PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan laut lebih dari 75%
yang mencapai 5.8 juta kilometer persegi, terdapat lebih dari 17.500 pulau dengan garis pantai
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu sekitar 81.000 km (Murdianto, 2004). Pantai
Lebih di Kabupaten Gianyar merupakan pantai yang paling parah tingkat abrasinya. Abrasi
disebabkan oleh adanya angkutan sedimen menyusur pantai sehingga mengakibatkan
berpindahnya sedimen dari satu tempat ke tempat lainnya. Untuk mengetahui akibat abrasi
tersebut terhadap perubahan garis Pantai Lebih maka diperlukan analisa untuk mengetahui
perubahan garis Pantai Lebih secara temporal dan spasial dengan menggunakan metode
Empirical Orthogonal Function (EOF). Data temporal garis pantai didapatkan dari peramalan
garis pantai periode dua bulanan selama 10 tahun dengan menggunakan oneline model. Setiap set
data dianalisis menggunakan metode EOF yang kemudian digunakan untuk mengidentifikasi
pola-pola dominan variabilitas dalam kumpulan data.
Garis pantai adalah batas antara darat dengan lautan yang posisinya berubah-ubah menurut
waktu dan tempat saat terjadinya fluktuasi muka air laut yang terutama disebabkan oleh gerak
pasang surut (CERC, 1984). Terjadinya perubahan garis pantai sangat dipengaruhi oleh prosesproses yang terjadi pada daerah sekitar pantai (nearshore process), dimana pantai selalu
beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi (Munoz-Perez et al., 2001). Proses ini
berlangsung sangat kompleks, dimana dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kombinasi gelombang
dan arus, transport sedimen, dan konfigurasi pantai tersebut, yang saling mempengaruhi satu
sama lain. Karakteristik perubahan masing-masing faktor tersebut bervariasi secara spasial dan
temporal yang berlangsung dalam waktu yang lama (Horikawa, 1988). Salah satu metode yang
berkembang dan digunakan untuk analisa perubahan garis pantai adalah dengan analisa spasial
dan temporal menggunakan metode Empirical Orthogonal Function (EOF).
Tujuan analisis EOF ini adalah untuk memisahkan keterkaitan data temporal dan spasial
sehingga dapat dihasilkan sebagai kombinasi linier fungsi yang sesuai dari waktu dan ruang.
Fungsi tersebut secara objektif mewakili variasi konfigurasi pantai terkait perubahan terhadap
jarak dan waktu pada garis pantai. (Ritphring dan Tanaka, 2007). Salah satu pantai yang
mengalami tingkat abrasi yang tinggi adalah Pantai Lebih di Kabupaten Gianyar, Bali (Gede
Yasada, 2010). Abrasi disebabkan oleh adanya angkutan sedimen menyusur pantai sehingga
mengakibatkan berpindahnya sedimen dari satu tempat ke tempat lainnya. Angkutan sedimen
menyusur pantai terjadi bila arah gelombang datang membentuk sudut dengan garis normal
pantai. Angin di Pantai Lebih dominan bertiup dari arah selatan, demikian juga fetch efektif yang
paling besar juga dari arah selatan sehingga gelombang dominan yang terjadi berasal dari arah
selatan. Di Pantai Lebih Kabupaten Gianyar, terjadi angkutan sedimen sebesar 301.000 m3/tahun
yang mengakibatkan mundurnya garis pantai.
Angkutan sedimen menyusur pantai yang terjadi bergerak dari arah selatan (Wayan Sutedja,
2007). Penanggulangan abrasi Pantai Lebih sudah pernah dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi
Bali yaitu dengan membangun krib dari blok-blok beton. Akan tetapi krib yang dibangun hancur
diterjang gelombang sehingga usaha penanggulangan abrasi yang terjadi belum berhasil. Untuk
itu diperlukan analisa untuk mengetahui perubahan garis Pantai Lebih secara temporal dan
spasial dengan menggunakan metode Empirical Orthogonal Function (EOF). Hasil ini penelitian
ini diharapkan dapat menjadi informasi terhadap pihak yang berkepentingan dalam pengambilan
keputusan untuk menanggulangi abrasi yang terjadi secara terpadu dan berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan garis pantai dapat dinyatakan dalam bentuk superposisi eigenfunction Y(x,t) =
C(t).e(x) sehingga diperoleh lima eigenvalue dengan variabilitas mencapai 98.88% dari total
variabilitas. Sedangkan untuk validasi model EOF dan hasil oneline model tahun 2004 terhadap
data peta batimetri 2004 menunjukkan bahwa hasil analisa EOF tahun 2004 sangat mendekati
nilai ordinat peta tahun 2004 namun hasil oneline model tahun 2004 mempunyai hasil yang lebih
fluktuatif. Sedangkan dari nilai-nilai temporal eigenfunction memiliki keterkaitan dengan kondisi
lingkungan pantai Lebih. Semakin besar nilai temporal eigenfunction, semakin besar pula
perubahan kondisi lingkungan di sekitar pantai.