,
mendapatkan tindak lanjut dari tenaga tenaga untuk mengurangi keluhan
yang membuat klien tidak nyaman tersebut. Termasuk pada keluhan nyeri
yang dialami oleh klien. Intervensi tersebut dilakukan dengan pemberian
obat ataupun dengan teknik-teknik distraksi yang dapat di ajarkan terhadap
klien.
Setelah diberikan intervensi tersebut, selanjutnya tingkat nyeri pasien
dievaluasi kembali dan didapatkan bahwa 4 dari 7 orang yang mengalami
nyeri merasa nyerinya sudah berkurang banyak. Sedangkan sisanya masih
terasa nyeri tapi tidak separah sebelumnya.
Persentase nyeri terkontrol

= jumlah pasien yang nyerinya terkontrol

100%
Total jumlah pasien yang nyeri
= 4 x 100%
7
= 57 %
3.5.2

Ruang Kemuning dan Dahlia


1 Petugas
a Perawat
Perawat yang melayani pasien bekerja dengan baik, ramah dan
b

cekatan dalam menangani keluhan klien.


Administrasi

Tenaga administrasi baik dan ramah kepada keluarga klien ketika


2

menyelesaikan masalah administrasi.


Lingkungan
Ruangan kemuning dan dahlia sudah cukup bersih, setiap
hari dibersihkan oleh petugas ruangan dan petugas kebersihan yang

telah disediakan oleh rumah sakit.


Keamanan pasien
Selama pengkajian di ruang kemuning dahlia di dapatkan hasil
sebagai berikut:
a Kesalahan pemberian obat tidak terjadi, pemberian obat
b
c

dilakukan secara benar sesuai advice yang diberikan oleh dokter


Kejadian jatuh tidak terjadi.
Ada beberapa klien yang memiliki resiko plebitis. Pengumpulan
data tentang plebitis dilakukan dengan observasi langsung

kepada klien.
Kenyamanan pasien
a Ada pembatasan pengunjung, tetapi jam berkunjung secara
b

langsung tidak ditaati hanya berupa tulisan saja.


Terdapat larangan pengunjung membawa anak kecil, dan sudah

dipenuhi.
Terdapat visi misi ruangan, falsafah RS, motto, tata tertib
pengunjung dan pasien, ada hak dan kewajiban pasien,serta alur

rawat inap RS
Terdapat kotak pengaduan yang bagi klien dan keluarga yang
merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan.

Daftar Sumber Pembiayaan Pasien Ruang Kemuning - Dahlia pada bulan


Januari - Maret 2016
Tabel 3. 25 sumber pembiayaan pasien Ruang Kemuning - Dahlia
No.
1
2
3
4
5
6

Sumber pembiayaan
JKN
Umum
Askes
KIS
PB
Lain- lain

Jumlah
115
87
21
3
141
5

3.6 Fungsi Manajemen


3.6.1 Fungsi Perencanaan
3.4.1.1 Visi dan misi organisasi
a Visi Rumah Sakit Paru Batu
Visi RS Paru Batu adalah Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama
Masyarakat.

Misi Rumah Sakit Paru Batu


Misi RS Paru Batu adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan pelayanan kesehatan aman, ramah dan
berkualitas.
2. Mewujudkan pelayanan unggulan respirasi paripurna.
3. Mengembangkan manajemen dan sumberdaya berbasis
teknologi

informasi/iptek

berwawasan

wisata

(hospital

tourism).
4. Menyelenggarakan penelitian pengembangan, pendidikan
dan pelatihan di bidang pelayanan kesehatan.
5. Meningkatkan

kesejahteraan

karyawan

berdasarkan

profesionalisme dan kepuasan pelanggan.


