NEFROLITIASIS
Oleh :
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
SILVIANA SARI, S.Ked
G1A109025
PEMBIMBING
dr. Husni E Taufik, Sp. Rad
2014
KATA PENGANTAR
Bismillah, Alhamdulillaahi Rabbil Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus serta yang berjudul Nefrolithiasis yang dimaksudkan untuk
memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Radiologi di
RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr.Husni E Taufik, Sp.Rad yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama menjalani Kepaniteraan
Klinik Senior Bagian Radiologi di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus dan referad ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang memebangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna
kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.
Jambi, 26 Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul................................................................................................... i
Halaman Pengesahan........................................................................................ ii
Kata pengantar.................................................................................................. iii
Daftar isi........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS............................................................................ 2
BAB III NEFROLIATIS................................................................................... 7
3.1 Definisi................................................................................................ 7
3.2 Etiologi................................................................................................ 8
3.3 Jenis batu ginjal .................................................................................. 9
3.4 Patofisiologi......................................................................................... 11
3.5 Penegakkan diagnosis.......................................................................... 12
3.6 Diagnosis banding............................................................................... 19
3.7 Tatalaksana.......................................................................................... 19
3.8 Komplikasi.......................................................................................... 20
3.9 Prognosis ........................................................................................... 20
3.10 Pencegahan........................................................................................ 21
KESIMPULAN ................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 23
BAB I
PENDAHULUAN
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam Pelvis renal. 1 Batu ginjal merupakan
keadaan tidak normal dalam ginjal dan mengandung komponen kristal serta matriks organik.
Lokasi batu ginjal dijumpai khas pada laiks atau pelvis dan bila akan keluar dapat terhenti di
ureter atau di kandung kemih.2 Batu kalsium urat, kalsium oksalat, dan kalsium fosfat secara
bersama dapat djumpai pada 65-85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal. 2 Batu ginjal
merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih.2 Nefrolitiasis adalah kasus yang
sering dijumpai dengan prevalensi 10% pada pria dan 5% pada wanita. Dari penelitian
didapatkan bahwa prevalensi penyakit ini semakin meningkat di Amerika Serikat, dimana
survei pada tahun 1988-1994 menunjukkan bahwa orang dewasa yang berusia 20-74 tahun
memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan survei pada tahun 1976-1980 (5,2% vs
3,2%).2 Peningkatan terjadi pada orang kulit putih tetapi tidak pada ras Afrika maupun
Meksiko di Amerika, lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, dan meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Faktor resiko penyebab batu saluran keih adalah adanya penurunan
masukan jumlah cairan dan pengeluaran urin sebagai faktor risiko pembentukan batu. Faktor
makanan yang dapat menyebabkan peningkatan ekskresi urin sebagai substansi pembentuk
batu.4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama: Ny.Sulastri
Umur: 55 tahun
Jenis kelamin: perempuan
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
TB: 155 cm, BB: 90 Kg, IMT: 37,4
Alamat: Tungkal ilir
Pendidikan: SMP
Agama: Islam
Bangsa: Indonesia.
2.2 Anamnesis
2.2.1
Keluhan Utama : Sakit pinggang kiri terus-menerus sejak 6 bulan yang lalu.
2.2.2
Riwayat penyakit sekarang: Sejak 6 bulan sebelum dirawat di RS, pasien menegluah
nyeri pinggang kiri bagian belakang. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas. Nyeri
pinggang ini membuat OS tidak dapat melakukan pekerjaannya, dan nyeri berkurang jika
istirahat. OS Mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu. Batuk (-), mual dan muntah (+),
tidak ada riwayat buang air kecil sedkiti-sedikit, gangguan BAB (-).
2.2.3
Riwayat penyakit Dahulu: riwayat batu ginjal 6 bulan yang lalu( +), Hipertensi (+),
Maagh (+), DM (+).
