Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelumnya

kita

telah

mengetahui

dan

mempelajari

tentang pengertian tasawuf dan tarekat, dimana keduanya


sangatlah erat hubunganya, sulit untuk dibedakan dan tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Apabila dihubungkan antara tasawuf dengan tarekat,
hubungan yang ada di dalamnya adalah tasawuf merupakan
usaha

mendekatkan

diri

kepada

Allah

SWT.

dan

tarekat

merupakan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya


mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hubungan yang sangat erat tersebut menjadikannya sulit
untuk membedakan antara tasawuf dengan tarekat, namun tidak
bisa kita pungkiri, bahwa keduanya terdapat perbedaan antara
satu dengan yang lain, yang akan kami bahas pada bab
selanjutnya.
Selain itu, terdapat banyak macam tarekat yang timbul
hingga saat ini, beberapa diantaranya yaitu, tarekat qadiriyah,
tarekat syadziliyah, tarekat naqsabandiyah, tarekat yasafiyah
dan khawajagawiyah, tarekat khalwatiyah dan masih banyak lagi
yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan antara tarekat dengan tasawuf?
2. Apa saja macam-macam tarekat?
C. Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui dimana letak perbedaan
antara tarekat dengan tasawuf.

P a g e 1 | 14

2. Untuk memahami dan mengetahui apa saja macammacam dari tarekat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbedaan antara Ajaran Tarekat dengan Tasawuf


Tasawuf berikut tarekat memiliki arti yang sangat penting
dan terkait sangat erat. Sementara itu, di antara peristilahan
yang

digunakan

spiritualisme

di

Islam,

dunia
tarekat

tasawuf,
diletakkan

sejauh
pada

menyangkut
tataran

awal,

mendahului makrifat dan hakikat. Hal ini bukanya tanpa alasan,


di samping tarekat sebagai jalur atau pintu masuk ke alam
makrifat dan mencapai taraf hakikat, tarekat ini pulalah yang
menghubungkan aspek zahir dan batin, simbolisme dengan
esensi-substansif.1
Intisari yang menjadi pusat dalam ajaran tasawuf adalah
penghayatan kasyaf, yaitu penghayatan fana dan makrifat
(pengalaman kejiwaan). Oleh karena itu, jalan yang harus
ditempuhnya adalah meditasi konsentrasi di dalam zikir kepada
Allah.
Apabila dipahami secara rinci dari penjelasan materi
sebelum-sebelumnya dan dari penjelasan di atas, terdapat
perbedaan antara tarekat dengan tasawuf, yaitu diantaranya dari
segi sifatnya, yang mana tasawuf bersifat personal, sedangkan
tarekat

bersifat

lembaga.

Selanjutnya,

dilihat

dari

segi

penyajiannya, tasawuf disajikan secara teori, sedangkan tarekat


disajikan berdasarkan praktek atau pengalaman.
1 KH. Muhammad Sholikhin, Sufi Modern: Mewujudkan Kebahagiaan,
Menghilangkan Keterasingan, Jakarta: PT Elex Media Komputindo KompasGramedia, 2013, hal. 182, 183.

P a g e 2 | 14

B. Macam-macam Tarekat
Berikut beberapa macam-macam tarekat yang ada dalam
Islam:
1. Tarekat Qadariyah
Qadariyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama
pendirinya, yaitu Abd al-Qadir Jailani, yang lebih terkenal
dengan sebutan Syekh Abdul Qadir Jailani (470-561 atau
1077-1166) atau quthb al-awaliya. Tarekat ini menempati
posisi yang amat penting dalam sejarah spiritualitas Islam,
karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat,
tetapi juga cikal bakal munnculnya berbagai cabang tarekat di
dunia Islam. Meskipun struktur organisasinya baru muncul
beberapa dekade setelah kewafatannya, semasa hidupnya
sang Syekh telah memberikan pengaruh yang amat besar
pada pemikiran dan sikap uamat Islam. Ia dipandang sebagai
sosok ideal dalam keunggulan dan pencerahaan spiritual.2
Tarekat ini banyak tersebar di dunia Timur, Tiongkok
sampai ke pulau Jawa. Pengaruh tarekat ini cukup banyak
meresap di hati masyarakat yang diturunkan lewat bacaan
manaqib pada acara-acara tertentu. Naskah asli manaqib
ditulis dalam bahasa Arab, yang berisi riwayat hidup dan
pengalaman sufi Abdul Qadir Jaelani.3
Tarekat yang tergolong kepada grup qadariyah ini cukup
banyak dan tersebar ke seluruh negeri Islam. Misalnya tarekat
2 Amsal Bakhtiar, Tarekat Qadiriyah: Pelopor Aliran-aliran Tarekat di
Dubia Islam, dalam Sri Mulyayi (et. Al.), Tarekat-tarekat Mukhtabarah di
Indonesia, Kencana, Jakarta, 2004, hlm. 26. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin
M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung:
Pustaka Setia, 2008, hal. 211.
3 Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi, 2013, hal.
148.