3.4.1.2 Visi dan Misi Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia adalah sebagai
berikut:
a. VISI
1. Pelayaan kesehatan publik
2. Berstandar Nasional dan Internasional
3. Serta Berdaya saing Global
b. MISI
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna
2. Aman dan berkualitas
3. Menyelenggarakan pengembangan manajemen
4. Pengembangan sumber daya khususnya Sumber Daya
Manusia Berbasis Teknologi Informasi
5. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta
6. Pendidikan dan pelatihan di bidang pelayanan kesehatan
7. Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan pelanggan serta
karyawan
Visi misi Rumah Sakit Paru Batu dengan visi misi Ruangan
Kemuning dan Ruangan Dahlia di RS Paru Batu memiliki
keterkaitan didalamnya. Visi misi yang dimiliki Rumah Sakit
menjadi acuan visi misi ruangan yang lebih detail dan lebih
fokus didalamnya.
3.6.1.3 Tujuan Organisasi
a. Tujuan Rumah Sakit

Mengembangkan Rumah Sakit Paru Batu menjadi rumah sakit


umum dengan unggulan penyakit paru.
Tujuan khusus:
1

Menyediakan pelayanan kesehatan yang ramah, manusiawi,


dan terjangkau.

Mewujudkan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar


mutu dan kebutuhan serta kepuasan pelangan.

Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana


serta

teknologi

kesehatan

dengan

kebutuhan

dan

kemampuan.
4

Mengembangkan profesionalitas sumber daya manusia.

Meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan secara


berkeadilan dan bertanggung jawab.

b. Tujuan Keperawatan
Memelihara dan meningkatkan pelayanan keperawatan prima
dengan sentuhan kasih sayang.
Tujuan Khusus :
1) Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang profesional
untuk kasus paru non TB melalui proses keperawatan yang
sesuai dengan standart Asuhan Keperawatan
2) Tersedianya fasilitas keperawatan yang dapat meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan.
c. Kebijakan dan Prosedur Organisasi
Kebijakan,

prosedur

dan

peraturan

terkait

dengan

keperawatan saat ini masih mengikuti kebijakan, prosedur dan


peraturan keperawatan terkait dengan keperawatan rumah sakit.
Peraturan di Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia adalah semua
elemen di Ruang Kemuning

dan Dahlia harus memberikan

pelayanan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah


ditetapkan rumah sakit dan semua harus menjalankan tugas
sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.
3.6.1.4 Perencanaan Strategis
a Rencana strategis rumah sakit
1. Identifikasi pasien. Identifikasi pasien dilakukan dengan cara
pemberian warna gelang yang berbeda berdasarkan gender.

Pada pasien laki-laki menggunakan gelang berwarna biru dan


perempuan menggunakan gelang berwarna merah muda.
2. Cuci tangan. Program ini merupakan program yang dijalankan
oleh Instalasi Rawat Inap saat ini. Program ini penting dalam
mengurangi resiko infeksi pada pasien.
3. Identifikasi pasien resiko jatuh, resiko dekubitus dan alergi.
Program ini sudah disosialisasikan dengan pemberian gelang
b

khusus tatapi implementasi belum dilakukan.


Rencana Operasional
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
meningkatkan standart mutu pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit Paru Batu.


Keterlibatan staf keperawatan dalam perencanaan
Staf keperawatan terlibat dalam pemberian perawatan secara
langsung sesuai program yang telah direncanakan sesuai tugas
masing-masing.

3.6.2 Fungsi Pengorganisasian


3.6.2.1 Struktur Organisasi
a. Struktur Organisasi Keperawatan Ruang Kemuning-Dahlia
Ka. Instalasi Rawat
Inap
dr. Dyah R, Sp.PD
Koor Yan Kep
Ns. Sujud Priono, S.Kep,
M.Kes Ns
PJ/Kepala Ruangan
Mahfud Surya, S. Kep.
Administrasi

Administrasi

Ns

Sih Lini Pur

Wiwit

Kortim Kemuning
Winarno, Amd. Kep.

Kortim Dahlia
Nanin Dwi Vinta, Amd. Kep.