2.2.4
2.2.5
2.2.6
RR: 20x/menit
Suhu: 37,9 0 C
Kepala:
Mata:
Pupil: isokor ka=ki, d: 2mm, refleks cahaya (+/+), sklera ikterik (-/-), CA(-/-)
Telinga: bentuk normal, deformitas (-), sekret (-)
Hidung: bentuk normal, deformitas (-), sekret (-)
Mulut : dalam batas normal
Tenggorokan: hiperemeis (-), pembesaran tonsil (-)
Leher : pembesaran KGB (-), tiroid: Dalam Batas Normal
Thoraks:
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tampak di ICS 5 LMC Sinistra
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS 5 LMC Sinistra
Perkusi: batas jantung tidak melebar, batas jantung kanan: di ICS 5 di LS Sinistra, batas
jantung kiri di ICS 5 LMC sinistra
Auskultasi :S1 dan S2 normal, irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru:
Inspeksi : simetris ka=ki, retraksi (-),sikatriks (-)
Palpasi: nyeri tekan (-)
Perkusi: sonor seluruh lapang paru, wheezing (-), ronkhi (-)
Auskultasi : vesikuler ka dan ki
Abdomen :
Inspeksi : supel, simetris, TAK
Auskultasi : BU(+) normal
Palpasi: nyeri tekan (+) pada kuadran kiri atas, hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi: Timpani (+)
Punggung:
Inspeksi : simetris ka=ki, tidak ada kelainan kulit
7
HGB:11.6 g/dl
HVT:35.3%
PLT:358 .103/mm3
PCT:0,255 %
Ph: 7
eritrosit: 3-4/LPK
Epithel:1-2/LPB
Gambar 4.
Ekspertise
Hepar: bentuk dan ukuran besar, permukaan rata, ekhostruktur perenkim homogen halus,
sistem bilier dan vascule intra hepatik kabur, tak tampak nodul/ SOL, v.cava inferior tak
melebar.
Kantung empedu:
Besar dan bentuk baik, ekhostruktur homogen, lesi/SOL (-), ductus pankreaticus tidak
melebar.
Ginjal kiri: besar dan bentuk baik. Tampak batu radio-opak ukuran 2,1 cm dengan
hiperechoic shadow dengan acoustic posterior dan dilatasi pelvicocalises.
Ginjal kanan: bentuk baik, ekhostruktur meningkat. differensiasi tak tegas, batu (-)
Vesica urinaria: besar, bentuk baik. Thrombus (-), KGB para aorta tak membesar.
Kesan:
Hepatomegali dengan fatty liver
Hydronefrosis dan nefrolitiasis kiri
pyelonefritis kanan
Kantung Empedu, pankreas, lien, Aorta, dan vesica urinaria normal.
2.5 Diagnosis kerja : nefrolithiasis sinistra dengan hydronefrosis dan pyelonefritis dextra
2.6 Penatalaksanaan:
Medikamentosa
10
Hydrasi :infus RL
NSAID: pronalgesic supp, ketorolac
Antibiotik: Ceftriakson 3x1
Ranitidine: 2x1
Non-medikamentosa
PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
ESWL
2.7 Prognosis : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Nefrolitiasis adalah keadaan yang ditandai dengan adanya batu ginjal (renal kalkuli).
Nefrolitiasis merupakan penumpukan garam mineral berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat,
asam urat dan lain-lain yang terdapat pada di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat
berhenti di ureter.1,2
11
Diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran
kemih.
e) Pekerjaan.
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya hanya duduk atau kurang
aktifitas.
melalui usus.
Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium
yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.
b. Hiperoksaluri adalah ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram per hari. Keadaan
ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis
menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang
kaya akan oksalat ( teh, kopi instan, soft drink, sayuran berwarna hijau).
c. Hiperurikosuria adalah kadar asam urat di dalam urine yang melebihi 850 mg/24 jam.
Asam urat yang berlebihan dalam urine bertindak sebagai inti batu untuk
terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari
makanan yang mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolism endogen.
d. Hipositraturia. Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini
dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut dalam kalsium oksalat.
Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium.
e. Hipomagnesuria. Seperti halnya pada sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine, magnesium bereaksi
denga oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan
13
Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat dan karbonat apatit, yang
dikenal sebagai triple phosphate. 1Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea adalah
Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.1
3. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 7580% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran
kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien penyakit gout,
penyakit mieloproloferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang
menggunakan obat urikosurik seperti thiazide, sulfinpirazone, dan salisilat. Kegemukan,
alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan
penyakit ini. Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan metabolism
endogen di dalam tubuh. Degradasi purin di dalam tubuh melalui asam inosinat dirubah
menjadi hipoxantin. Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah
menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Asam urat tidak larut dalam
urine sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk Kristal asam urat, dan
selanjutnya membentuk batu asam urat. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu
asam urat adalah : (1) urine yang terlalu asam (pH urine <6), (2) volume urine yang
jumlahnya sedikit (<2 liter/hari) atau dehidrasi, dan (3) hiperurikosuri atau kadar asam
urat yang tinggi.1
4. Batu Jenis Lain
Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang
dijumpai..1
14
3.4 Patofisisologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempattempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis urethrapelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna,
striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan
terjadinya pembentukan batu.1 Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi 3
tahap yang berkesinambungan, yaitu: (a) kejenuhan urin, (b) adanya kondisi yang
memungkinkan terjadinya nukleasi, dan (c) adanya inhibitor. Dalam pembentukan batu,
urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut untuk pengendapan kristal. Semakin
besar konsentrasi dari ion-ion, semakin mudah ion-ion tersebut mengendap. Konsentrasi
ion yang rendah menimbulkan keadaan undersaturation dan peningkatan kelarutan.