P a g e 3 | 14

faridiyah di Mesir , yang dinisbatkan kepada Umar bin al-Farid


(1234

M),

kemudian

mengilhami

tarekat

sanusiyah

(Muhammad bin Ali al-Sanusi, 1787-1859) melalui tarekat


idrisiyah (Ahmad bin Idris). Di Afrika Utara merupakan grup
qadariyah yang masuk ke India melalui Muhammad alGhawath (1517 M), yang kemudian dikenal dengan tarekat alghawathiyah atau al-mirajiyah, dan di Turki dikembangkan
oleh Ismail ar-Rumi (1041 H/1631 M).4
Di antara praktik tarekat qadariyah adalah dzikir,
dimana

pelaksanaannya

terdapat

berbagai

tingkatan

penekanan dan intensitas.


2. Tarekat Syadziliyah
Tarekat syadziliyah tidak dapat dilepaskan hubungannya
dengan pendirinya, yakni Abu al-Hasan Asy-Syadzili (593-656
H/

1196-1258

M),

yang

kemudian

nama

tarekat

ini

dinisbahkan kepada namanya Syadziliyah, yang mempunyai


ciri khusus yang berbeda dengan tarekat-tarekat lainnya.5

3. Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Bahauddin anNaqsabandi al-Awisi al-Bukhari (727-791 H/ w. 1389 M), di
Turkistan. Ia biasa disebut Naqsyabandi, karena keahliannya
memberikan lukisan kehidupan yang gaib-gaib, sesuai dengan
arti

kata

tersebut

lukisan.6

Tarekat

naqsabandiyah

4 Triminghan, The Sufi Orders, hal. 44. Dikutip dari: Prof. Dr. M.Ag.; Prof.
Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia,
2008, hal. 212.
5 Moh. Ardani, Tarekat Syadziliyah: Terkenal dengan Variasi Hizb-nya,
dalam Sri Mulyati (et. Al), Tarekat-tarekat, hal. 57. Dikutip dari: Prof. Dr.
M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I,
Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 212.
6 Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi, 2013, hal.
148.

P a g e 4 | 14

mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada


masyarakat muslim diberbagai wilayah yang berbeda-beda,
yang berdiri pertama kali di Asia Tengah, lalu meluas ke Turki,
Suriah, Afghanistan dan India.
Ciri yang menonjol dari tarekat naqsabandiyah yaitu:
Pertama, mengikuti syariat secara ketat, keseriusan dalam
beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan
tari, serta lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya
yang serius dalam mempengaruhi kehidupan dan pemikiran
golongan penguasa serta mendekati negara pada agama.

4. Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah


Tarekat yasafiyah didirikan oleh Ahmad al-Yasafi (w. 562
H/ 1169 M) dan tarekat khawajagawiyah yang disponsori oleh
Abd al-Khaliq al-Ghuzdawani (w. 617 H/ 1220 M). Kedua
tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid al-Bustami (w.
425 H/ 1034 M), dilanjutkan oleh Abu al-Farmadhi (w. 477 H/
1084 M) dan Yusuf bin Ayyub al-Hamadani (w. 535 H/ 1140
M).7

5. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini didirikan oleh Zahiruddin (w. 1397 M), di
Khurusan dan merupakan cabang dari tarekat Suhrawardi
yang didirikan oleh Abdul Qadir Suhrawardi (w. 1167). Tarekat
ini mula-mula tersiar di Banten oleh Syaikh Yusuf al-Khalwati
al-Makasari pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.8
Ada juga yang memaparkan bahwa tarekat ini didirikan
oleh

seseorang

yang

bernama

Umar

al-Khalwati

dan

7 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Sumatera Utara, op.cit., hal.


275. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag.
Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 213.
8 Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi, 2013, hal.
149.