Staf Pelaksana Keperawatan


1. Utari Ika, Amd. Kep..
2. Immaculata, Amd. Kep.
3. Fibri Andi, Amd. Kep.
4. Andri Candra, Amd. Kep.
5. Nurindah Resliah, Amd. Kep.
6. Sugeng W, S. Kep. Ns
7. Nurindah Diani, Amd. Kep.
8. Oktavia, S.Kep
9. Afrilia, S.Kep, Ns
10. Anita Arimbi, Amd. Kep
11. Danny, Amd. Kep
12. Devyana, Amd. Kep
13.Ferawati, Amd. Kep
3.6.2.2. Uraian Tugas
2.3.6.6 Sistem Penghitungan Tenaga Keperawatan
Sistem penghitungan tenaga keperawatan yang umum digunakan di
beberapa instansi rumah sakit yaitu menggunakan rumus Gillies. Begitu

juga di ruang Dahlia-Kemuning RSU Karsa Husada menggunakan


rumus Gillies akan tetapi penerapan sistem penghitungan tenaga
keperawatan masih terbatas dikarenakan sumber daya manusia masih
terbatas

jumlahnya

untuk

memenuhi

kebutuhan

tenaga

keperawatannya.
2.3.6.7 Jadwal/Shif Dinas
Penanggungjawab pembuatan jadwal dinas/jaga semua karyawan
di ruang kemuning dan dahlia adalah Ibu Nanin. Beliau adalah ketua tim
di ruangan Dahlia. Pembuatan jadwal dinas/jaga harus disetujui oleh
kepala ruangan. Apabila ada karyawan yang menginginkan cuti/ijin,
melakukan konfirmasi ke Ibu Nanin sebelumnya.
Jadwal dinas yang sudah diterapkan di ruang Kemuning dan ruang
Dahlia yaitu 3 kali shift pagi, 3 kali shift siang, dan 3 kali shift malam.
Dalam satu shift terdapat 1-2 orang perawat yang jaga.
Untuk jumlah ketenagaan di ruang Kemuning dan Dahlia memiliki:
a. 1 orang S1 sebagai karu
b. 2 orang S1 sebagai perawat pelaksana
c. 11 orang D3 sebagai perawat pelaksana
d. 2 orang PNM sebagai tenaga administrasi
2.3.6.8 Ketenagaan
Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia merupakan ruangan yang
masih memerlukan tambahan tenaga keperawatan, 8 orang. Dalam
proses rekruitment pegawai hanya dapat dilakukan jika terdapat
permohonan tambahan tenaga dari tiap ruangan kepada manajemen
rumah sakit. Dari manajemen rumah sakit akan dilimpahkan kepada
komite keperawatan dan akan dibentuk panitia seleksi pegawai baru.
Dalam proses seleksi pegawai baru terdapat 4 tahap seleksi.
Seleksi administrasi, tes tulis, wawancara, dan tes skill+sikap. Pada tes
skill+sikap akan dilakukan magang selama 3 hari dan berpindah tiap
harinya. Hal ini dilakukan untuk melihat kompetensi skill dan sikap tiap
pegawai baru.
Jika sudah memenuhi persyaratan pegawai baru, dan diterima.
Maka akan dilakukan orientasi ruangan selama 3 bulan dengan sistem

moving dan penempatan ruangan akan ditentukan oleh komisi


keperawatan dengan banyak pertimbangan selama orientasi.
Di Rumah Sakit Karsa Husada, proses pengembangan staf
berlaku 2 sistem. Ada sistem in house training yang artinya pelatihan
dilakukan didalam rumah sakit dengan mendatangkan pemateri
sehingga memungkinkan untuk diikuti oleh seluruh pagawai di rumah
sakit, sedangkan ex house training yang berarti pelatihan dilakukan
2.3.3

diluar rumah sakit dan hanya diikuti oleh perwakilan dari rumah sakit.
Fungsi Pengarahan dan Pengawasan

