Anda di halaman 1dari 6

DASAR-DASAR TASAWUF

1. Dasar Tasawuf Dalam Alquran


Al Quran dan As-Sunnah adalah nash. Setiap muslim kapan dan dimana pun
dibebani tanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan kandungan dalam
bentuk amalan yang nyata. Pemahaman terhadap nash tanpa pengamalan akan
menimbulkan kesenjangan. Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, Aisyah
menjawab, Al Quran. Para sahabat terkenal sebagai orang-orang yang banyak
menghapalkan isi Al Quran dan kemudian menyebarkannya kepada yang lain dengan
disertai pengamalan atau penjiwaan terhadap isinya. Mereka berusaha menerapkan
akhlak atau perilaku mereka dengan mencontoh akhlak Rasulullah, yakni akhlak Al
Quran.
Para pengkaji tentang tasawuf sepakat bahwasanya tasawuf berazaskan
kezuhudan sebagaimana yang diperaktekkan oleh Nabi Saw, dan sebahagian besar
dari kalangan sahabat dan tabiin. Kezuhudan ini merupakan implementasi dari nashnash al-Quran dan Hadis-hadis Nabi Saw yang berorientasi akhirat dan berusaha
untuk menjuhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan yang bertujuan untuk
mensucikan diri, bertawakkal kepada Allah Swt, takut terhadap ancaman-Nya,
mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya dan lain-lain.
Diantara ayat-ayat Allah yang dijadikan landasan akan urgensi kezuhudan
dalam kehidupan dunia adalah firman Allah dalam al-Quran Q.S Asy-Syuura : 20.
Artinya: Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami
tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di
dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada
baginya suatu bahagianpun di akhirat. (Q.S Asy-Syuura : 20).1
Diantara nash-nash al-Quran yang mememerintahkan orang-orang beriman
agar senantiasa berbekal untuk akhirat adalah firman Allah dalam Q.S al-Hadid : 20.
Artinya : Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi
1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2005), cet. 10.,
h. 483.

kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat
(nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan
kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Q.S al-Hadid :
20).2
Al Quran pun menegaskan tentang keberadaan Allah dimanapun hambahambaNya berada. Sebagai mana di tegaskanNya dalam surah Al Baqarah ayat 115:
Artinya:Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka kemanapun kamu
menghadap, di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmatNya)
dan lagi Maha Mengetahui.
Bagi kaum sufi , ayat diatas mengandung arti bahwa dimana saja Tuhan ada,
di situ pula Tuhan dapat di jumpai.
Allah pun memberikan penjelasan tentang kedekatan manusia dengan Nya.
Paham bahwa Tuhan dekat dengan manusia, yang merupakan ajaran dasar dalam
mistisme ternyata ada di dalam Al Quran dan hadits. Ayat 186 surat Al Baqarah
misalnya menyatakan:
Artinya: Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.
Kata daa dalam ayat itu tidak diartikan sebagai berdoa oleh kalangan sufi,
tetapi berseru dan memanggil. Dasar-dasar tasawuf ini ternyata banyak ditemukan
dalam Al Quran.
Lebih dari itu, pada surah Al Qaf, Allah menjelaskan:
Artinya:Sebenarnya Kami ciptakan manusia dan Kami tahu apa yang
dibisikkan dirinya kepadanya. Kami lebih dekat kepadanya daripada pembuluh
darahnya sendiri.
Berdasarkan ayat diatas, kebanyakan kalangan sufi berpendapat bahwa untuk
mencari Tuhan, manusia tak perlu pergi jauh-jauh. Ia cukup kembali kedalam dirinya
sendiri. Lebih jauh lagi, Harun Nasution menegaskan bahwa Tuhan ada di dalam,
bukan diluar diri manusia.
2 Ibid, h. 540.

Demikianlah, sebagian ayat Al Quran yang dijadiakn sebagai landasan kaum


sufi dalam melaksanakan praktik-praktik kesufiannya. Akan terlalu panjang uraiannya
jika semua pengertian psikis serta moral yang diungkapkan para sufi tentang tingkatan
dan keadaan, dicarikan rujukannya dalam Al Quran.
2. Dasar Tasawuf Dalam Sunnah Rasulullah SAW
Sejalan apa yang disitir dalam Al Quran, sebagaimana dijelaskan diatas,
ternyata tasawuf juga dapat dilihat dalam kerangka hadits. Hadits-hadits yang menjadi
dasar dalam ajaran tasawuf sangatlah banyak, sehingga disini kami hanya menuliskan
sebagiannya saja.Umumnya yang dinyatakan sebagai landasan ajaran-ajaran tasawuf
adalah Hadits-hadits berikut3.
Di samping riwayat yang menjelaskan bahwa Muhammad SAW setiap bulan
Ramadhan bertahannus di Gua Hira untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan
hati serta hakikat kebenaran ditengah-tengah keramaian hidup, ditemukan sejumlah
hadits yang memuat ajaran-ajaran tasawuf, diantaranya adalah hadis-hadis berikut:
( )
Artinya:Rasulullah SAW bersabda: takutilah firasat orang mukmin karena ia
memandang dengan nur Allah.
Dalam hadits lain,
( ) .
Artinya:Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihatNya, maka apbila engkau
tidak dapat melihatNya, maka Ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya:Barang siapa yang mengenal dirinya sendiri, maka akan mengenal
Tuhannya.