Seiring dengan peningkatan konsentrasi ion, suatu saat ion-ion tersebut akan mencapai
satu titik yang disebut solubility product (Ksp). Konsentrasi di atas titik ini disebut
keadaan metastable dan berpotensi untuk memulai pembentukan endapan. Ketika
konsentrasi larutan menjadi semakin tinggi, ion-ion akan mencapai formation product
(Kfp). Tingkat kejenuhan di atas Kfp ini disebut keadaan unstable, dan dapat terjadi
pembentukan endapan secara spontan. Endapan ini tersusun atas kristal-kristal yang
terdiri dari bahan-bahan organik dan non-organik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal
tersebut berada dalam keadaan metastable (tetap larut) dalam urin jika tidak ada keadaan
tertentu yang
mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan menjadi
agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.
Agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan
bersama bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga memebentuk batu yang cukup
besar untuk menyumbat saluran kemih.1
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang
mengisi pielum dan labih dari dua kaliks ginjal memeberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Batu yang terbentuk dan menetap di ginjal
(nefrolithiasis) jarang
memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga
baru pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala
berat .Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan dan tidak
menimbulkan nyeri. Nyeri baru timbul ketika ukuran batu ginjal yang lebih besar dari 5
mm memasuki ureter (uretherolithiasis) dan menimbulkan obstruksi kronik berupa
hidroureter/hidronefrosis. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada
pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri
kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan
peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri ini disebabkan oleh
karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren
dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di
daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu
ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.1
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis
atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada
daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tandatanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.
Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai
onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat
bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri. Keluhan yang disampaikan pasien
tergantung pada posisi, letak, ukuran batu. Keluhan paling sering adalah nyeri pinggang.
Nyeri bisa kolik atau bukan kolik. riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang
sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri
yang sama.1,2
16
Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, pada didapatkan nyeri ketok pada daerah
kostovertebra (CVA), dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.
Terlihat tanda gagal ginjal dan retensi urin, jika disertai infeksi didapatkan demam dan
menggigil.
3.5.3
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada kasus batu ginjal adalah adalah foto
polos abdomen, USG abdomen, CT-scan. Dari pemeriksaan radiologi dapat menentukan
jenis batu, letak batu, ukuran, dan keadaan anatomi traktus urinarius. Secara radiologi,
batu dapat berupa radio-opak dan radio-lusen.
17
bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai di antara batu jenis lain. Batu
Magnesium Ammoniak Phospat (MAP) memberikan gambaran semi-opak.
Sedangkan batu asam urat, batu matriks dan indinivar bersifat radio-lusen.1,2,3
Gambar 3.3 : Foto polos Abdomen menunjukkan gambaran bayangan radioopaque pada renalis dextra dan cavum pelvis
b. Pielografi Intra Vena (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan antomi dan fungsi ginjal, selain
itu IVP juga dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.
dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto
dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang,
sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu
ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan
bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu
berada.2 Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi
lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi
retrograd.1,2
18
alias menonjol.
Derajat 4, ada penipisan korteks ginjal dan kaliks berbentuk balloonong, alias
menggembung.1
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan menunjukkan batu ureter dan
tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen. 2
19
Gambar
3.4 Hidronefrosis Ginjal Kanan Dan
Pelebaran Sistem Kolektivus
Gambar 3.5 USG Abdomen, tampak adanya calculus dengan hiperechoic shadow pada
renal sinistra dan hidronefrosis dengan pelebaran pelvis renalis
d. CT-Scan
20
Gambar 3.7 Batu ginjal bilateral pada ginjal kanan dan kiri
Hidronefrosis Ginjal
Penyebab hidronefrosis adalah obstruksi kronis pada saluran kemih pada traktus
urinarius sehingga menyebabkan penimbbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan
ureter.3.7
21
22
Ginjal kanan
yang mengecil
Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, dan sediment.