2.3.3.1 Komunikasi
Komunikasi yang diterapkan dalam ruang kemuning dan ruang
dahlia rumah sakit paru batu ada dua jenis komunikasi yaitu jenis
komunikasi botton-up dan up-down. Komunikasi ini diterapkan dengan
mekanisme dari kepala ruang mendengar aspirasi dan masukan dari
bawahan atau dari kepala ruang ke bawahan. Komunikasi ini bertujuan
untuk memberikan instruksi yang jelas dan juga penyampaian kinerja
yang jelas dari kepala ruang maupun perawat lainnya. Pada ruang
kemuning dan ruang dahlia juga diterapkan sistem komunikasi
musyawarah sebagai bentuk upaya merumuskan masalah bersama dan
menciptakan kekeluargaan antar tenaga di ruang kemuning dan ruang
dahlia. Berdasarkan jenis komunikasi, instruksi yang diberikan jelas dan
tepat pada tujuan. Kepala ruang ada kalanya bertindak otoriter sebagai
instruksi yang tegas kepada perawat lainnya dan ada pula bertindak
terbuka sebagai bentuk menerima saran dan aspirasi.
Antar tenaga keperawatan diruang kemuning

dan

dahlia

tergabung dalam group di media sosial. Hal ini memiliki keutungan dari
penyampaian informasi dan hambatan selama kinerja lebih cepat dan
akan bisa didiskusikan antar tenaga kesehatan yang lainnya. Selain itu
dengan adanya media sosial mempermudah dalam proses berbagi
masalah pasien terkini dan jika ada hambatan terkait kinerja bisa di
sampaikan ke petugas lain.
Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia menerapkan pertemuan satu
bulan sekali sebagai bentuk perencanaan dan penyusunan program
kerja dari ruang kemuning. Pertemuan yang dilakukan juga bisa
seminggu 2 kali tergantung dengan situasi dan kondisi apakah ada halhal yang bersifat sangat mendesak dan perlu dilakukan penyelesaian

masalah. Kegiatan pertemuan rutin yang dilakukan satu bulan sekali


tidak mengalami hambatan karena dari pihak pimpinan maupun staff
sudah mempunyai komitmen yang jelas dan memiliki rasa tanggung
jawab terhadap profesi yang dijalaninya.
Pertemuan yang bersifat kondisional terkadang mempunyai
hambatan dari segi hal-hal yang tidak terduga. Faktor yang biasa
menjadi penghambat dalam pertemuan kondisional adalah dari segi
kesibukan perawat di ruang, adanya undangan tertentu dan kondisi
perawat yang sedang libur. Dari segi keefektifan pertemuan yang
dilakukan cukup efektif dan banyak memberikan kontribusi terhadap
kemajuan program dari rumah sakit khususnya di ruang kemuning.
Dokter setiap hari akan melakukan kunjungan rutin untuk
mengobservasi kondisi klien. Dokter memberikan resep dan terapi untuk
klien. Dokter juga akan memberikan dlegasi tindakan kepada perawat
yang bertugas. Dokter yang tidak dapat hadir atau berhalangan untuk
melakukan konsultasi kondisi klien, akan dihubungi via telepon yang
sudah tersedia di ruang perawat. Selain via telepon, konsultasi hasil foto
thorax atau USG dan sejenisnya akan dikonsulkan dengan mengirim
hasil pemeriksaan via surat elektronik (email).
2.3.3.2 Motivasi
Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996),
membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia
yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat
hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan
sebagainya.
b.

Kebutuhan Rasa Aman


Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka
muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa
aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan
akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan
akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari
tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.

b. Kebutuhan Sosial

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan


secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu
kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang
lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan
dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang
kompak,

supervisi

yang

baik,

rekreasi

bersama

dan

sebagainya.
c. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati,
dihargai

atas

prestasi

seseorang,

pengakuan

atas

kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja


seseorang.
d. Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang
paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses
pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.
Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan
potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan
aktualisasi

diri

ada

kecenderungan

potensinya

yang

meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya.


Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi
diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan
dan keahliannya.
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa
memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum
mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi
(perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi
seperti

perwujudan

diri

mulai

mengembalikan

perilaku

seseorang. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini


bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi.
Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang
yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja,
maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila
suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan

berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian


kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan
telah

terpuaskan,

kebutuhan

itu

masih

mempengaruhi

perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.


Cara motivasi yang dilakukan di ruang kemuning dan
ruang dahlia adalah memberikan kesempatan bagi para
perawat dengan mengikuti pelatihan dan juga adanya
peningkatan di bidang alih jenjang yang di anjurkan kepada
perawat yang bekerja di ruang kemuning untuk meningkatkan
kualitas dan profesionalitas kerja.
Saat ini sistem pemberian reward belum berjalan,
dikarenakan

belum

ada

agenda

atau

perencanaan.

Pemberian reward dipandang menjadi salah satu upaya


peningkatan kinerja perawat dalam dunia kerja. Tertundanya
pelaksanaan pemberian reward pada klien dikarenakan tidak
ada penanggungjawab dan monitoring untuk kategori reward
yang diberikan.
Sistem

punishment

yang

diterapkan

di

ruang

kemuning-dahlia mempunyai tahap-tahap tertentu. Pada fase


pertama ada tahap teguran yang dilakukan kepada perawat
yang melakukan kesalah. Tahap selanjutnya ada pembuatan
surat pernyataan yang ditolerir sampai 3 kali. Tahap
selanjutnya bisa dilakukan pemberhentian kerja bagi tenaga
honorer, dan adanya laporan ke dinas terkait bagi tenaga
yang sudah pegawai negeri sipil.
Pemberian punishment dilakukan sebagai upaya
menciptakan rasa tanggung jawab dan peningkatan kualitas
sebagai profesional keperawatan. Setiap tindakan salah yang
dilakukan oleh perawat akan merusak citra dari rumah sakit
sehingga akan mengurangi tingkat kepuasan dari klien. Hal ini
yang melatar belakangi di ruang kemuning selalu memberikan
aturan yang jelas dan tegas terhadap kinerja setiap tenaga
kesehatan.
2.3.3.2 Supervisi

Kepala ruangan memiliki jadwal kerja, 5 hari kerja dan jika tidak ada
halangan hadir di rumah sakit kepala ruangan akan langsung masuk dalam
proses perawatan langsung ke pasien. Kepala ruangan tidak memiliki
jadwal khusus untuk melakukan supervisi

kepada stafnya dan tidak

memiliki check list supervisi.


2.3.3.3 Pendelegasian
Kepala ruangan akan melakukan pendelegasian kepada perawat yang
memiliki kompetensi memimpin dan mampu mengganti sementara posisi
kepala ruangan yang berhalagan hadir. Prosedur pendelegasian tugas karu
jika berhalangan, akan diserahkan kepada ketua tim tiap ruangan.
Pendelegasian akan dilakukan sehari sebelum hari H, sehingga ketua tim
yang mendapat pendelegasian sudah siap sesuai peran dan tugas
pendelegasiannya.
2.3.3.4 Mekanisme penyelesaian masalah
Konflik yang terjadi di Ruang Dahlia-Kemuning bersifat accidental
dan secara kekeluargaan. Apabila ada kasus dan masalah diselesaikan
secara internal, namun jika masalah tidak dapat diselesaikan dapat
berkonsultasi

dengan

Ka.

Instalasi

Rawat

Inap.

