PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelumnya
kita
telah
mengetahui
dan
mempelajari
mendekatkan
diri
kepada
Allah
SWT.
dan
tarekat
P a g e 1 | 14
BAB II
PEMBAHASAN
digunakan
spiritualisme
di
Islam,
dunia
tarekat
tasawuf,
diletakkan
sejauh
pada
menyangkut
tataran
awal,
bersifat
lembaga.
Selanjutnya,
dilihat
dari
segi
P a g e 2 | 14
B. Macam-macam Tarekat
Berikut beberapa macam-macam tarekat yang ada dalam
Islam:
1. Tarekat Qadariyah
Qadariyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama
pendirinya, yaitu Abd al-Qadir Jailani, yang lebih terkenal
dengan sebutan Syekh Abdul Qadir Jailani (470-561 atau
1077-1166) atau quthb al-awaliya. Tarekat ini menempati
posisi yang amat penting dalam sejarah spiritualitas Islam,
karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat,
tetapi juga cikal bakal munnculnya berbagai cabang tarekat di
dunia Islam. Meskipun struktur organisasinya baru muncul
beberapa dekade setelah kewafatannya, semasa hidupnya
sang Syekh telah memberikan pengaruh yang amat besar
pada pemikiran dan sikap uamat Islam. Ia dipandang sebagai
sosok ideal dalam keunggulan dan pencerahaan spiritual.2
Tarekat ini banyak tersebar di dunia Timur, Tiongkok
sampai ke pulau Jawa. Pengaruh tarekat ini cukup banyak
meresap di hati masyarakat yang diturunkan lewat bacaan
manaqib pada acara-acara tertentu. Naskah asli manaqib
ditulis dalam bahasa Arab, yang berisi riwayat hidup dan
pengalaman sufi Abdul Qadir Jaelani.3
Tarekat yang tergolong kepada grup qadariyah ini cukup
banyak dan tersebar ke seluruh negeri Islam. Misalnya tarekat
2 Amsal Bakhtiar, Tarekat Qadiriyah: Pelopor Aliran-aliran Tarekat di
Dubia Islam, dalam Sri Mulyayi (et. Al.), Tarekat-tarekat Mukhtabarah di
Indonesia, Kencana, Jakarta, 2004, hlm. 26. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin
M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung:
Pustaka Setia, 2008, hal. 211.
3 Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi, 2013, hal.
148.
P a g e 3 | 14
M),
kemudian
mengilhami
tarekat
sanusiyah
pelaksanaannya
terdapat
berbagai
tingkatan
1196-1258
M),
yang
kemudian
nama
tarekat
ini
3. Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Bahauddin anNaqsabandi al-Awisi al-Bukhari (727-791 H/ w. 1389 M), di
Turkistan. Ia biasa disebut Naqsyabandi, karena keahliannya
memberikan lukisan kehidupan yang gaib-gaib, sesuai dengan
arti
kata
tersebut
lukisan.6
Tarekat
naqsabandiyah
4 Triminghan, The Sufi Orders, hal. 44. Dikutip dari: Prof. Dr. M.Ag.; Prof.
Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia,
2008, hal. 212.
5 Moh. Ardani, Tarekat Syadziliyah: Terkenal dengan Variasi Hizb-nya,
dalam Sri Mulyati (et. Al), Tarekat-tarekat, hal. 57. Dikutip dari: Prof. Dr.
M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I,
Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 212.
6 Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi, 2013, hal.
148.
P a g e 4 | 14
5. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini didirikan oleh Zahiruddin (w. 1397 M), di
Khurusan dan merupakan cabang dari tarekat Suhrawardi
yang didirikan oleh Abdul Qadir Suhrawardi (w. 1167). Tarekat
ini mula-mula tersiar di Banten oleh Syaikh Yusuf al-Khalwati
al-Makasari pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.8
Ada juga yang memaparkan bahwa tarekat ini didirikan
oleh
seseorang
yang
bernama
Umar
al-Khalwati
dan
P a g e 5 | 14
6. Tarekat Syatariyah
Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar (w. 1485),
dari India. Tarekat ini dikembangkan pertama kali di Indonesia
oleh Abdurrauf Singkel di Aceh, yang kemudian menyebar ke
Jawa Barat oleh Abdul Muhyi (salah seorang murid Abdurrauf),
lalu menyebar lagi ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.10
Di Indonesia sendiri, Tarekat Syatariyah kebanyakan
pengikutnya berada di Sumatrera Selatan, yang pertama kali
disebarkan oleh Syaikh Abd al-Rauf Sinkel, yang kemudian
dilanjutkan penyebarannya ke Jawa, oleh murid-muridnya.11
7. Tarekat Rifaiyah
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifai (11061182).12 Tarekat sufi Sunni ini memainkan peranan penting
dalam pelembagaan sufisme. Kemungkinan besar, hingga
abad ke-15, rifaiyah merupakan tarekat sufi pertama yang
paling tersebar luas. Setelah itu popularitas rifaiyah berlanjut
di dunia Arab.