3 Drs.HM. Jamil, M.A, Cakrawala Tasawuf, hal 14

Artinya:Aku adalah perbendaharaan yang tesembunyi, maka Aku menjadikan


makhluk agar mereka mengenalKu.
Menurut hadits ini, bahwa Tuhan dapat dikenal melalui makhlukNya, dan
pengetahuan yang tinggi adalah mengetahui Tuhan melalui diriNya.

3. Riwayat Kehidupan Rasulullah


Akhlak Nabi Muhammad SAW. Akhlak nabi SAW merupakan acuan akhlak
yang tidak ada bandingannya. Akhlak nabi SAW bukan hanya dipuji oleh manusia,
tetapi juga oleh Allah SWT. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah SWT yang
artinya: Dan sesungguhnya kami (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
agung.(QS.Al Qalam:4) ketika Aisyah ditanya tentang Akhlak Nabi SAW, Beliau
menjawab: Akhlaknya adalah Al-Quran(HR.Ahmad dan Muslim). Tingkah laku
nabi tercermin dalam kandungan Al-Quran sepenuhnya.
Dalam diri nabi SAW terkumpul sifat-sifat utama, yaitu rendah hati, lemah
lembut, jujur, tidak suka mencari-cari cacat orang lain, sabar, tidak angkuh, santun
dan tidak mabuk pujian. Nabi SAW selalu berusaha melupakan hal-hal yang tidak
berkenan di hatinya dan tidak pernah berputus asa dalam berusaha.
Oleh karena itu, Nabi SAW merupakan tipe ideal bagi seluruh kaum muslimin,
termasuk pula para sufi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat AlAhzab ayat 21 yang artinya:Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah4.

4. Riwayat Kehidupan Para sahabat


Sumber lain yang menjadi sumber acuan oleh para sufi adalah kehidupan para
sahabat yang berkaitan dengan keteguhan iman, ketakwaan, kezuhudan dan budi
pekerti luhur. Oleh karena setiap orang yang meneliti kehidupan rohani dalam islam
4 http://sufimuda.net/2012/03/16/tasawuf-adalah-ajaran-rasulullah-saw-dan-para-sahabat/diakses
28 maret 2014

tidak dapat mengabaikan kehidupan kerohanian para sahabat yang menumbuhkan


kehidupan sufi diabad-abad sesudahnya.
ABU BAKAR SIDIQ
Abu Bakar adala seorang asketis (tafakur), sehingga diriwayatkan bahwa enam
hari dalam seminggu ia selalu dalam keadaan lapar. Baju yang dimilikinya tidak lebih
dati satu, Beliau pernah berkata : Jika seorang hamba begitu terpesona oleh pesona
dunia, Allah membencinya sampai ia meninggalkannya.
UAMR BIN KHATAB
Allah telah menjadikan kebenaran pada lidah dan kalbu umar. Dia terkenal
dengan kesederhanaanya. Diriwayatkan, pada suatu ketika setelah dia menjabat
sebagai khalifa, dia berpidato, dengan memakai baju bertumbal 12 sobekan.
USMAN BIN AFFAN
Diantara ucapan ucapan Usman Bin Affan yang menggambarkan ajaran
tasawuf adalah : Aku dapat kebijakan terhimpun dalam 4 hal. Pertama, cinta kepada
Allah. Kedua, sabar dalam melaksanakan hukum-hukum Allah,ketiga ridho dalam
menerima takdir (ketentuan) Allah. Dan ke empat malu terhadap pandangan Allah.
ALI BIN ABI THALIB
Pekerjaanya dan cita-citanya yang besar menyebabkan dia tidak peduli
pakaiaanya sobek, lantas dijahitnya. Pernah orang bertanya, Mengapa sampai begini
Amiru, Muminin ? beliau menjawab : untuk mengkhusukan hati dan menjadi
teladan bagi orang yang beriman. 5

5 http://mbeyink.wordpress.com/category/tasawuf/

Drs. H. M. Jamil, MA, Cakrawala Tasawuf(Jakarta: Gaung Persada


Press, 2007);

Anda mungkin juga menyukai