Kepala

Ruang

menggunakan teknik penyelesaian konflik secara kompromi atau negosiasi


secara bersama-sama.
2.3.4

Fungsi Pengendalian

2.3.4.1 Penampilan Kinerja


Penilaian kinerja perawat di ruang kemuning dan ruang Dahlia
dilakukan dengan rutin tiap semester. Ini dilakukan dengan tujuan agar
kualitas kinerja para perawat terjaga dan tetap berada di atas rata-rata
sehingga

dapat

meningkatkan

kepercayaan

masyarakat

terhadap

pelayanan yang diberikan. Instrumen yang digunakan untuk penilaian


kinerja perawat adalah format instrumen yang sudah tersedia di rumah
sakit yaitu berupa lembar observasi yang meliputi penilaian intelektual,
kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian dilakukan secara menyeluruh
agar menjaga kualitas dan profesionalisme kerja.
Hasil penilaian kinerja perawat di ruang kemuning dan ruang Dahlia
bersinergis dengan program yang dirancang oleh manajemen rumah sakit.
Rumah sakit selalu melakukan follow-up terkait dengan upaya peningkatan

kualitas dan profesionalisme kerja para perawatnya. Selama semester ini


diperoleh hasil penilaian kinerja perawat berada pada kategori diatas ratarata atau dikatakan diatas 75%. Ruang kemuning dan ruang dahlia
menerapkan sistem yang tegas dan disiplin dimana bila ada perawat yang
yang melakukan pelanggaran akan ditindak lanjuti dengan pemberian surat
peringatan pertama. Bila masih melakukan pelanggaran lagi, akan
diberikan surat peringatan yang kedua. Pemberian surat peringatan ini
diiringi dengan pemberian pembinaan pada perawat tersebut. Namun bila
setelah pemberian pembinaan tidak ada perubahan, perawat akan
diberhentikan dari pekerjaannya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
atau tetap menjaga profesionalisme kinerja para perawat di ruang
kemuning. Selama semester ini didapatkan bahwa tidak ada perawat yang
dikeluarkan. Hal ini menandakan perawat di ruang kemuning dan ruang
dahlia tetap menjunjung tinggi profesionalisme kinerjanya.
2.3.4.2 Pengendalian Mutu
a. Kegiatan Pengendalian Mutu
Kegiatan pengendalian mutu sangat menjadi perhatian di ruang
kemuning dan ruang dahlia. Dalam penilaian pengandalian mutu di
ruang kemuning dan ruang dahlia dilakukan oleh tim khusus yang
berkoordinasi

langsung

dengan

komite

pengendalian

mutu.

Ini

merupakan salah satu kegiatan yang rutin dilakukan mengingat tingkat


kepercayaan

masyarakat

terhadap

pelayanan

kesehatan

sangat

dipengaruhi oleh mutu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.


Sehingga ruang kemuning dan ruang dahlia yang merupakan bagian
dari Rumah Sakit Paru Batu juga sangat menyadari pentingnya menjaga
mutu pelayanan.
Berbagai program untuk pengendalian mutu telah dijalankan
secara maksimal. Program yang dijalankan diantaranya presentasi
kasus,

in

house

training,

dan

pelatihan-pelatihan

yang

dapat

meningkatkan kemampuan perawat. Presentasi kasus merupakan


kegiatan yang secara rutin dilakukan setiap bulan pada minggu kedua.
Sehingga kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan dimana seluruh
perawat maupun tenaga kesehatan lain dapat sharing informasi tentang
berbagai kasus yang ada di ruang kemuning dan ruang dahlia. Ruang
kemuning dan ruang dahlia juga rutin mengikuti kegiatan pelatihan yang
diadakan melalui kerja sama rumah sakit dengan Event Organiser yang
memberikan program pelatihan untuk peningkatan profesionalisme kerja