Bertujuan menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal
pembentuk batu.
Pemeriksaan kadar serum elektrolit, ureum, kreatinin, penting untuk menilai fungsi
ginjal, untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVU dan asam urat,
Parathyroid Hormone (PTH), dan fosfat sebagai faktor penyebab timbulnya batu
saluran kemih (antara lain: kalsium, oksalat, fosfat, maupun asaam urat di dalma
darah atau di dalam urin)1 serta untuk menilai risiko pembentukan batu berulang.6
Kolelithiasis
3.7 Penatalaksanaan
1) Medikamentosa
23
Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi
nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak
supaya dapat mendorong keluar batu saluran kemih.1,2
2) Intervensi bedah
ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotrypsi)
Teknik ini menggunakan getaran yang dapat memecah batu ginjal
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah keluar melalui saluran kemih
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan.1
PNL (Percutaneus Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu dengan memasukkan alat endoskopi ke sistem
kalises melalui insisi kulit. Batu kemudian dikelaurkan dengan memecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
Bedah laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kenih saat ini
sedang berkembang. cara ini banyak dipaki untuk mengambil batu ureter.1
Bedah terbuka
Di klinik-klinik yang belum memiliki fasilitas endourologi, laparaskopi,
maupun ESWL, pengambilan batu dilakukan dengan bedah terbuka, antara lain:
pielolitotomi dan nefrolitotomi untuk mengambil batu di ginjal dan ureter.
3.8 Komplikasi
Batu ginjal yang hanya menimbulkan keluhan nyeri kolik renal mungkin tidak
mengalami masalah setelah nyeri berhasil diatasi. Apabila batu tersebut menyababkan
sumbatan atau infeksi. Sumbatan ini dapat menetap dan batu berisiko menyebabkan gagal
ginjal.6
3.9 Prognosis
Prognosis tergantung pada besar batu, letak batu, adanya infeksi, dan adanya obstruksi.1
3.10 Pencegahan
24
Pencegahan berupa: menghindari dehidrasi dengan minum cukup air 2-3 liter per
hari, diet rendah protein, rendah oksalat, rendah garam, rendah purin untuk mengurangi
kadar zat komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang cukup, dan pemberian
medikamentosa.1
25
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam Pelvis renal. 1 Batu ginjal
merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. 2 Faktor risiko penyebab
batu saluran keih adalah adanya penurunan masukan jumlah cairan dan pengeluaran
urin sebagai faktor risiko pembentukan batu. Faktor makanan yang dapat menyebabkan
peningkatan ekskresi urin sebagai substansi pembentuk batu.4 Komposisi batu ginjal
yaitu kalsium oksalat, kalsium fosfat, batu asam urat murni dan campuran. Seorang
perempuan usia 55 tahun, BB: 90 kg, TB 155 Cm, pekerjaan sebgai Ibu Rumah
Tangga, alamat Tungkal ilir mengeluh sakit pinggang kiri bagian belakang terusmenerus sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas.
Nyeri
pinggang ini membuat OS tidak dapat melakukan pekerjaannya, dan nyeri berkurang
jika istirahat. OS Mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu disertai mual dan muntah,
tidak ada riwayat buang air kecil sedkiti-sedikit, gangguan BAB tidak ada. Tidak ada
riwayat penyakit yang sama di keluarga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri
ketok CVA dan nyeri tekan pada pinggang kiri. OS didiagnosa mengalami nefrolitiasis
kiri dengan hidronefrosis dan perlemakan hati. Terapi medikamentosa pada pasien ini
yaitu Hydrasi :infus RL, diberikan analgesic sebagai penghilang rasa nyeri
yaitu
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo Basuki B. Batu Ginjal dan Ureter dalam Dasar-Dasar Urologi. Yogyakarta: Sagung
Seto. 2011.Hal 85-98.
2. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Batu kandung kemih. Jilid I. Edisi IV . 2006.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 563-5.
3. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Cetakan keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2009. Hal 297-303.
4. Bisanzo M, Lieberman G.
http://emedicine.medscape.com/article/437096-workup#aw2aab6b5b3
7. Malueka
RG.
Hidronefrosis
dalam
Radiologi
Diagnostik.
Cetakan
Ketiga.
27