P a g e 5 | 14

merupakan salah satu tarekat yang berkembang diberbagai


negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz dan Yaman.9

6. Tarekat Syatariyah
Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar (w. 1485),
dari India. Tarekat ini dikembangkan pertama kali di Indonesia
oleh Abdurrauf Singkel di Aceh, yang kemudian menyebar ke
Jawa Barat oleh Abdul Muhyi (salah seorang murid Abdurrauf),
lalu menyebar lagi ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.10
Di Indonesia sendiri, Tarekat Syatariyah kebanyakan
pengikutnya berada di Sumatrera Selatan, yang pertama kali
disebarkan oleh Syaikh Abd al-Rauf Sinkel, yang kemudian
dilanjutkan penyebarannya ke Jawa, oleh murid-muridnya.11

7. Tarekat Rifaiyah
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifai (11061182).12 Tarekat sufi Sunni ini memainkan peranan penting
dalam pelembagaan sufisme. Kemungkinan besar, hingga
abad ke-15, rifaiyah merupakan tarekat sufi pertama yang
paling tersebar luas. Setelah itu popularitas rifaiyah berlanjut
di dunia Arab.
Dari segi praktek kaum rifaiyah, zikir mereka yang khas
patut

dicatat,

melolong.

karena

Sebelumnya

itulah

mereka

disebut

kaum

rifaiyah

terkenal

darwis
karena

9 Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf,
Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 214.
10 Ibid., hal. 214-215.
11 Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi, 2013, hal.
150.
12 A.J. Arbey, Sufisme, George Allen & Unwin Ltd., London, 1963, hal. 85.
Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu
Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 215.

P a g e 6 | 14

mengikutkan praktik upacara seperti menusuk kulit dengan


pedang dan makan kaca.13
Di Indonesia sendiri tarekat rifaiyah ini banyak tersebar
di daerah Aceh, Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi dan daerahdaerah lainnya. Ciri tarekat ini adalah penggunaan tabuhan
(rabana) dalam wiridnya, yang diikuti dengan tarian dan
permainan debus (yaitu menikam diri dengan sepotong
senjata tajam yang diiringi dengan zikir-zikir tertentu.14

8. Tarekat Qadariyah wa Naaqsabandiyah


Tarekat

ini

merupakan

gabungan

dari

dua

ajaran

tarekat, yaitu qadariyah dan naqsabandiyah. Hanya saja,


menurut Martin Van Bruinessen, gabungan dari dua tarekat ini
menjadi tarekat baru dan berdiri sendiri, bukan merupakan
penggabungan dari dua tarekat berbeda yang diamalkan
bersama-sama.
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang
bermukim dan mengajar di Mekah pada pertengahan abad ke19. Tarekat ini merupakan yang paling berpengaruh dan
tersebar secara meluas di Jawa saat ini.15

9. Tarekat Sammaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Abd al-Karim
al-Madani asy-Saman (1130-1189/ 1718-17751). Sammaniyah
adalah tarekat yang pertama mendapat pengikut massal di
13 Alan A. Godlas, Rifaiyah, dalam John L. Esposito, Ensklopedi
Oxford, hal. 91-92. Lihat pula: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon
Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 215.
14 Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi, 2013, hal.
148.
15 Sopa, Tarekat di Indonesia, hal. 11. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin
M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung:
Pustaka Setia, 2008, hal. 215-216.

P a g e 7 | 14

Nusantara. Hal menarik dari tarekat ini yang menjadi ciri


khasnya adalah corak wahdat al-wujud yang dianut dan
syathahat yang terucap olehnya tidak bertentangan dengan
syariat. Dalam kitab Manaqib Syaikh al-Waliy asy-Syahir
sendiri jelas disebutkan bahwa Syekh Saman adalah seorang
sufi yang telah menggabungkan antara syariat dengan
tarekat.16
Di Indonesia sendiri, tarekat ini tersebar di daerah Aceh,
Palembang dan daerah lainnya di Sumatera. Ciri tarekat ini
zikirnya dengan suara keras dan melengking, khususnya
ketika mengucapkan lafaz laa ilaaha illa Allah. Juga terkenal
dengan ratib saman yang hanya mempergunakan kata hu
yang berarti Dia (Allah).17

10.

Tarekat Tijaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhammad

at-Tijani (1150-1230 H/ 1737-1815 M), lahir di Ain Madi,


Aljazair Selatan, dan meninggal di Fez, Maroko, pada usia 80
tahun. Al-Tijani diyakini oleh pengikutnya sebagai wali agung
yang memiliki derajat tertinggi dan memiliki banyak keramat,
karena didukung oleh faktor geneologis, tradisi keluarga dan
proses penempaan dirinya.18 Bentuk amalan tarekat Tijaniyah
terdiri dari dua jenis. Pertama, wirid wajibah, yakni wirid16 Ahmad Abrori, Tarekat Samaniyah: Sejarah Perkembangan
Ajarannya, dalam Sri Mulyati (et. al), Tarekat-tarekat, hal. 181-182.
Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu
Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 216.
17 Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi, 2013, hal.
148-149.
18 Syamsuri, Tarekat Tijaniyah: Tarekat Eksklusif dan Kontroversial,
dalam Ibid., hal. 217. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr.
Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008,
hal. 216.