perawat. Ruang kemuning dan ruang dahlia juga mengirimkan perawat


pilihan yang diberi tugas untuk mengikuti pelatihan sebagai perwakilan.
b. Indikator Mutu Pelayanan
1) Tingkat Kecemasan Pasien
Dalam mengukur tingkat kecemasan pasien, ruang kemuningdahlia Rumah Sakit Paru Batu belum memiliki form indikator yang
baku sebagai acuan. Sehingga dalam mengkaji tingkat kecemasan
pasien, perawat hanya mengobservasi keadaan pasien karena
masuk dalam tindakan intervensi. Oleh sebab itu kelompok mengkaji
tingkat kecemasan pasien di ruang kemuning-dahlia dengan
menggunakan skala Zung Self-Rating Anxiety Scale(SAS/SRAS)
yang telah dilampirkan. Terdapat 20 pernyataan yang diisi pasien
untuk menilai tingkat kecemasan pasien (instrumen terlampir).
Penilaian tingkat kcemasan pasien sebaiknya dilakukan setiap hari,
akan tetapi di rumah sakit tidak pernah dilakukan penilaian tingkat
kecemasan pasien secara berkala.
2) Tingkat Pengetahuan Pasien
Rumah Sakit Paru Batu di ruang kemuning-dahlia belum
memiliki form indikator untuk menilai tingkat pengetahuan pasien,
sehingga rumah sakit

tidak memiliki data mengenai tingkat

pengetahuan pasien mengenai penyakitnya selama dirawat di ruang


kemuning-dahlia.

Oleh

sebab

itu

kelompok

menilai

tingkat

pengetahuan pasien yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan


mengenai

penyakit

yang

dialaminya

serta

informasi

tentang

perawatan penyakitnya. Selanjutnya menilai dengan rumus:

jumlah klien yang kurang pengetahuan

x 100
Jumlah
jumlah klien
pasienyang
yang kurang
dirawat pengetahuan
pada periode tertentu 100%
x
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

3) Tingkat Kepuasan Pasien


Tingkat kepercayaan masyarakat sangat dibutuhkan oleh rumah
sakit sebagai evaluasi dan pengembangan program kerja dan
manajemen pengelolaan rumah sakit. Dengan manajemen yang bagus
akan menjadi salah satu faktor rumah sakit dalam memberikan
pelayanan prima bagi pasien. Pada era sekarang masyarakat bebas
menilai dan memberikan kritik terhadap kualitas pelayanan yang

diterimanya. Oleh karena itu dengan meningkatkan kualitas pelayanan


akan meningkatkan citra dari rumah sakit sehingga akan menjadi
layanan kesehatan yang dipercaya masyarakat dan menjadi salah satu
bentuk upaya kuratif yang terpercaya.
Rumah Sakit Paru Batu menerapkan pelayanan dengan
mengedepankan kualitas layanan oleh tenaga kesehatan. Setiap
pasien yang akan pulang diberikan form untuk mengkaji tingkat
kepuasan pasien dimana dalam form tersebut di kaji beberapa aspek
yang menjelaskan tingkat kepuasan terhadap layanan rumah sakit dan
tingkat profesionalitas dari tenaga kesehatan. Ada 14 poin yang
menjadi item dalam menilai tingkat kepuasan pasien terhadap layanan
di Ruang Kemuning-dahlia.
4) Tingkat Kenyamanan klien
Skala nyeri yang di alami oleh klien sangat dibutuhkan oleh rumah
sakit sebagai evaluasi untuk keberlanjutan intervensi yang akan di
lanjutkan. Dengan adanya skala nyeri klien rumah sakit dapat
mengetahui sejauh mana keberhasilan intervensi yang telah di berikan.
Oleh karena itu karena itu dengan adanya evaluasi skala nyeri
tersebut. Perawat dapat melakukan perencanaan kembali pada
intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan peningkatan
kesehatan bagi klien raung kemuning-ruang dahlia.
Kelompok mengkaji skala nyeri pada klien di ruang kemuningdahlia. Terdapat 10 tingkat nyeri pada instrumen, dengan nilai 1
merupakan nilai nyeri sangat ringan dan nilai 10 merupakan nilai nyeri
yang tidak dapat di ungkapkan. pernyataan yang diisi pasien untuk
menilai skala nyeri klien.
5) Tingkat Resiko Jatuh Klien
Dalam mengukur kemampuan klien dalam pergerakan, ruang
kemuning-ruang dahlia Rumah Sakit Paru Batu belum memiliki form
indikator yang baku sebagai acuan. Kelompok mengkaji kemampuan
pergerakan