Dari segi praktek kaum rifaiyah, zikir mereka yang khas
patut
dicatat,
melolong.
karena
Sebelumnya
itulah
mereka
disebut
kaum
rifaiyah
terkenal
darwis
karena
9 Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf,
Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 214.
10 Ibid., hal. 214-215.
11 Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi, 2013, hal.
150.
12 A.J. Arbey, Sufisme, George Allen & Unwin Ltd., London, 1963, hal. 85.
Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu
Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 215.
P a g e 6 | 14
ini
merupakan
gabungan
dari
dua
ajaran
9. Tarekat Sammaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Abd al-Karim
al-Madani asy-Saman (1130-1189/ 1718-17751). Sammaniyah
adalah tarekat yang pertama mendapat pengikut massal di
13 Alan A. Godlas, Rifaiyah, dalam John L. Esposito, Ensklopedi
Oxford, hal. 91-92. Lihat pula: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon
Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 215.
14 Dr. H.M. Jamil, MA. Akhlak Tasawuf, Cet I, Jakarta: Referensi, 2013, hal.
148.
15 Sopa, Tarekat di Indonesia, hal. 11. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin
M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung:
Pustaka Setia, 2008, hal. 215-216.
P a g e 7 | 14
10.
Tarekat Tijaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhammad
P a g e 8 | 14
11.
Tarekat Chistiyah
Tarekat chistiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di
Asia Selatan. Asal usul tarekat ini dapat dilacak hingga abad
ke-3 H/ 9 M. tarekat ini menyebar ke seluruh kawasan yang
kini merupakan wilayah India, Pakistan dan Banglades. Namun
tarekat ini hanya terkenal di India, yang didirikan oleh
Khwajah Muin ad-Din Chisti.20
12.
Tarekat Mawlawiyah
Mawlawiyah berasal dari kata mawlana yang berarti
13.
Tarekat Nimatullahi
19 Ibid., hal. 236. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon
Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 216217.
20 Media Zinul Bahri, Tarekat Chistiyah: Tarekat Terkenal di India, dalam
Ibid., hal. 294. Dikutip dari: Prof. Dr. M. Solihin M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon
Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf, Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal. 217.
P a g e 9 | 14
mulai
berjaya
pada
abad
ke-8-14,
mengalihkan
14.
Tarekat Sanusiyah
Tarekat sanusiyah menyebar luas dan berpengeruh di
Nabi,
pelantunan
zikir
harus
konsentrasi
yang
ajaran-ajarannya
sesuai
dengan
ternyata
tarekat-tarekat
P a g e 10 | 14
menjadi
penganut,
dia
harus
terlebih
dahulu
musik
dan
gerak
badan
yang
dapat
membina
konsentrasi ingatan.
e. Mempercayai adanya kekuatan ghaib atau tenaga dalam pada
mereka yang sudah terlatih, sehinngga dapat berbuat hal-hal
di luar kebiasaan.
f. Penghormatan dan penyerahan total kepada Syekh atau
pembantunya yang tidak bisa dibantah.
Dari sistem dan metode tersebut, Nicholson menyimpulkan
bahwa tarekat-tarekat sufi merupakan bentuk kelembagaan yang
terorganisasi untuk membina suatu pendidikan moral dan
solidaritas sosial. Sasaran akhir dari pembinaan pribadi dalam
pola hidup bertasawuf adalah hidup bersih, bersahaja, tekun
beribadah kepada Allah, membimbing masyarakat ke arah yang
diridai Allah, dengan jalan pengamalan syariat dan penghayatan
haqiqah dalam sistem / metode thariqah untuk mencapai
makrifat.
P a g e 11 | 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ajaran tarekat dengan tasawuf memang sangat erat
hubungannya.
Keeratannya
itu
bisa
dilihat
dari
secara
teori,
sedangkan
tarekat
disajikan
B. Saran
Di zaman yang sangat canggih dan modern ini, seiring
juga berjalannya dengan perkembangan Islam yang terus
membenahi dan membentengi diri dari gejolak-gejolak yang
muncul dari dunia non Islam.
Tasawuf beserta tarekat dan isinya hadir ditengah kita
untuk
memberikan
pengetahuan
dan
cara
tentang
P a g e 12 | 14
kebenarannya,
sehingga
kita
tidak
hanya
sekedar
P a g e 13 | 14
DAFTAR PUSTAKA
KH.
Muhammad
Sholikhin,
Sufi
Modern:
Mewujudkan
2013.
Prof. Dr. M.Ag.; Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Ilmu Tasawuf,
Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
P a g e 14 | 14