P a g e 8 | 14

wirid yang wajib diamalkan oleh setiap murid tijaniyah, tidak


boleh tidak, dan yang memiliki ketentuan pengalaman dan
waktu serta menjadi ukuran sah atau tidaknya menjadi murid
tijaniyah. Kedua, wirid ikhtiyariyah, yakni wirid yang tidak
mempunyai ketentuan kewajiban untuk diamalkan dan tidak
menjadi ukuran sah atau tidaknya menjadi murid tijaniyah.19

11.

Tarekat Chistiyah
Tarekat chistiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di

Asia Selatan. Asal usul tarekat ini dapat dilacak hingga abad
ke-3 H/ 9 M. tarekat ini menyebar ke seluruh kawasan yang
kini merupakan wilayah India, Pakistan dan Banglades. Namun
tarekat ini hanya terkenal di India, yang didirikan oleh
Khwajah Muin ad-Din Chisti.20

12.

Tarekat Mawlawiyah
Mawlawiyah berasal dari kata mawlana yang berarti

guru kami, yaitu gelar yang diberikan murid-muridnya kepada


Muhammad Jalal ad-Din ar-Rumi (w. 1273). Rumi adalah
pendiri tarekat ini, yang didirikan sekitar 15 tahun terakhir
hidup Rumi. Walaupun tidak terlalu besar dibandingkan
tarekat lainnya, tarekat ini masih bertahan hingga akhir-akhir
ini.

13.

Tarekat Nimatullahi

19 Ibid., hal. 236. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon
Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 216217.
20 Media Zinul Bahri, Tarekat Chistiyah: Tarekat Terkenal di India, dalam
Ibid., hal. 294. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon
Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 217.

P a g e 9 | 14

Tarekat nimatullahi adalah suatu mazhab sufi Persia


yang

mulai

berjaya

pada

abad

ke-8-14,

mengalihkan

loyalitasnya kepada Syii Islam. Pendiri tarekat ini adalah


Syekh Nimatullah Wali (lahir sekitar 1329 M). tarekat ini
secara khusus menekankan pengabdian (khidmat) dalam
pondok sufi itu sendiri.

14.

Tarekat Sanusiyah
Tarekat sanusiyah menyebar luas dan berpengeruh di

wilayah Afika Utara, terutama Libia. Tarekat ini didirikan pada


paruh pertama abad ke-19, oleh Sayyid Muhammad bin Ali
as-Sanusi yang biasa dipanggil dengan Sanusi Agung (lahir
menurut satu versi 22 Desember 1787). Dalam tarekat ini
dzikir dapat dilakukan bersama-sama atau sendirian. Tujuan
zikir itu lebih dimaksudkan untuk melihat Nabi ketimbang
melihat Tuhan, sehingga tidak dikenal dengan keadaan
ekstatis sebagaimana yang ada pada tarekat lain. Untuk
melihat

Nabi,

pelantunan

zikir

harus

konsentrasi

membayangkan diri Nabi di dalam hatinya sampai ia dapat


melihatnya.21
Tarekat-tarekat

yang

ajaran-ajarannya

sesuai

dengan

doktrin Islam (Al-Quran dan as-Sunnah) dikelompokkan ke dalam


tarekat yang muktabarah. Sebaliknya, tarekat-tarekat yang
ajarannya bertentangan dengan doktrin Islam, dikelompokkan ke
dalam tarekat ghair mutabarah.
Walaupun bermacam-macam,

ternyata

tarekat-tarekat

yang beragam tersebut memiliki kesamaan tertentu. Dalam hal


ini Nicholson mengungkapkan hasil penelitiannya, bahwa sistem
21 Hamid Nasuha, Tarekat Sanusiyah: Tarekat dari Afrika Utara, dalam
Ibid., hal 375, 384. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon
Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 218.