klien

di

ruang

kemuning-ruang

dahlia

dengan

menggunakan MORSE FALL SCALA yang telah dilampirkan. Terdapat


6 pernyataan yang diisi pasien untuk menilai kemampuan pergerakan
klien.
6) Angka kejadian dekubitus

Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


gangguan integritas kulit. Terjadi akibat tekanan, gesekan dan/atau
kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya.
2.3.4.3 Pengembangan Standar Asuhan Keperawatan Dan Kinerja
Ruang kemuning-ruang dahlia mempunyai beberapa rencana untuk
melakukan pengembangan standard asuhan keperawatan dan kinerja untuk
lebih meningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang optimal. Salah satu
pengembangan standard asuhan keperawatan yang akan dilakukan ialah
akan menggunakan acuan asuhan keperawatan dengan Nanda, NIC, dan
NOC, karena di ruang kemuning belum menggunakan standard acuan
asuhan keperawatan tersebut. Selama ini dalam memberi asuhan
keperawatan kepada pasien, ruang kemuning-ruang dahlia menggunakan
Standard Operasional Prosedure (SOP) Pelayanan Keperawatan Rumah
Sakit Paru Batu sebagai pedoman serta tolak ukur mutu pelayanan yang
diberikan sehingga seluruh staf keperawatan harus melaksakan pelayanan
sesuai standard yang telah diterapkan. Ruang kemuning-ruang Dahlia
sedang

dalam

proses

dalam

mengembangkan

standard

asuhan

keperawatan dengan menggunakan acuan Nanda, NIC, dan NOC, namun


dibutuhkan sosialisasi kepada perawat senior untuk mengubah paradigma
mengenai tindakan asuhan keperawatan yang sesuai Nanda, NIC, dan NOC.
Sedangkan dalam pengembangan standard asuhan kinerja perawat yang
dilakukan di ruang kemuning-ruang Dahlia adalah dengan memberikan
kesempatan bagi para perawat untuk mengikuti pelatihan, in house training,
serta program-program peningkatan kualitas kerja lainnya. Ruang kemuningruang dahlia juga mengupayakan adanya peningkatan pendidikan di bidang
alih jenjang yang di anjurkan kepada perawat yang bekerja di ruang
kemuning-ruang dahlia untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas
kerja. Selain itu ruang kemuning-ruang dahlia juga sedang mengusahakan
dalam pemberian reward kepada perawat yang dipandang menjadi salah
satu upaya peningkatan kinerja perawat dalam dunia kerja.

LAMPIRAN
Tabel 3.?? Hasil kuesioner tingkat kecemasan yang dilakukan pada tanggal 27
September 2016
Total

Item Tingkat Kecemasan Klien


Klien
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

1
1
2
2
1
3
3
2
2
2
2

1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1

1
1
1
1
1
2
2
2
3
1
1

1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1

3
1
2
2
1
3
2
3
2
1
2

2
2
2
2
2
2
3
4
4
3
2

2
2
3
1
1
3
4
3
3
2
2

skor

0
1
1
1
1
1
2
2
2
2
1
2

1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2

2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
1
3
4
1
2
1
4
3
1
2
2

4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

5
3
1
1
2
1
1
1
2
1
4
2

6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

7
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1

8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

9
2
2
3
1
2
2
3
2
3
3
2

20
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1

28
26
31
25
24
33
37
36
32
32
29

Anda mungkin juga menyukai