PENDAHULUAN
Islam memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk
melakukan aktivitas pasar, mereka bebas melakukan jual beli
barang-barang mereka tanpa ada kezhaliman dari mereka,
dengan cara apapun sekehendak mereka sesuai dengan teori
penawaran
disebabkan
dan
permintaan.
karena
Maka
sedikitnya
jika
barang
harga
atau
barang
naik
banyaknya
harga
barang
terjadi
karena
:
" : :
. "
Artinya:
Dari Anas bin Malik ra., ia berkata:Harta dikota Madinah menjadi mahal di masa
Rasulullah saw., maka orang-orang berkata: Wahai Rasulullah, harga barangbarang menjadi mahal, maka,tetapkanlah harga bagi kami. Maka Rasulullah saw.,
bersabda: Sesungguhnya Allahlah yang menetapkan harga, Dialah yang menahan,
melepaskan harga dan member rizki. Sesungguhnya aku berharap aku dapat
bertemu kepada Allah Taala dan berharap tiada seorangpun dari kamu menuntut
aku lantaran aku berbuat zalim dalam darah. (HR. Imam lima kecuali NasaI dan
Ibnu Hibban menganggapnya sahih/Bulughul Maram: 849)
Dari hadits ini, kalangan ulama berkesimpulan bahwa haram bagi penguasa
atau pemerintah untuk melakukan intervensi dalam penetapan harga jual komoditi.
sebab, hal tersebut mengarah pada bentuk kedzaliman, dan mengekang kebebasan
manusia dalam beraktivitas jual beli, selain bahwa melindungi kemaslahatan
pembeli tidaklah lebih utama dari kemaslahatan penjual. apabila kemaslahatan
keduanya sudah sama-sama terlindungi, keduanya memiliki hak mutlak untuk
berijtihad dalam mewujudkan kemaslahatannya masing-masing. akan tetapi,
( )
Artinya:
Dari Said bin al-Musayyib, diriwayatkan bahwa Umar bin al-Khattab bertemu
dengan Hathib bin Abi Baltaah, dia sedang menjual kismis di pasar, maka Umar
bin al-Khattab berkata kepadanya,kamu tambah harganya atau angkat dari pasar
kami.
Dari hadits kedua, orang yang pertama kali ikut campur menentukan harga
dipasar adalah Umar bin Khatab dalam hadits diatas dilarang menurunkan harga
karena menurutnya harga yang terlalu murah sepintas memang menguntungkan
konsumen. Namun, dalam jangka panjang itu akan menghancurkan kepenting yang
lebih besar yakni kepentingan penjual dan pembeli itu sendiri. harga yang terlalu
murah, membuat para pedagang enggan berjualan karena keuntungannya terlalu
sedikit dan tidak sepadan dengan jerih payah dan modalnya. jika pedagang enggan
berjualan, pada akhirnya tentu akan mempengaruhi persediaan barang saat
persediaan barang sedikit permintaan banyak, maka akan terjadi harganya
melambung
tinggi
pada
akhirnya
akan
merugikan
masyarakat.
Umar
memerintahkan agar para pedagang tersebut menjual sesuai dengan harga pasar.
C. MAKNA MUFRADAT
: Harga
: Dia-lah satu-satunya Dzat yang menetapkan harga dengan kehendak-Nya
adalah
penetapan
harga
tertentu
untuk
barang
2. Hukum Tasir
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum tasir menjadi
2 (dua) madzhab sebagai berikut :
Pertama, yang mengharamkan secara mutlak. Ini adalah
pendapat jumhur ulama dari ulama Hanafiyah, Syafiiyah, dan
Hanabilah. Ini juga pendapat ulama muta`akkhirin seperti
Imam Syaukani dan Imam An-Nabhani. Namun sebagian ulama
Hanabilah ada yang mengharamkan secara mutlak seperti
Ibnu
Qudamah,
sementara
ulama
lainnya
ada
yang
Syaukani,
Imam
dengan
harga
yang
wajar,
dengan
mempertimbangkan
pemerintah
setelah
ini, menurutnya, pihak pemerintah tidak boleh ikut campur dalam masalah
harga itu. Cara yang boleh menstabilkan harga itu adalah pemerintah
berupaya menyediakan komoditi dimaksud dan menyesuaikannya dengan
permintaan pasar. Sebaliknya, apabila stok barang cukup banyak di pasar,
tetapi harga melonjak naik, maka pihak pemerintah perlu melakukan
pengawasan yang ketat. Apabila kenaikan harga ini disebabkan ulah para
pedagang, misalnya dengan melakukan penimbunan dengan tujuan
menjualnya setelah melonjaknya harga (ihtikar), maka kasus seperti ini
pemerintah berhak untuk menetapkan harga. Penetapan harga dalam fiqh
disebut dengan at-tasir al-jabari.