P a g e 10 | 14

hidup bersih dan bersahaja (zuhud) adalah dasar semua tarekat


yang berbeda-beda itu. Pada umumnya, semua pengikutnya
dididik dalam kedisiplinan.
Adapun beberapa ciri yang menyamakan antara tarekattarekat di atas adalah:
a. Ada upacara khusus ketika seseorang diterima menjadi
penganut (murid). Adakalanya sebelum yang bersangkutan
diterima

menjadi

penganut,

dia

harus

terlebih

dahulu

menjalani masa persiapan yang berat.


b. Memakai pakaian khusus (sedikitnya ada tanda pengenal).
c. Menjalani riyadhah (latihan dasar) berkhalwat (menyepi dan
berkonsentrasi dengan shalat dan puasa selama beberapa
hari).
d. Menekuni pembacaan zikir tertentu (awrad) dalam waktuwaktu tertentu setiap hari, adakalanya dengan alat bantu,
seperti

musik

dan

gerak

badan

yang

dapat

membina

konsentrasi ingatan.
e. Mempercayai adanya kekuatan ghaib atau tenaga dalam pada
mereka yang sudah terlatih, sehinngga dapat berbuat hal-hal
di luar kebiasaan.
f. Penghormatan dan penyerahan total kepada Syekh atau
pembantunya yang tidak bisa dibantah.
Dari sistem dan metode tersebut, Nicholson menyimpulkan
bahwa tarekat-tarekat sufi merupakan bentuk kelembagaan yang
terorganisasi untuk membina suatu pendidikan moral dan
solidaritas sosial. Sasaran akhir dari pembinaan pribadi dalam
pola hidup bertasawuf adalah hidup bersih, bersahaja, tekun
beribadah kepada Allah, membimbing masyarakat ke arah yang
diridai Allah, dengan jalan pengamalan syariat dan penghayatan
haqiqah dalam sistem / metode thariqah untuk mencapai
makrifat.

P a g e 11 | 14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ajaran tarekat dengan tasawuf memang sangat erat
hubungannya.

Keeratannya

itu

bisa

dilihat

dari

ketersambungan pengertian keduanya dan tujuan akhirnya.


Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara tarekat
dengan tasawuf, yaitu diantaranya dari segi sifatnya, yang
mana tasawuf bersifat personal, sedangkan tarekat bersifat
lembaga. Selanjutnya, dilihat dari segi penyajiannya, tasawuf
disajikan

secara

teori,

sedangkan

tarekat

disajikan

berdasarkan praktek atau pengalaman.


Ada beberapa macam tarekat di dalam Islam, yaitu:
1. Tarekat Qadariyah
2. Tarekat Syadziliyah
3. Tarekat Naqsabandiyah
4. Tarekat Yasafiyah dan Khayajagawiyah
5. Tarekat Khalwatiyah
6. Tarekat Syatariyah
7. Tarekat Rifaiyah
8. Tarekat Qadariyah wa Naqsabandiyah
9. Tarekat Sammaniyah
10. Tarekat Tijaniyah
11. Tarekat Chistiyah
12. Tarekat Mawlawiyah
13. Tarekat Nimatullahi
14. Tarekat Sanusiyah

B. Saran
Di zaman yang sangat canggih dan modern ini, seiring
juga berjalannya dengan perkembangan Islam yang terus
membenahi dan membentengi diri dari gejolak-gejolak yang
muncul dari dunia non Islam.
Tasawuf beserta tarekat dan isinya hadir ditengah kita
untuk

memberikan

pengetahuan

dan

cara

tentang

P a g e 12 | 14

mendekatkan diri kepada Allah dan Nabi kecintaan-Nya, serta


membentengi diri dari hawa nafsu atau sesuatu yang bersifat
duniawi belaka.
Oleh karena itu, kita harus benar-benar bisa/mampu
memahami tentang ajaran tasawuf, dimana letak kesalahan
dan

kebenarannya,

sehingga

kita

tidak

hanya

sekedar

memandang sebelah mata saja, dan tidak salah paham atas


ajaran tasawuf tersebut.
Semoga kita bisa mengambil nilai positif apa saja yang
terkandung dalam ajaran tasawuf tersebut. Aamiin.
C. Penutup
Semoga apa yang telah disampaikan oleh pemakalah di
atas dapat bermanfat bagi semua pihak, khususnya bagi kami
pemakalah.
Dari penulis dan khususnya dari kelompok 7, meminta
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan serta
penyampaian dalam makalah ini. Kesalahan itu datangnya
adalah dari kami sendiri, dan hanya Allah SWT. lah yang
memiliki kebenaran seutuhnya.
Terima kasih atas partisipasi semuanya. Akhir kata,
Wassalamualaikum Wr.Wb.

P a g e 13 | 14

DAFTAR PUSTAKA

KH.

Muhammad

Sholikhin,

Sufi

Modern:

Mewujudkan

Kebahagiaan, Menghilangkan Keterasingan, Jakarta: PT Elex

Media Komputindo Kompas-Gramedia, 2013.


Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi,

2013.
Prof. Dr. M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf,
Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

P a g e 14 | 14

Anda mungkin juga menyukai